Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

PERJUMPAAN – 14

--------------------
--------------------

suvarn10.jpg

“Udah Landing.. Miss you already”
“Aku juga. Udah di kantor nih”
“Doain supaya presentasiku ga hari ini”
“Ok”

Udah? Gitu aja? Gak ada ucapan apa apa lagi? Semoga sukses?

Aku menatap layar handphoneku dalam-dalam di tengah seliweran para turis kaukasian yang semakin banyak terlihat di bandara ini. Kami sedang berkumpul di salah satu titik di bandara Swarnabumi, sambil menunggu jemputan kami datang.

Alex, lelaki yang sekilas tidak jelas jenis kelaminnya apa itu sedang bicara dengan salah satu perwakilan dari William and Green Bangkok yang menjemput kami. Intan, orang GA yang sudah duluan ada di Bangkok, sedang sibuk di handphonenya, sambil berdiri di dekat susunan koper kami.

Saking jengahnya aku pada garingnya balasan Listya sejak tadi aku sampai bandara sebelum terbang kesini, aku tidak memperhatikan ada rame-rame di grup Bangkok, yang baru saja dibuat tadi pagi oleh anak-anak yang excited itu.

“Lo ga liat grup?” tegur Stephanie yang mukanya tampak awkward malu-malu.
“Apaan emang?”
“Liat aja sendiri”

“Eh temen-temen, udah dateng ya minibus kita” Intan memanggil kami yang sedang sibuk masing-masing. Tanpa banyak bicara kami mengambil koper-koper kami dan berjalan mengikutin langkah pria yang tadi bicara dengan Alex. Phad, panggilannya. Aku tidak ingat nama lengkapnya tadi. Namanya cukup panjang, dan sulit diingat.

Harap diketahui bahwa orang Thailand mayoritas memiliki nama yang kompleks. Tapi entah kenapa panggilan mereka biasanya gak nyambung dan sangat pendek, jika dibandingnya dengan nama asli mereka.

Phad. Cuma satu suku kata. Aku ingat tadi ketika ia memperkenalkan diri, dia menyebutkan dua kata panjang yang terdengar seperti mantra entahlah dari bahasa manalah.

Kami berjalan menuju area jemputan dan kemudian minibus itu berhenti di hadapan kami. Seorang supir yang terlihat ramah dan super happy menyapa kami dan turun. Dia lalu membuka pintu, membuka bagasi dan repot sendiri menyusun koper-koper kami ke dalam bagasi.

Tanpa banyak bicara lagi, kami semua duduk di kursi masing-masing di dalam minibus itu. Aku menarik nafas dan melihat pemandangan bandara yang sibuk dari balik kaca mobil.

“Oke bapak-ibu semua” sapa Intan.
“Yah kita kan masih muda” tegus Alex, dengan nada manja.

“Hahaha becanda… Oke Mas Mbak semua, selamat datang di Bangkok, kita langsung ke hotel ya, disana nanti langsung daftar di lobby, panitia lokal yang bakal ngarahin” sambung Intan. “And this is Phad from WnG Bangkok”

“Hi all, morning” sapa Phad. “We already introduced ourselves, usually I’m just like you, a corporate slave for WnG”

“Hahaha.. Ga salah” potong Yandi. Kami semua tertawa karena itu kenyataan. Kita semua corporate slave.

“But during this Regional Meet, i’m going to be your so-called Liaison Officer” lanjutnya. “During your stay, if there’s any inquiries, pleas do not hesitate to call me or message me”

“Phad, I already include you in our Bangkok whatsapp group” sambar Alex.
“Ah, thanks…. It will make our communication easier”
“Sure, don’t mention it”

“Okay, let’s go to the hotel” dan ia kemudian merapal bahasa Thailand yang njelimet itu lagi ke pak supir yang sudah masuk ke dalam mobil, dan tak lama kemudian, mobil minibus ini berjalan pelan-pelan, merayap keluar dari Swarnabumi menuju ke hotel, tempat dimana mayoritas kegiatan kami akan dilakukan.

Oh iya, tadi katanya ada yang rame di grup Bangkok. Aku membuka handphoneku, dan tidak menemukan balasan lagi dari Listya walau aku sudah memberinya banyak foto-foto dari bandara. Aku berusaha normal walau masih kesal kepada istriku.

Mendadak, aku tertawa kecil secara otomatis. Ada beberapa becandaan cie-ciean di grup itu, meledek sebuah foto yang tampaknya tadi diambil oleh Alex di pesawat.

Foto aku dan Stephanie yang sedang tidur di pesawat. Kepalanya bersandar di bahuku dan kepalaku nempel di kepalanya.

Kami memang duduk bersebelahan, dan disana bisa terlihat kepala kami berdua saling bersandar ketika tidur. Aku tidak menyadarinya mungkin karena kami terlalu lelap. Atau juga Stephanie bangun duluan dan dia kembali ke posisi duduk tegak sebelum aku bangun.

Ah Cuma kayak gini doang, bisa terjadi pada siapa saja. Aku Cuma membalas ledek-ledekan di grup itu dengan emoticon tertawa, sekedar mencairkan suasana. Bukan hal penting ini, yang lebih penting, adalah regional meet yang akan dimulai siang nanti.

Sekarang, gunakan waktu luang ini untuk sekedar menatap pemandangan di jalan atau tidur lagi. Kalian pilih yang mana?

--------------------

ananta10.jpg

Kami sudah sampai hotel yang terletak di pinggir sungai besar itu dan koper kami sudah diurus oleh pihak hotel.

Hotel bintang lima ini terlihat cukup megah dan ramai. Tentunya ramai karena ada antrian para peserta Regional Meet dari seluruh Asia Tenggara disini. Tak banyak wajah yang kukenali kecuali Intan dan Geri yang sedang sibuk di meja pendaftaran.

Ada tiga meja pendaftaran dan mereka semua, para panitia sedang membagikan kit untuk kami serta kunci kamar hotel. Di dalam kit itu ada jadwal, yang disana sudah tertera kapan kami semua akan presentasi. Aku tidak peduli kapan presentasinya, yang penting presentasi. Aku sudah pernah beberapa kali melakukan hal ini, jadi bukan masalah lagi untukku.

Kami merayap pelan-pelan dan aku bisa melihat Martin Karabatsos duduk di salah satu sofa di lounge. Disebrangnya ada Mbak Keke dengan buku catatan khasnya. Seperti biasa ibu satu anak itu terlihat glowing dan cantik dengan kulit coklatnya. Martin tampak sibuk menelpon dan di meja mereka ada sepasang cangkir kopi yang tampaknya enak.

Sambil meniti antrian, aku melihat Yandi tampak cemberut sambil menatap jadwal yang ada di dalam kit.

“Woi” panggilku.
“Eh Kak” dia tampak tak fokus.
“Kenapa lo?”

“Dapet jadwal nanti sore” dia meringis.
“Waduh…”
“Yah, siap ga siap lah ya” dia tampaknya khawatir. “Takut ga bisa jawab orang-orang yang nanya entar”

“Bawa santai aja, ini cuman sekali presentasi kok…. Bukan ke klien ini” sambungku.
“Kalau gagal malu entar Kak”
“Ah santai aja, bukan penentu hidup lo kok… Kita disini kan buat sharing ide dan ngembangin company”
“Iya sih”

“Lagian materi udah di panitia semua kan?”
“Iya sih”
“Nah”

Aku memalingkan wajahku karena sebentar lagi aku harus mengambil kit dan kunci kamar. Kit ini terdiri dari beberapa barang. Yang pertama sebuah buku catatan yang design nya keliatan kekinian banget, satu set alat tulis dan sebuah usb flashdisk, juga ada satu booklet yang terdiri dari jadwal acara Regional Meet selama beberapa hari ini. Tak lupa ada juga jadwal dan name tag.

“Hi” sapa seorang wanita cantik yang menjaga meja. Dia pasti anak WnG juga kan? Aku melihat name tagnya. Melissa – Phillipines.

“Hi, morning”
“Morning, please check your name in the guest book”
“I’m Baskara” aku menunjuk ke namaku yang terpampang di kolom Indonesia.
“Okay, this is your kit and room key” dia memberikanku kartu kunci ruangan dan sebuah tas kecil yang tampak keren.

“Thanks”
“You may freshen up at your room, and after lunch at The Market, Regional Meet will start at the Ballroom… 1.30 pm”
“Okay”

Aku merogoh tas itu dan menarik jadwal dari dalam sana. Oh, aku masih hari terakhir, pagi-pagi. Santai, lagian udah biasa juga kan presentasi.

Koperku sudah dibawa oleh pihak hotel ke dalam kamar. Kami semua mendapatkan kamar sendiri-sendiri. Jadi lebih leluasa. Bayangkan jika berbagi kamar dengan orang lain, apalagi orang asing. Eh, apalagi sama Alex, kayanya bakal awkward banget.

Yang disebut sedang mingle dengan beberapa wajah asing di area lobby. Sudah pasti wajah-wajah asing itu adalah karyawan WnG dari beberapa negara di Asia Tenggara.

Aku memutuskan untuk pergi ke kamar dulu, sekedar menyimpan ransel, berganti kaos dengan kemeja dan membawa jaket ringan, dan membawa rokok untuk mencari-cari smoking area disini.

Yang lain sudah mencar-mencar. Mungkin ada di kamar mereka masing-masing.

Kakiku sudah membawaku ke area lift, dan disana aku menemukan Stephanie.

“Oi”
“Eh… Lo dapet kamar dimana?” tanyanya.
“Lantai tiga” jawabku.
“Gue di lantai dua”

“Random kayaknya ngasihnya”
“Iya, untung sendirian ya kamarnya”
“Eh, elu presentasi kapan?” tanyaku sambil menunggu lift.
“Ga tau, ntar lah bukanya”
“Sekarang aja”
“Ntar gue ga siap”
“Gimanapun lu harus tau kan cepat atau lambat” sambungku. Dengan penasaran tentunya.

“Iya sih, coba gue liat jadwal”

Ting. Pintu lift terbuka. Beberapa bule keluar. Stephanie dan aku masuk.

“Eh bangke” sambung Stephanie.
“Kenapa”
“Gue dapet besok pagi-pagi banget jam 10”
“Terus?”

“Kayaknya belom siap hehehe”
“Ah gampang itu, latihan aja”
“Mau bantuin gue kan elo? Please?”

“Boleh”
“Ntar malem yak”
“Santai”

Dan kami pun meluncur ke lantai atas, ke kamar kami masing-masing.

--------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd