Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

PERJUMPAAN – 17

--------------------
--------------------

15112510.jpg

“Hei”
“Hmmm?”
“Alarmnya bunyi” bisik Stephanie di telingaku.
“….”

Aku tak bersuara dan melihat ke arah handphone. Pukul 5 pagi. Biasanya jam segini adalah jam solat subuh untukku. Tapi aku terpaku.

Ada seorang wanita di pelukanku. Dia meringkuk dengan tenangnya di balik selimut, masih lengkap dengan pakaiannya semalam. Kami sedikit merapat, dan aku memeluknya erat-erat. Aku bisa merasakan nafasnya, dan bisa merasakan degup jantungnya yang pelan.

Kupikir, aku juga merasakan hal yang sama.

Degup jantungku tidak memburu. Perasaanku rasanya tenang.

“Bas”
“Ya?”

Kami bertatapan. Aku dan Stephanie bertatapan dengan dalam. Kami berpelukan di balik selimut, dengan menggunakan pakaian lengkap seperti semalam. Semalam kami berdua bermesraan, kami saling berciuman dengan lembut, saling memeluk dan merasakan badan masing-masing. Mencoba menerka tata letak dan sensasi rasa satu dan lainnya.

“Sorry” bisiknya.
“Jangan minta maaf”
“Gue…”
“Sssshh…” aku memintanya diam. Aku mencium pipinya, dan kami berdua saling beradu bibir dengan lembut.

Stephanie melepas bibirnya. Dan dia mulai berbisik kepadaku.

“Can I ask you something?”
“Sure”
“Boleh gak, tidur sama gue lagi malam ini?” lanjutnya. “Rasanya udah lama gak tidur senyenyak kemarin”

“Dan malam-malam lainnya…. Selama disini” bisikku.
“Hei…” dia menyentuh bibirku dengan jarinya yang lentik.
“Kenapa?”
“Gue pikir itu salah”
“Yang sekarang aja udah salah…..”

Kami saling bertatapan lagi. Tanpa aba-aba, aku mencium hidungnya.

“Peluk, please” bisiknya, sambil berputar, membelakangiku. “Udah lama banget gak ngerasa kayak gini…. I feel warm”

Terus terang, aku membayangkan perasaan dosa, membayangkan jantungku akan copot sejadi-jadinya, ataupun membayangkan hal-hal yang biasa terbayangkan pada sebuah kejadian yang salah. Perasaan takut ketahuan, perasaan tidak nyaman, dan perasaan excited, sama sekali tidak terasa di dalam diriku.

Aku merasa tenang.

Aku merasa nyaman, hangat, dan waktu terasa berlalu begitu lama. Aku bisa merasakan detik demi detik berlalu. Bahkan rasanya waktu berhenti.

Kapan terakhir kali aku merasakan hal ini? Tidak pernah. Tidak pernah sama sekali.

No, we didn’t make love. Kami tidak melakukan hal yang aneh-aneh semalam. Kami hanya berpelukan, berciuman, dan saling merasa. Badan rampingnya, yang cenderung kurus dilapisi oleh t-shirt polos dan training ada di dalam pelukanku. Sedangkan aku t-shirt dan jeans. Biasanya aku tidak bisa tidur dalam kondisi berpakaian lengkap seperti sekarang. Tapi rasanya, detik ini aku bisa terlelap lagi.

Dan lagi-lagi, aku hilang dalam aroma tubuh Stephanie Kirana Hartanto yang membiusku.

--------------------

“Pagi….”

Bau kopi memenuhi ruangan. Stephanie sudah berpakaian lengkap, seperti siap untuk turun. Dia sudah memakai soft-lensnya, dengan sweater bermerk mahal dan celana yang unik, juga dengan sneakers yang sepertinya limited edition.

“Gue bikinin lo kopi”
“Oh, thanks… Jam berapa sekarang?”
“Jam 8 kurang”
“Hmm… Masih belum jam 10 kan?” aku meringkuk di kasur Stephanie, menekuk lututku, jariku, dan leherku.

“Tapi kita harus sarapan dibawah”
“Nanti… Gue masih mau tidur” jawabku pelan.
“Bas, nanti telat”
“Hmmm…”

Aku bangun dan mendapati secangkir kopi dengan uapnya yang mengepul naik ke udara. Tanpa diminta, aku bangkit. Aku duduk di kasur dan Stephanie duduk di sebelahku. Dia lantas bersandar ke badanku.

Kami berdua diam. Aku menjulurkan tangan dan mengambil kopi dari meja di sebelah kasur. Tanpa suara, kuminum pelan-pelan.

“Sekali lagi maaf” bisik Stephanie.
“Jangan ngomong kayak gitu lagi”
“Enggak, gue minta maaf, gue ga bisa tahan semalem”
“Gue juga minta maaf, karena gak nahan elo” balasku. “Tapi gue ga ngerasa perlu minta maaf”

“Kenapa?” tanyanya, pelan. Suaranya hampir tak terdengar.
“Karena rasanya gak salah” aku menempelkan kepalaku ke kepalanya.

Aku bisa merasakan nafasnya di badanku. Dia mempermainkan jari tangannya di kakiku, di pahaku, di atas celanaku. Dia terlihat seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ayahnya. Dia tampak helpless, tampak butuh dipeluk dan disayang.

“Ayo kebawah bentar lagi” bisikku. “Gue butuh minta kunci kamar cadangan, mandi dan siap-siap untuk hari ini”
“Ok…”
“Tapi gue lebih pengen siap-siap untuk malam ini” tambahku. “Kita keluar yuk?”

“Kemana?” tanya Stephanie.
“I don’t know… Lets get lost in Bangkok”
“Sounds nice”
“Pastinya”

Aku menyimpan cangkir kopi itu, dan memeluk Stephanie lagi. Kami berpelukan untuk waktu yang cukup lama, seperti sepasang kekasih yang sudah lama tak berjumpa. Rasanya begitu ringan, dan tidak ada perasaan yang aneh sama sekali.

Detik itu, rasanya seperti aku tidak ingin melepas dirinya. Aku ingin memeluknya terus-terusan, dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun.

--------------------

a10.jpg

Aku menatap Stephanie yang sedang presentasi di panggung. Dia terlihat begitu hidup, berbeda dengan ketakutannya. Dia tampak begitu atraktif, penuh dengan kehidupan, seperti dengan apa yang kurasakan malam tadi.

Setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya terasa indah, dan semua yang ia ucapkan adalah hasil dari rancanganku semalam.

Sesekali aku melihat ke arah handphoneku, dan melihat beberapa pesan singkat yang masuk.

Kata-kata yang jarang-jarang, membosankan dan terlihat tidak bersemangat selalu hadir dari Listya yang selalu saja menghadirkan obrolan yang itu-itu saja. Hal-hal baru selalu asing untuknya. Sesuatu yang dianggap menarik olehku bukanlah hal yang menarik untuknya.

Ya, aku paham bahwa tiap orang berbeda-beda dan memiliki pandangannya masing-masing. Tetapi jika tidak ada kompromi dan tidak ada ruang yang dibuka, maka manusia tidak akan bisa saling tumbuh.

Tinggal berdua, bersinergi berdua butuh ruang. Kita butuh mengerti, dan kita butuh dingertiin. Apa yang kita punya, harus kita bagi, dan kita harus menerima apa yang orang lain beri. Suka atau tidak itu urusan nanti. Yang penting adalah kita siap untuk menerima apapun yang diberikan pasangan kita sehari-hari.

Aku selalu berusaha menerima Listya. Apa adanya. Tapi dia tidak berusaha untuk fit-in kepada perubahan-perubahan yang ada. Tidak berusaha untuk bertumbuh dan memberi ruang.

Entah, apakah aku benar atau tidak. Tapi yang pasti, aku sedang berusaha jujur kepada perasaanku. Entah ini apa, tapi yang aku pahami, aku merasakan ketenangan yang mungkin belum pernah kurasakan sebelumnya.

Dan aku merasakannya dengan perempuan yang sedang berdiri di sana, di hadapan podium, memukau penonton yang ada, sesama budak korporat WnG.

--------------------

untitl13.jpg

“Kok gak ada yang lewat ya?”
“Belum aja kali”

Kami berdua berdiri di pinggir jalan, memandangi ramainya kota Bangkok pasca pandemi. Puluhan bahkan ratusan mobil lewat, memenuhi jalanan. Entah kami berdua mau pergi kemana.

Jalan yang ramai ini entah apa nama jalannya, tapi yang pasti, ini beberapa langkah di luar hotel kami. Kami menyendiri berdua, menyingkir dari rombongan yang masih berkutat dengan presentasi terakhir besok di Regional Meet kali ini.

“Eh, itu” aku melihat sebuah tuk-tuk kosong lewat. Aku melambaikan tanganku kepada kendaraan khas Thailand itu.

Tuk-tuk itu berhenti di hadapan kami, dan tanpa banyak bicara, kami berdua naik ke atas kendaraan yang bentuknya agak bodoh itu.

“Where sir?” tanya sang kemudi dengan logat khas Thailand.

“Actually we don’t know” tawa Stephanie.
“Hahaha…” tawaku. “I know where to go, Sir”

“Where?”

“Take us somewhere far”

Kami saling bertatapan, dan saling tersenyum. Sang supir tuk-tuk akan membawa kami ke tempat yang jauh. Entah dimana itu. Yang kurasa mungkin aneh, tapi rasanya, kami berdua seperti sedang jatuh cinta.

Kami berdua tampak konyol.

Karena kemarin, kami berdua jujur pada perasaan masing-masing. Dan dua orang yang sedang jatuh cinta ini, pasrah dibawa oleh nasib, dan roda tuk-tuk yang menggilas jalanan malam Bangkok.

--------------------

BERSAMBUNG
 
ceritanya perlahan membawa hanyut pembaca..
jadi gemezzz...
Go Bas! Go for Steph!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd