Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PERJANJIAN IBLIS KALI

Selamat malam suhu, mohon maaf baru bisa Update.
Ini saya cicil nulisnya di tengah kesibukan.
Sempat writer block, eh dengerin lagu galau jadi tokcer lagi hu.
Tapi ikut nangis hu karena galau juga saya hiksss, maap curhat dikit.




_____


"Ayo pindah ke belakang." Ajak Umar dengan nafsu yang menggebu.

Entah apa yang mengendalikan tubuhnya, Sinta hanya menurut saja untuk pindah ke belakang.

Umar langsung memeluk dari belakang, kedua tangannya meremas payudara Sinta dengan kasar. Mulutnya menjilat-jilat leher Sinta, sesekali menggigit telinganya. Dengan tangan meremas jok mobil, Sinta menikmati perbuatan Umar. Maklum saja, Suaminya yang sibuk berjualan Bakso keliling, sampai rumah langsung rebahan karena lelah, sehingga kehidupan seksualnya tidak terpenuhi. Dan sekarang entah ini musibah atau rejeki, hasratnya di puaskan oleh Umar, si RT yang mesum. Tangan kekar Umar mulai menaikkan kaos Sinta, pengait BH nyab dilepas, dan terpampanglah payudara Sinta yang montok. Kedua putingnya di pilin halus, kadang juga di pencet-pencet hingga membuat Sinta geli.

"Ahhhh pak, jangann .. geli pak."

Tapi Umar tetap melakukan hal ini.


(Mbremmm... mbremmm)

Terdengar suara motor lewat bersama rombongan buruh tani yang bercanda tawa, seketika pasangan mesum ini menghentikan tindakannya. Mereka berdiam diri melihat para petani yang lewat, karena waktu itu adalah waktunya menanam padi.

"Bajingan, bisa berabe nih kalo ketahuan." Kata Umar dalam hati penuh kebingungan.

"Ini siapa sih? kok parkir mobil sembarangan?"

"Njaluk di gulingne mobile iki."

Canda para petani. Bahkan mereka ada yang mengaca menggunakan kaca mobil, untung saja kaca film mobil Umar tebal, jadi tidak terlihat kalau di dalam ada dua pasangan yang sedang memadu birahi.

Sepuluh menit kemudian, rombongan buruh tani itu berlalu. Mereka berdua bisa bernafas lega atas berlalunya kejadian yang menegangkan ini.

"Udah ah pak, bahaya kalau di terusin." Kata Sinta, mungkin dia langsung turun moodnya.

"Eh jangan dong, belum tuntas ini." Jawab Umar dengan tangan kanan memegang kemaluan.

Dengan rayuan-rayuan pamungkas, Umar bisa mengembalikan mood Sinta. Tangan Umar kini menggesek kemaluan Sinta yang masih tertutupi celana. Mulut mereka saling berpangutan, saling menghisap satu sama lain. Entah karena terbawa suasana semakin dalam, tangan Sinta otomatis menurunkan celananya hingga lutut. Kini Sinta sudah setengah bugil demi menuruti hasrat birahinya. Jari tangan Umar mulai menggesek daerah kemaluan Sinta, naik turun dengan lembut. Ia hanya bisa mendesah pelan, mengigit bibir, menahan.

"Mau di masukin sini, udah tanggung." Pinta Umar dengan berbisik dengan tangan yang masih menggesek kemaluan Sinta.

Seketika, Sinta ingat akan suaminya dan anaknya.

"Jangan pak, saya takut."

"Loh kenapa? sudah kepalang tanggung ini."

"Jangan pak, saya bilang jangan!" jawab Sinta dengan nada sedikit tinggi.

"Tapi kamu sudah menggoda saya, tanggung jawab dong ini bagaimana? cenggur namanya." Keluh pak Umar.

Sinta hanya diam saja, ia bingung, dilema antara memuaskan birahinya atau mempertahankan kesetiaannya.

"Yasudah, kamu kocok kemaluan saya nanti kemaluanmu saya mainin pake jari, bagaimana?" Sahut Umar lagi.


Sinta kembali hanya berdiam, dia bingung. Dengan cepat, tangan umar menuntun tangan Sinta untuk menggenggam kemaluannya, tangannya kembali menuju kemaluan Sinta. Klitorisnya dimainkan bertahap, di pencet, kadang di gesek dengan tangannya. Tangan Sinta mulai memainkan kemaluan Umar lagi, perlahan dikocoknya dengan perlahan.

Ya, mereka berdua saling memuaskan dengan tangan. Sesekali berciuman, kadang Umar juga menghisap payudara Sinta.

"Ahhh.. udah di ujung ini bu. ahhh terusin."

"Saya juga pak ahh cepetin pakk cepetin."


Racauan mereka yang semakin liar. Sudah tidak peduli ada orang atau tidak, yang ada hanyalah bagaimana mereka mencapai puncak klimaks.

"Ahhh pakkk aahhh .. mau anu. aahh pak saya klimakss pak, aaahhhhh."

"Saya jugaa bu aaahh udah di pucuukkk aahhh pucuuukkk... puucuukkkhhhh aaagghhhh"


Suasana mendadak hening sejenak, entah kenapa. Mungkin mereka berfikir tentang kejadian ini. Kejadian yang tidak di inginkan, mesum di dalam mobil.


"Yukk saya anterin pulang bu. Keburu siang bu, nanti gak baik di sangka kok ke pasar bisa berjam-jam." Ajak Umar memecah keheningan.

"Iya pak."

Suasana kembali normal, yaitu perjalanan pulang. Meski di selimuti rasa canggung antara mereka berdua.


Sesampainya di rumah, entah kenapa ada Polisi yang sudah menunggu di depan rumah Sinta. Dengan perasaan tegang, Sinta bertanya.

"Ini ada apa ya pak?"

"Ini bu Sinta istrinya pak Sugito?"

"Iyaa pak, saya sendiri. Ada apa ya?"

"Tadi pak Sugito terserempet mobil, lukanya lumayan parah sehingga sekarang ada di rumah sakit kota."

Sinta langsung kaget, dan menangis. Dia tak menyangka bahwa suaminya terkena musibah. Dengan arahan Polisi, Umar segera menuntun Sinta kembali ke mobil untuk menuju rumah sakit kota. Di perjalanan, air matanya menetes, tangisnya pecah sesenggukan.
Sesampainya di rumah sakit, dia langsung menuju ruangan yang menangani suaminya. Jarum infus sudah menancap di tangan Sugito, perawatan sedang berjalan.
Umar hanya bisa menemani Sinta, sesekali menenangkannya.
Tiba-tiba suster memanggil Sinta untuk ke ruangan administrasi, dia diminta untuk memberikan izin operasi karena tulang rusuk dan lengannya patah, mau tidak mau harus di operasi demi penyembuhan. Tertera delapan juta rupiah untuk operasi, Sinta berfikir bahwa dia tidak ada uang sebanyak itu. Tiba-tiba Umar datang dan memberikan saran agar menyetujui operasi itu, masalah uang akan ditanganinya. Entah bagaimana pikiran Umar, apakah ini hanya siasat saja? atau memang dia tulus untuk menolong?

Hayoo kira-kira gimana hayoo?
Xixixixix
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd