Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

Dah ga sabar buat apdetan besok, pen liat si steph bertingkah apa lagi dia, ato si Listya yg ada gerak gerik mencurigakan?
 
PERJUMPAAN – 11

--------------------
--------------------

desain10.jpg

Aku duduk sambil menekuk jidatku di kasur, mencoba menahan diri sambil menatap istriku dalam-dalam.

“Kamu serius gak mau pake baju-baju tidur yang dulu kamu koleksi itu?”
“Sayang, kita kan bukan umur dua-puluhan lagi” jawabnya.
“Aku gak maksa, tapi dulu kamu beli kan rencananya mau kamu pake biar gak bosen pas kita udah berumur… Kita sekarang baru umur 35 lho, belum berumur, masa kamu alasannya gitu?”

Listya menarik nafas dalam-dalam. Kulitnya yang kuning langsat itu terasa indah, tapi dia lagi-lagi hanya mengenakan celana pendek belel dan T-shirt bekas milikku.

“Bas, kita harus fokus sama rencana kita punya anak”
“Aku setuju, tapi kita seks udah terjadwal, masa kamu gak mau ada sedikit hal yang beda?”
“Hei, kita harus fokus”

Listya mendadak memegangi pipiku. Kanan dan kiri. Aku terpaku. Dia tersenyum merajuk.

“Sayang, kamu gak mau emang sekali-kali, kita pake pakaian yang beda, atau kita staycation, liburan kemana gitu, supaya ritual kita bikin anak jadi lebih bisa kita nikmatin?” tanyaku dengan sedikit merajuk.

“Aduh, boro-boro mikirin staycation, aku kerjaan kan kamu tau kayak apa, dan kita harus fokus lho yang, soal rencana kita punya anak”
“Well….”
“Ya sayang, fokus dulu ya, aku belum kepikiran apa-apa soal yang kamu sebutin tadi, dan ntar kita pikirin deh, cuman sekarang kita stick sama jadwal dulu ya”

Dia mencium pipiku. Aku berusaha sabar. Aku menelan ludahku sendiri dan pikiranku berkelana kemana-mana. Sempat sedikit terbang ke tengah Jakarta, tapi aku mencoba untuk menahan pikiran seperti itu. Aku sedikit frustrasi dan merasa diriku tak bahagia.

Tapi apa benar aku tak bahagia? Selama dua tahun kita semua terkurung di rumah sendiri. Terjebak dengan rutinitas-rutinitas yang lama-lama menjadi basi. Terperangkap dalam setiap gerakan yang tertebak. Kita sudah lama tidak merasakan kebaruan. Kita sudah lama tidak merasakan hal-hal yang berbeda dan exciting.

Mungkin itu yang aku rasakan malam itu, disaat aku menunggu dengan tak pasti di lobby apartemen itu.

Mungkin.

“Gak selamanya yang lo punya sekarang itu bagus buat elo”

Mungkin.

Dan mungkin juga kita butuh perjumpaan-perjumpaan baru dalam hidup kita, untuk mencari yang lebih pantas kita kejar.

Mungkin.

--------------------
--------------------

wpp-of10.jpg

“Hei”
“Hei”

“Lo keliatan bosen”
“Iya” jawabku dengan tenang. Aku duduk disebuah panggung berundak, menatap ke susunan TV layar datar di sebuah dinding yang tampak keren dan megah. Ada sebuah podium di tengah sana, dan seorang pria kaukasian berlogat Australia sedang berkicau lagi.

Ya, seperti biasa, Townhall Meeting.

Dan Townhall Meeting seperti inilah, Martin Karabatsos menunjukkan keahliannya.

Bicara.

Dia bicara seperti seekor beo gila yang berkicau kesana kemari. Nada berapi-api tersembur keluar memuntahkan panas, yang disambut dengan penuh antusiasme dari pria, wanita dan gender ketiga berusia muda yang penuh semangat. Para insan muda yang dimabuk inovasi, dimabuk oleh kata-kata berapi nan manis.

Aku duduk dengan nada lesu, mencoba menghilangkan perasaan kecewaku pada kejadian semalam. Jadwal bercintaku dengan Listya. Aku pikir, setelah aku lelah pulang dari kantor, aku bisa merasakan gairah lagi bersama istriku. Namun semua hal yang sudah pernah kita lakukan pada saat pandemi kemarin, terutama soal jadwal berhubungan agar kita cepat-cepat mempunyai anak itu jadi menyebalkan.

“Bengong lo ya?”
“Iya”
“Martin tumben kali ini nadanya lebih fired-up”

“Hmm” aku yang tadinya semangat ke kantor, kini kehilangan nyawa.

Bahkan seorang Stephanie Hartanto yang tampak cantik dan menyegarkan, yang sedang duduk di sebelahku saja tak bisa membuatku bersemangat.

“Jenuh? Kerjaan?”
“Bukan” jawabku ke Stephanie, sambil melirik ke dirinya. Dia mengenakan sweater hijau, dengan merek streetwear terkenal, celana jeans belel dan sneakers mahal lagi. Rambutnya diikat ponytail. Terlihat muda di usia tiga-puluhannya.

“Lo ngerasa aneh ga si Martin hari ini bener-bener bergelora”
“Bahasa lo aneh banget bergelora” tawaku kecil.
“Gak Cuma anak kreatif yang bisa pake bahasa aneh-aneh” balasnya.

“Yah, lo tau lah, bentar lagi mau ada regional meet” aku menjawab pertanyaannya. Dia tampaknya penasaran kenapa si Martin bule ini begitu gegap gempita.

“Eh, serius?”
“Iya” jawabku pelan.
“Lo udah pernah ikut?” Stephanie tampak penasaran.
“Dua kali”
“Kemana aja?”
“Waktu itu gue ke Penang sama Singapore”
“Asik juga”
“Asik lah, liburan gratis dibayarin sama kantor. In return lo Cuma harus bikin presentasi menarik tentang apa yang lo kerjain selama setahun belakangan di kantor”

“Oh gitu?”
“Iya”

Regional Meet. William and Green South East Asia Regional Meet. Tiap tahun acara ini pasti ada, kecuali dua tahun belakangan karena pandemi. Setiap tahunnya akan dipilih beberapa orang dari tiap-tiap negara, dimana selama beberapa hari kita akan dikurung di sebuah hotel mewah, dan kita akan mempresentasikan project-project kita setahun belakangan kepada semua rekan-rekan sejawat dari seluruh Asia Tenggara.

Project-project itu akan dibedah, dan akan dibahas dalam beberapa diskusi panel. Demi kemajuan William and Green pastinya. Oke kan?

Sehabis beberapa hari itu, kira-kira tiga hari, akan ada sesi tour ke beberapa tempat wisata dalam dua hari. Jadi in total akan makan waktu kira-kira semingguan.

“Taun ini kemana ya?”
“Auk, ke singapur lagi paling” balasku.

Ya, Singapura memang jadi negara yang paling sering dijadikan tempat Regional Meet. Yang paling sering kedua adalah Bali. Yang paling jarang adalah Philipina. Biasanya, Terence Williams akan datang langsung ke acara ini. Nah, tampil di depan Terence Williams biasanya jadi incaran orang-orang itu.

Aku pernah sekali tampil dan dibantai sejadi-jadinya oleh beliau, kayaknya. Entahlah, aku agak lupa. Tapi ya itu pengalaman berharga. Intinya untuk anak-anak muda, ini hal yang menarik. Buatku, sudah tidak menarik lagi karena aku sudah menjalaninya beberapa kali. Ditambah lagi kondisiku sekarang dengan Listya membuatku jadi agak malas ngapa-ngapain.

“Okay guys, this is the big thing” Martin sudah sampai ke puncak dari speech-nya. “As you know, next month is gonna be a great time for all of us”

Aku berpandangan dengan Stephanie. Dia mengangguk tanda dia tahu sebentar lagi Martin akan mengumumkan soal Regional Meet.

“Regional meet is back again, because the pandemic is over”

Ya, bisa ditebak. Tepuk tangan dan sorak sorai bergembira memenuhi ruangan. Aku tertegun dan bertepuk tangan seadanya.

“We’re going to held it in……” semua orang menahan nafas. “Bangkok”

“Wah gileee Bangkok gue pengen bangetttt” seru salah seorang di sebrangku yang tak jelas dia cwk atau cwk. Aku dan Stephanie saling melempar senyum.

“Dia cocok sih ke Bangkok” bisikku ke telinga Stephanie. Aku bisa mencium semilir bau parfumnya.
“Homophobic lo” balasnya dengan canda.
“Maybe” tawaku.

Suara tepuk tangan dan sorak sorai kembali membahana. Beberapa orang terlihat mulai berharap mereka akan dipilih untuk pergi ke Bangkok. Oh ya, Williams and Green tersebar di Malaysia, Indonesia, Philipina, Vietnam, Thailand, dan juga Singapore. Kadang-kadang kantor Australia ikut-ikutan tapi kayaknya kali ini mereka ga ikut.

Martin masih menjelaskan tentang apa itu regional meet ke anak-anak muda penuh curiousity. Tapi aku sudah mendengarnya bertahun-tahun dan berkali-kali.

“You guys are nuts…. I know you’re excited because the pandemic is over and you can travel abroad again, but… keep your voice down, because I will present some names that going to represent Indonesia’s WnG office”

Dia tersenyum dengan lebarnya. Aku juga, tapi tersenyum malas. Pasti bukan aku yang dipilih. Aku memilih melakukan hal lain, yakni melihat handphoneku dan melihat pesan-pesan singkat yang dikirim Listya. Pesan-pesan yang membosankan, seperti gosip atasannya yang katanya genit, lalu list belanjaan untuk weekend, dan juga beberapa kata-kata mutiara dari akun-akun twit**ter yang ia follow.

“Bas” Stephanie tampak menegurku dan aku tak peduli. Aku hanya merespon sedikit ketikan ke istriku di media sosial, dan mencoba mengelaborate dan menyembunyikan rasa jenuhku terhadap kondisi akhir-akhir ini.

“Hmm?” tanyaku. Tanpa melihat ke lingkungan sekitar.
“Baskara”
“Apa?”

Stephanie memegang lenganku dan menggoyangkannya.

“Liat itu” lanjutnya. Aku tidak menepis tangannya dan aku menatap ke arah yang ia tunjuk. Aku tampak bingung. Ada beberapa nama ditulis di layar besar itu. Nama-nama yang akan berangkat ke Bangkok, Thailand.

Beberapa orang mulai tampak bangga, beberapa tampak kesal karena tidak berangkat.

Seperti biasa, ada lima nama disana, dengan project-project apa saja yang mereka pegang setahun terakhir, yang harus dipresentasikan di depan orang-orang pada saat regional meet.

Aku membacanya satu per satu.

Yandi Sofyan – Digital Campaign for Sempurna Cigarettes.
Alexander Yunandi – Creative Direction of Nueve Hand Sanitizer.
Rininta Aqshoifa Hadi – Brand Awareness for Falcon, a local sneakers brand.
Baskara Firdaus – Digital Campaign for Lelawah Movie.
Stephanie Kirana Hartanto – Digital Ads production for Solbakken Nicotine Patch.

Dan Cuma satu kata yang terucap di mulutku saat Stephanie dengan refleks menggenggam lenganku.

“Apa?”

--------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd