Semoga wabah COVID-19 segera berlalu.
Stay safe ya semuanya
______________________________________________________
CHAPTER XXVII: KETAKUTAN LDR
Kupacu sepeda motorku, berangkat menuju kosan Dita, kami sudah janji untuk kencan hari ini.
Tak seperti biasanya, jalanan nampak sepi, tak banyak bis kota yang berlalu lalang di sepanjang jalan. Aku baru ingat hari ini adalah hari libur. Maklum saja, aku jarang memerhatikan kalender di dinding rumah. Berbeda saat kuliah dulu, setiap saat kupandangi kalender, menunggu hari libur tiba dimana mahasiswa selalu senang menyambutnya.
Sesampainya di kosan, aku parkirkan sepeda hitamku, aku melepaskan helm, dan sedikit merapikan rambut lalu ku melangkah menuju kamar Dita. Tak disangka aku berpapasan dengan Alina yang mau keluar bersama seorang lelaki, yang belakangan aku tahu bahwa itu pacarnya. Saat berpapasan dia memandangku, tersenyum dan sedikit mengedipkan matanya.
Ohhhh damn, dalam hatiku berkata, sudah kacau pikiranku membayangkan bagaimana nikmatnya bercinta dengan Alina kala itu.
Aku ketuk pintu kamar Dita sebanyak dua kali “tok tok”
“Masuk aja ai”
suara Dita menyambut kedatanganku dari dalam. Ai merupakan panggilan sayangnya kepadaku, katanya sih dari bahasa Jepang yang artinya Cinta. Mungkin sekalian plesetan dari sayang.. say.. ay.. gitu lah kira-kira aku tebak.
Aku masuk ke dalam kamarnya, bau wangi semerbak harum, pertanda bahwa Dita habis mandi. Ditambah lagi kondisi rambutnya masih basah.
“Habis mandi ya?” tanyaku berbasa-basi
“Iya lah, udah rapi dan wangi gini masa belum mandi” dia menjawab sambil berjalan membawakanku segelas air putih.
“Jadi gimana, kemarin kamu reunian sama temen SMA kamu?” tanyaku langsung ke pokok bahasan utama yang menjadi pertanyaan di kepalaku.
“Iya ai, aku kemarin reuni sama temen SMA, ditemani Dayu juga kok. Jadi aman. Walaupun ada Yosa juga” timpalnya meyakinkanku bahwa tak ada hal serius yang terjadi.
“Ohhh.. baguslah, aku juga ga masalah kalau kamu ketemuan sama temen-temen kamu”
“Asal hatinya tetep di aku.” Candaku kepadanya disambut dengan senyuman sumringahnya.
Selang berapa lama, dia kemudian terdiam, seakan hendak mengungkapkan sesuati kepadaku.
“Kenapa diam? Ada apa yang?” tanyaku kepada Dita
“Ngga ada apa-apa kok” Dia menjawab sambil menggelengkan kepala, dan matanya tak fokus. Tanda bahwa dia tidak jujur.
Aku selalu memerhatikan bahwa kalau dia berbohong, gestur tubuhnya terasa aneh dan matanya tidak fokus.
“Ayolah, bilang saja. Ada apa” Aku tanya lagi
“Jadi begini...” Dia melanjutkan, terdiam sejenak, lalu melanjutkan kalimatnya.
“Aku khawatir ai, sama hubungan kita.” Ungkapnya
‘Lho khawatir kemana yang, bukannya hubungan kita baik-baik saja?” Jawabku seraya mengusap rambutnya.
“Kamu tahu kan aku dan Yosa putus gara-gara apa.” Lanjut Dita
“Apa?” tanyaku
“Aku tuh dulu putus gara-gara hubungan jarak jauh sama Yosa, LDR ai.”
“Nah kamu kan sekarang sudah mulai mencari-cari kerja, bahkan sudah melamar dimana-mana. Sampai ke Jakarta pun kamu sambangi.”
“Aku tuh takut kalau nanti aku ngalamin LDR lagi. Aku pernah gagal dengan yang namanya LDR. Aku takut nanti gagal lagi ai.”
Ungkap Dita dan memelukku erat. Kurasakan erat pelukannya memang benar-benar karena rasa akan takut kehilangan.
“Tenang aja yang, kamu kan sudah pernah LDR. Dan itu gagal.”
“Nanti kalau misalnya memang kita harus LDR, kamu sudah memiliki pengalaman yang cukup untuk mengantisipasi gagalnya LDR yang kedua.”
“Asalkan kita berdua satu tujuan, aku yakin semua akan terlewati dengan sempurna”
Aku peluk badannya, kuyakinkan dia.
Aku memegang kepalanya, kutatap matanya. Aku kembali meyakinkannya.
“I love you”
Aku pun mengecup bibirnya. Ciuman penuh cinta.
Kami saling memegang rambut. Aku eratkan badannya ke badanku. Aku kembali cium bibirnya yang sexy itu. Sedikit tebal dibawah.
Kulumat habis bibirnya, kumainkan lidahku di dalam mulutnya. Kami saling beradu lidah.
Ciuman kasih sayang kami berubah menjadi ciuman penuh nafsu yang membara.
“sayang... aku milikmu sayang.. tolong.. puaskan aku... perkosa aku sayang.”
Dita berbisik di telingaku.
Baru kali ini dia begitu liar dalam bercinta. Aku merasakan hembusan nafasnya berbeda dari biasanya.
Libidonya kali ini sungguh naik luar biasa.
Dia melepaskan baju yang ku kenakan, dan sebaliknya aku juda melepaskan bajunya, harum wangi badannya membuatku bernafsu benar-benar ingin memerkosanya.
Aku lepas semua yang ada ditubuhnya dengan sedikit kasar, ku lemparkan ke lantai semuanya.
“Ahhhh.... sayang...” Dita mengerang
Aku pegang kedua tangannya, dan kubanting di kasur. Aku diatas dan dia di bawah.
Kedau tangannya naik ke bagian atas kepalanya, tertahan oleh tanganku. Kami berhadap-hadapan, aku lumat bibirnya, dari atas. Kemudian aku hisap putingnya dengan sedikit gigitan.
Dia mengerang kesakitan,
“Teruusss sayangg..” Jeritannya membuatku tambah bernafsu.
Penisku sudah tegang.
Aku mengeksplorasi semua bagian tubuhnya. Sampai ke vaginanya yang sudah bawah. Aku jilatin vaginanya, bijinya aku sentuh dengan ujung lidahku.. dan kuhisap.
“aaahhhh.... ummmppphh sayang enakk bangeeeet...” Desahanya
Lalu tak lama, aku ambil ikat pinggangku, dan ikat pinggannya yang ada di gantungan.
Aku ikat kedua tangannya masing-masing ke pojok kasurnya. Sedangkan kakinya aku tahan dengan kakiku...
Dia kali ini tidak bisa berontak.
Aku pun tak tunggu waktu lama untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah becek.
“ouuuuuchhh....” Dia mendesah keenakan
Aku masukan lebih dalam sampai mentok, lalu aku goyangkan maju mundur. Dengan kecapatan yang lebih dari biasanya..
Suara kasur pun mengirini permainan kita.
Kreeek kreeeek kreeeek krekkkk.
“Ahhhhh sayang... terus sayang aahhmmpphh enak sayang...” Dita berkata.
“Masukin yang dalam syang, enak banget... perkosa aku sayang..”
Aku percepat gerakanku...
“Yannngg syaang sayaagnn.. aahh ahh ahhh ah ... mmpphh... aku keluarr syang...” Dita berkata.
Penisku berasa hangat saat dia orgasme.
Aku yang sudah tercebur salam permainan ini terus mempercepat gerakanku. Secepat mungkin hingga tak lama kemudian aku akan klimaks.
Aku cabut penisku, dan kuarahkan ke muka Dita.
Dengan cekatan dia mengulum penisku dan melumat semua sperma yang keluar dari penisku.
“Uhhh sayang enak banget sayang” Aku bilang kepadanya.
Kami berdua bercuuran keringat. Sungguh pagi yang sangat nikmat.
Aku pun kemudian melepaskan ikatan tangannya,
“uhhhmm.. kamu kasar banget sih sayang..” Dita berkata
“tapi kamu suka kan” Ku timpali
“iyaa sayang.” Katanya sambil mengangguk, dan mengelap seperma yang masih tersisa di mulutnya.
Kami pun berlanjut untuk bersih-bersih. Tentu saja mandi bersama. Saling bercanda di kamar mandi.
Pagi yang sangat menyenangkan bagiku.
Pikiran yang tadinya kusut jadi ceria kembali. Mungkin ini yang dinamakan refreshing nikmat. Tak perlu jalan-jalan atau piknik ke tempat wisata. Cukup bercinta saja sudah refresh ni pikiran.
Sekitar 10 menitan, aku selesai mandi duluan. Handikan dan memakai baju,
Tak lama kemudian aku lihat HP Dita berdering.
Kutengok ke meja, ada panggilan dari Yosa, dia 3 kali missed call. Mungkin ada hal yang penting. Aku tak tahu, dan aku tak akan ambil pusing.
Kamu melanjutkan kencan untuk jalan-jalan sebentar ke Mall Ambarukmo untuk nonton film.
Bersambung...