Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Jenny-I part 2

Gill_sexplorer

Guru Semprot
Daftar
2 Jun 2019
Post
570
Like diterima
2.595
Bimabet
lanjutan dari https://v1.semprot.com/threads/petualangan-jenny-i.1321251/

Tiba-tiba timbul keisengan di benakku, untuk sedikit ngerjain pak Sukri. Mirip-mirip apa yang dilakukan abangnya pada diriku tadi.
Aku mulai menjilati senjata pak Sukri ‘tipis-tipis saja’. Dengan ujung lidahku. Dari pangkal ke ujung, lalu sebaliknya, menelusuri setiap millimeter dari senjata pak Sukri.
Namun ‘tipis-tipis saja’. Kadang aku hanya meliuk-liukkan ujung lidahku, di ujung senjata pak Sukri, sambil menikmati bau pesing dari sisa-sisa air kencing, bercampur dengan air pelumas senjatanya.
Pak Sukri masih memejamkan matanya, dengan nafasnya yang semakin berat.
Tangannya yang semula mengelus-elus rambutku, telah terdiam, setengah menjambak. “Dihisap bu!” bisiknya setengah berteriak. Takut membangunkan abangnya yang tertidur kelelahan mengerjai bidadari bongsor di depannya ini.
“Hmmm..mmm” aku terus melancarkan aksi tipis-tipisku. Pura-pura bodoh.
“Ahhhhhh” pak Sukri mulai gak tahan. Tangan kirinya memegangi pangkal senjatanya, lalu dengan tangan kanannya menjambak rambutku dan mengarahkan senjatanya ke dalam mulutku, dan mendeepthroatku dengan kasar.
Sial, mulutku mulai diperkosanya.
Aku mencoba menjauhkan mulutku dari senjata pak Sukri, dengan balas mendorong kedua pahanya, namun sia-sia. Rasanya seperti mau muntah. “h….akkkkk” aku mencoba menahan agar suaraku sepelan mungkin.
Aku menggoyangkan tanganku memberi tanda padanya, bahwa aku menyerah.
“Iya pak, jangan digitukan lagi…beneran saya hisap sekarang” dengan sedikit tersenyum nakal.
“Sruuuppp…sruppp…ahhh” aku mengoral pak Sukri dengan usaha terbaikku, karena tubuh ini sangat lelah.
Alhasil, 1 menit kemudian, otot-otot pak Sukri menegang semua, napasnya semakin berat. “Aakhhh…akuuu..dah gak tahan sayang…” bisiknya.
“Hahh..hahhh…keluarin di wajah cantikmu sayanggg”.
Ah, ini akan jadi facial pertamaku, yang selama ini hanya pernah kulihat di film porno. Aku mengocoknya semakin keras dan cepat, sambil menyipitkan mataku. Rasa jijik bercampur penasaran juga.
FROOOOT.. CROOOOOOTTTTTT… “akh” aku sedikit berteriak karena kaget, rasanya ternyata lebih hangat saat terkena wajah.
CROOOOOTTT CROOOOTTT…. Semburan demi semburan peju pak Sukri mulai memenuhi wajahku, sebagian di rambutku.
Sisa semburan terakhir pun digosoknya di pipiku, sambil ditampar-tamparkan.
Pak Sukri dengan tergesa-gesa tanpa pamitan, langsung berbalik dan keluar dari dinding bambu dan menutupnya kembali seperti pencuri. Pencuri kenikmatan.
Aku masih bersimpuh di atas semen dan udara malam yang lumayan dingin. Dasar lelaki. Sudah dilayani lupa berterima kasih. Ah, mungkin juga rasa takut sama abangnya membuatnya demikian.
Akupun berdiri, sambil berpegangan pada tiang kayu rangka bilik bambu. Seperti orang tua yang pinggangnya encok saja.
Air hangat kunyalakan, mengambil shower head, dan yang pertama kubersihkan adalah sisa peju pak Sukri tadi di wajahku.
Nikmat juga malam-malam di udara terbuka, mandi air hangat di pancuran. Terlebih setelah hubungan badan yang fantastis. Aku hanya ingin tidur setelah ini.
Kubersihkan setiap jengkal tubuhku dengan telaten dari sisa-sisa campuran minyak pijit, keringat, ludah dan sperma pak Jono dan pak Sukri.
Setelah mengeringkan badanku, aku kembali ke dalam. Kututup pintu kayu yang sedikit berderit. Aku mencoba melakukannya sepelan mungkin.
Kembali ke bilik honeymoonku bersama pak Jono tadi. Pak Jono sudah pulas tertidur rupanya. Posisinya terlentang dengan kedua tangan terbuka ke samping. Senjatanya yang tadi sekeras kayu, sudah kembali menyusut, namun masih menggantung gagah dengan ukuran di atas normal.
Tanpa bersuara kuambil lingerie hitamku tadi, yang juga sempat menjadi saksi siapa diriku sebenarnya.
Terpaksa aku tidur di bilik sebelahnya, yaitu bilik tempat tidur pak Jono. Bilik ini sedikit lebih sempit, sepreinya pun agak bau. Tapi semua itu tidak kupikirkan lagi, aku hanya ingin merebahkan tubuh lelahku ini, yang sudah dihadiahi peju dari 2 senjata berbeda.
  • Pagi yang berbeda
Mataku terbuka. Suara ombak yang sedikit lebih sayup-sayup dibandingkan semalam, yang pertama ditangkap telingaku.
Suasana sudah agak terang. Kulihat jam tanganku, pukul 5:43. Aku ngulet seperti kucing, lalu membalik badanku menjadi posisi telungkup, rasanya ingin melanjutkan tidurku. Tapi ada rasa lapar juga menggangguku.
Aku beringsut ke tepi bilik, membuka tirai, lalu duduk dengan kedua kakiku turun ke lantai. Kulirik ke sebelah, bilik cinta itu sudah rapi, bahkan sepertinya sepreinya sudah diganti. Pak Jono sudah tak nampak.
Di meja tampak kepulan asap tipis dari teh di gelas kaca bening, sepertinya baru dibuat. Aku melangkah ke meja makan. Ada pisang rebus dan teh hangat. Terima kasih pak Jono…
Aku melangkah ke bilik cinta, mengambil handphone. Seperti yang biasa kulakukan setiap sarapan. Kalau gak ditemani handphone, sepertinya ada yang salah. Ada pesan Whatsapp dari pak Jono “Bu Jenny saya ke kota dulu ya, gak lama kok paling 1-2 jam. Silahkan pisang rebus dan tehnya. Maaf sarapan alakadarnya”. Aku hanya me reply dengan icon kiss.
Kembali kuseruput teh dan kuhabiskan 2 potong pisang rebus. Ingin rasanya berjalan-jalan di luar, tapi takut juga ada pengunjung yang kebetulan ke pulau itu dan mengenalku. Ah, ini baru pukul 6 lewat, gakpapa lah palingan masih sepi.
Masih mengenakan lingerie hitamku, aku cuma melapisinya dengan jaket yang kubawa kemarin. Kubuka pintu depan, sambil tengok kiri kanan.
Aman, masih sepi. Nelayan pun belum ada yang kembali dari melaut. Aku bersandar pada tiang kayu penopang atap teras, sambil melihat kota M di kejauhan sana.
Kesempatan untuk bertanya kembali pada diriku. Inikah aku sekarang? Aku sudah lupa rasanya cinta. Rasanya mencintai. Yang ada hanya keinginan untuk menuntaskan hasrat seksku. Seperti yang terjadi semalam. Tepatnya, gara-gara semalam! Serupakah aku dengan lonte sekarang ini?
Tak seberapa jauh dari gubuk pak Jono, merapat sebuah perahu nelayan kecil bercadik satu sisi. Pelan tapi pasti, menancapkan haluannya di pasir. Bapak nelayan sempat tertegun melihatku berdiri di sini. Pasti bukan pemandangan biasa baginya, macam melihat PSK unggulan sedang menunggu tamu di depan barnya. Mungkin juga karena belum banyak yang tahu apa profesi pak Jono di balik gubuknya ini.
“Gimana bu Jenny, enak tidurnya?” sebuah suara yang kukenal memecah lamunanku. Pak Sukri muncul dari samping gubuk. Ia mengenakan sarung dan kaos putih bertuliskan sebuah merk cat. Terselip batang berasap di bibirnya yang juga berkumis lebat.
“Eh pak Sukri…iya pak, nyenyak sekali…tau-tau sudah pagi” aku menjawab sambil tersenyum sopan. “Maafin saya soal semalam bu Jenny, saya nggak tahan…”ucapnya malu-malu sambil mengepulkan asap “tolong jangan cerita ke abang saya ya” sambungnya lagi.
Aku tersenyum saja, tanpa memberi jawaban. “saya mau jalan-jalan dulu pak Sukri, mau ke ujung selatan pulau ini” ucapku. “Saya temanin ya non, eh…bu” jawab pak Sukri cepat sambil membuang rokoknya ke pasir dan menggilasnya dengan sandal jepitnya.
“Nggak usahlah, nanti saya diapa-apain pak Sukri lagi” aku lalu berjalan meninggalkannya. Pak Sukri berjalan mengikutiku, di sampingku tapi agak tertinggal di belakang.
Aku bisa mendengar suara pemantik api rokoknya berbunyi dua kali. Kami terus berjalan, tanpa berkata-kata. Aku serasa artis yang ditemani bodyguard saja. Bodyguard yang lebih pendek dariku, tapi senjatanya lebih panjang daripada laras senjata para bodyguard sungguhan.
Sampailah kami di ujung selatan pulau ini. Tidak ada apa-apa disini, hanya bongkahan karang-karang besar bisu yang merupakan pondasi pulau ini, sebagai pemecah ombak.
“Bu Jenny” panggil pak Sukri. Aku menengok ke arahnya, mendapatinya sedang menatapku dengan satu arti. “kenapa pak Sukri…tadi saya cuma bercanda koq, saya nggak marah, apalagi ngadu ke pak Jono soal semalam”
“Ooh syukurlah bu Jenny…burung saya bisa tenang sekarang” ucap pak Sukri sambil tertawa. Tawanya pun dipenuhi asap rokoknya.
“Memangnya burungnya meninggal apa pak? Kok pake bilang bisa tenang sekarang…mau saya bikin gelisah juga bisa pak burungnya, mau?” aku balas tertawa.
Diluar dugaanku, tanpa babibu, pak Sukri langsung mendekatiku yang sedang duduk di salah satu batu. Pak Sukri merapatkan badannya ke arahku. Aku masih di posisi duduk, sehingga sarung pak Sukri tepat menempel di lenganku.
“Kita tuntaskan yang semalam ya bu Jenny” bisik mesra pak Sukri sambil membelai rambut tebalku yang terurai angin. Aku bisa merasakan senjatanya kian menekan lenganku dari samping.
Dilonggarkannya sarungnya perlahan, diangkat, dan diselempangkan di bahunya. Tampaklah senjata pak Sukri yang sudah setengah bangkit, digesek-gesekkannya ke bahuku.
Aku lalu membuka jaketku dan kujadikan alas duduk.
Sekarang disinilah aku, dengan kulit putihku yang kontras dengan lingerie hitamku, dengan warna karang keabu-abuan, dan kulit pak Sukri yang coklat kehitaman terbakar matahari.
Masih sambil menggesekkan senjatanya ke lenganku, yang kali ini bersentuhan langsung dengan kulitku, tangan kanannya disusupkan ke bagian dadaku, mengobok-obok payudaraku yang masih terlindungi lingerie hitam.
Dipilin pilinnya pentilku, terkadang diremasnya dengan kasar bergantian. “Hahhh…ouuhhhh” aku hanya mendesah sambil memejamkan mataku.
Suara ombak kecil yang menabuh karang-karang, seakan ikut mempermainkan hasratku yang juga bergelora di bawah sini.
Pak Sukri kemudian berpindah, mengambil posisi di depanku, mencari posisi berpijak yang pas diantara karang-karang, lalu menempelkan senjata hitam kerasnya diantara payudaraku yang empuk.
“Jepit kontolku sayang” pinta pak Sukri. Dengan kedua tanganku akupun menenggelamkan senjata pak Sukri di antara kedua payudaraku.
Pak Sukri segera memaju mundurkan senjatanya. Kadang timbul, kadang tenggelam di antara jepitan payudaraku, sambil memegangi kedua bahuku.
“Oooh..kulitmu halus sekali Jenny sayang…coba aku ini suamimu…ohhh” .
Aku masih terus memandangi payudaraku yang menjepit senjata pak Sukri yang dimaju mundurkannya secara teratur.
“Lihat aku Jenny sayang…wajah cantikmu bikin kontolku tambah keras…”
Akupun memandanginya. Tatapannya lirih, seakan ingin sekali memperistriku, agar bisa setiap hari seperti ini.
“Aku semalam liat kamu dengan abangku Jenny sayang…aku tau kamu menderita sekali nafsumu dipermainkan begitu…hohhh..hohhh” pak Sukri semakin memburu nafasnya.
“Kalau aku…hohh..hohh…aku akan puaskan kamu setiap detiknya sayang..sampe kamu minta aku berhenti..hohhh..hohh”
Seketika pak Sukri mundur, membuka baju kaos dan sarung yang masih diselempangnya sedari tadi. Dibuangnya ke samping.
Sekarang sepertiga badannya terendam di bawah air, karena pak Sukri memposisikan mukanya tepat di depan liang sorgaku.
Dikangkangkannya kakiku dan menahannya di paha dengan lengannya yang kekar, lalu segera membenamkan wajahnya di liang sorgaku.
“Ahhhhhh…” ditusukkannya lidahnya ke liang sorgaku, lalu dikorek-korek layaknya jari. Aku ingin mendesah keras-keras rasanya, tapi takut terdengar orang. “ouhhh…ehhhh….hahhh..hahhh” sekarang giliran nafasku yang menjadi semakin tidak teratur.
Dengan sentuhan yang tepat, aku memang mudah sekali terangsang dan orgasme.
Pak Sukri kian buas di bawah sana, seperti anjing kelaparan yang sedang mengorek-ngorek hendak menarik keluar isi perut buruannya.
“Ahhh…akuuu…dahh mau…ooooooooouhhgg” aku memekik tertahan saat klimaks pertamaku tiba, oleh lidah petir pak Sukri.
Kucengkeram keras-keras rambut ikal pak Sukri, tanganku sempat menggapai punggungnya dan mencakarnya.
”Hahhh..hahhhh..”aku mencoba mengatur nafasku di sela-sela klimaksku.
Keringat mulai membasahi sekujur tubuhku, menjadi semakin berkilat-kilat, rambut mulai basah di sekeliling leher dan telingaku.
“Bagaimana sayang, kita teruskan?” ujar pak Sukri dengan senyum kemenangan 1-0.
“Cepat masukkan senjatamu Sukri sayang…hohh… hohh…dan jangan berhenti genjot aku…”ucapku sambil masih terengah-engah.
“ Pakai ini ya sayang?” pak Sukri mengocok sedikit senjatanya yang hitam berurat itu, agar kerasnya pol.
“I..iyaaa sayangg” balasku.
“Kamu kurang nakal, Jenny…kalo gak nakal aku gak masukin nih..”
“Buruan sayanggg..cepat entottt akuuu..”
“Lebih nakal lagi!”
“Huuu..uhhhh..cepetaannnnn” aku merengek sambil mengobok-obok sendiri liang sorgaku
“Kurang nakal! Aku mau kamu jadi lonte yang paling hina!”
“Iyaaa sayanggg..aku ini lontemuu…tolong entott akuuuu..entot yang kasar sampe aku kesakitannn sayang…”
“Entot pake apa?!”
“Ya pake kontolmu sayang…kontolmuuu yang besarrr ituuu”
“Besar mana sama Jono?!”
“besar kamuu sayanggg….buruannn masukinnn”
“Hmmm bolehlah…sekarang kamu siap-siap ya Jenny sayang…sudah terlambat kalo mau minta stop..kamu yang minta aku entot sampe kesakitan..kan?!”
“Iyaaaaa sayanggg…perlakukan aku sesukamuu sayangg….aku cuma lontemuuu”
“Ha ha ha ha” pak Sukri mulai menempelkan senjatanya yang memang lebih tebal daripada punya abangnya.
BLESSSS…dimasukkannya dengan cepat sampai tenggelam sepenuhnya
“Ouhh” aku sampe melotot. Aku tidak mengantisipasi hal ini. Kukira akan sama seperti abangnya. Dengan posisi misionaris, aku merebahkan badanku diatas jaketku tadi, sementara pak Sukri tanpa ampun menggenjotku.
PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK.. suara badan pak Sukri yang kekar ketika menghantam badanku yang berlemak. Meski pak Sukri lebih pendek dariku, tapi ukuran senjatanya luar biasa, liang sorgaku terasa penuh, tertarik keluar masuk saat pak Sukri memaju mundurkan senjatanya.
PLOKKKK..PLOKKKK..PLOKKKK..PLOKKKK pak Sukri merendahkan badannya menempel ke badanku, mencari bibirku lalu melumatnya dengan lapar, seperti saat melumat liang sorgaku tadi.
“Jangan tutup matamu Jenny sayang…liat aku dengan kasih sayang..hohh..hohh”
Akupun melihat tatapan buas pak Sukri, yang dari tadi konstan menggenjot liang sorgaku.
“Akhhh…a..ku…mau keluar…lagiii…Sukri sayanggg”
Pak Sukri diam saja, tatapannya tambah buas, dan genjotannya semakin cepat dan hentakannya semakin bertenaga.
“Hrmmmmm..gggggrrrrrrmmm..”pak Sukri menggeram saat meningkatkan genjotannya
“Aauhhhhhhhh…ahhhhhhk…”aku memeluk pak Sukri erat-erat, menancapkan kukuku di punggungnya
“Grrrrrrrrmmmm…haaaaahhhhhh” pak Sukri menggeram seperti anjing liar kelaparan dan semakin menggila genjotannya.
Aku melingkarkan kakiku di punggungnya, seakan minta dihujamkan lebih dalam lagi
“Mmmmhh….mhhhhhhh” sambil menjerit kecil aku melingkarkan kakiku seerat-eratnya seperti anaconda membelit mangsanya, sampai pak Sukri hanya mampu memberi hentakan-hentakan pendek di liang sorgaku.
“Ahhk…auhhhhhhhh..” aku multi orgasme sepertinya, dan seperti tiada habisnya.
Akhirnya pak Sukri berhasil membebaskan belitan kakiku di punggungnya. Aku terlentang lemas.
“Ini belum apa-apa Jenny sayang” ucap pak Sukri sambil mengatur nafasnya.
“Cepat nungging!” perintahnya
Dengan sisa-sisa tenagaku yang terkuras akibat orgasme tadi, aku membalik badan sebisanya. Pak Sukri dengan buas mengangkat pinggulku, dan menekan punggungku, sehingga lengkungan badanku benar-benar dalam posisi siap di doggy dari belakang. Aku menjaga keseimbangan dengan berpegangan pada batu karang di depanku.
SLEBBBBB… ditusuknya liang sorgaku dengan kasar, sambil meremas-remas buah pantatku yang lebar.
Ditariknya pelan-pelan keluar, lalu dihujamkannya dengan kasar, dan lagi. Dan lagi.
Kali ini pak Sukri bermain-main dengan tempo yang berubah-ubah. Kadang pelan, cepat, kadang dihujamkan pelan, kadang dihujamkan sekuat tenaga.

-bersambung-
 
knp ga cerbung aja bos...biar mudah mantaunya...
 
kok bikin thread lgi om... knp ga dilanjutin yg thread pertama(digabung)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd