Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

cwk yg depan bas kasian gak ikut, gabisa sekalian oplas ke thailand wkwkwk
 
Step terlihat senang, karena alasan pertama atau lainnya ya?
 
Absen senin ceria, masters.

Rokok putih plus kopi hitam
Istri merintih tapi hasrat masih terpendam
 
PERJUMPAAN – 12

--------------------
--------------------

articl10.jpg

Besok, aku akan berangkat ke Thailand.

Hari ini hari minggu dan aku sedang bersama istriku, belanja bulanan, sekalian sedikit membeli keperluan-keperluan yang kiranya aku butuhkan selama di Bangkok nanti. Aku sudah berjibaku dengan anggota timku untuk menyusun presentasi soal Lelawah, dan semua kegiatan digital marketing yang kami lakukan selama setahun kemarin.

Dengan mencoba memupuk semangat, aku mendorong troli belanjaan, mengekor istriku pagi ini.

“Abis ini kamu jadi ketemuan ama mereka?” tanyaku ke Listya.
“Jadi, udah lama ga ketemu” jawabnya, merujuk pada teman-teman kuliahnya yang mau mengajak reunian siang nanti, ketika jam makan siang.

“Oke” jawabku pelan sambil menatap ke keranjang belanjaan.
“Kamu jadinya ngapain?” tanyanya, tanpa melihatku ke belakang, sambil sibuk dengan handphonenya. Sedangkan dari tadi handphoneku ada di dalam saku, mencoba tidak sibuk dengan layarnya, dan fokus pada dunia nyata.

“Abis ini ke rumah, naro belanjaan, terus ke bengkel, takut lupa ditinggal lama entar, terus cari kopi paling, abis itu pulang” jawabku dengan isi kepala penuh kelelawar. Maksudnya, aku terus-terusan memikirkan soal presentasi Lelawah, nanti ketika di Bangkok sana.

“Keliatannya malah aku yang pulang duluan” sambung Listya.
“Oh ketemu dirumah ya nanti? Aku pikir aku bakal jemput kamu”
“Nggak lah, aku pulang sendiri aja, biasanya kan kamu lama di bengkel”
“Sebenernya ga pengen lama sih”
“Yaudah gini ntar aku yang packingin kamu deh, jadi kamu besok berangkat tinggal bawa barang”

“Oke, toh ga ribet kan bawaan aku….”
“Iya, paling bentar packing barang-barang kamu mah” Listya tersenyum tanpa melihat ke diriku. Dia memperhatikan layar handphonenya. Sepertinya dia bersemangat akan reuni ini.

“Kamu tau kan aku paling malas packing” balasku.
“Makanya aku mau packingin barang kamu”
“Sebenernya bajuku seadanya juga gapapa kan, paling dresscode cuman smart casual aja pas lagi regional meet nya, terus untuk sehari-hari dan pas lagi tour cuman t-shirt ama jeans aja kan”

“Iya, aku iri deh kamu udah bisa ke luar negeri lagi”
“Kenapa mesti iri hahaha… Kamu nyusul aja, aku extend sampai weekend”
“Males ah” jawabnya singkat.
“Kok males?”

“Gapapa, lagi males travelling aja, apalagi ke luar negri”
“Kan kemarin corona ngebosenin sayang, kita ga bisa kemana-mana, ke luar kota aja susah… Jangankan keluar kota sih, keluar rumah aja kamu suka sewot” aku sedikit bingung. Disaat seperti ini semua orang tampaknya ingin pergi kemana-mana, kenapa dia tidak?

“Enakan di rumah ya kali?” sahut Listya. “Karena pandemi kayaknya aku jadi males kemana-mana” tawanya.
“Perasaan kita ada deh omongan halu-halu gitu, abis pandemi mau liburan kemana”
“Iya, tapi sekarang kok jadi ga pengen ya?”
“Aneh”
“Gak aneh ah biasa aja” senyumnya, dengan mudahnya.

“Hmm…”

Somehow, aku merasakan ada jarak yang aneh diantara aku dan Listya. Sejak pandemi berakhir, sepertinya hal-hal ini makin terlihat. Bukannya antara suami dan istri tidak boleh ada perbedaan dan perdebatan, tapi aku merasakan ia berubah. Ia jadi makin ada di dunianya sendiri, dan sedikit demi sedikit menjauh. Aku berusaha mendekat dan berusaha untuk menerima semuanya, tapi entahlah. Aku harap ini bukan apa-apa.

Ya, ini bukan hal serius bukan? Sudah biasa sepertinya dalah hubungan suami istri, ada kerenggangan seperti ini. Nanti juga balik lagi bukan?

--------------------

desain10.jpg

Listya duduk di sebelahku. Dia menatap dengan tajam ke arah beberapa orang asia timur yang sedang beradu akting di layar kaca.

Sementara dia sedang menikmati drama korea, aku sedang fokus dengan laptopku. Kami berdua sedang duduk di kasur kami, menikmati malam itu.

Dia menikmati aktor-aktor profesional menjalankan adegan, aku sedang menikmati slide demi slide presentasi tentang Lelawah. Aku mengulang-ngulang monolog yang akan kusampaikan di Regional Meet nanti. Aku menghapal langkah-langkah bicara yang nanti akan kulakukan. Kepalaku sedang menyusun cerita-cerita apa saja yang menarik dan tidak menarik untuk dibicarakan.

Perkara presentasi sebenarnya bukan hanya terletak di slide yang bagus dan komprehensif, tapi juga berada di kemampuan kita untuk membuat orang tertarik akan tema yang ingin dibahas. Percuma kalau temanya bagus, tapi orang bosan dengan cara kita menyampaikannya.

“Udah jam segini” bisik Listya.
“Iya, aku masih ngeliat slide” aku melirik ke arah jam di laptop. Sudah jam sebelas malam.
“Emang hari apa presentasinya?”
“Gak tau, kita baru bakal tau setelah hari pertama, makanya harus siap terus”
“Oh, gitu…”
“Yep”

Salah satu hal yang agak stressful di Regional Meet adalah, kita belum akan tahu hari apa kita presentasi sebelum hari pertama disana. Bayangkan orang-orang yang kaget dan harus present di hari pertama tanpa persiapan apapun. Makanya kita harus selalu siap, sebelum datang ke lokasi. Dengan begitu kita tidak harus khawatir tentang jadwalnya.

“Oke deh, tidur” aku menutup laptopku sambil memejamkan mataku. Besok jam 7 aku sudah terbang ke Thailand. Sudah lama aku tidak kesana. Negara eksotis, agak-agak mirip bali vibe nya tapi senegara-negara. Udah gitu makanannya enak, cocok dengan lidah Indonesia. Mungkin karena serumpun dan masakannya selalu penuh bumbu.

Anyway, kita masukkan dulu laptop ini ke dalam koper. Aku mengambil tas laptop yang tergeletak di lantai, dan membungkus laptop ini ke dalamnya. Kemudian aku beranjak dan sedikit celingukan.

“Sayang” aku memanggil Listya.
“Ya?” dia menjawabku tanpa melihatku. Istriku masih fokus ke layar kaca.
“Koper disimpen dimana?”

Aku tidak melihat adanya koper di kamar ini. Apakah sudah disimpan di bawah oleh Listya?

“Koper itu…..”
“Iya, disimpen dimana? Tanyaku lagi, mengulang pertanyaan yang sama.

“Ya ampun!”
“?”
“Aku lupa packingin buat kamu” Listya tampak panik dan langsung menekan tombol pause, yang menghentikan sementara acara di televisi.

“Apa? Lupa?” aku bingung. Aku tidak memintanya untuk melakukan itu, tapi dia sendiri yang menawarkan diri. Lagipula dia selalu hapal barang apa saja dan komposisi bawaan yang dibutuhkan olehku ketika bepergian.

“Iya, aku lupa… Bentar-bentar” dia tergopoh-gopoh berjalan melewatiku dan langsung membuka lemari. Sebuah koper berukuran medium ia keluarkan dari sana, dan dia langsung membukanya. Dia menatap lagi ke dalam lemari, seperti memikirkan barang apa saja yang akan kubawa.

“Kok bisa lupa?”
“Ya namanya lupa sayang…. Aduh…”

Aku tertegun. Dia pulang lebih dulu daripada aku, dan ada waktu panjang dari sejak dia pulang ke jam 11 malam ini.

“Yang bener aja kamu…..” nada bicaraku agak kesal karena sudah jam segini, untung saja tidak telat. Untung saja aku masih buka-buka laptop jam segini.

“Aduh, aku udah bilang aku lupa”
“Dari kamu pulang masa selupa itu?” bingungku.
“Ini lagi aku packingin sekarang”
“Kamu gak ngomong maaf dulu atau gimana gitu?”

“Hah?”
“Kamu gak ngerasa kalo ada yang salah?”
“Sayang, udah lah… Kan aku udah bilang aku lupa, nih aku packingin sekarang, masih untung aku gak lupa sampe besok” balas Listya, sambil melanjutkan packing.

“Kenapa kamu?”
“Kenapa apanya?”
“Kamu habis ngelupain hal penting, terus udah gitu aja?”
“Ini kan aku bantuin, lagian kan kamu bisa packing sendiri sebenernya”

Apa?

“Lho, aku gak minta lho, kamu yang tadi bilang mau bantuin. Kamu udah janji”
“Ya makanya aku kerjain sekarang….” Jawabnya dengan datar. Ekspresi mukanya tampak kesal.

“Kok kayaknya malah kamu yang marah?”
“Karena kamu berlebihan”
“Aku? Berlebihan? Yang lupa packing bukan aku” balasku dengan nada tinggi.
“Sayang, udah dong, ini aku bantuin sekarang”

“Terserah lah”
“….”

Kami berdua terdiam. Aku duduk di kasur kembali, sambil menatap Listya yang membantuku packing. Hal yang ia lupakan, tapi ketika aku komplain, dia malah balik komplain. Berlebihan dia bilang.

Mungkin. Mungkin aku berlebihan. Tapi, ucapannya membuat suasana sebelum berangkat menjadi tidak enak. Dan tidak ada kata maaf. Ya, memang ia akhirnya melakukannya, tapi ya gimana? Kesan yang ia timbulkan sudah tidak enak.

Aku bisa merasakan ketegangan di udara. Dan itu yang membuatku semangatku jadi agak turun. Sepertinya dia hidup di dunianya sendiri. Aku ingin bicara lagi tapi suaraku tak keluar.

Rasanya mendung, padahal cuaca di luar sana aku tak peduli. Perjalanan ini akan jadi sulit jika kondisi kami berdua sedang dalam perselisihan. Mungkin hanya aku yang berselisih dengannya, bukan dia denganku.

Mungkin.

--------------------

BERSAMBUNG
 
Yokkk..Listya..Listya..

Sepertinya abis melakukan sesuatu sampe lupa buat packing.

Apakah habis s*xting sm brownies? Atau?

Moga2 ada side storynya Listya..wkwk


Thank you apdeetannya suhu @racebannon
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd