Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Meicy

-bahagian 4-
Kentang rebus atau goreng?

"Ma, aku pulangnya agak sore ya? "
Aku setengah berteriak, sambil menuruni tangga.
Kemeja linen tipisku tak mampu menyembunyikan bra hitam berenda di baliknya, sedang menjaga goncangan tetekku semaunya, saat menuruni tangga dengan cepat, berpasangan dengan celana gemes jeans biru muda.
"Sendiri? "
"Sama Tina! " Sahutku lagi.
"Bawa kunci jangan lupa! "
"Ya ma!"

Christina sudah menunggu di atas mobil Kijang Krista tuanya. Tua namun masih terawat, seperti bodi empunya.
Aku bergegas baik dan duduk di kiri depan.
"Jadi, gimana nona cantik? Dah punya rencana? Kemeja lu keren.. "
"Nggak" Jawabku singkat
"Nggak apanya? "
"Ya nggak, belum punya rencana" Sambungku.
"Ooo.. Kirain lu dah punya sesuatu, makanya lu berpakaian gitu" Christina mulai menjalankan Kijangnya.
"Berpakaian kayak gimana emangnya? "
"Tuh.. Kancing no 1 dan 2 lu buka, udah kemana-mana aja belahan toket lu Mes. "
Tina sendiri memakai tanktop putih, tanpa bra i guess, agak kontras dengan kulitnya yang kecoklatan terbakar matahari.
180° denganku, kulit putih bersih yang dibungkus bra hitam.
"Masih lebih hot elu kali Tin, tuh puting lu aja udah nyeplak. "
"Oke mari kita bahas langsung aja Mes.. Lu jangan lupa ya, pikirin mateng-mateng segala kemungkinan dan resikonya. "
Aku diam saja, menunggu Christina melanjutkan kalimatnya.
"First of all ya, ini bukan cowok yang sekedar pagi-pagi nuntasin hasratnya, numpahin pejuhnya sambil nontonin gua lagi lari. "
"Ya, gua sih yakin, mereka sama aja kayak cowok-cowok umumnya. Kucing mana yang ga doyan bau amis ikan, ya kan? " Sambungnya.
"Kita mainnya soft aja dulu Mes.. "
"Soft gimana? "
"Nanti gua jelasin, kalau udah disana. "

Kami menepi di Alfamart.
Tepat setelah alfamart, hanya sebuah ruko kosong bertandakan 'dijual / disewakan' berdiri, setelahnya sudah tepian kali yang bertemu dengan jalanan, dengan beberapa gubuk-gubuk tua.
"Tuh, ada yang duduk-duduk depan gubuknya, lu turun aja, masuk ke alfa. Sebelum masuk, lu pura-pura nerima telpon di depan, ngasih waktu mereka buat notice adanya elu."
"Trus? "
"Ya lu beli apa kek di dalem, gua nanti pantau dari mobil, gua videoin kalo perlu. "
"Koq gua deg-deg an? "
"Yah elu, gitu aja deg-deg an. Aman lah Mes, siang-siang gini. "
"Iya iya. "
Aku sengaja melepas ikatan rambutku bebas terurai, melirik ke visor di depanku, kuatir dandananku berlebihan.
"Nggak, dandanan lu ga kayak cewek open BO lah. "
Haha, hebat juga Christina meramal.

Aku turun.
"Halo? "
"Ooo.. Em, gua masih diluar.. "
"Wah, jam berapa ya? Ga berani mastiin.. "
Kulirik sekilas.
Dua pasang mata mengamatiku tajam.
Angin berhembus lumayan kencang, melawan tipisnya kemejaku, memaksa lekukan toket dan bra ku pasrah tercetak.
Hp kumatikan, lalu masuk ke alfa.
Aku masuk ke bagian belakang, dimana aku bisa bebas melihat ke arah luar, dari balik deretan barang barang yang sedikit menyembunyikanku.
Gak pake lama, seorang dari mereka masuk.
Seorang lagi di depan, merokok bersandar di dinding teras alfa.
Keduanya masih muda, legamnya kulit dan kerasnya kehidupannya tak mampu menyembunyikan raut wajah yang masih belia.
Aku asal saja di deretan rak bagian ini, ternyata berisi roti dan segala olesannya, seperti nutella, meses, selai dan sebagainya.
Aku memeriksa tanggal kadaluarsa roti tawar kupas tepat di depanku.
Kulayangkan sebentar pandanganku, mencari anak muda tadi.
Hampir copot jantungku, ternyata hanya berjarak beberapa langkah di sampingku, anak muda tadi sedang berjongkok, entah apa yang dicarinya di rak dekatku.
Sengaja kubelakangi, ikutan menunduk, mencari-cari sesuatu yang tak kucari, di deretan agak bawah.
Pastinya, pantat berlemakku ini menantang anak muda tersebut.
"Perfect nih" Batinku.
Di depanku ada deretan lemari es kaca minuman dingin.
Sambil membungkuk, aku melirik bayangan di kaca lemari es itu.
Benar kan, anak muda tadi sedang mengusap-usap lampu Aladinnya dari luar celananya, sambil melototiku dengan tatapan lapar.
Oke, kali ini sedikit lebih bikin panas dingin.
Kuputar arah badanku, tanpa mengubah posisi bungkukku.
Dan, sekarang, nikmatilah kontrasnya bra hitam dan kulit panlokku.
Anak muda sedikit kaget, sejenak jaim melepas genggaman dari pentungannya yang mulai tampak mendesak dari balik celananya.
"Kenapa itunya? " Aku berbisik.
Gosh, jarak kami lebih dekat dari yang kukira.
Ia hanya diam, namun kembali setia meraba-raba penuh penghayatan pentungannya yang sudah mengeras miring tak tentu arah.
Luar biasa.
Betapa kucing selalu paham, ikan mana yang amisnya patut didekati.
Ikan berumur 40 tahun lebih, yang masih hitungan jari memeknya dikunjungi kontol. About that, later.
Aku bisa merasakan, pejuh yang tertampung di kantong menyan anak muda ini, seperti sibuk berdesak-desakan, bersiap menjalankan tugas mulianya membuahi seorang kaum hawa yang subur.
Ya, kaum hawa yang bongsor, kulit putih nan licin, yang buah dadanya tengah ditatap oleh pemilik kontol muda di depannya.
Berharap, liang persenggamaan wanita yang nampak subur ini bersedia menampung siraman benihnya.
Kuraih sebungkus roti tawar, dan bergegas ke kasir.
What da fak, pasti pikir anak muda yang serikat pejuhnya sudah tidak sabar menggedor-gedor dari balik dinding kapal selamnya, minta kebebasan.
Gak pake lama, anak muda dan pentungan miringnya sudah antri dengan patuh di belakangku.
Gosh, kapan lagi elu bisa elus-elus lampu jin dekat cewek mirip artis Bella Saphira, tingginya se Luna Maya, namun semoknya ala Stephanie Poetri, bahan ngocok yang perfek kan?
Lagian, antrinya mestinya biasa aja, gak perlu sedekat ini.
Rasanya denyutan-denyutan pentungan yang mengeras miring itu sinyalnya sampai ke liang memekku.
Oh wait, biar diberi sedikit 'dorongan.'
Uang logamku terjatuh, dan tadaa..
Pentungan mengeras miring di balik celana lusuh itu bertumbukan dengan pantat tebal berlemak sang cici di depannya.
Coba bayangkan dengan slow motion, kecepatan 1/10.
"Oh maaf.. " Bisikku menoleh, sambil melangkah pergi.
"Sengaja.. " Tambahku lagi sambil tersenyum penuh arti.

High five!
Mobil digas dan kami pergi.
"Kalo tadi lu sendiri Mes, apalagi ga naik mobil, alamat diculik en diperkosa lu, hahaha.. "
"Iya Tin, mungkin lamaan dikit gua di dalam, anak muda tadi tambah nekad pasti, bisa dikeluarin kontolnya. "
 
-bahagian 5-
Instant Karma 1

"yang bener lu Tin?"
"Beneran Mes, gua lupa kemarin langsung ke bengkel."
Kami hanya bengong, menatap kaca depan yang berembun, dan dari sela-sela kap mesin keluar asap.
"Damn! " Christina turun sambil membanting pelan pintunya.
"Auwww! " Teriaknya sambil dikibas-kibaskannya tangannya.
"Mes, ambilin jaket gua di kursi belakang dong! " Sambil memberi kode dengan tangannya.
"Kenapa nih Tin? " Kami berdua berkacak pinggang menghadapi kap mesin yang terbuka.
"Tuh sampe mendidih, masukin telor mateng tuh. " Sahut Christina kesal.
"Bisa dipake jalan ga? "
"Harusnya ya.. Tunggu agak dingin kita isi pake air mineral botol gede, beli di Alfa tadi aja, belum terlalu jauh."
"What? "
"Oh sorry.. " Christina memegang jidatnya sambil mengangat tangan.
"Yang ada elu diketawain dua abege tadi ya.. Gue aja yang kesana, lu tunggu di mobil. "
Tanktop Christina basah, membuat putingnya samar-samar terlihat dari luar.
"Lu yakin, pake baju gitu mau kembali ke sana? "
"Well gak papa lah, itung-itung bonus buat anak-anak tadi. " Balasnya tetap optimis.

5 menit kemudian

Kutengok spion tengah, lalu spion samping, dari kaca jendela yang cuma tergulung setengah.

10 menit setelahnya

Fuck. Jauhkah? Perasaan paling jauh 200 meteran. Si pinter itu HP nya ditinggal pula.

15 menit lagi

Gak bener nih. What should i do?

Kutengok kap mesin, sudah agak dingin.
Kututup saja kap dan mobil kukunci, trus susulin Christina.

Tuh kan, gak jauh, gak ada 5 menit sampe.
Aku menengok ragu ke deretan gubuk tadi.
Syukurlah, kedua anak tanggung tadi udah nggak ada.
"Mbak, tadi ada teman saya ke sini? Pakai tanktop putih, kulitnya agak coklat. "
"Ada mbak, beli air mineral. "
Mendadak aku pusing.
Saat kau merasa ruangan akan berputar, aku berpegangan ke meja kasir.
"Mau isi pulsanya mbak? You C nya lagi promo 10 ribu dapat dua.. "
"Iya mbak.. " Beruntung, pertanyaan mbak tadi seketika membuatku waras kembali.
"Oh iya, bentar, saya ambil Aqua juga. "

Fuck, kenapa mesti saat ini? Dan di daerah ini pula.
Aku menengok kiri kanan di depan.
Kenapa juga mendadak daerah ini serasa sepi sekali, seperti film horor saja.
Langkah kubawa dengan berat, di bawah terik matahari siang yang menusuk kulit ini.

Fuck lagi.
Sekarang Kijang tua ini hilang akinya.
Shit, daerah ini memang terkutuk.
Saat kembali ke mobil bukan Christina yang kutemui, tapi kap mesin yang ada bekas linggis di depannya.
Kalo aku baliknya 15 menit lebih lama, jangan-jangan lampu dan bempernya hilang juga.

"Coba lihat view yang ini mbak. " Tunjukku ke layar.
Aku sudah di Alfamart kembali, memeriksa CcTV, setelah kuceritakan hilangnya Christina.
Yuni atau paling tidak itu yang kubaca di dada kirinya, manajer yang in charge disana, membantuku dengan menawarkan memeriksa rekaman CCTV.
Aku sedikit geli dalam hati, saat melihat rekaman diriku menyenggol batang tegang anak muda tadi yang masih terbelenggu celananya.
Setelah itu nampak si anak muda salah tingkah kebingungan.

Skip

Skip

Dan terlihatlah Christina di kasir, nampak dari rambut sebahu, tanktop putih, celana Joger berwarna hijau army dan sneaker putih.
Sejurus kemudian Christina keluar dari pintu kaca.
"Coba mbak, view parkirannya sekarang. "
Christina melenggang santai sambil menghilang dari jangkauan CCTV.
Tapi, arahnya salah. Menjauhi mobilnya.
 
-bahagian 6-
Instant Karma 2

Kutunggu sebentar, sabar, tunggu terus.
Sampai akhirnya tampak diriku yang tertangkap CCTV, dari arah kiri, sedangkan Christina tak kunjung muncul.
What should i do?

1 jam berlalu

Mobil Chrisina kutinggal saja di sini, dikunci setir.
Kupastikan semua benda penting kubawa, HP Christina, semua kunci yang bisa kutemukan di mobilnya, lalu kukunci dan pergi.

"HP nya tidak dibawa, tante. Ini. "
Tante Martha masih mengernyitkan dahinya sambi menerima HP anaknya.
Aku duduk di serambi lebar ala rumah tahun 60 an, dengan pohon mangga rindang di depannya, sesekali terdengar kicauan yng berbeda dari beberapa jenis burung.
"Harus no kita bapanggil polisi? Tanyanya sambil menengok ke Mario.
" Saya ke sana aja dulu mam, sama ci Meicy, kalau gak keberatan. Maaf mau merepotkan lagi. "
"Nggak kok, nggak sama sekali. Saya yang ngerasa ga enak dan ga berguna, bisa-bisanya Christina hilang saat keluar ma saya. " Aku hanya tertunduk, antara merasa bersalah dan malu.
"Sudah jow jang tarlalu dipikir. " Tante Martha menumpuk tangannya lembut diatas kedua tanganku.
"Kamu istirahat jow dulu Mes, paling tidak makan deng tante dulu, so jam makan siang. "
"Ng.. Jangan tante, kita kembali aja ke sana sekarang,. "
"Tante memaksa kamu, maaf ya, tapi kita makan dulu tenang-tenang, baru kamu pergi sama Mario. "
"Baik tante". Mungkin suara dari perutku menyadarkan tante Martha bahwa aku belum makan.
Apalagi sudah lama gak ketemu uik uik dimasak rica.

Mario memacu motor Vario nya, dan tak lama kami kembali di Alfamart tadi.
Matahari sudah tidak sepanas tadi.
"Tadi rencana sama kak Tina mau kemana ci? "
Spontan jantungku sedikit lebih cepat berdenyut, menghadapi pertanyaan tadi., namun dengan tenang kujawab:
"Mau makan siang tadinya di jalan D, tapi tiba-tiba radiatornya kepanasan. "
Mario terpaut jauh usianya dari Christina, mungkin orang-orang bisa mengira dia adalah keponakan kami.
"Dan itu" Aku mengernyit pahit, menunjuk ke arah mobil Kijang yang masih aman terparkir.
Tadinya aku hendak bercerita perihal kecurian aki juga, tapi kuurungkan niatku.
Kami tidak punya petunjuk apa-apa setelah melihat sekeliling, lantas kembali mencari mbak Yuni dan rekaman CCTV nya.
Hanya daerah gubuk-bubuk yang mendadak sunyi yang masih mengusikku, agak janggal.
Mario melihat rekaman CCTV bersamaku dan mbak Yuni.
Ia hanya geleng-geleng kepala.
"Kita ga dapat apa-apa lagi dari rekaman ini. "
Aku mendapati beberapa kali mbak Yuni mencuri-curi lihat ke Mario.
Jelas, ada sinyo Manado kulitnya putih, badan lumayan tinggi dan lumayan atletis, akupun mungkin bakal berpikir aneh-aneh, seandainya tidak memikirkan sahabatku ini.
Tapi kenapa ya? Kakaknya agak item tapi adiknya putih begini.
HP Mario berbunyi.
"Halo? " Mario memberi tanda sorry lalu bergegas keluar dari gudang.
Dari CCTV ia terlihat ke parkiran, serius berbicara melalui HP.
"Pacarnya ci? " Tanya Yuni.
"Ah, si mbak. Itu adik teman saya tadi yang hilang. "
"Koq, nggak mirip ya? Adiknya putih gitu. "
"Ck.. Jangan bahas yg gituan dulu deh mbak.. Saya ga tenang nih, temen saya masih ga jelas nasibnya. "
"Iya Ci maaf, saya ga bermaksud koq.. " Di CCTV Mario sudah menutup HP dan kembali masuk.
"Ci..? " Mario hanya di pintu gudang memberi isyarat.
"Makasih ya mbak Yuni, saya dah ngerepotin lagi.. " Aku pamitan.

"Tadi teman nelpon, katanya dia liat kak Christina, lagi jalan sama orang. Awalnya dia gak yakIn, tapi difotoin dari atas mobil tadi. "
"Ya bener, ini kan baju dia tadi. " Nampak Christina jalan kaki bersama seorang pria di jalan E.
"Kita kesana yuk, tapi singgah dulu di bengkel temanku, dia punya aki yang cocok buat mobil kijangnya kakakku, jalannya searah koq"
 
-bahagian 7-
Dia tega, tapi aku horny 1

Mario kembali memacu Vario nya, ke jalan F, sebelum ke jalan D, dimana Christina tadi terlihat.
Kami berhenti di bengkel tertutup, Rizal Motor tertulis kecil di atas pintu rolling door bercat kuning yang sudah karatan di beberapa bagian.
Kita masuk dulu ci, temanku belum sampe, nanti dia bawakan akinya kemari.
"Gimana masuknya? Orangnya kan gak ada"
"Nggak dikunci kok sama dia.. Cuma keluar sebentar ngambil di bengkel satunya.
Rolling door dibukanya dan dimasukkannya motornya ke dalam.
Bengkel yang nampak berantakan, nampak berdebu.
Cahaya cuma masuk dari lubang angin sisi belakang bangunan, yang nampak goyangan dedaunan di luar, kutebak semacam kebun atau tanah kosong di belakang.
Mario menutup rolling door dari dalam.
"Boleh dibuka aja nggak? Agak panas di dalam. " Tanyaku sambil menengok atap seng tanpa plafon di atas.
"Agak rawan ci hari minggu sepi gini, makanya motor saya bawa masuk aja. "
Ok lah, apa kata kamu aja sinyo ganteng.
Dinyalakannya lampu.
Kuamati sekeliling.
"Ini bengkel apa? "
"Bengkel motor ci" Sambil dipantiknya rokok.
"Berantakan gini ya.. "
"Memang orangnya gitu ci.. " Sambil dihisap rokoknya dalam-dalam.
"Gak lama kok, gak jauh dari sini. "
Benar, tak lama rolling door membuka.
"Lama bener lu jal, gua mau langsung jalan lagi dari sini. "
"Iya, gua tadi lupa motor apa yang mau dipasangin aki, jadinya gua whatsapp lu lagi, lu balasnya lama. " Jawab pemilik bengkel, yang tentunya namanya Rizal.

Fuck.
Something wrong, but what?
"Yuk Mar, kita jalan? " Aku mulai merasa aneh, terlebih tampang temannya yang gak meyakinkan ini.
"Lu gak bilang kesini bawa temen Mar? " Temannya Rizal tersenyum nakal.
Fuck, aku merasa illfeel dikomentari demikian, juga dipandangi sekujur tubuhku seolah cewek yang hendak dipakai gratisan.
Dan entah alam membenciku atau apa atas perbuatanku tadi siang, hujan tiba-tiba turun.
"Hujan ci, bentaran lagi ya baru jalan. "
Mario yang kukenal sopan, gesturenya berubah jauh, seperti bukan dirinya.
Apalagi sejak kedatangan temannya tadi.
Auranya sama gelapnya sekarang.
Ruangan itupun terasa sempit dan pengap.
Dari tempatku duduk, aku baru teringat perkataan si Rizal tadi, tentang aki.
Kulihat aki yamg diletakkan di atas meja oleh Rizal, dan kembali kalimat tadi muncul di kepalaku.

"Iya, gua tadi lupa motor apa yang mau dipasangin aki, jadinya gua whatsapp lu lagi, lu balasnya lama. "

Mendadak sunyi, hanya degup jantungku sendiri yang kudengar.
Spontan, aku melompat dan berlari hendak keluar.
Dan hanya sejurus kemudian, aku dipeluk dari belakang, dan jatuh tertindih.
Kembali suara rolling door dibanting tertutup terdengar kembali.

"Hahahaha" Tawa serak Rizal memenuhi ruangan tertutup itu.
"Mario?! Apa-apaan lu? "
Mario memiting kedua tanganku di belakang, dan mencoba mendirikan aku.
Karena badanku yang bongsor, aku hanya sampai posisi bersimpuh, dengan kedua tanganku dilipatnya di belakang.
"Lu tenang aja ci, gua tau lu juga kepengen ena-ena kan? " Bisik Mario di kupingku, lalu dijilatinya dengan nafas cepat dan bernafsu.
Fuck, seharusnya aku lebih cepat sadar tadi.
Aku kan gak pernah cerita tentang aki sama Mario, dan tempat ini, seperti sudah kosong berminggu-minggu, penuh debu.
Ah, shit lah.
"Jal, kesiniin" kode Mario ke Rizal.
Dilemparnya seutas tambang plastik berdiameter se jari kelingking.
Aku tak berdaya kedua tanganku diikat di belakang.
Lalu disandarkannya aku di tembok yang agak lembab dan mengelupas.
Nafasku memburu, membuat tetekku naik turun, dibungkus bra hitam yang menyembul karena posisi kancingku masih belum kuperbaiki setelah aksi siang tadi.
Saking paniknya, aku lupa.
Rizal mendekatiku sambil membuang sisa rokoknya ke lantai dan menggilingnya dengan sandal jepitnya.
"Ini malah lebih hai kualiti daripada kakak elu Mar. "
Sekali lagi aku tersambar petir.. Kali ini bersamaan dengan petir sungguhan di luar.
Aku menutup mata, mataku menghangat.
Semua ini jebakan.
Christina dan aku.
Airmataku mulai menitik dan mengairi pipiku.
Aku tidak berani membuka mata.
Tiba-tiba sebuah tangan yang kasar dan dingin menelusuri daguku, turun perlahan ke leherku bersama air mataku, menjelajahi dadaku sebel berakhir menelusup ke balik bra hitamku.
Remasan demi remasan diberikan, perlahan namun kasar.
Bau nafas bercampur tembakau semakin menyengat.
Dan tibalah bibir mungilku disergap bibir beraroma tembakau itu, dengan kumis-kumis halus.
Air mataku kian deras, aku terus mendapat cumbuan demi cumbuan yang kasar.
Linangan air mata dan keringatku sudah menyatu dengan liur berbau tembakau itu.
Aku hanya membuka sedikit mataku ketika kudapati Mario di samping dengan lampu HP berkedip sedang diarahkan kepadaku.
Aku yang terduduk dan terikat di lantai semen kotor ini sedang dicumbu oleh Rizal yang menjijikkan itu, tangannya sebelah sibuk mengoyak isi bra ku, sebelah lagi dengan tergesa-gesa mencoba membuka retsleting dan ikat pinggangnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd