Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

Bimabet
Anggia dan aku beda kantornya kog ya ..
Ada ding si Aku ame nica khan sekantor,...etapi mereka pacaran dah kayanye,etapi kadang bingung arya ame anggia pernah pacaran apa slingkuhan gitu ga si,gua kok ngerasa arya itu ya si aku...
 
Loh RB genks ada cerita baru lagi.. Masih satu rangkaian hu?
#nyimaktelat
 
PERJUMPAAN – 6

--------------------
--------------------

wpp-of10.jpg

“Lah, yang bener aja kamu?” suaraku terdengar agak kesal, sambil menatap jalanan yang tampak mulai padat dari lantai tempatku bekerja.
“Ya…. Maaf ya sayang…”
“Yaudah gini aja… Kamu mepet datengnya aja gapapa kok…. Bukan acara resmi ini, ntar aku tungguin” balasku.
“Aku gak tau bisa beres jam berapa… Kalo mepet juga gak enak, nanti kamu gak enjoy acaranya, cuman nungguin aku doang ntar….”

“Haduh, ini bukan acara yang resmi kan tadi aku bilang, mau kamu dateng telat gapapa kok”
“Kalo aku telat terus dateng di tengah film gimana? Kasian kamu keganggu”
“Aku kan udah tau ceritanya kayak apa”
“Aku belum tau kan, nanti kalo aku telat dan ada yang kelewat pasti nanya-nanya kamu pas lagi nonton…. Ya aku juga ga pengen kali lembur gini, tapi mau gimana?”

“Hhhh….” Aku menarik nafas panjang dan melepaskannya pelan-pelan. Yah, sayang sekali istriku tidak bisa ikut acara premierenya Lelawah.

“Sayang, aku ga mau ganggu karena aku udah pasti telat atau mepet…. Aku ga pengen lembur, siapa juga yang mau, tapi…”
“Ya, ya aku ngerti kok…”

Mau ngomong apa coba. Semua juga tahu pekerjaan lembur di BUMN itu mirip-mirip dengan kerja rodi dan cenderung nyebokin kerjaan atasan mereka. Apalagi buat pegawai yang posisinya nanggung kayak Listya. Posisi Manajer menengah. Itu bikin dia ditekan dari atas maupun bawah.

Aku menarik nafas panjang dan berusaha mengerti, ini bukan kayak jaman pandemi lagi dimana kalian bisa kerja bareng dalam satu kamar dan bisa ngeliat istri atau suami kita seharian penuh di weekdays kan?

“Maafin, nanti aku beliin makanan deh pas pulang lembur”
“Iya, gapapa kok… Ini kan premiere film, bukan wisudaan anak kita” candaku mencoba menghapus kekesalan yang ada di dalam diriku. Kesal sih, Cuma aku lebih ingin berpikir lebih positif.

“Yaudah sayang, aku mesti balik meeting lagi ya” bisik Listya di ujung sana.
“Yep, met meeting” balasku.
“Oke bye, Love you”
“Love you too”

“Istrinya Kak Bas ga jadi ikut?” mendadak suara Anthony membuyarkan lamunanku.
“Iya” jawabku pelan.
“Yah, ga bisa double date dong kita” sambungnya.

“Apaan sih lo” tegur Dea yang bersuara agak sinis karena dia tampaknya sedang fokus di hadapan layar laptopnya. Dia tampak geleng-geleng karena konsentrasinya dalam bekerja buyar gara-gara Anthony.

Aku hanya tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala. Anthony tampaknya cukup antusias dalam memperkenalkan tunangannya kepada kami. Sedangkan kami tampak biasa-biasa saja. Karena rasa penasaran kami atas hubungannya sudah hilang. Kami sudah tahu dia ketemu dimana dengan tunangannya, siapa namanya dan backgroundnya.

Sepertinya dia excited akan pertunangannya dan jadwal pernikahannya yang sebentar lagi akan tiba itu.

Wajar. Anak selurus dia pasti excited dengan pernikahan. Sedangkan di mata kami yang sudah menikah, pernikahan itu seperti pekerjaan. Ada term, ada jadwal, ada kewajiban, dan ada hak yang harus diperjuangkan.

Mungkin aku ingin se-excited dia lagi. Tapi tentu saja tidak bisa.

Ah, sudahlah. Daripada pikiran kemana-mana, lebih baik aku kembali ke laptop. Mungkin aku agak kesal dengan lembur-nya Listya. Tapi kami berdua tentu harus mempersiapkan diri lagi ke kebiasaan seperti ini, karena pandemi sudah berakhir dan hidup sudah normal lagi. Artinya akan ada lagi lembur, acara kantor sampai malam, dan hal-hal seperti ini lagi.

--------------------

Masih ingat Lelawah? Jika ingin membaca lagi ceritanya atau belum pernah baca, klik link dibawah:

LELAWAH

--------------------

untitl12.jpg

“Kalian masih shock ya?”

Anthony dan tunangannya, Clara tampak mengangguk. Adegan-adegan di film lelawah cukup graphic. Aku cuman bisa maklum karena mereka berdua sangat-sangat polos dan lurus orangnya.

Mereka ada di pojok lobby bioskop ini dan mereka Cuma bisa terpaku. Para fans, tampak sedang berusaha berfoto dengan sutradara dan beberapa pemeran di film ini. Salah satu yang paling banyak ngantrinya adalah Karen Natamiharja. Wajar kalau orang ngantri mau foto sama dia. Sudah cantik, modis dan terlihat gagah pula.

Dea dan kakaknya tampak sedang mingle dengan pegawai-pegawai William and Green lainnya. Ternyata kakaknya Dea kerja sebagai admin di salah satu anak perusahaan WnG. Jadi dia juga mengenal beberapa orang yang sedang mengobrol dengan Dea.

Sambil menunggu waktu yang tepat untuk pulang, aku melangkah keluar bioskop, membiarkan Anthony dan tunangannya tenggelam dalam keterkejutan mereka karena adegan-adegan di Lelawah yang cukup ekstrim. Mulai dari adegan seks yang begitu graphic, dan juga adegan berubahnya Shenny – karakter yang diperankan oleh Karen Natamihardja menjadi kelelawar.

Aku berjalan ke arah pintu keluar dan pintu terbuka sendiri.

“Eh, sori” aku tampak canggung karena aku berpapasan dengan tiga orang pria yang baru saja masuk ke dalam. Bau rokok menyengat datang dari mereka. Setidaknya dua orang dari tiga pria itu berbau rokok. Satu dari mereka, baunya masih wangi dan tampak bersih.

Hantaman. Aku mengenali mereka. Vokalisnya yang gondrong dan penuh tato, bassistnya yang gempal dan tampak sangar, serta sang gitaris yang begitu rapih dan tampak macho. Mereka masuk ke dalam dan tak mengindahkan diriku yang hampir menabrak mereka.

Kok Cuma bertiga ya? Drummernya mana?

Aku kembali berjalan ke arah taman di luar bioskop itu, dimana aku bisa merokok dengan tenang, dan aku menemukan sosok yang tak asing. Perempuan itu sedang menghisap rokok dalam-dalam dan menghembuskan asapnya dengan cepat.

Kulitnya yang putih terlihat bersinar di malam yang gelap. Dia memakai T-shirt hitam dengan desain grafis yang unik di punggungnya, celana jeans yang sesuai, dengan lagi-lagi sneakers mahal di kakinya. Yang menemaninya Cuma deretan lampu taman dan puluhan semak-semak.

“Sendirian aja nih?”
“Eh, elo” balas Stephanie. “Bini lo di dalem ya?”

“Engga, dia ga jadi ikut”
“Yah, sayang banget…. Tapi parah sih filmnya, keren abis” sambung Stephanie.
“Banget. Gue yang tau ceritanya aja masih kagum sama narasinya….”

“Cuman itu sih, gue agak-agak gimana gitu pas sex scene nya”
“Agak-agak gimana apanya?”
“Real banget, kayak liat orang ML beneran” tawa Stephanie.
“Iya sih, gue rasa itu yang bikin si Anthony ama tunangannya keliatan shock” balasku.

“Mereka orang lurus-lurus gitu, liat kayak gitu gimana gak shock, tapi kasian juga ya, ga pernah pacaran terus langsung mau nikah…….”
“Kenapa kasian?” tanyaku ke Stephanie.
“Ya, menurut gue sih pacaran itu ngetest kompatibilitas lho… Beda sama temenan…. Lo gak cocok sama temen, lo bisa maafin…. Tapi gak bisa segampang itu kalo sama pacar kan?”

“Lo bener” jawabku.
“Gue gak ngomongin soal seks juga sih, cuman dua orang itu, Anthony ama cewek itu, mesti mikirin hal itu sebelum nikah”
“Ya, tapi bukan berarti mereka harus ngelakuin di luar nikah kan?”
“Iya kok… Cuma mereka harus punya ekspektasi yang sama aja soal seks pas udah nikah, biar ga kaget”

“Surprisingly jawaban elo kok kayak orang yang udah nikah bertahun-tahun ya” balasku.

Untuk orang yang belum menikah, dia terdengar sudah tahu seluk beluk pernikahan.

“Kebiasaan di keluarga. Di keluarga gue untuk pernikahan screeningnya banyak. Apalagi soal komunikasi antar pasangannya. Ortu gue ga batesin anaknya untuk nikah atau pacaran sama siapapun, cuman katanya harus ketat kita screening calon pasangan kita” tawa Stephanie.

“Wow” jawabku dengan kagum.
“Hahahaha… Jadi berasa sok dewasa gue” tawa Stephanie.

Untuk seseorang yang single dan katanya baru mulai pacaran pas baru kerja, jawabannya cukup bagus.

--------------------

Aku sudah ada di dalam mobil, dan aku sedang bersiap-siap untuk pulang. Aku masih ada di dalam parkiran, dan sudah mengirim pesan singkat ke istriku kalau aku sudah akan pulang.

Sudah lumayan larut, dan Listya sudah membelikan makanan sebagai tanda dia menyesal tak bisa menemaniku ke premiere film Lelawah. Aku menyalakan mobil, menyambungkan handphoneku ke sistem audio mobil, dan mulai berjalan.

Kuputar setir dan kuinjak gas dengan malas, dan aku mencapai loket parkir, menunaikan kewajiban membayar dengan uang digital, dan perlahan tapi pasti mulai meniti jalan keluar. Jalan keluar yang mengharuskanku berputar sedikit ke arah muka bangunan bioskop yang terletak di pusat kota Jakarta ini.

“Lah?” aku melihat Stephanie dengan muka gusar sedang merokok sambil menelpon. Ekspresinya tampak kesal. Aku mendekatinya dengan mobilku.

“Kenapa Mbak?” tanyaku dengan nada ramah, sambil menurunkan kaca mobilku.
“Gue ditolak sama grab gue, dan ini lagi ribet tadi ngobrolnya… Gue bete karena dia nelpon minta dicancel”
“Waduh”
“Iya kesel kan?”

“Rumah lo dimana emang?”
“Kuningan, Apartemen”
“Oh, sejalan… Gue anter aja”
“Gapapa gitu?”

“Ya gapapa lah”

--------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd