Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

Bimabet
Wah cerita kosan tamat nya menunggu blue heaven dan Bastian's holiday tamat duluan suhu hehehe

Ga tau nih susah bgt mau dilanjutin itu cerita.. ada aja yg bikin ane gbs lanjutin ceritanya

Makanya ane salut sm suhu @racebannon bisa rutin update dan berkarya..

Kualitas cerita sama vibe ceritanya terjaga dengan baik.. mantep deh.. cerita ini juga gtu

Kualitas perbincangan di awal cerita nya top. Mengalir banget..
No, dua cerita itu dah aku nyatakan discontinue. jadi jangan alesan deh... hay hay

Betul aku kalau lagi mentok bikin dialog pasti nyari referensinya dari cerita om @racebannon
Padahal pakai PoV 3 tapi bisa dibikin luas banget. Top deh
 
Jangan sedih gitu lah Ler, Anggaplah kamu memang dapat kutukan yang ngebuat kamu kalau update cerita tuh lamaaaaaa banget.
Kayak cinta&kasmaran lah, dah dari 2015 sampai sekarang... eh dah tamat belum sih..

Ups maaap om RB malah OOTD

By the way, makasih yah om RB gara-gara baca cerita ini aku jadi nemu ide buat nulis cerita lagi.
Yah, konsepnya sih mirip sama perjumpaan ini, bahkan setingnya juga. Tadinya mau nanya ini itu, eh PM kamu kayaknya penuh tuh jadi gak bisa ngirim pesan

Sekali lagi suwun yah OM

nah makanya sempet kepikiran bikin channel discord.... itu inbox baru aja saya bersihin sih tadi.

BTW salah tulis tadi, update dua minggu ini sementara seminggu sekali maksudnya
 
PERJUMPAAN – 18

--------------------
--------------------

untitl13.jpg

Ada ledakan rasa di diriku.

Warna-warna lampu neon yang berkilauan, hingar-bingar suara yang bersahutan kesana kemari, manusia-manusia yang bersliweran kesana kemari, dan tanganku yang menggandeng Stephanie.

Malam ini di Khao San, aku mengalami ledakan rasa.

Kami menikmati keramaian ini dengan damai. Aku merasakan tanganku beradu sentuhan dengan tangan Stephanie. Entah apa saja yang sudah kami makan dan kami rasakan di jalan ini dari tadi.

Aku tidak mengindahkan notifikasi apapun yang datang dari semua hal yang berbau teknologi. Begitu juga dengan Stephanie. Kami menikmati keberadaan kami berdua malam ini. Kami dimabuk sesuatu, yang kami curigai adalah cinta.

Setidaknya kami jujur pada perasaan kami masing-masing.

Waktu berlalu begitu cepat. Tidak ada flashback-flashback aneh dalam kepalaku, dan tidak ada perasaan berat dalam hatiku. Semuanya terasa begitu ringan. Kami tidak dalam pengaruh apapun, mungkin satu-satunya pengaruh yang kurasakan hanyalah Stephanie. Dan mungkin yang mempengaruhi Stephanie malam ini hanya diriku.

Kami tidak banyak bicara. Kami hanya bergandengan dan menikmati suasana yang begitu hidup di Khao San. Malam ini kami seperti lahir kembali.

Kami tidak peduli dengan banyaknya turis asing yang sedang lewat sana sini. Kami tidak peduli dengan banyaknya penjaja makanan di pinggir jalan yang bersahut-sahutan. Kami tidak peduli dengan berisiknya musik yang saling membalap satu sama lain dari satu tempat dan tempat lain. Kami juga tidak mempedulikan semuanya.

Udara yang kami hirup, substansi yang kami konsumsi, dan semua hal yang sedang lewat di hidup kami, kini tak berasa lagi.

Yang bisa kurasakan, hanya keberadaan kami berdua.

--------------------

15112510.jpg

Entah sudah berapa lama kami di luar tadi. Tapi kini kami sedang ada di kamarku. Kami berciuman dengan suhu panas di atas kasur.

Kami sedang melucuti pakaian kami masing-masing, yang sudah tersebar di karpet dan di lantai. Bibir kami saling beradu, seperti tak rela untuk lepas. Aroma rokok putih tercium disana sini, sebagai bau khas yang muncul dari diriku maupun Stephanie.

Malam ini dia milikku, dan malam ini aku miliknya.

“Nnn….” Dia mengerang pelan saat aku menciumi lehernya. Aku memeluk badannya dan memangkunya di kasur. Pakaianku sudah tinggal T-shirt dan celana dalam bodoh ini. Bahkan jam tangan hadiah istriku saat ulang tahunku yang keberapa itu entah tergeletak dimana.

Sementara badan Stephanie begitu indah, hanya dibalut dengan pakaian dalam yang berwarna putih saja. Begitu cocok dengan kulitnya yang putih. Wajahnya yang tampak sendu malam itu sedang menggigit bibirnya sendiri saat tanganku mulai berani bermain-main ke area pantatnya, berusaha masuk dan membuka celana dalamnya.

Ada sesuatu yang tidak bisa dibendung lagi antara kami berdua.

“Bas…” bisiknya, membuatku sedikit mengendurkan nafsuku.
“Kenapa?”
“Punya pengaman?”
“Nope” jawabku sambil menggigit kecil bahunya yang mulus.

“We have to be safe”
“Setuju… Tapi…”
“Just use your hand first tonight” bisiknya. “We have a lot of time here”
“We have a lot of time everywhere” jawabku.

Dia membanting badannya ke kasur, menarik diriku untuk mengikutinya. Dia berbaring dengan nyamannya, aku memeluk tubuhnya sambil menciumi bibirnya, dan tangan kiriku masuk ke dalam celana dalamnya.

Ya, biarlah ini menjadi permulaan. Tanganku bermain disana, merajai area kewanitaannya dengan penuh nafsu. Jari-jariku bermain, menghasilkan stimulus untuk Stephanie. Dia sedikit demi sedikit menegang, dan mengerang dalam hening.

“Ssshh…. Bas… Terus…”

Kami tidak bisa berbuat lebih jauh lagi malam ini. Tidak ada pengaman disini. Kami tidak sempat membeli apapun setelah pulang dari Khao San. Yang ada di kepala kami hanya bercumbu dan terus bercumbu.

Tidak ada waktu untuk membeli kondom, atau apapun namanya itu. Dan tidak ada persiapan apapun. Kami berdua tidak siap untuk percintaan ini. Dan sepertinya tidak satupun ada orang yang siap untuk kejadian seperti ini. Siap untuk jatuh cinta lagi dalam kondisi yang seperti ini.

Tanganku mulai berasa basah. Cairan kewanitaan yang dihasilkan oleh Stephanie membantuku memuaskannya. Jari tengahku meraba dirinya lebih ganas lagi. Kami masih tetap berciuman dengan panasnya.

Tak bisa lebih dari ini.

Tapi tak apa. Tanganku terus bermain-main, terkadang ia masuk, terkadang ia hanya meraba. Pakaian dalam Stephanie bahkan belum terbuka sama sekali. Kami hanya saling memagut, saling merasa dan saling menyentuh.

Aku bahkan belum sedikitpun menyentuh area kejantananku. Dia masih berlindung dibalik celana dalam itu, menunggu Stephanie berlaku apapun. Entah apa itu.

“Dikit lagi…. Nnnn…” Dia berbisik ke telingaku. Dan aku makin beringas. Tanganku bergerak semakin kencang, menggesek-gesek permukaan daerah kewanitaannya. Aku akhirnya tak tahan, aku menarik bra-nya sehingga buah dadanya yang sebelah kanan menyembul sedikit. Bentuknya sungguh indah, proporsional, walau kecil tetapi begitu menggemaskan.

Tanpa ditahan-tahan lagi aku menjilati dan menggigit-gigit kecil putingnya sambil terus berkonsentrasi pada tanganku.

“Nnnn…. Nnngg… Ahh!”

Stephanie mengejang pelan, nafasnya memburu. Dia menggenggam tanganku dan menjauhkannya dari area kewanitaannya.

“Udah…. Udah keluar” bisiknya. “Maaf… Cepet ya? Udah gak tahan lagi soalnya”
“Gapapa….”
“Gantian ya, sekarang giliran kamu” senyumnya.

‘Kamu’

Gua – Elo sudah hilang dari kami berdua sepertinya. Stephanie membimbingku untuk bersandar di kasur, dan kepalaku dengan nyamannya bertumpu pada tumpukan bantal yang empuk. Dia duduk bersimpuh, dengan pakaian dalam acak-acakan, menarik celana dalamku perlahan.

Itu dia. Yang dibawah sana sudah tegang bukan main. Ia berdiri dengan gagahnya, dan tanpa banyak bicara, Stephanie menggenggamnya. Dia lantas mencium kepalanya, sambil menatap mataku dengan tatapan yang agak binal.

Setelah selesai menciumnya, dia menjilati batangnya dengan perlahan. Matanya tetap menatap wajahku yang mungkin sekarang sudah terlihat bodoh ini. Dia menjilatinya dengan seksama, sambil mengocoknya pelan-pelan.

Aku belum pernah melihat sisi Stephanie yang ini. Dia yang begitu fun, kadang gloomy dan kadang serius kini berubah menjadi begitu binal dihadapaku. Tangannya bergerak perlahan, sambil terus menjilati penisku dengan gerakan yang begitu seksi.

“Mnnn…. Coba tadi kita beli kondom…..” bisiknya.

Aku hanya bisa menelan ludahku sendiri.

“Mnnnhh…” Dia memasukkan penisku ke dalam mulutnya.

“Fuck…” bisikku dengan kaget. Stephanie mengulum penisku pelan-pelan sambil terus menatap mataku dalam-dalam. Tangannya terus meraba-raba batangnya dengan perlahan. Lidahnya bermain di dalam mulutnya, meraba-raba seluruh bagian yang bisa ia raba.

Dia tampak berkonsentrasi dengan penuh, sambil terus memusatkan perhatiannya kepada penisku. Stephanie Kirana Hartanto, yang biasanya meeting denganku di kantor, merokok bersama denganku di sekitaran kantor, sekarang sedang ada di atas kakiku, sambil mengulum penisku dengan penuh nafsu.

“Mmnnn…” nafasnya tak teratur, dan aku merasakan kenikmatan yang luar biasa menjalar dari penisku ke seluruh bagian tubuhku. Lidahnya masih bermain-main dan membuatku lupa akan semua hal.

“Steph…”
“Mnnn?”
“Gila… Nnn…”
“Mmnnn….” Stephanie mengeluarkan penisku dari mulutnya dan ia mencium kepalanya dengan gerakan lembut.

“Kalau mau keluar gapapa”
“Eh?”
“Keluarin di mulut aku aja” bisik Stephanie dengan nada seksi.

“Mmmhhh……” Stephanie kembali mengulum penisku dengan gerakan penuh nafsu. Ini gila. Rasanya sudah lama aku tidak merasakan oral seks. Rasanya begitu luar biasa. Aku seperti terbang, dan tidak merasa ada di dunia ini.

“Steph…”
“Mnnn…”

Terus terang aku tidak nyaman jika belum apa-apa aku sudah mengeluarkan spermaku di dalam mulut Stephanie. Entah mengapa. Sudah lama aku tidak merasakan seks seantusias dan seliar ini, walau minim interaksi. Dari tadi kami hanya berciuman, berpelukan, aku memuaskannya dengan tanganku, dan sekarang….

“Ah!”

Aku mendadak, meledak di dalam mulut Stephanie. Badanku langsung terasa lemas, dan terasa hilang tenaganya.

Tapi Stephanie belum mengeluarkan penisku dari mulutnya. Dia tampak mengumpulkan spermaku di dalam mulutnya, sambil mengeluarkan penisku pelan-pelan.

“Steph?”
“Mnnn…”
“Nnngg…”

Tidak ada jejak sperma di penisku. Aku menatap ke mata Stephanie yang terlihat seksi malam itu.

“Mmm…. Ahh…” Stephanie menelan spermaku yang muncrat di mulutnya. Dia lantas merayap ke arah diriku, dan dia memelukku dengan mesra. Dia tampak tersenyum. Aku langsung memeluk dirinya dengan kencang.

Aku mencium pipinya dan dia tersenyum.

“Mandi?” bisiknya.
“Ayo”
“Tapi aku mau meluk kamu dulu lama-lama”

Kami terdiam, sambil mendengar bunyi udara malam itu di bangkok. Tak ada suara selain keheningan malam itu. Kami berdua hanya berpelukan, tanpa bicara.

Yang kami tahu pasti, hanya ada kami berdua malam itu di dunia, pada detik itu.

--------------------

BERSAMBUNG
 
setelah ngikutin bastadverse, (dan baca 2x)
akhirnya nyemplung kesini...

tulisan suhu, pantas buat diabadikan...
nulisnya detil, dan berasa kejadian beneran, gak tiba2 ml
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd