Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

Bimabet
PERJUMPAAN – 19

--------------------
--------------------

15112510.jpg

Cuma orang bodoh yang mandi malam-malam. Apalagi jam 12 malam.

Dan yang bodoh itu juga keliatannya lagi bodoh-bodohnya. Mereka berdua sedang berendam dengan nyamannya, dengan air hangat, sambil berpelukan. Busa sabun memenuhi bathtub itu. Di dalamnya ada sepasang manusia, yakni Aku dan Stephanie.

Kami berdua hanya diam. Badan kami berdua saling menempel satu sama lain. Aku memeluk badannya yang begitu putih dan indah. Dia menatap ke arah langit-langit, seperti menghitung jarak dari satu ujung plafon ke ujung lainnya.

“….”

Tak ada satupun kata-kata yang terucap. Yang terdengar hanya suara nafas. Dan suara udara, andaikan udara ada suaranya.

Kami berdua sadar, kalau ini tidak boleh terjadi. Tapi kami tahu, apa yang mendorong kami melakukan hal ini. Apa yang mendorong kami untuk saling berpelukan di tengah air hangat dan busa sabun ini. Kami tahu, dan kami berusaha untuk sadar konsekuensinya, walaupun kami memaksa kepala kami berdua untuk jangan bergerak dulu ke arah sana.

“Udah malem banget” Stephanie membuka suara.
“….” Aku hanya mengangguk sambil merekatkan pelukanku padanya.
“Kamu besok kan presentasi”
“Udah biasa, gapapa ga tidur cepet” jawabku dengan pelan.
“Tapi tetep, kita harus tidur…. Kita capek banget hari ini” bisiknya, dengan nada yang pelan dan membuatku sedikit terbius.

Kami saling menatap dan kami menyadari bahwa ini saatnya untuk menutup hari. Hari ini sudah jadi besok. Dan jika kami lebih terlena dan berlama-lama lagi, maka kami pasti akan lebih terlena.

Tanpa aba-aba, kami keluar dari bathtub. Stephanie berlalu lebih dulu ke dalam shower, mulai menyalakan dan membilas tubuhnya sedangkan aku membuang air yang menumpuk di dalam bathtub. Aku berdiri dengan tegak, menatap tubuh indah Stephanie yang tampak berkilau dibasuh oleh air yang mengalir deras.

Dan tanpa diminta, aku mendekat dan bergabung bersama Stephanie. Tanpa diminta, dia langsung memelukku dan kami berciuman di bawah guyuran air hangat yang membasuh bekas-bekas sabun di badan kami. Bibir kami beradu seperti lupa waktu, dan memang semuanya terasa berhenti pada detik itu.

Aku lupa aku siapa, dan aku lupa harus bagaimana.

Yang aku tahu hanya badan Stephanie yang kupeluk malam itu di bawah shower. Yang ku tahu hanya bibir lembutnya yang sedang kulumat. Dan yang lain, tampaknya tidak berguna dan hilang di dalam pikiranku.

Lenyap.

--------------------

“!”

Aku bangun terduduk karena merasakan handphoneku berbunyi. Dengan otomatis aku langsung mengangkatnya.

“Halo…”
“Hei, belum bangun?” suara yang familiar terdengar di ujung sana. Suara Listya. Aku menatap ke sekitar dan mendapati mataku masih buram.

“Iya, ini bangun gara-gara kamu telpon”
“Oh, kalo gitu tidur lagi gih, tapi udah jam 7 lho ini”
“Hmm… Iya…”
“Eh, kamu presentasi hari apa sih?”

“Hari ini”
“Ku kirain kemaren” sambung Listya.
“Kan aku udah sering bilang, kalo aku presentasi di hari ketiga” jawabku dengan kesal.
“Oh iya lupa” sambungnya dengan suara tenang dan kalem. “Yaudah, tidur lagi aja, tapi jangan sampe ketiduran ya… Aku lagi siap-siap ini mau jalan ke kantor”

“Bawa mobil kan?”
“Iya, males juga ya nyetir sendiri tapi, kebiasaan disetirin kamu”
“Hmmm..”
“Yowes, tidur lagi aja… Dah”
“Dah…”

Aku menutup telpon sambil meregangkan badanku. Oke. Dia lupa hari apa aku presentasi, padahal sepertinya aku sudah mengirim foto jadwalku dan membicarakan kapan aku akan presentasi. Dan tidak ada ucapan menyemangati?

Tidak ada good luck? Semoga berhasil? Sukses ya presentasinya? Atau Insya Allah lancar?

Gak ada sama sekali. Telpon tadi terdengar seperti sebuah panggilan berdasarkan kewajiban, bukan peduli. Harusnya dia tadi memperingatiku untuk tidak tidur lagi karena bisa saja waktunya mepet. Dia harusnya juga tahu kalau aku biasa bangun pagi-pagi sekali karena solat subuh atau apapun. Tapi sebelum telpon tadi, tidak ada whatsapp apapun.

Begitu kering dan begitu sepi. Aku hanya melihat beberapa keluhan terkait pekerjaan, tak satupun yang menanyakan kabar atau nada-nada kangen.

Bahkan sekedar emoticon saja tidak ada. Begitu hambar.

“Nnn…. Kamu udah bangun?”
“Iya, kebangun” jawabku, menjawab suara yang terdengar indah itu.
“Mandi gih….” Stephanie, dengan balutan T-shirt putih polos dan celana pendek abu-abu yang menggemaskan tampak meringkuk di sampingku.

“Nanti aja, masih jam 7”
“Hmm… Mau sarapan jam berapa?”
“Jam 9 aja kita turun”

“Berarti masih mau tidur? Aku sih lagi ngumpulin nyawa……”
“Gak tau lah….”

Aku menjawab sekenanya sambil mencari kabel charger. Tampaknya semalam aku lupa mengisi daya handphoneku.

“Sini dulu bentar…. Sebelum mandi” sambung Stephanie.

Dia menarikku ke dalam pelukannya, dan dia meringkuk di dalam tanganku. Senyumnya mengembang tipis, tanda kalau ia nyaman ada di dalam sana.

“Siapa yang telpon?” tanyanya. Aku hanya diam, dan tak bisa menjawab apapun. Mulutku sudah terbuka tapi tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutku.

Stephanie menatap wajahku dengan tatapanya yang sendu. Bisa kulihat wajah baru bangunnya yang begitu menggemaskan. Reaksiku hanya satu. Memeluknya dengan erat. Tak menjawab apapun memang. Tapi dari gestureku, kupikir Stephanie sudah tahu siapa yang menelpon.

Istriku.

Bisa kurasakan nafasnya menghembus di dadaku, walau aku berpakaian tidur lengkap.

“Bas…”
“Ya?”
“Jangan sampai ketiduran” lanjutnya. Dia pasti tidak ingin meneruskan pembicaraan yang ada kaitannya dengan Listya. Dia paham posisiku dan dia paham betul akan posisinya.

“Aku pengennya tidur terus” jawabku. Dengan pelan dan nada yang tegas. Tidak dibuat buat.

“That’s sounds dumb” bisiknya.
“Sometimes it’s okay to be dumb” aku menjawab bisikannya dengan langsung berbisik ke arah telinganya.

Aku mencium wangi tubuhnya yang bercampur dengan bau rokok. Bau kami sama. Bau rokok putih yang tipis tercium, masuk ke dalam ingatanku dan aku hanya bisa memeluknya dan menciuminya perlahan.

“Kamu jam berapa presentasi?”
“Pagi… Kalo kata jadwal sih, kira-kira jam 10 habis sarapan”
“Enak ya yang udah biasa presentasi ke klien” lanjutnya.
“Gak juga, tapi kalau regional meet model gini, aku lebih santai”
“Kok bisa?” tanya Stephanie, sambil tetap ada dalam pelukanku.

“Karena gak ada resikonya” jawabku. “Karena ini acara internal…. Paling parah Cuma keliatan bego di hadapan banyak orang, gak akan bikin proyek lo jadi amburadul…”

“Kalo jelek presentnya juga pasti orang ga bakal percaya sama lo lagi kan? Apalagi bos-bos kita” sambungnya.
“I don’t care, yang penting ini project berhasil yang udah kita beresin…… Gue ga pernah denger orang dipecat atau karirnya mandek gara-gara Regional Meet… Acara ini Cuma acara gathering tiap tahun yang dibikin agak-agak berisi dengan presentasi modelan gini”

“Andai aku bisa sesantai kamu kemaren… Aku gugup banget”
“Tapi kemaren lancar kok” balasku.
“Gak selancar yang kamu liat”
“Tapi semuanya baik-baik aja, dan kamu bisa jawab semua pertanyaan yang masuk”

“Itu semua gara-gara kamu” senyumnya. “Thanks”

“Nevermind”
“Gak, beneran Bas… Gue terimakasih banget sama lo… Gue ga akan lupa bantuan lo kemaren”

“That’s my girl”
“Yep”

My girl. Dan kami berciuman kembali. Rasanya, seperti tak ada lagi hari esok dan kemarin. Entah kenapa aku mensyukuri perjumpaan ini.

--------------------

BERSAMBUNG
 
terimakasih updatenya ya, kalian emang luar biasa kalo bikin cerita soal falling in love gini sambil ada bumbu cerita panasnya @racebannon
 
Mengalun pelan dan dalam.. Damn, Bas!!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd