Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjalanan Asmara Aji

Nikmatnya Jilatan Mbak Ratih (+Video Ilustrasi)

Aji dan Tania sama-sama melampiaskan nafsu masing-masing. Keduanya yang lama tak bertemu, sama-sama menggebu-nggebu. Hingga mencapai puncak kenikmatan masing-masing.

Setelah selesai percumbuan itu, Tania kemudian bersiap-siap untuk pergi ke kampusnya. Ada sejumlah hal yang perlu diselesaikan sebelum wisuda besok.

“Om, aku bentar lagi ke kampus ya. Om komunikasi sama mama ya. Tadi udah kubilang ke mama, kalau mau nyampai Malang, WA om. Biar dijemput om. Nanti mama anterin ke kos sini aja,” kata Tania.

“Oke. Kalau gitu aku juga mau ngopi-ngopi dulu sama cari penginapan,” kata Aji.

***

Aji berada di sebuah kafe. Pesan yang dikirim ke mama Tania, masih belum dibalas. Waktu menunjukkan pukul 2 siang. Ia memutuskan mencari tempat penginapan untuk beristirahat sambil menunggu kabar dari Ratih.

Aji menemukan sebuah penginapan yang tak jauh dari kos Tania. Semacam homestay, harganya lumayan terjangkau. Ia segera check in. Kemudian mandi dan rebahan menunggu kabar dari Ratih.

“Aji, aku sudah nyampe di Malang. Maaf aku ketiduran di perjalanan,” pesan dari Ratih.

“Turun mana travelnya mbak? Langsung diantar ke kosnya Tania?” tanyaku.

“Enaknya gimana ya?” tanyanya.

“Turun di deket ******* aja mbak. Nanti aku jemput,” jawabnya.

“Ya udah. Kubilangin ke sopirnya. Bayar travelnya pakai uang mbak dulu ya, nanti kuganti,” kata Aji.

“Iya, Tania tadi udah bilang. Makasih ya,” jawabnya.

“Iya mbak. Kalau mau nyampe bilang ya,” ungkap Aji.

***

Sekitar 20 menit, akhirnya Ratih tiba.

“Ji, aku turun depan Indo****, deket ******* yang kamu maksud, kamu di mana?” tanya Ratih.

“Tunggu situ mbak bentar, kujemput,” kata Aji.

***

Aji turun dari mobil mencari Ratih.

“Mbak,” Aji memanggil Ratih yang sedang duduk di kursi depan Indo****. Ratih pun melambaikan tangannya.

Aji menghampiri Ratih untuk membantu membawakan tas yang dibawanya.

“Maaf ya Ji, aku capek tadi. Ketiduran di mobil,” kata Ratih.

“Tenang aja mbak, ayo naik ke mobil,” ajak Aji.

“Maaf Ji, jadi ngerepotin kamu,” ucap Ratih.

“Tenang aja mbak. Tadi Tania nyuruh aku ngantar mbak ke kosnya. Tapi Tania nggak ada di sana. Masih ke kampusnya, katanya. Kuncinya dititipkan di penjaga kosnya,” ucap Aji.

“Sendirian dong nanti aku kalau ke sana. Ikut kamu dulu aja Ji, mau ke mana. Sambil nunggu Tania,” ucap Ratih.

“Kalau mau ikut aku, aku mau tidur di homestay mbak. Mau ikut? Hehe,” ajak Aji.

“Ha, sama siapa kamu?” tanya Ratih.

“Sendirian mbak. Emang nanti aku mau tidur di mana, masa tidur di kos Tania juga. Mangkanya aku cari homestay, sambil nunggu mbak,” jawab Aji.

“Ya udah ayo, mau numpang mandi,” ucap Ratih.

“Numpang yang lainnya juga nggak apa-apa mbak. Hehe,” goda Aji sambil tancap gas mobilnya.

“Numpang apa tuh?”jawab Ratih, kali ini sedikit kurang nyambung dengan omongan Aji.

“Mbak kok kelihatan capek?” tanya Aji.

“Iya, di rumah repot Ji, banyak yang dirusin. Termasuk ngurusi papanya Tania,” ucapnya.

“Gimana kondisi mas sekarang mbak?” tanya Aji.

“Belum ada perkembangan Ji,” kata Ratih sambil lesuh mukanya.

“Tenang aja mbak. Jangan sedih mbak. Jadi ikutan sedih. Hehe,” ucap Aji.

“Mangkanya hibur aku Ji. Hehe,” Ratih mulai tersenyum akibat godan Aji.

“Ayo, kubikin seneng,” tantang Aji.

“Jangan macem-macem,” kata Ratih sambil mencubit perut Aji.

***

Aji dan Ratih pun sampai di homestay. Keduanya masuk ke kamar yang sudah dipesan Aji.

“Langsung mandi aja mbak,” ucap Aji.

“Jangan bilang Tania, kalau aku ke sini Ji. Bisa curiga macem-macem nanti,” ucap Ratih memohon.

“Siap,” kata Aji.

“Tapi aku capek, mau rebahan dulu Ji,” kata Ratih.

“Silahkan mbak. Mau kupijitin,” goda Aji.

“Kamu, modus pasti. Aku gak seberani seperti di WA ya Ji. Itu hanya guyonan. Jangan dianggap serius. Haha,” ucap Ratih.

“Masak sih? katanya udah lama gak disentuh pria. Sini kusentuh mbak. Haha,” goda Aji.

“Jangan macem-macem. Aku mau cuci muka dan ganti baju dulu. Panas pakai ini,” ucap Ratih.

Setelah dari kamar mandi, Ratih segera ganti baju. Ia memilih baju di tasnya.

“Ganti baju di sini aja mbak. Gak udah di kamar mandi. Hehe,” goda Aji.

“Kamu nih, masih aja nggodain,” ujar Ratih.

Aji masih ragu-ragu dengan sikap Ratih. Kenapa Ratih tak seperti di WA saat menggodanya. Apa Ratih pura-pura saja.

Ratih berjalan ke kamar mandi sambil membawa baju ganti. Aji kemudian menarik tangannya.

“Ganti di sini aja mbak,” Aji lalu berdiri di hadapan Ratih.

“Ih kamu apa sih,” kata Ratih sambil tersenyum.

Aji mendekap tubuh Ratih.

“Ini kan yang mbak mau,” kata Aji.

“Kamu yakin Ji? tanya Ratih.

“Kalau mbak yakin, ayo aja,” jawab Aji.

Ratih hanya diam aja.

Aji kemudian meremas bokong Ratih. Ratih masih diam aja. Melihat Ratih tak merespon, Aji kini meremas payudara Ratih.

“Aji, kamu yakin?” tanya Ratih lagi.

Aji tak peduli pertanyaan Ratih. Ia kemudian mendorong tubuh Ratih ke kasur.

“Aji, aku ini saudaramu. Kamu yakin? Kemarin mbak bercana di WA,” jawab Ratih.

Aji sudah diselimuti birahi. Ia tak peduli siapa Ratih. Ia langsung melucuti semua pakaian Ratih.

“Aji, ini seharusnya tak boleh,” kata Ratih.

“Mbak, udah lama kan, tidak merasakan ini,” ucap Aji sambil tertawa mesum.

“Tapi ya nggak harus gini, Ji,” ucap Ratih.

“Jangan malu-malu mbak, mbak mau kan. Hehe,” nafsu Aji makin memuncak.

“Tubuh mbak bagus banget. Kayak anak muda,” ucap Aji.

“Udah mbak, di sini kita enak-enak mbak,” kata Aji.

“Aji……,” ucap Ratih, sudah tak bisa menolak ketika Aji meremas payudaranya. Aji menggerayangi sekujur tubuh Ratih.

“Ahhh. Aji….,” desah Ratih.

“Enak kan mbak, udah bilang aja kalau enak. Haha,” Aji kembali meledek.

Aji kemudian melucuti pakaiannya sendiri. Penisnya sudah tegang.

“Punya suami mbak, gak bisa tegang gini kan? Haha,” ledek Aji.

“Ih, apaan sih kamu JI,” ucap Ratih.

“Ayo mbak, mau kan?” tanya Aji.

Aji kemudian merebahkan tubuhnya. Ia meminta Ratih untuk mengocok dan mengulum penisnya.

“Dikocok dan diemut dong mbak,” pinta Aji,

Ratih awalnya ragu-ragu. Ia hanya diam saja.

Aji kemudian menuntun tangan dan kepala Ratih untuk mendekat ke penisnya.

“Ini rahasia kita lho, Ji,” ucap Ratih sebelum mengocok dan mengulum penis Aji.

“Tenang aja mbak, rahasia kita,” ujar Aji.

“Memang ini yang kumau Ji, Haha,” ujar Ratih, mulai menampakkan hasratnya untuk bercinta. Sudah lama ia tak bercinta sejak suaminya sakit.

“Tuh kan, daritadi malu-malu mau,” ucap Aji.

“Slurpppp, slurpppp,” suara mulut Ratih.


“Uhhh, enaknya mbak. Pinter banget jilatnya, kayak anaknya. Eh,” ucap Aji keceplosan.

“Apa maksudmu Ji? tanya Ratih.

“Eh nggak mbak. Ini enak, kita bisa bikin anak ini,” ujar Aji, mengelak.

(bersambung)
 
Percumbuan Itu Terjadi (+Video Ilustrasi)


“Wah jangan Ji, jangan sampai kita bikin anak. Emang kamu mau tanggungjawab?” tanya Ratih.


“Mau sih mbak. Pingin punya anak. Haha,” ucap Aji menggoda.


“Ya jangan bikin anak denganku Ji, bikin bahaya. Mangkanya segera nikah,” ucap Ratih sambil terus menjilati penis Aji.


Aji kemudian mendorong tubuh Ratih hingga rebahan di kasur. Ia lalu menatap mata Ratih dalam-dalam dan terus mendekatkan wajahnya.


“Apa sih Ji lihat aku kayak gitu?” tanya Ratih.


Aji kemudian mencium bibir Ratih. Ia melumat bibir itu. Ratih diam saja. Tak merespon ciuman itu. Namun hal itu bikin tubuh Ratih bergetar. Ia sudah lama tak merasakan ciuman seenak ini.


“Dicium kok diem aja mbak? Udah lupa caranya ciuman?” tanya Aji.


Ratih kini tertawa kecil mendengar pertanyaan Aji.


“Ayo ciuman yang enak,” ajak Aji, yang kembali mencium bibir Ratih sambil merabah payudara Ratih.


Ratih memberikan sedikit respon. Ia menggerakkan bibirnya dan lidahnya.


“Gitu dong mbak, ngerespon kalau ciuman,” ucap Aji. Ratih memberikan cubitan kecil ke perut Aji.


Aji kini turun menciumi telinga Ratih dan lehernya. Ratih langsung menggelinjang.


“Ahhhh,” desah Ratih pelan. Aji hanya tersenyum melihat responnya.


Mulut Aji kini turun ke payudara Ratih. Ia menjilati puting Ratih dan sesekali mengenyotnya. Tubuh Ratih makin bergetar.


Tangan Aji tak diam saja. Tangan kanannya kini sibuk menuju lubang kenikmatan Ratih. Jarinya sudah masuk dalam vagina yang sudah becek itu.


“Mbak pingin ya? Ini sudah becek,” goda Aji.


“Apa sih, gak usah tanya-tanya. Terusin aja,” kata Ratih.


“Kalau gini minta terusin. Tadi nggak mau. Haha,” ucap Aji sambil senyum mesum.


Jari Aji terus mengobok-ngobok lubang Ratih. Ratih makin kenikmatan.


“Mbak, kumasukin ya?” tanya Aji.


“Pakai kondom Ji,” ucap Ratih.


“Ngapain? Enak langsung mbak,” jawab Aji.


“Aku nggak mau hamil dari kamu,” ujar Ratih.


“Nanti keluarin di luar,” kata Aji.


“Nggak, nanti kamu keenakan lupa cabut. Punya kondom nggak? tanya Ratih.


Aji kemudian mencari kondom di tasnya. Ia selalu siap sedia.


“Wah, selalu siap kondom ya, udah berapa wanita yang jadi korbanmu. Hehe,” ujar Ratih.


Aji hanya tersenyum. Ia memasang kondom di penisnya lalau siap-siap mengarahkan penisnya ke lubang Ratih. Mudah saja bagi Aji untuk memasukkan penisnya di lubang yang sudah becek itu.


“Blessssss,” penis Aji sudah masuk sepenuhnya. Ia lalu memaju mundurkan penisnya.


“Masih enak punya mbak. Masih legit. Uhhhhh. Rugi lubang seenak ini dianggurin lama-lama,” Aji keenakan.


Ratih hanya diam menikmati sodokan Aji. Ia tak percaya bercumbu dengan Aji, saudara dari suaminya.


“Uhhhh,” desah Ratih keeanakan juga.


“Mbak nungging ya,” pinta Aji minga Ratih ganti posisi.


“Mbak, kulepas dulu ya kondomnya. Aku pingin tahu rasanya punya mbak tanpa kondom,” kata Aji.


Ratih hanya menganggung saja. Ia sudah keenakan. Terbawa suasana. Lalu menungging menuruti Aji.


Aji pun langsung menyodok vagina Ratih dari belakang tanpa kondom. Aji makin keenakan. Sesekali Aji mencium Ratih penuh nafsu.


Sekitar 15 menit bercumbu, Aji sudah merasa akan mencapai puncaknya. Ia meminta Ratih untuk kembali tiduran.


Aji kemudian memasang kondom lagi di penisnya dan langsung menghujam vagina Ratih dengan kencang.


“Ahhhh,” desah Aji sambil terus menggenjot vagina Ratih.


“Mbak enak. Uhhhh, keluar mbak,” kata Aji mengakhiri genjotannya. Spermanya mengantong di ujung kondom. Tak begitu banyak. Karena sebelumnya sudah dikeluarkan untuk Tania.


“Udah keluar Ji?” tanya Ratih.


Aji tak menjawab. Ia lemas. Tubuhnya langsung tergeletak di sebelah Ratih.


Tak lama berselang. Ponsel Ratih berdering.


“Ji, Tania telepon, gimana nih? tanya Ratih.


(Bersambung)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd