Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

Step turun step. Ayo rokokan sambil minum lagi sama si bas di balkon. Sapa tau anu.. Hekekek
 
PERJUMPAAN – 10

--------------------
--------------------

apt10.jpg

“Kamu masih lama?” tanya istriku dengan nada prihatin di layar handphone. Aku melirik lagi ke arah pintu masuk yang masih sepi.

“Masih kayaknya, gak usah ditungguin” balasku.
“Iya, tadi aku udah makan duluan kok”
“Ok” balasku pelan.

Tidak ada tanda-tanda keberadaan Stephanie turun. Padahal sudah jam 8. Aku pun memang tidak menghubungi dia. Karena aku tahu, pasti dia tidak membalasnya, atau mungkin dia memilih untuk tidak turun sama sekali, andai ia tahu aku ada disini. Jadi, aku hanya bisa menunggu dengan tak pasti, kapan dia akan turun mengambil dokumen.

Sang satpam yang sedang bertengger di tempatnya itu sesekali menatapku dengan muka aneh. Pikirnya, siapa Baskara ini sampai-sampai menunggu Stephanie turun. Tapi aku salut, dia menjalankan tugasnya dengan baik, dia tidak mengizinkanku naik ke atas. Bayangkan jika yang memaksa naik ke atas bukan Baskara tapi orang lain yang berniat jahat.

Tunggu. Bahkan aku pun tidak tahu sekarang niatku seperti apa.

Langit tampak tenang, tanpa awan berarti dan tanpa hujan. Sesekali kucing lewat di depan gerbang. Kalau ini film Lelawah, pasti kelelawar sudah berterbangan kesana kemari. Eh, jangan deng. Itu artinya pertanda buruk dan ada seseorang yang entah kenapa berubah bentuk menjadi kelelawar akibat pembalasan dari alam yang dendam.

“Malam ibu”

Aku langsung menoleh ke arah suara. Mataku yang dari tadi melihat ke arah luar karena bosan sekarang tertuju pada sesosok yang terlihat di pintu masuk.

Seorang perempuan dengan kulit putih bersih dan badan langsing, yang mengenakan tank-top berwarna putih, celana training dan kacamata tebal.

Stephanie. Dia pasti berpikir kalau aku sudah pulang.

“Hei” aku berdiri dan menyapa dirinya. Dia hanya diam dan berusaha tersenyum walau terlihat ada nada-nada tak nyaman.

“Bapaknya dari tadi nungguin ibu”
“Oh iya…” jawab Stephanie. “Kita kesana aja” dia menunjuk ke arah luar. Ke arah drop off. Aku mengangguk. Aku mengikuti langkah gontainya dan kami berdua sekarang berdiri di dekat sebuah tong sampah yang dikelilingi oleh puntung rokok.

Kami terdiam.

“Ada rokok?” tanya Stephanie dengan suara pelan. Aku langsung mengulurkan tanganku. Dia menyambut tanganku dan dia mengambil kotak rokok. Dia mengambil sebatang dan membakarnya, menggunakan korek yang baru saja kuberikan. Stephanie lantas menghisap rokoknya dalam-dalam.

“Dokumennya…” bisiknya. Aku langsung memberikannya tanpa banyak bicara. “Ngapain pake dateng segala?”

“Just because” jawabku. “Lo aneh sejak kawinan Anthony”
“Gue ambil WFH hari ini karena ga pengen diganggu” balasnya. “Tapi lo malah dateng”
“Kenapa? Apa obrolan kita bermasalah kemarin itu?”
“Kayaknya” dia menghisap rokoknya lagi. “Gue sadar kalau gue bodoh banget kemaren, dan kayaknya gue butuh waktu sendiri hari ini, tapi lo malah dateng ga diundang, dan gue juga ga sampe hati ngusir sih pas liat elo”

“Yang gue ucapin juga bodoh”
“Gue lebih bodoh” sambungnya. “Karena kita bisa dibilang baru deket setelah kita mulai kerja kantoran lagi, tapi gue malah open up too much sama elo”
“Gue sih gapapa, gue malah ngerasa salah ngomong yang kemaren itu”
“Oh, soal itu… Gue….” Dia tampak diam dan dia mematikan rokoknya.

Aku mengambil sebatang dan langsung memberinya lagi. Tak lupa aku juga menyalakan rokok dan menemani kegiatannya.

“Entahlah, Bas” dia menghela nafas. “I had mixed feelings after that night… Makanya gue pengen punya waktu sendiri”

“Understood”
“Tapi lo kayaknya gak pernah ngebiarin gue buat sendiri”

Kami berdua terdiam lagi. Jujur, dari semua bentuk Stephanie yang pernah kulihat, malah bentuk rumahan seperti ini yang menurutku menarik. Dan ini juga kali pertama aku melihat dirinya memakai kacamata, bukan memakai soft lens.

“Ya… Gue nganggep ini call and response sih” balasku, mencoba jujur. “Lo ngomong apa, gue bales, lo ngebuka diri lo sedikit dan gue masuk. Konsekuensi komunikasi”

“Omongan lo berat banget” potong Stephanie. “Either emang sedalam dan seberat itu, atau Cuma random bullshit yang lo ucapin biar kedengeran… Kendengeran apa juga gue ga tau”

“Gini aja deh” sambungku. “Kita kerja bareng… Kita ada project bareng… Kalau emang obrolan kemarin bikin lo canggung dan kerja kita jadi ga bener, gue minta maaf” Aku menarik nafas sambil menghisap asap tembakau dari filter yang mulai terasa pahit ini. “Gue minta maaf, dan gue harap kita bisa kerja bener lagi”

Dia hanya diam.

Kami berdua diam lagi.

Angin sebentar-sebentar lewat.

Malam tidak semakin terang.

“Oke” jawabnya. “Tapi inget, gue masih seperti gue waktu jaman dulu. Anak cewek culun yang naif dan polos… Jadi obrolan kemarin, mungkin akan bikin gue agak awkward lagi sama elo”

“Fine, asal kita bisa tetep kerja bareng dengan baik” jawabku.
“Kalo gitu… Gue mau balik ke atas, masih banyak kerjaan”
“Yep” aku mengangguk dengan pelan. Dia balas mengangguk, melambaikan tangannya dengan ragu, dan mulai berjalan lagi masuk ke dalam apartemen.

Aku menatap punggungnya yang tampak bersih itu dengan tatapan yang lain. Entah tatapan apa ini. Aku harap ini tatapan biasa-biasa saja. Dan setelah sosok itu menghilang, aku berjalan ke arah mobilku, dan ingin memulai perjalanan pulang.

Sebelum masuk ke dalam mobil, aku membuka handphoneku dan mengirim pesan singkat ke istriku. “Aku mau pulang. Makan di rumah aja, males beli-beli”

Tak ada jawaban. Baru terkirim, tapi belum dibaca. Dia memang tidak online. Akhirnya aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.

Setelah masuk dan siap untuk jalan, aku menyambungkan musik dari handphoneku ke sound system mobilku. Karena system terbaik di dunia adalah sound system. Kunyalakan mobilku dan aku siap untuk berjalan, menembus jarak dari pusat Jakarta ke pinggir Jakarta.

Mari kita ke Selatan.

--------------------
--------------------

desain10.jpg

Aku bangun dengan perasaan tak nyaman. Baru jam 5 pagi sekarang. Istriku tampak masih tidur. Aku mencoba membangunkannya. Dia tampak tak bergeming, mencoba untuk tidak menghiraukanku.

“Ntar sayang… Masih ngantuk”
“Udah jam segini, jam solat subuh” balasku.
“Kamu duluan aja…. Bangunin aku tiga puluh menit lagi” jawabnya dengan nada malas.

Dengan langkah gontai aku berjalan ke arah kamar mandi dengan ditemani oleh handphoneku. Aku duduk di kloset, melakukan apapun yang kalian bayangkan, dan memainkan handphoneku.

Ada sebuah pesan singkat dari Stephanie. Tampaknya ia mengirimnya ketika aku tidur tadi. Benar. Jam 2 malam tadi, ada pesan dari dirinya masuk.

“I never thought that you would came. Thanks anyway. It made me a little bit humane”

‘Humane’. Istilah yang jarang dipakai. Aku tahu artinya apa tapi aku mencoba membedah kata itu.

Kalau menurut kamus bahasa inggris yang kudapat di internet, artinya adalah having or showing compassion or benevolence. Terjemahan gampangnya adalah ‘Manusiawi’. Aku melihat ke Thesaurus dan menemukan beberapa sinonimnya.

Kind.

Compassionate.

Tolerant.

Civilized.

Dan masih banyak lagi.

Entah kenapa, aku langsung mengartikannya seperti ini. ‘Gue ga pernah nyangka lo bakal dateng. Makasih. Lo bikin gue ngerasa dimengerti’

Benarkah seperti itu terjemahannya? Atau aku salah. Inggris bukan bahasa utamaku. Jadi aku merasa artinya seperti itu.

Humane.

Dan artinya yang ambigu.

--------------------

BERSAMBUNG
 
sepertinya aroma perselingkuhan nih, sebenarnya suka si cerita affair atau cheating gitu tapi kalau bisa kaya ada efek penyesalan gitu dari si pelakunya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd