Episode 33
Aku segera membeli perbekalan untuk tiga bulan. Walaupun perjalanan ke bumi mungkin paling lama 40 hari. Aku kembali ke kapalku lalu lepas landas meninggalkan Brahmaloka. Aku tidak tahu apakah Brahmaloka ini lebih baik dari yang dulu. Yang pasti udaranya menyamai bumi di masa lalu.
Saat di orbit rendah , aku melompat secara hyperdrive menuju Indahpura , di mana kampung halamanku berada. Sebelum aku pergi aku ingin tahu bagaimana nasib planet yang lain. Ketika aku tiba di tata surya itu , semua seperti hampa. Lautan di Indahpura telah mengering. Planet itu sepertinya telah mati. Aku masuk ke atmosfer planet dan tidak seperti dulu atmosfer planet sudah menipis.
Tidak ada tanda-tanda kehidupan bahkan tidak ada satu pun reruntuhan. Indahpura benar-benar lenyap. Apa yang telah terjadi selama 4000 tahun ini , sehingga semua yang kukenal telah musnah seperti tidak pernah ada. Aku berada di koordinat tepat di mana Indahpura seharusnya berada, tapi aku tidak melihat apa-apa. Bahkan tidak satupun reruntuhan.
Lalu dua kapal muncul dari balik cakrawala. Berbentuk menyerupai bumerang dengan desain aerodinamis seperti kapal perang sebelum masa Kaliyuga. Persis seperti monumen kapal cepat rudal yang pernah aku lihat di reruntuhan Pulau emas. Hanya saja lebih modern. Kapal itu berada beberapa kilo di arah tenggara , dan barat daya buritan kapalku.
“ pesawat ruang angkasa asing , Anda melanggar pasal 341 tentang masuk tanpa izin ke planet milik pribadi. Harap kerja sama Anda untuk mengurangi kecepatan demi menindak lanjuti pelanggaran ini. “
Mereka mengirim pesan jika aku telah masuk tanpa izin ke planet pribadi milik seseorang. Aku membalas pesan mereka dan berkata lewat komunikatorku
“ Bagaimana kalau aku menjelajah ke mana pun aku inginkan?”
“ Maka kami tidak punya pilihan untuk “
“ Duar!”
Aku menembakkan railgunku ke salah satu Kapal itu. Kapal itu mengunciku dan menembakkan tiga terpedo.
“ Duaaaar!”
Ledakan besar terjadi. Buritan kapal terbakar dan mesin perisaiku meletup. Terpedo nuklir itu memiliki daya ledak yang sangat tinggi. Aku bahkan kehilangan kendali. Seolah tiga buah bom atom taktis meledak tepat mengenai perisaiku. Aku berusaha menguasai kapalku kembali dan kapal itu melaju melintasi korvetku yang masih terombang ambing. Aku mengunci KCR itu , lalu menembakkan tiga rudal berukuran sekitar 300mm.
“ Duar!”
Sayap kanan kapal itu patah. Aku melihat Nahkoda kapal tersebut melompat dari anjungan dan kapal itu terhempas ke permukaan dengan kecepatan tinggi. Perisaiku meledak namun kebakaran di buritan kapal berhasil di padamkan. Aku membidik Nahkoda itu dengan meriam railgun , namun aku memutuskan untuk mengampuninya.
Aku melesat meninggalkan atmosfer Planet Indahpura. Aku mendeteksi tiga kapal musuh beberapa ratus kilo siap untuk mencegat kapalku. Tidak ada yang tersisa untukku di planet ini. Dengan hyperdrive aku melompat ke tujuan terakhir , planet terakhir di mana aku hidup bersama Melati dan Bintang. Himaraja.
Generator Perisai meledak dan tidak bisa digunakan lagi meski direset ulang. Aku tiba di Himaraja beberapa jam kemudian , dan planet itu benar-benar sudah di lahap es. Tidak ada satu pun stasiun apalagi kota atau habitat di permukaan. Ada sebuah stasiun luar angkasa di orbit rendah planet dan aku segera menuju ke sana
“ Stasiun 891 , meminta izin untuk mendarat “
Aku berlabuh di dermaga yang mereka sediakan. Gerbang dermaga itu terbuka , dan aku mengarahkan kapalku masuk ke dalam. Aku mendarat di dalam dermaga , lalu meminta mereka memperbaiki kapalku. Pembayaran dilakukan di muka. Aku menaiki lift , meninggalkan dermaga menuju atrium utama.
Korvet itu seperti masih baru , aku lihat banyak orang yang menggunakannya. Namun berbeda seperti di masa lalu , kapal di masa kini tidak membutuhkan banyak orang untuk mengoperasikannya. Setiap turret dilengkapi kecerdasan buatan sehingga tidak harus dikendalikan oleh awak kapal. Memungkinkan Nahkoda untuk mengendalikan kapal sendirian.
Butuh sehari semalam untuk memperbaiki kapalku. Mereka terkejut kapal dengan perisai sekuat itu , dapat terbakar dan rusak cukup parah. Mereka seolah langsung mengerti jika aku baru saja terlibat masalah dengan pihak keamanan Swasta. Tapi sesuai semboyan mereka , di stasiun itu mereka melayani semua orang.
Aku tiba di atrium utama. Aku melihat banyak restoran , Cafe , lounge , outle dan toko-toko elektronik . Aku masuk ke sebuah lounge . Aku masuk ke ruangan pribadi yang sangat sempit. Mungkin seukuran warnet. Aku menyambungkan Komunikator itu ke jaringan, sambil mengisi waktu mencari tahu apa yang telah terjadi selama 4000 tahun ini.
Sayangnya tidak ada cerita jelas. Sejarah paling awal yang aku temukan hanyalah berdirinya Aliansi Antar galaksi , akibat keserakahan raja-raja di masa lalu , yang di pimpin seorang dewa maut yang kejam. Itu setengah benar karena di dunia lama kami tidak ada raja-raja. Memang ada namun mereka tidak ada kekuatan politik. Lebih tepatnya berdirinya Aliansi karena adanya persaingan politik antara perusahaan besar dan Prabu Agung.
Lalu muncul zaman perang ribuan tahun. Tidak jelas pihak mana melawan pihak mana namun aku anggap tewasnya Prabu Agung secara mengenaskan membuat situasi kacau. Tanpa pemimpin , Kerajaan yang sangat luas akan tercerai berai. Tidak jelas dituliskan kapan kekacauan selesai. Yang pasti aku hidup di zaman di mana tidak ada lagi negara , kerajaan , atau semacamnya.
Semua planet dikembangkan oleh pribadi atau suatu perusahaan swasta , ya kalau diibaratkan seperti Apartemen atau Perumahan di dunia kalian. Aliansi itu sendiri menggantikan peran Negara , di mana ada Sekretariat Jendral yang memimpin Aliansi , dan Dewan yang anggotanya adalah perwakilan dari setiap perusahaan.
Seharusnya tiap residen atau penduduk butuh semacam paspor setiap kali melakukan perjalanan ke planet lain. Namun umumnya , mereka hanya ditagihkan Dana , atau semacam denda jika tidak dapat menunjukkan tanda pengenal. Tidak ada penjelasan yang jelas kenapa beberapa planet berubah drastis selama 4000 tahun ini. Kurasa perubahan iklim terjadi di beberapa planet akibat kekacauan di seluruh penjuru kerajaan.
Beberapa orang bahkan mengatakan kehidupan di masa lalu seperti kerajaan sebelum Aliansi berdiri , hanyalah dongeng belaka. Alasannya tentu tidak ada bukti sejarah yang kuat. Memang semua kota , stasiun , markas dari masa lalu benar-benar lenyap , bahkan tanpa bekas sedikit pun. Peninggalan yang sebenarnya masih ada adalah kapal-kapal tua yang terus diperbarui dan di produksi. Namun bahkan nama penemu , perancang dan perusahaannya salah , seperti sudah di manupulasi. Pendapatku Aliansi sepertinya menghapus dan menulis sendiri sejarah selama 4000 tahun terakhir sesuai keuntungan mereka.
Aku bertahan lama di penjara di mana napi di kristalkan. Sebuah hukuman yang hanya dongeng di dunia baru ini namun sesungguhnya benar terjadi di masa lalu. Tujuannya mungkin memberikan hukuman yang lebih buruk dari kematian. Dengan begitu mereka tidak hidup , dan tidak mati . Tragisnya masih banyak orang di penjara itu dan mungkin lebih lama lagi dariku.
Aku berhenti belajar sejarah karena tidak ada kepastian yang aku temukan. Ada sebuah TV di lounge itu , dengan sebuah mesin yang sangat asing di matuku. Mesin berbentuk kotak kecil , dengan sebuah remot kontrol kabel aku melihat buku petunjuknya dan aku mengerti sedikit bahasa baru ini. Mesin itu sepertinya sebuah konsol permainan. Di sana tertulis ‘Nintendo 64’ . Kurasa itu namanya.
Mesin itu di buat di Jepang . Aku tidak tahu planet dengan nama itu. Aku mencari info tentang mesin itu di jaringan, dan aku akhirnya tahu Jepang adalah nama salah satu negara di bumi. Ada sedikit data tentang bumi di dunia baru ini, termasuk geografi dan sejarahnya.
Tidak terlalu banyak yang tertulis. Apalagi tentang sejarah 4000 tahun yang lalu. Namun dari sanalah aku mengerti hal-hal tentang bumi , seperti daftar negara dan mata uangnya, Satuan yang digunakan, sehingga aku dapat menulis cerita ini dan mengubah satuan ke satuan bumi. Hanya saja aku menemukan sedikit kekeliruan.
Manusia bumi menuliskan jika sejarah mereka di mulai dari peradaban bernama Sumeria. Lalu peradaban lainnya mulai muncul seperti Peradaban China , Gojoseon atau Korea , Dinasti Yamato atau Jepang dan muncul peradaban pertama di tanah kelahiran Bintang , kerajaan Salakanegara. Mereka tidak tahu jika ada peradaban lain puluhan ribu sebelum mereka. Aku ingat yang terjadi sebenarnya adalah bumi seharusnya hancur dan tercemar , dan manusia pindah meninggalkan bumi menuju dunia baru.
Mereka yang tertinggal akhirnya menjadi manusia gua. Mereka entah bagaimana selamat dan perlahan berjalan meninggalkan rumah lama mereka. Penduduk Jawa Dwipa berjalan kaki meninggalkan rumah mereka , yang nantinya menjadi cikal bakal berdirinya peradaban-peradaban di Asia. Mereka yang tertinggal nantinya menjadi suku asli kepulauan Jawa Dwipa. Penduduk asli Asia bermigrasi dan mengisolasi diri ke suatu tempat dan akhirnya tidak terdengar lagi. Aku yakin mereka ke bawah laut di bawah pimpinan Dewa Ryujin ayahanda Melati. Sehingga, menurut catatan Ra yang aku baca 4000 tahun yang lalu , penduduk Asia yang hidup sekarang adalah mereka keturunan manusia dari kepulauan Jawa Dwipa yang ditinggalkan dan menjadi manusia gua, yang di zaman ini dikenal dengan nama Nusantara. Sedangkan penduduk asli telah menghilang dan tak terdengar lagi. Sebagian ikut bermigrasi dengan Prabu Agung dan dikenal dengan bangsa kulit Kuning. Lucunya peradaban bernama China , mengklaim seluruh manusia di Asia keturunan China , yang mana menurut catatan Ra , itu adalah salah besar.
Aku juga menemukan fakta jika bumi mulai perlahan tercemar , dan dilanda penyakit sosial seperti rasisme , radikalisme , ultranasionalis dan lainnya. Namun yang paling aku benci adalah mereka yang merusak bumi seperti Inggris dengan revolusi Industrinya , Perusahaan Indonesia Malaysia Singapura dengan pembakaran hutan , serta para perusahaan minyak.
Aku juga menemukan jika daratan di mana aku bertemu Melati dan Bintang mungkin di sekitar pesisir pantai Bengkulu. Peta yang aku lihat tidak terlalu jelas. Sedangkan gunung api tanah kelahiran Bintang , bisa jadi adalah Pasemah. Bintang berasal dari suku Pasemah , yang sudah hidup lebih dari 4000 tahun yang lalu.
Selanjutnya aku mencari tentang Ayahanda Melati, Yang Mulia Ryujin. Tidak ada sejarang pasti , semua hanya dongeng. Itu pun hanya beberapa baris. Hanya seorang putrinya yang diceritakan dan aku yakin bukan Melati. Salah satu putri Yang Mulia Ryujin menikah dengan seorang pangeran manusia , dan anak mereka menjadi seorang Raja yang akhirnya raja pertama dari dinasti tertua yang masih memimpin di planet Bumi, Kekaisaran Jepang. Dinasti yang berusia hampir 3000 tahun lamanya.
Jika benar maka itu artinya mereka termasuk Cucu-cucu Melati. Paling tidak mereka semua termasuk keluarga besarku yang masih hidup. Mengingat mungkin tidak ada garis keturunan keluarga Bintang yang selamat karena Bintang anak semata wayang. Aku simpan komunikatorku dan mulai memainkan mesin itu.
Saat itu aku memainkan super smash bros. Sederhana tapi aku menyukainya. Aku bermain selama berjam-Jam hingga aku keluar dari ruangan itu , lalu aku bilang aku ingin membeli mesin konsol itu. Lengkap dengan seluruh permainannya. Kami melakukan negosiasi , dan karena di dunia barang dari bumi sangat susah diselundupkan, aku membayar senilai 550 juta untuk konsol itu. Aku juga membeli beberapa mesin arcade atau dindong untuk hiburanku di kapal.
Aku juga mencari seluruh tentang kekaisaran Jepang. Aku mengunduh berbagai macam permainan yang dapat dimainkan di komunikator ini seperti koleksi permainan Nintendo dan PlayStation. Aku mengunduh komik digital yang dipindahi atau diunduh dari Jepang , gambar dan lukisan , film-film , dan yang paling aku suka diantaranya Anime. Sama seperti manusia dari dunia Lama , mereka sangat kreatif. Aku juga menemukan sisi buruk mereka , yang mana mereka sempat terlibat perang dunia dan genosida. Aku hanya senang hal positif tentang Jepang , dan meninggalkan hal negatif.
Aku keluar dari lounge dengan barang belanjaanku. Aku tidak sabar memainkan Nintendo 64 itu di kapalku. Aku mampir ke toko elektronik lainnya untuk membeli barang-barang dari bumi. Terutama dari Jepang. Itu mungkin berlebihan tapi aku benar-benar menganggap Jepang sebagai keluarga besarku , karena aku sangat mencintai Melati.
Aku menemukan beberapa jam antik karena memang barang dari bumi sangat dicari dan sulit diselundupkan. Ada beberapa barang eletronik seperti kulkas , TV dan radio antik tapi aku tidak butuh semua itu. Aku akhirnya membeli Komunikator merek Sony , namun aku tidak menggunakannya karena spesifikasinya sangat primitif.
Komunikator di dunia kami pada umumnya mempunyai 512 Core , sedangkan komunikator dari bumi saat itu masih menggunakan 4 hingga 16 core. Yang kubeli memiliki 16 Core. Dan yang paling parah masih menggunakan layar kaca. Di dunia kami komunikator menggunakan 3D hologram atau dapat diproyeksikan ke dinding atau kaca untuk menggantikan Monitor TV. Rencananya aku ingin menggunakan Komunikator Sony ini sebagai pajangan.
Aku mampir ke toko senjata. Setidaknya aku butuh senjata untuk menjelajah Bumi yang baru. Apalagi peradaban sudah cukup maju. Aku melihat senjata-senjata dengan bentuk yang asing di mataku.
“ Kau cari apa , Bung?”
Penjual toko senjata itu masih cukup muda. Aku melihat-lihat , dan membaca brosur yang disediakan. Kebanyakan senjata dari bumi.
“ kau punya peluru untuk senjata ini?”
Ia menunjukkan magasin senapan AK47.
“ Tentu saja “
Ia mengambilkan berkotak-kotak peluru lengkap dengan magasin untuk senjata ini.
“ kalau untuk pistol ini?”
Ia lalu mengambilkan beberapa kotak peluru 9x19mm
“ Meriam tangan plasma ? “
Kasir itu tertawa kecil dan menjawab
“ kami hanya menjual yang dipajang kawan “
Kurasa itu artinya tidak. Aku heran kenapa di masa depan hampir tidak ada senjata plasma yang dijual. Bahkan petugas keamanan menggunakan senjata replika dari bumi. Tapi disamping semua itu aku menemukan satu senjata ganas yang menarik minatku. Senjata yang mungkin cocok untuk pertarungan jarak dekat seperti di dalam kapal.
“M1897 trench gun”
“ kau pintar memilih senjata kawan. Senjata ini paling laris di seluruh penjuru galaksi. Di Bumi mereka menamakannya , Shotgun “
Aku membayar semuanya dengan rekening curian itu, lalu aku mundur meninggalkan toko senjata . Aku berjalan menuju lift dan kembali ke dermaga di mana kapalku diperbaiki. Berjam-jam berlalu dan mereka berhasil memperbaiki kapalku. Aku menyimpan semua senjata di ruang senjata , hanya pistol dan meriam trench gun yang aku bawa ke anjungan. Mesin kapal dihidupkan , dan aku siap berlayar di lautan Antariksa , menuju daratan di mana aku bertemu dengan kedua gadisku, Bengkulu , Planet Bumi.