Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Priscilla, gadis manja yang perlahan binal

Siang" panas tenan wis ngopi sek di cafe biar adem.
Ayo Priscilla masih abang tunggu
:remas:
 
Bimabet
PART VII
APAKAH INI YANG DINAMAKAN CINTA?

Happy New Year from Priscilla :
Screenshot-20240113-080142-Instagram.jpg


“Pak Bu.. Terima kasih ya sudah mau nampung aku 3 hari ini.”

Keluarga mereka begitu baik pada diriku, menganggap aku anaknya selama 3 hari ini memberikan kenangan yang indah di dalam hidupku. Pertama kali aku merasakan kehangatan keluarga yang tidak memandang bisnis dan materi adalah hal utama. Pengalaman yang benar-benar membekas dalam perjalananku ke desa ini adalah kebahagian keluarga kecil mereka pada saat makan malam bersama dengan lauk seadanya. Mereka bisa saling bergurau dan bercanda, membicarakan hari dengan penuh sukacita. Berbeda dengan kehidupanku di Surabaya, walau aku memiliki materi yang bekecukupan, makanan yang selalu tersedia, namun rasa hampa selalu menyelimutiku karena sosok keluarga yang aku cintai, papa dan mama jarang sekali makan bersamaku. Kalaupun kami makan bersama, Handphone tidak berhenti berdering dan yang dibicarakan hanyalah bisnis dan politik. Pikrian-pikiran itu membuatku melamun beberapa menit saat aku bersiap untuk kembali ke kota kelahiranku, kota Pahlawan. Lamunan itu terpecah saat Pak Seno mengetuk pintu kamar ini memberitahu kalau ada beberapa orang yang mau ikut berpamitan. Aku keluar kamar dan melihat keluar cukup ramai dengan warga sekitar. Ada Pak Burhan beserta istri serta Arum, ada Fatur dan Fikri, ada Mbah Gito, dan ada beberapa tetangga yang ikut ngobrol di pekarangan rumah Wawan.

“Ini aku mau pulang surabaya loh bukan mau naik haji,” Ucapku kepada warga.​
“Wahaha, iya iya bu Hajah,” Ucap Fikri menyidirku.

Akupun berpamitan dengan mereka, sedih juga harus meninggalkan desa yang sangat ramah ini. Warga desa ini juga mungkin sedih sudah tidak ada gadis cantik dan seksi yang berseliweran di sini selama tiga hari ini.

“Jangan kangen aku loh,” Ucapku pada Fatur.​
“Tinggal disini aja Cil, sepi loh ga ada kamu,” Balasnya.
“Dulu sebelum aku kesini juga sepi kan?” Ucapku sekenanya.
“Hati-hati dijalan ya non Cilla,” Pak Burhan mengucapkan perpisahan.
“Nanti aku info hasil konsep yang kita kerjakan ya Cil,” Arum menimpali.
“Siap Rum, berkabar ya,” balasku sambil masuk ke dalam mobil.

Perjalanan dari desa Wawan ke Surabaya dibutuhkan waktu setidaknya dua hingga 3 jam, selama perjalanan aku lebih banyak diam, keceriaan yang aku dapatkan selama 3 hari ini seakan hilang begitu saja. Wawan beberapa kali mencari topik cerita namun hanya aku jawab singkat. Tidak tahu kenapa moodku tiba-tiba hilang hingga tidak terasa perjalanan sudah masuk ke tol sidoarjo.

“Wan, aku bener-bener ga mood nih,” Ucapku padanya.​
“Trus Non Cilla mau kemana, aku anter deh,”Sahut Wawan.

Akhirnya aku memutuskan untuk ke Mall sebelum pulang ke rumah. Karena bagiku lebih baik jalan-jalan daripada menghabiskan waktu liburan yang tinggal satu hari lagi in di rumah. aku memutuskan untuk janjian dengan sabahatku, Felicia yang kebetulan juga berada di mall yang sama. Setelah parkir, aku langsung mengajak Wawan untuk menemaniku jalan ke dalam mall layaknya orang yang sedang berpacaran. Aku merasa nyaman sekali untuk berada di sampingnya walau Wawan belum pernah sekalipun mengucapkan kata sayang atau cinta pada diriku, mungkin karena tetap menjaga profesionalitasnya sebagai supir pribadiku atau dia takut mendapatkan masalah saat kedua orang tuaku tahu kalau supirku ini ternyata menyukaiku. Kami berjalan menuju ke Cafe dan bertemu dengan Felicia, langsung saja aku peluk dia karena sudah beberapa hari ini tidak bertemu dengannya. Felicia ini teman sejak aku kecil, satu-satunya tempat curhat dikala aku sedang bosan ataupun sedang bersedih. Dia adalah satu-satunya temanku yang sabar dengan segala kerempongan diriku. Kami ngobrol kesana kemari bahkan sampai melupakan supirku yang sedari tadi hanya duduk bermain HP.​

Penampakan Feli :
“Wan.. kok diem aja?” Tanya Felicia.​
“Oh iya non Feli, bingung mau ngomong apa,” Balas Supirku.
“Enak ya jadi kamu Wan, supir tapi di traktir-traktir sama majikan,” Ucapnya lagi.
“Hush, apaan sih?” Ucapku memotong.
“Untung ganteng ya,” Kata Felicia tersenyum.
“Ga usah Ge-er,” Ucapku sambil mencubit Wawan yang tersenyum.

Wawan langsung salah tingkah dibuatnya. Felicia ini anaknya supel banget, tingginya 158cm jelas lebih dariku, ukuran bra nya 34B sedikit lebih kecil daripada diriku yang 34C. Tapi termasuk seksi untuk ukuran dirinya. Setelah disinggung oleh Feli, Wawan seperti langsung bergairah untuk ikut ngobrol bersama dengan kami. Itu karena usia kami memang tidak terpaut terlalu jauh, sehingga obrolan kami masih nyambung apalagi topiknya kebanyakan seputar tugas akhir yang harus diselesaikan dalam minggu ini. Hampir 2 jam kami ngobrol sebelum Felicia mengajak kami untuk ke apartemennya yang berada di atas mall ini. Dia mengajak kami untuk nonton Netflix bersama karena ada film korea yang baru saja rilis. Karena tidak ada kegiatan lain hari ini, aku mengiyakan saja ajakannya menuju apartemennya. Sesampainya di apartemennya, aku dan Feli langsung merebahkan badan di sofa dan mulai menonton Netflix, sedangkan supirku duduk di meja makan sambil meminum kopi yang tadi dia beli di cafe dan hampir dua jam kami nonton film bersama menghabiskan dua episode di film tersebut. Felicia tiba-tiba berdiri dan mengambil minum yang ada di kulkas lalu duduk di sebelahnya Wawan. Wawan kembali salah tingkah dibuatnya, namun sahabatku ini terlihat mulai menggoda supirku. dia peluk Wawan sambil dikecup pipinya.

“Non Feli.. ampun,” Ucap Wawan.​
“Aku juga mau kayak Pricil dong Wan,” Bisiknya di telinga Wawan.
“Pingin apa?” Tanya Wawan pura-pura tidak tahu.

Feli langsung mengecup bibir Wawan. Bak Gayung bersambut, Wawan langsung melumat sahabatku ini, ciuman mereka cukup panas sedangkan aku yang melihat sahabat dan supirku bercumbu sebetulnya ikut bergairah, langsung saja aku dekati mereka dan mulai memeluk supirku. Kini Wawan gelagapan menerima serangan kami berdua, dia mulai mencumbui diriku bergantian dengan Feli, sahabatku. Sahabatku itu langsung mengarahkan tangannya ke bagian bawah supirku yang masih tertutup celana jeans, terlihat batangnya mulai menonjol dan celananya mulai sesak. Wawan juga semakin berani mengajak kami ke sofa, di situ dia bergantian mencium bibirku dan Feli, kami berdua langsung melepas T-Shirt yang dipakai supirku dan mulai memainkan putingnya. Setelah puas bermain di dada supirku, kami terus mengarah ke bawah dan Feli dengan berani langusng meraba benda yang mulai mengeras itu. Wawan terlihat ingin membuka celananya namun ditahan oleh Feli, pandangannya yang mengarah ke celana aku tutupi dengan ciumanku. Aku ingin dia merasakan apa yang aku rasakan kemarin, bagaimana aku tidak mampu bergerak melawan supirku dan Pak Burhan. Feli mulai melepas celana panjang supirku itu beserta celana dalamnya. Dia bergumam melihat batang penis supirku yang sudah mengacung tegak. Tangan Wawan kini mulai berani memeluk tubuhku, sambil terus menciumi bibirku, dia membuka bajuku dan melepas bra ku alhasil aku topless di ruangan ini. Aku tidak perduli dengan sahabatku yang berada di lantai yang sedang asyik mengulum batang supirku, aku tetap mencumbui Wawan hingga dia gelagapan. Setelah puas dengan diriku, aku berganti posisi dengan Feli, kini dia yang beradu lidah dengan Wawan, dan kini aku menikmati batang Wawan bagai anak kecil yang sedang menikmati lolipop. Beberapa saat kemudian, Wawan meminta untuk merebahkan tubuhnya dan kita mengikuti kemauannya. Aku tetap memainkan penisnya dnegan mulutku, sementara Wawan meminta sahabatku ini melepas semua pakaiannya dan naik ke wajahnya, Felipun bersedia sehingga kini Wawan asyik menikmati vagina dari Feli, sedangkan penisnya masih aku kulum. Karena sudah benar-benar terangsang, aku langsung mencoba memasukkan penisnya itu ke dalam vaginaku. Penis yang sudah basah oleh air liurku itu sukses menembus liang vaginaku. Walau sedikit sakit karena posisi Woman on Top, tapi penetrasi ini membuatku terlihat seksi. Aku dan Feli berpelukan, bahkan aku menatap wajahnya dari dekat. Tanpa basa basi, Feli mulai membelai rambutku dan mencium bibirku. Akhirnya kami berciuman dengan sangat ganas, bak dua orang bidadari yang turun dari surga menikmati satu pejantan yang sedang berada di bawah kami. Tangan kami juga saling memainkan buah dada. Tanganku merabai putting payudara Feli dn sebaliknya. Wawan yang sedang berada di bawah mengeram keenakan ditindih dua bidadari cantik yang sedang keenakan.

“Enak ya Wan?” Tanyaku.

Wawan hanya mengangguk. Dia tidak bisa berkata-kata karena masih menikmati vagina Feli yang baru saja orgasme. Tubuhnya bergetar, tidak lama disusul dengan orgasme dari diriku. Akupun ikut bergetar keenakan, aku peluk sahabatku ini dan kembali berciuman. Ini adalah pengalaman pertamaku berciuman dengan wanita dan itu adalah sahabatku sendiri, namun nafsu sepertinya lebih menyelimutiku daripada pikiran-pikiran yang rasional terlebih penis yang tertancap di dalam vaginaku ini makin dalam menusuk membentur rahimku. Ngilu dan nikmat bercampur menjadi satu. Setelah puas dalam posisi ini, aku bertukar posisi. Sambil membuka semua pakaianku, kini aku yang terlentang dan Wawan mulai memasukkan penisnya kembali ke dalam vaginaku. Aku yang mulai mendesah tiba-tiba diusap oleh Feli, dia kecup bibirku sambil menaiki wajahku, vagina Feli terpampang jelas di depan mukaku. Aku langsung mencoba menjilati setiap area vaginanya dan perngalaman pertama ini menurutku sangat aneh, tapi asik untuk dilakukan, Feli sendiri mendesah sambil memeluk Wawan dan menciumi bibirnya. Kami bertiga selalu berganti posisi, terkadang aku yang dibawah menerima hujaman penis Wawan, terkadang aku yang diatas, dengan vaginaku yang dinikmati oleh sahabatku sendiri. Jilatan-jilatan dari Feli ini membuatku akhirnya mencapai orgasmeku.

“Shhh.. Fel.. Enak..,” Racauku.

Feli sendiri masih mengerang akibat dipompa oleh Wawan, kini aku yang sudah ambruk di sofa hanya bisa melihat sahabatku dan supirku beradu badan. Mereka begitu ganas sampai suara tumbukan penis Wawan dan selangkangan Feli berbunyi kencang. Aku sendiri berusaha mengistirahatkan tubuhku sejenak lalu kembali merangsang Wawan dengan memeluknya dari belakang dan menciumnya. Wawan sendiri walau sedang berpagutan denganku, dia tetap memompa penisnya dengan mantap. Beberapa saat kemudian, Wawan mengeram dan ingin menyemburkan spermanya. Kami berdua langsung jongkok dihadapannya sambil memainkan penisnya bersama-sama hingga akhirnya sperma itu muncrat ke wajah kami. Wawan sendiri langsung ambruk setelah proses ejakulasi itu melihat kami berdua saling menjilat dan berciuman. Setelah itu Wawan berdiri dan memeluk kami berdua, sambil beristirahat sejenak. Aku yang masih belum puas menggoda Wawan namun dia belum begitu mood, Wawan hanya memainkan putingku dan puting Feli bergantian sebelum akhirnya dia bangkit berdiri menuju kamar mandi. Selepas Wawan kembali dia melihat kami berdua masih bugil dan asyik beradu mulut, saling bermain payudara dan vagina hingga kami berdua orgasme bersama-sama baru setelah itu Feli mengajakku mandi bersama.

“Udah seger ya non,” Balas Wawan saat melihat kami sudah berpakaian lagi.​
“Seger dong,” Ucap Feli.
“kurang nih, udah keburu muncrat tadi,” Ucapku cemberut.
“Tenang non, kita kan bisa kapan aja,” Balas supirku menenangkan sambil memelukku.

Tidak tahu kenapa aku cukup senang dipelukan Wawan, tapi aku merasa sangat damai berada di pelukannya apakah ini yang dinamakan cinta? Aku hanya bisa mengangguk saat Wawan berkata seperti itu. Feli yang melihat kami seperti dua kekasih yang sedang berpacaran hanya bisa menyoraki kami, aku dan Wawan sendiri tidak peduli dengan Feli, beberapa kali kita berpagutan di depannya walau tidak berakhir dengan hubungan seksual. Setelah kami puas, aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Aku berpamitan dengan Feli sambil mencium bibirnya, lalu bernagkan menuju ke rumah. Selama perjalanan Wawan bercerita bagaimana vagina nya Feli yang sangat legit dan lain sebagainya. Namun semakin Wawan bercerita aku semakin sewot, sedikit banyak aku ada perasaan cemburu melihat Wawan seperti itu.

“Aku ga suka kamu ngomongin Feli terus,” Ucapku.​
“Emang kenapa non?” Balasnya.
“Ya ga suka aja,” Balasnya.
“Ye.. ada yang cemburu ya?” Balasnya lagi
“Dih..,” Ucapku sambil berpaling.

Sesampainya di rumah, baru saja mobilku dimasukkan ke dalam garasi, pak Imam langsung menyerbuku pertanda tidak ada orang di rumahku ini. Dia langsung memelukku sambil mencium bibirku. Bahkan aku belum siap, pak Imam langsung menggendongku menuju ke kamarnya. Disana bajuku langsung dia lucuti, dan dia ciumi seluruh tubuhku. Mungkin Pak Imam kangen setelah aku tinggal beberapa lama. Rasa aneh yang tadi aku rasakan terhadap Wawan tiba-tiba hilang. Pak Imam dengan bernafsu langsung melumat vaginaku yang masih sedikit basah akibat kejadian di apartemen Felicia. Pak Imam melahap vaginaku dengan nikmat saat Wawan masuk ke kamar ini, dia yang melihatku mendesah akibat serangan Pak Imam kembali bernafsu. Dia lepas seluruh bajuku dan bajunya sendiri lalu dia ikut menciumi wajahku. Tadinya yang ada perasaan cemburu melihat Wawan dan Feli tiba-tiba hilang dan nafsuku kembali bersamanya. Setelah puas mencium wajahku, Wawan bangkit berdiri dan duduk di kursi yang ada di kamar ini.

“Non Cilla, sini non,” Panggilnya sambil mengocok penisnya sendiri.

Tidak tahu kenapa, aku yang sudah bernafsu ini seperti terpanggil untuk merangkak kesana, aku mendekati Wawan dengan merangkak dan langsung mengecup penisnya. Aku mainkan buah zakarnya dan kukecup ujung penisnya membuat nspas Wawan semakin memburu. Lalu aku genggam penis Wawan yang mulai kokoh berdiri setelah tadi menyoyak liang vagina Felicia, sahabatku. Pak Imam yang melihat kejadian ini tidak tinggal diam, dua jarinya mengaduk-aduk vaginaku dari belakang membuat aku sedikit kelabakan membuat aku semakin heboh memainkan penis dari Wawan. Wawan sendiri terlihat menikmati peninsnya dimainkan seperti ini, begitu pula Pak Imam yang menikmati memainkan vaginaku dari belakang hingga aku mencapai orgamseku. Setelah orgasme ini mereda, Wawan dan Pak Imam bertukar posisi, kini aku memainkan penis Pak Imam yang juga sudah menegang sedangkan Wawan bersiap memasukkan batang penisnya itu ke liang vaginaku yang sudah becek ini. Tidak terlalu sulit bagi Wawan untuk menusukkan penisnya dan dia mulai menggenjot penisku dnegan irama yang cukup kencang sambil bersiul.

“Sh.. Wan.. Enak mana sama Feli?” Tanyaku.​
“Ya jelas enak non Cilla dong,” Balasnya.
“Feli siapa?” Tanya pak Imam.
“Ada deh..,” Balasku.
“abis tadi waktu ngentod sama Feli aku dikacangin jadi bete kan,” Balasku cemberut.
“Oh non Cila bete gara-gara itu toh, maaf ya non,” Ucapnya sambil mengecup bibirku.

Setelah itu, Wawan mengangkat kedua tanganku kebelakang membuat payudaraku membusung di hadapan pak Imam. Lalu dia sodokkan penisku dengan kencang membuat aku harus mengerang keenakan. Penis itu menyodok semakin dalam membuat aku harus merem melek keenakan apalagi setelah Pak Imam turut memainkan payudaraku yang ada di hadapannya. Rangsangan demi rangsangan yang aku terima ini akhirnya menyebabkan aku orgasme untuk yang kesekian kalinya. Namun, Wawan nampaknya tidak peduli dengan orgasmeku, dia tetap menggenjotku sampai menimbulkan bunyi yang cukup keras saat selangkangan kami saling beradu. Selanjutnya, Wawan memintaku untuk tiduran terlentang di kasurnya, dia kembali memasukkan penisnya itu ke dalam vaginaku, Pak Imam langsung naik ke wajahku dan langsung memasukkan penisnya ke dalam mulutku. Aku menyukai diperlakukan seperti ini. Penis itu begitu dalam masuk ke tenggorokanku membuat aku kadang kesulitan bernapas, di sisi lain aku harus merasakan vaginaku diobok-obok oleh Wawan. Air liruku sampai membasahi seluruh penis Pak Imam. Namun pemiliknya tetap asyik memainkan penisnya di dalam mulutku. Terkadang dia pukul-pukulkan penisnya itu ke pipiku hingga pipiku pun basah dengan liurku. Beberapa saat kemudian Wawan mengeram dan langsung menyemprotkan spermanya di dalam vaginaku. Aku merasakan cairan hangat masuk ke dalam lubangku itu.

“Wan, kok dibuang di dalem, nanti kalo aku hamil gimana? Ucapku menggodanya.​
“Emph.. Anu.. aku kawinin non kok,” Ucapnya terbata-bata.

Aku yang masih lemas ini melihat wajah supirku gelagapan ini cukup lucu. Aku sendiri rutin minum pil KB untuk mencegah terjadinya kehamilan setelah aku cukup aktif melakukan hubungan seksual. Wawan kini meminta pak Imam untuk minggir karena dia minta penisnya dibersihkan olehku. Aku langsung melahap penis yang mulai lemas itu dan membersihkannya. Kini Pak Imam bersiap memasukkan penisnya itu kedalam vaginaku. Penis itu ambles sangat mudah karena vaginaku yang sudah basah dan ketambahan sperma Wawan yang meleleh keluar. Wawan kini berbaring disampingku sambil memeluk diriku dan menciumku disaat Pak Imam masih menghujamkan penisnya ke vaginaku. Walau supirku ini memelukku, tetap saja dia harus mendengarkan rintihkanku saat Pak Imam menghujamkan penisnya ke vaginaku. Beberapa saat kemudian Pak Imam mengeram dan memberitahu jika dia akan ejakulasi.

“Non, pak Imam buang di dalem ya,” racaunya.

Aku hanya mengangguk dan tidak lama Pak Imam berejakulasi di dalam vaginaku. Dia tekan penisnya hingga dalam sekali. Lalu melepaskan penisnya itu dan memintaku membersihkannya. Aku turuti kemauannya dengan membersihkan penis itu sampai bersih. Setelah itu Pak Imam bangkit berdiri dan memakai kembali pakaiannya sambil bersiul. Dia mengatakan akan meninggalkan kami berdua pasangan muda yang lagi hot-hotnya. Dia mau kembali membereskan halaman rumah. Sedangkan aku dan Wawan masih tergeletak lemas menikmati sisa-sisa orgasme yang tadi aku rasakan. Wawan menanyakan hal yang serius perihal tadi apakah aku memang benar-benar cemburu melihat dia bermain dengan Feli, sahabatku.

“Non, beneran cemburu ya?” Kata Wawan.​
“Nggak lah, apaan sih, Wan? Lagian kamu kan bukan pacarku,” Ucapku agak sewot.
“Kalo emang non cemburu, Wawan ga akan gitu lagi kok,” Ucapnya seperti seorang pacar.
“Ngga Wan.. Beneran,” Ucapku sambil memandangnya dan mengecup bibirnya.

Wawan cukup lega melihat reaksiku walau di dalam hatiku masih saja bergejolak apakah aku sudah jatuh hati dengan supirku ini sehingga ada perasaan cemburu. Biarlah perasaan itu aku pendam sampai aku benar-benar yakin apakah aku ini sudah jatuh hati dengan supirku ini. Yang jelas, baru saja malam ini sampai di surabaya, aku sudah kangen dengan desanya Wawan. Malam ini bakal terasa sangat panjang dan sangat sepi berbeda dengan di desanya Wawan yang sampai tengah malam masih banyak orang yang bersenda gurau menikmati indahnya alam dan dinginnya malam. Kini aku bangkit berdiri dan memakai kembali pakaianku. Sebelum kembali ke kamar, aku kecup Wawan dan berterima kasih untuk tiga hari ini sudah mau menemaniku di desanya.​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd