Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

PERJUMPAAN – 7

--------------------
--------------------

malam_10.jpg

Jam 10 malam sudah lewat. Mobilku bergerak dengan perlahan ke tujuan pertama. Apartemen Stephanie.

“Gue pikir lo masih tinggal sama ortu lo”
“Sebenernya gue baru pindah, nyewa sih… Karena lebih deket sama kantor kita aja… Aslinya rumah keluarga gue di Serpong”
“Oh jadi lo nyewa setelah pandemi?”
“Yep”

“Kenapa apartemen? Gak kos-kosan aja, menurut gue lebih murah kos-kosan daripada apartemen” wajar jika aku bertanya seperti itu, karena dulu aku anak kos-kosan sewaktu kuliah.

“Lebih private” jawabnya pelan, sambil menatap jalanan. Dia memainkan rambutnya sambil sesekali menghela nafas panjang.

“Oh, masuk akal sih”
“Gue males aja gitu buat say hi ke penghuni kosan lain kalo papasan, terus dan lain-lainnya. Cuman karena baru pindah ya ribet aja, masih nata sana sini” balasnya, dengan nada agak lelah. Sepertinya dia kelelahan hari ini. Ya, semua tahu lah pekerjaan produser, dan dan nonton sampai malam juga menghabiskan tenaga, apalagi ini film horor.

“Kebayang ribetnya, gue waktu baru pindah ke rumah gue juga ribet banget”
“Ya kan… Rumah lo dimana BTW?”
“Di Cinere”
“Lumayan ya jauh…”
“Yang masih affordable waktu itu ya disana sih, jadi ya gapapa lah….”
“Sekarang harganya udah naik ya?”

“Sejak ada tol harganya jadi bengkak. Gue bersyukur belinya sebelom tol nya beres” jawabku, masih meniti jalanan dengan perlahan. Sudah malam, harus menyetir dengan hati-hati walau jalanan sudah mulai sepi.

“Pengen deh punya rumah”
“Buruan beli kalo gue bilang sih”
“Haha… duitnya belum ada, keluarganya belum ada… Pinginnya sih punya keluarga dulu baru punya rumah” dia tersenyum kecil sambil menatap ke siluet gedung apartemennya yang juga sudah terlihat kemataku.

Tanpa banyak bicara aku mengarah ke arah bayangan besar itu. Kami berjalan pelan sambil disertai keheningan. Tidak ada yang bicara lagi dan tidak ada interaksi lagi sampai dengan detik ini. Tak butuh waktu lama untuk bisa sampai ke apartemennya. Aku menurunkannya di lobby tanpa banyak basa-basi.

“Thanks ya” ucapnya pelan, memecahkan keheningan.
“Sama-sama”

Mobilku berhenti tepat di depan pintu lobby gedung apartemen tempat Stephanie menyewa satu unit apartemen tempat ia tinggal sekarang. Dia turun dari dalam mobilku, lalu menutup pintu mobil dengan lembut. Dia melambaikan tangannya ke arahku dan aku melambai balik. Dia lalu berlalu ke dalam, menghilang dari pandangan.

Aku menarik nafas panjang, sedikit meregangkan badan, dan kemudian berjalan lagi, mengukur jalan yang masih panjang ke arah rumahku, ke tempat tinggalku.

--------------------

desain10.jpg

Sudah sepi.

Aku turun dari mobilku, dan mengambil tas laptop yang kusimpan di jok belakang. Kulangkahkan kakiku ke pintu garasi dan menutupnya perlahan, khawatir jika terlalu berisik dan membuat kegaduhan di malam hari. Sudah mau jam 11 malam, dan tidak ada balasan lagi dari Listya. Aku bisa menyimpulkan, kemungkinan dia sudah terlelap.

Setelah menutup pintu garasi, aku lantas membuka pintu rumah. Aku mempersilahkan diriku masuk ke dalam dan mengunci pintu. Dengan langkah gontai aku menuju ruang makan dan menemukan bungkusan makanan yang belum dibuka. Oleh-oleh dari Listya setelah dia tadi lembur dan tidak sanggup datang ke acara premiere tadi.

Aku lalu membuka lemari es dan memasukkan makanan itu. Biarlah kumakan ketika nanti sarapan saja besok. Sudah terlalu malam dan aku tidak berselera makan.

Sejenak aku mengambil air minum untuk membasahi tenggorokanku, sambil menatap ke handphone yang baru saja aku keluarkan dari saku celana. Ada pesan yang belum kubaca.

Dari Stephanie.

“Thanks ya tadi” jam 10.15
“Udah sampe rumah? Kabarin ya” jam 10.44

Aku membalas dengan satu jawaban singkat.

“Baru nyampe”

Ternyata centang biru. Dia sedang online tanpa kusadari.

“Ok good. Istirahat ya, see you tomorrow at the office”
“Sure. C U”

Aku mematikan layar handphone dan kuhabiskan air di dalam gelas bening itu. Setelah urusan itu selesai, aku melangkah menuju tangga dan beranjak ke lantai dua, tempat dimana kamar tidur berada. Aku melihat ruang TV yang kosong, tanpa kehidupan sedikitpun.

Suasana begitu gelap tapi aku malas menyalakan lampu.

Aku sampai di lantai dua dan melihat ke area kerja yang kami tata senyaman mungkin. Aku menyimpan tas laptopku di meja yang ada disana, lalu beranjak ke dalam kamar. Listya ada di sana, memeluk guling di balik selimut hangat mengenakan T-shirt milikku. Aku tersenyum kecil.

Kulanjutkan perjalanan ini dengan menyimpan handphoneku di atas kasur, dan aku berjalan menuju kamar mandi. Kulucuti pakaianku sendiri sambil menatap dalam-dalam ke wajahku. Kuambil sikat gigi dan aku mulai membersihkan mulutku. Menghilangkan bekas bau makanan dan bau rokok. Walau mungkin percuma, aku mungkin akan merokok lagi di balkon setelah mandi.

Setelah selesai menggosok gigi, aku melangkah lagi ke bawah shower dan mulai mandi tanpa berpikir apa-apa. Isi kepalaku tampak kosong, mungkin kelelahan, mungkin jenuh. Akhir-akhir ini tidak ada hal yang menarik. Pekerjaan memang sibuk tapi ya begitu-begitu saja. Anak yang kuharapkan bersama Listya belum ada, jadi perkembangan keluargaku masih begitu-begitu saja.

Masih begitu-begitu saja. Masih belum ada perubahan apa-apa yang berarti.

“Gak selamanya yang lo punya sekarang itu bagus buat elo”

Entah kenapa kata-kata Stephanie sewaktu Townhall Meeting di hari pertama masuk kantor setelah pandemi itu terngiang-ngiang di kepalaku. Pekerjaan, aku tidak pernah berganti kantor sejak pertama kali bekerja. Pernikahan, ya, bisa dibilang aku dan Listya pacaran sudah lama sebelum menikah. Aku tertegun. Aku sudah selesai mandi dan aku mengeringkan badanku. Pikiran yang aneh itu tidak kulanjutkan.

Setelah itu aku keluar kamar mandi dan melihat ke dalam lemari, memakai pakaian yang cocok untuk tidur dan mataku tertambat pada sebuah laci di dalam lemari. Aku membukanya. Isinya lingerie-lingerie seksi yang dikumpulkan oleh Listya. Tapi, aku tidak ingat kapan terakhir kali Listya memakai itu semua. Sepertinya sudah lama tidak.

Ah sudahlah, mikir apa sih. Lebih baik aku segera berpakaian, mengambil kotak rokok baru di laci, mengambil handphone dan keluar ke arah balkon, lalu menutup pintu balkon supaya asap rokok tidak masuk ke dalam kamar. Aku langsung menyalakan rokok putih itu dan duduk di kursi.

Tanpa sadar aku melihar layar handphoneku lagi.

“Salamin ya sama Bu Baskara, bilang makasih udah ngijinin suaminya nganterin gue balik”

Oh, masih ada balasan dari Stephanie ternyata. Aku membalasnya dengan ringan.

“Sip, ntar sebelom tidur gue sampein”
“Lho belom tidur?”
“Sendirinya belom tidur…” balasku
“Aduh, gue masih whatsappan sama sutradara, nanyain banyak hal buat shooting bulan depan”

“Oh, iklan yang gue bukan?” tanyaku.
“Bukan, ge-er aja nih… Dikira gue cuman bikin iklan buat tim lu doang”
“Oh kirain”
“Gue juggling sekitar 4 atau 5 produksian”
“Kasian amat”
“Emang elu sekarang megang berapa project?” tanyanya balik.
“Sekitar 8 sih…”
“Nah itu lebih banyak”
“Tapi gue kan ga ngurusin produksi, ngonsep kita mah”
“Iya, elu ngonsep yang aneh-aneh, terus kita tim produksi yang kena capeknya”

“Nasib itu sih” aku membalas sambil tersenyum.
“Yaudah karena lo harusnya sekarang udah ga ada kerjaan, tidur gih, biar besok kerjanya enak”

“Yowes”

Rokok sudah kuselesaikan, dan sekarang aku masuk ke dalam kamar, sambil menyimpan handphone di tempat yang terjangkau. Aku masuk ke dalam selimut, di atas kasur dan membangunkan istriku.

“Hmmm? Baru pulang?” tanyanya dengan mata yang tak terbuka.
“Iya, baru selesai mandi dan lain-lain ini”
“Gimana, tadi seru?”
“Lumayan… Bagus filmnya, kamu kalo mau nonton nanti aku temenin”
“Oke… Tidur yuk, besok kamu kerja”

Aku mengangguk sambil bergerak mendekat dan menempelkan badanku ke istriku. Kami berdua diam, mencoba untuk menghilang. Pikiranku kembali flashback, memutar rekaman adegan tadi.

“Salamin ya sama Bu Baskara, bilang makasih udah ngijinin suaminya nganterin gue balik”

Haruskah aku memberi salam dari Stephanie ke Listya? Aku baru sadar kalau dari awal aku tidak meminta izin kepada istriku atas kejadian tadi. Tidak ada satu whatsapp atau pesan apapun ke dia yang menyiratkan aku mengantar seseorang pulang.

Ah sudahlah, tidak penting. Yang penting sekarang adalah istirahat.

Selamat Malam.

--------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd