Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Penjelajah Samudra S4

Episode 32


Aku melihat kesekeliling dan tak sengaja aku melihat sebuah ventilasi yang telah berlubang dan tidak berfungsi lagi. Aku menghampirinya. Aku lalu melompat , berjalan melewati ventilasi itu.



“ Jangan melihat ke belakang. Masa depan menantimu. Belajarlah dari kesalahan “



Aku melihat sebuah pesan, dengan tanda sebuah mata di akhirannya. Ra. Ia masih tidak menyerah. Aku heran kenapa ia sangat menginginkanku. Aku berjalan menyusuri ventilasi itu , dan aku menemukan sebuah gua.



Gua itu sangat sempit. Aku melihat kembang-kembang biru , yang memancarkan sinar di kegelapan , yang menjadi penuntunku. Aku berjalan sangat hati-hati. Terkadang aku harus melompati jurang , mendaki merangkak menyusuri gua yang sempit.



Aku akhirnya tiba di reruntuhan lorong penjara yang sudah rusak. Ada banyak jurang sehingga aku harus sangat hati-hati dan terkadang aku harus melompatinya. Aku melihat banyak tulang belulang yang artinya sudah banyak yang berusaha melarikan diri. Aku terus melompat , mendaki , mencari jalan keluar , hingga aku tiba di sebuah gerbang bertuliskan jalan keluar.



Aku berjalan melewatinya. Aku tiba di sebuah lorong penjara yang sudah tua. Lampu merah berkelap-kelip dan aku melihat banyak tulang belulang. Aku melihat sebuah senjata tergeletak di lantai. Senjata yang belum pernah aku lihat sebelumnya



“ Selamat menempuh hidup baru “



Ra. Aku melihat tanda mata itu lagi. Aku mengotak-atik senjata itu , mencari tahu bagaimana cara kerja senjata itu. Senjata itu menggunakan peluru balistik. Dan cara kerjanya sangat primitif. Di larasnya tertulis



“ AK47 “



Kurasa itu nama senjata itu. Peluru yang digunakan tertulis di sana 7.62x39mm . Dan aku juga menemukan sebuah pistol yang sepertinya bernama



“ Glock 19 9x19mm “



Aku mempelajari keduanya , menemukan beberapa magasin peluru , lalu mencoba menembakkannya. Sepertinya aku bisa menggunakan senjata ini.



Aku berjalan keluar dan tiba-tiba saja aku berada di pinggir sebuah ventalasi raksasa. Ada sebuah tangga ke atas. Aku menaikinya dan tiba di sebuah dermaga kecil. Tentu saja , tidak ada kapal di sana.



Suhu 220 derajat Celcius. Kurasa tinggal lima menit sebelum aku mati. Namun aku melihat sebuah kendaraan. Lagi-lagi dengan bentuk yang asing di mataku. Dengan empat roda dan dengan sebuah meriam kecil yang juga asing. Aku melihat sebuah balok kecil yang sepertinya kunci kendaraan itu, dan sebuah papan besi yang sudah ditulisi dengan benda tajam



“ siapa tahu kendaraan ini bisa terbang.”



Lagi-lagi dari Ra. Mercedes Benz Mars Rover. Walaupun aku asing dengan nama itu , tapi aku yakin ini bukan kapal, tapi Rover. Semua tulisan itu , menggunakan tulisan kuno milik salah satu suku Arya di dunia kami. Namun seperti sudah disederhanakan. Di dunia kalian , kalian mengenalnya huruf Latin.



Aku memasuki Rover itu dan suhu kembali normal. Setidaknya aku tidak harus mati di luar sana. Aku menekan tombol Start dan sistem navigasi mulai hidup. Rover itu menggunakan reaktor fusi yang sangat kecil. Sehingga memungkinkan kendaraan itu bertahan lama. Sayangnya ini bukan kendaraan terbang.



“ Pos , terdeteksi , jarak , 350 km “



Bahkan kecerdasan buatan ini menggunakan bahasa asing. Untungnya aku mengerti beberapa bahasa suku Arya sehingga aku sedikit mengerti walaupun masih agak asing. Aku memulai perjalanan ke pos yang ditunjukkan di layar navigasi. Menyusuri planet atau mungkin bulan yang berbatu dan beracun.



Delapan jam kemudian. Aku tiba di pos itu. Sebuah markas kecil dengan sebuah kendaraan peluncur terpedo yang sangat kuno , dan sebuah dermaga dengan sebuah korvet. Aku melihat bendera berkibar walaupun bukan bendera Dinasti Raja. Bendera itu berwarna merah , dengan lambang biju ekor sembilan berwarna kuning keemasan.



Aku berjarak sekitar dua kilometer dari markas kecil itu. Rover ini memiliki sebuah teropong yang dapat menangkap dan memperbesar atau memperkecil gambar hingga 1000 kali. Teropong itu mendeteksi 14 orang berjaga di luar empat di atap dengan meriam railgun di tangan mereka. Meriam itu dapat menghancurkan Rover ini hanya dengan satu tembakan.



Aku menandai mereka semua. Ke empat penembak itu menjadi prioritas. Aku mengaktifkan meriam kecil yang di sini tertulis “ M2 browning “ dengan peluru .50cal. Aku melompatkan Rover dari tebing itu , lalu menghujani ke empat penembak jitu dengan meriam utama.



Ke empatnya mati seketika. Aku menembaki bandit yang lain dan mereka segera berlindung. Tiga bandit tertembak dan tewas ditempat. Seorang bandit membidik Roverku dan menembakkan empat roket dari punggungnya.



Rover itu tidak dilengkapi perisai. Aku terpaksa menghindar roket itu secara manual. Tiga roket meleset dan satu roket meledak di dekatku. Rover itu terbakar dan aku kembali membalas tembakan.



Lima bandit tewas. Mereka menembaki Rover dengan senapan balistik. Tiga berusaha melarikan diri menuju korvet . Aku menembaki mereka mencegah mereka lari . Aku menebrak dua orang bandit terakhir dan Rover tidak menunjukkan adanya kehidupan diluar gedung.



Aku meluncurkan dua drone micro untuk menelusuri interior markas. Drone itu masuk dan mulai memindai setiap ruangan. Terdeteksi ada empat wanita di dalam , dari tampilan gambar semuanya kulit kuning dan masih muda. Aku turun dengan seragamku dan sambil bersiaga mengacungkan senapan , aku masuk ke dalam.



Aku melangkah masuk. Pintu itu terbuka dan aku melihat gadis-gadis itu. Tersudut ketakutan. Tidak ada senjata di ruangan ini. Dari seragam mereka, mereka sepertinya admin di markas ini.



“ aku mohon jangan tembak “



Ada satu gadis yang mengenakan kaos Planet Brahmaloka. Aku todongkan senjataku tepat ke wajahnya. Aku benci planet itu dan dia akan membayarnya.



“ yang lain masuk ke kamar di sebelah sana. Kau tetap di sini “



Mereka semua menurut. Aku mengunci mereka di kamar itu sedangkan gadis itu berdiri ketakutan. Aku berjalan mendekatinya dengan senjata yang masih kutodongkan ke wajahnya. Aku raih kalung tanda pengenalnya dan melihat nama gadis itu.



“ Rahma “



Saat itu juga aku lepaskan kalung itu lalu saat itu juga aku bertanya di mana aku? Ia menggeleng kepala , gadis itu sangat ketakutan. Aku dikuasai emosi. Gadis itu masih remaja mungkin baru 18 tahun. Aku bertanya berulang kali namun gadis itu hanya menangis.



Hampir tidak ada petunjuk . Hanya dokumen , prosesor yang bahkan tidak terkoneksi ke jaringan apa pun, komunikator yang juga tidak ada jaringan dan beberapa buku bergambar yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Gadis itu menangis memohon ampun. Aku meletakkan senjataku dan terduduk. Aku sadar aku kehilangan kendali dan menjadi seseorang yang tidak aku inginkan.



Aku suruh mereka mengenakan seragam antariksa lalu aku menggiring mereka ke kapal korvet yang berlabuh di dermaga. Aku lalu mengurung mereka di kamar tinggal untuk awak kapal. Korvet itu sangat asing dan belum pernah aku lihat sebelumnya. Bentuknya seperti hiu palu , hewan yang sudah lama punah di dunia kami namun pernah menjadi lambang angkatan laut



Mereka semua ketakutan dan aku berjanji tidak akan terjadi apa-apa dan aku akan menjamin keselamatan mereka. Mereka semua diam dan takut untuk menanggapi kata-kataku.



Aku lepas landas meninggalkan tempat itu. Aku ternyata berada di sebuah bulan yang mengorbit sebuah planet gas. Aku melihat kalender , mencari tahu berapa lama aku telah dipenjara. Aku terdiam ketika aku mengetahuinya. Dan aku tercengang



Aku tak percaya sudah 4000 tahun lebih berlalu. Rasanya baru kemarin aku kehilangan kedua gadisku dan kini , aku berada di zaman yang berbeda. Gadis itu bisa jadi tidak ada hubungannya dengan kaum Raja di masa lalu. Aku menyesal kenapa aku tidak bunuh diri saja di penjara itu.



Aku berada puluhan ribu tahun dari Planet Brahmaloka. Aku tetapkan planet itu sebagai tujuan , dan melompat dengan hyperdrive menuju Brahmaloka. Sepanjang perjalanan aku terdiam di kursi kemudi , dan sesekali terpejam dan berharap semua ini hanya mimpi. Sayangnya semua itu nyata dan aku , aku tidak bisa mengubahnya.



Ketika aku tiba di planet itu , semua tampak berbeda. Tidak ada patroli Angkatan Laut , tidak ada stasiun-stasiun dan satelit yang mengorbit Brahmaloka , Planet itu benar-benar hampa. Kota besar yang menjadi ikon Brahmaloka telah hilang dan planet itu kini di selimuti oleh lautan yang luas



Hanya ada beberapa pulau kecil di sana. Dan layar navigasiku mencatat hanya ada enam stasiun kecil dan belasan pos penambangan di planet itu. Sungguh berbeda dengan Brahmaloka yang lama namun planet itu kini lebih sehat dan lebih indah dari dulu.



Aku melepaskan gadis-gadis itu dengan meluncurkan mereka ke sebuah stasiun dengan kapsul. Aku yakin akan ada yang menyelamatkan mereka di sana. Layar navigasi menunjukkan hanya ada satu kota kecil di Brahmaloka dan aku pun melompat ke atmosfer kota itu. Anehnya tidak ada bekas sedikitpun dari kota Megalopolis di masa lalu. Hampir seluruh permukaan Brahmaloka kini diselimuti lautan.



Kota itu sangat kecil. Mungkin lebih kecil dari Jakarta pusat. Hanya ada beberapa gedung pencakar langit , dan beberapa gedung kecil. Aku mendaratkan kapalku dia sebuah lapangan , yang mereka gunakan sebagai pelabuhan antariksa.



Aku turun dan berjalan menuju terminal kedatangan. Mereka bahkan tidak menanyakan tanda pengenal , hanya menagih dana biaya perawatan selama kapal berlabuh. Aku menggunakan komunikator yang tergeletak di anjungan , dan segera membayar biayanya. Tidak ada sandi atau kunci jadi aku bebas menggunakannya. Mereka bahkan tidak peduli siapa aku asal aku membayar.



Aku keluar dari pelabuhan kecil itu dan pemandangan perkampungan kumuh langsung menyambutku. Aku menaiki Tram , menuju pusat kota. Tram itu sangat lamban , kumuh dan kotor. Pusat kota hanya beberapa kilo namun butuh hampir sepuluh menit untuk tiba di sana.



Pusat kota itu sangat kecil. Hanya ada beberapa gedung pencakar langit yang merupakan perkotaan , sebuah hotel bintang lima , beberapa rumah bordir yang berkedok hotel dan sisanya rumah-rumah kampung yang terbuat dari kayu dan seng , sangat berbeda dengan Brahmaloka yang dulu. Ada sebuah gedung pencakar langit yang mungkin satu-satunya peninggalan masa lalu jika aku lihat dari coraknya. Gedung itu memiliki bendera merah dengan lambang biju ekor sembilan , persis seperti markas yang sebelumnya aku jarah.



Aku duduk di lorong yang sepi lalu aku pun berbaring mengistirahatkan tubuhku. Banyak yang terjadi dan aku sangat lelah. Aku pejamkan mataku dan aku tertidur. Lagi-lagi aku berharap aku akan terbangun dan berharap semua itu hanya mimpi. Sungguh menyedihkan.



“ Bintang.... “



“ Melati ..... “



Aku kembali terbangun. Aku benar-benar bingung. Apa yang harus aku lakukan . Kemana aku harus pergi. Aku hanya bingung. Mungkin terdampar 4000 tahun di masa depan membuatku bingung. Ditambah , kewarasanku mulai berangsur menurun. Aku hanya ingin kembali ke masa itu , setidaknya untuk membalas dendamku. Aku ingin melampiaskan kemarahanku , dengan membantai keturunan Kaisar Mu.



Aku kemudian teringat , pertama kali aku bertemu Bintang , pertama kali aku bertemu Bintang. Pengikut dan Abdi setia Kaisar Mu mungkin sudah habis tak bersisa. Aku kemudian terpikir dan mempertimbangkan untuk kembali ke Bumi , setidaknya untuk mengingat mereka berdua.
 
Pengen buat cerita militer, dimana jenderal TNI menggulingkan pemerintah korup dan mulai perang dunia. Tapi takut kontroversi :D
 
Episode 33


Aku segera membeli perbekalan untuk tiga bulan. Walaupun perjalanan ke bumi mungkin paling lama 40 hari. Aku kembali ke kapalku lalu lepas landas meninggalkan Brahmaloka. Aku tidak tahu apakah Brahmaloka ini lebih baik dari yang dulu. Yang pasti udaranya menyamai bumi di masa lalu.



Saat di orbit rendah , aku melompat secara hyperdrive menuju Indahpura , di mana kampung halamanku berada. Sebelum aku pergi aku ingin tahu bagaimana nasib planet yang lain. Ketika aku tiba di tata surya itu , semua seperti hampa. Lautan di Indahpura telah mengering. Planet itu sepertinya telah mati. Aku masuk ke atmosfer planet dan tidak seperti dulu atmosfer planet sudah menipis.



Tidak ada tanda-tanda kehidupan bahkan tidak ada satu pun reruntuhan. Indahpura benar-benar lenyap. Apa yang telah terjadi selama 4000 tahun ini , sehingga semua yang kukenal telah musnah seperti tidak pernah ada. Aku berada di koordinat tepat di mana Indahpura seharusnya berada, tapi aku tidak melihat apa-apa. Bahkan tidak satupun reruntuhan.



Lalu dua kapal muncul dari balik cakrawala. Berbentuk menyerupai bumerang dengan desain aerodinamis seperti kapal perang sebelum masa Kaliyuga. Persis seperti monumen kapal cepat rudal yang pernah aku lihat di reruntuhan Pulau emas. Hanya saja lebih modern. Kapal itu berada beberapa kilo di arah tenggara , dan barat daya buritan kapalku.



“ pesawat ruang angkasa asing , Anda melanggar pasal 341 tentang masuk tanpa izin ke planet milik pribadi. Harap kerja sama Anda untuk mengurangi kecepatan demi menindak lanjuti pelanggaran ini. “



Mereka mengirim pesan jika aku telah masuk tanpa izin ke planet pribadi milik seseorang. Aku membalas pesan mereka dan berkata lewat komunikatorku



“ Bagaimana kalau aku menjelajah ke mana pun aku inginkan?”



“ Maka kami tidak punya pilihan untuk “



“ Duar!”



Aku menembakkan railgunku ke salah satu Kapal itu. Kapal itu mengunciku dan menembakkan tiga terpedo.



“ Duaaaar!”



Ledakan besar terjadi. Buritan kapal terbakar dan mesin perisaiku meletup. Terpedo nuklir itu memiliki daya ledak yang sangat tinggi. Aku bahkan kehilangan kendali. Seolah tiga buah bom atom taktis meledak tepat mengenai perisaiku. Aku berusaha menguasai kapalku kembali dan kapal itu melaju melintasi korvetku yang masih terombang ambing. Aku mengunci KCR itu , lalu menembakkan tiga rudal berukuran sekitar 300mm.



“ Duar!”



Sayap kanan kapal itu patah. Aku melihat Nahkoda kapal tersebut melompat dari anjungan dan kapal itu terhempas ke permukaan dengan kecepatan tinggi. Perisaiku meledak namun kebakaran di buritan kapal berhasil di padamkan. Aku membidik Nahkoda itu dengan meriam railgun , namun aku memutuskan untuk mengampuninya.





Aku melesat meninggalkan atmosfer Planet Indahpura. Aku mendeteksi tiga kapal musuh beberapa ratus kilo siap untuk mencegat kapalku. Tidak ada yang tersisa untukku di planet ini. Dengan hyperdrive aku melompat ke tujuan terakhir , planet terakhir di mana aku hidup bersama Melati dan Bintang. Himaraja.



Generator Perisai meledak dan tidak bisa digunakan lagi meski direset ulang. Aku tiba di Himaraja beberapa jam kemudian , dan planet itu benar-benar sudah di lahap es. Tidak ada satu pun stasiun apalagi kota atau habitat di permukaan. Ada sebuah stasiun luar angkasa di orbit rendah planet dan aku segera menuju ke sana



“ Stasiun 891 , meminta izin untuk mendarat “



Aku berlabuh di dermaga yang mereka sediakan. Gerbang dermaga itu terbuka , dan aku mengarahkan kapalku masuk ke dalam. Aku mendarat di dalam dermaga , lalu meminta mereka memperbaiki kapalku. Pembayaran dilakukan di muka. Aku menaiki lift , meninggalkan dermaga menuju atrium utama.



Korvet itu seperti masih baru , aku lihat banyak orang yang menggunakannya. Namun berbeda seperti di masa lalu , kapal di masa kini tidak membutuhkan banyak orang untuk mengoperasikannya. Setiap turret dilengkapi kecerdasan buatan sehingga tidak harus dikendalikan oleh awak kapal. Memungkinkan Nahkoda untuk mengendalikan kapal sendirian.



Butuh sehari semalam untuk memperbaiki kapalku. Mereka terkejut kapal dengan perisai sekuat itu , dapat terbakar dan rusak cukup parah. Mereka seolah langsung mengerti jika aku baru saja terlibat masalah dengan pihak keamanan Swasta. Tapi sesuai semboyan mereka , di stasiun itu mereka melayani semua orang.



Aku tiba di atrium utama. Aku melihat banyak restoran , Cafe , lounge , outle dan toko-toko elektronik . Aku masuk ke sebuah lounge . Aku masuk ke ruangan pribadi yang sangat sempit. Mungkin seukuran warnet. Aku menyambungkan Komunikator itu ke jaringan, sambil mengisi waktu mencari tahu apa yang telah terjadi selama 4000 tahun ini.



Sayangnya tidak ada cerita jelas. Sejarah paling awal yang aku temukan hanyalah berdirinya Aliansi Antar galaksi , akibat keserakahan raja-raja di masa lalu , yang di pimpin seorang dewa maut yang kejam. Itu setengah benar karena di dunia lama kami tidak ada raja-raja. Memang ada namun mereka tidak ada kekuatan politik. Lebih tepatnya berdirinya Aliansi karena adanya persaingan politik antara perusahaan besar dan Prabu Agung.



Lalu muncul zaman perang ribuan tahun. Tidak jelas pihak mana melawan pihak mana namun aku anggap tewasnya Prabu Agung secara mengenaskan membuat situasi kacau. Tanpa pemimpin , Kerajaan yang sangat luas akan tercerai berai. Tidak jelas dituliskan kapan kekacauan selesai. Yang pasti aku hidup di zaman di mana tidak ada lagi negara , kerajaan , atau semacamnya.





Semua planet dikembangkan oleh pribadi atau suatu perusahaan swasta , ya kalau diibaratkan seperti Apartemen atau Perumahan di dunia kalian. Aliansi itu sendiri menggantikan peran Negara , di mana ada Sekretariat Jendral yang memimpin Aliansi , dan Dewan yang anggotanya adalah perwakilan dari setiap perusahaan.



Seharusnya tiap residen atau penduduk butuh semacam paspor setiap kali melakukan perjalanan ke planet lain. Namun umumnya , mereka hanya ditagihkan Dana , atau semacam denda jika tidak dapat menunjukkan tanda pengenal. Tidak ada penjelasan yang jelas kenapa beberapa planet berubah drastis selama 4000 tahun ini. Kurasa perubahan iklim terjadi di beberapa planet akibat kekacauan di seluruh penjuru kerajaan.



Beberapa orang bahkan mengatakan kehidupan di masa lalu seperti kerajaan sebelum Aliansi berdiri , hanyalah dongeng belaka. Alasannya tentu tidak ada bukti sejarah yang kuat. Memang semua kota , stasiun , markas dari masa lalu benar-benar lenyap , bahkan tanpa bekas sedikit pun. Peninggalan yang sebenarnya masih ada adalah kapal-kapal tua yang terus diperbarui dan di produksi. Namun bahkan nama penemu , perancang dan perusahaannya salah , seperti sudah di manupulasi. Pendapatku Aliansi sepertinya menghapus dan menulis sendiri sejarah selama 4000 tahun terakhir sesuai keuntungan mereka.



Aku bertahan lama di penjara di mana napi di kristalkan. Sebuah hukuman yang hanya dongeng di dunia baru ini namun sesungguhnya benar terjadi di masa lalu. Tujuannya mungkin memberikan hukuman yang lebih buruk dari kematian. Dengan begitu mereka tidak hidup , dan tidak mati . Tragisnya masih banyak orang di penjara itu dan mungkin lebih lama lagi dariku.



Aku berhenti belajar sejarah karena tidak ada kepastian yang aku temukan. Ada sebuah TV di lounge itu , dengan sebuah mesin yang sangat asing di matuku. Mesin berbentuk kotak kecil , dengan sebuah remot kontrol kabel aku melihat buku petunjuknya dan aku mengerti sedikit bahasa baru ini. Mesin itu sepertinya sebuah konsol permainan. Di sana tertulis ‘Nintendo 64’ . Kurasa itu namanya.



Mesin itu di buat di Jepang . Aku tidak tahu planet dengan nama itu. Aku mencari info tentang mesin itu di jaringan, dan aku akhirnya tahu Jepang adalah nama salah satu negara di bumi. Ada sedikit data tentang bumi di dunia baru ini, termasuk geografi dan sejarahnya.



Tidak terlalu banyak yang tertulis. Apalagi tentang sejarah 4000 tahun yang lalu. Namun dari sanalah aku mengerti hal-hal tentang bumi , seperti daftar negara dan mata uangnya, Satuan yang digunakan, sehingga aku dapat menulis cerita ini dan mengubah satuan ke satuan bumi. Hanya saja aku menemukan sedikit kekeliruan.



Manusia bumi menuliskan jika sejarah mereka di mulai dari peradaban bernama Sumeria. Lalu peradaban lainnya mulai muncul seperti Peradaban China , Gojoseon atau Korea , Dinasti Yamato atau Jepang dan muncul peradaban pertama di tanah kelahiran Bintang , kerajaan Salakanegara. Mereka tidak tahu jika ada peradaban lain puluhan ribu sebelum mereka. Aku ingat yang terjadi sebenarnya adalah bumi seharusnya hancur dan tercemar , dan manusia pindah meninggalkan bumi menuju dunia baru.



Mereka yang tertinggal akhirnya menjadi manusia gua. Mereka entah bagaimana selamat dan perlahan berjalan meninggalkan rumah lama mereka. Penduduk Jawa Dwipa berjalan kaki meninggalkan rumah mereka , yang nantinya menjadi cikal bakal berdirinya peradaban-peradaban di Asia. Mereka yang tertinggal nantinya menjadi suku asli kepulauan Jawa Dwipa. Penduduk asli Asia bermigrasi dan mengisolasi diri ke suatu tempat dan akhirnya tidak terdengar lagi. Aku yakin mereka ke bawah laut di bawah pimpinan Dewa Ryujin ayahanda Melati. Sehingga, menurut catatan Ra yang aku baca 4000 tahun yang lalu , penduduk Asia yang hidup sekarang adalah mereka keturunan manusia dari kepulauan Jawa Dwipa yang ditinggalkan dan menjadi manusia gua, yang di zaman ini dikenal dengan nama Nusantara. Sedangkan penduduk asli telah menghilang dan tak terdengar lagi. Sebagian ikut bermigrasi dengan Prabu Agung dan dikenal dengan bangsa kulit Kuning. Lucunya peradaban bernama China , mengklaim seluruh manusia di Asia keturunan China , yang mana menurut catatan Ra , itu adalah salah besar.



Aku juga menemukan fakta jika bumi mulai perlahan tercemar , dan dilanda penyakit sosial seperti rasisme , radikalisme , ultranasionalis dan lainnya. Namun yang paling aku benci adalah mereka yang merusak bumi seperti Inggris dengan revolusi Industrinya , Perusahaan Indonesia Malaysia Singapura dengan pembakaran hutan , serta para perusahaan minyak.



Aku juga menemukan jika daratan di mana aku bertemu Melati dan Bintang mungkin di sekitar pesisir pantai Bengkulu. Peta yang aku lihat tidak terlalu jelas. Sedangkan gunung api tanah kelahiran Bintang , bisa jadi adalah Pasemah. Bintang berasal dari suku Pasemah , yang sudah hidup lebih dari 4000 tahun yang lalu.



Selanjutnya aku mencari tentang Ayahanda Melati, Yang Mulia Ryujin. Tidak ada sejarang pasti , semua hanya dongeng. Itu pun hanya beberapa baris. Hanya seorang putrinya yang diceritakan dan aku yakin bukan Melati. Salah satu putri Yang Mulia Ryujin menikah dengan seorang pangeran manusia , dan anak mereka menjadi seorang Raja yang akhirnya raja pertama dari dinasti tertua yang masih memimpin di planet Bumi, Kekaisaran Jepang. Dinasti yang berusia hampir 3000 tahun lamanya.



Jika benar maka itu artinya mereka termasuk Cucu-cucu Melati. Paling tidak mereka semua termasuk keluarga besarku yang masih hidup. Mengingat mungkin tidak ada garis keturunan keluarga Bintang yang selamat karena Bintang anak semata wayang. Aku simpan komunikatorku dan mulai memainkan mesin itu.



Saat itu aku memainkan super smash bros. Sederhana tapi aku menyukainya. Aku bermain selama berjam-Jam hingga aku keluar dari ruangan itu , lalu aku bilang aku ingin membeli mesin konsol itu. Lengkap dengan seluruh permainannya. Kami melakukan negosiasi , dan karena di dunia barang dari bumi sangat susah diselundupkan, aku membayar senilai 550 juta untuk konsol itu. Aku juga membeli beberapa mesin arcade atau dindong untuk hiburanku di kapal.



Aku juga mencari seluruh tentang kekaisaran Jepang. Aku mengunduh berbagai macam permainan yang dapat dimainkan di komunikator ini seperti koleksi permainan Nintendo dan PlayStation. Aku mengunduh komik digital yang dipindahi atau diunduh dari Jepang , gambar dan lukisan , film-film , dan yang paling aku suka diantaranya Anime. Sama seperti manusia dari dunia Lama , mereka sangat kreatif. Aku juga menemukan sisi buruk mereka , yang mana mereka sempat terlibat perang dunia dan genosida. Aku hanya senang hal positif tentang Jepang , dan meninggalkan hal negatif.



Aku keluar dari lounge dengan barang belanjaanku. Aku tidak sabar memainkan Nintendo 64 itu di kapalku. Aku mampir ke toko elektronik lainnya untuk membeli barang-barang dari bumi. Terutama dari Jepang. Itu mungkin berlebihan tapi aku benar-benar menganggap Jepang sebagai keluarga besarku , karena aku sangat mencintai Melati.



Aku menemukan beberapa jam antik karena memang barang dari bumi sangat dicari dan sulit diselundupkan. Ada beberapa barang eletronik seperti kulkas , TV dan radio antik tapi aku tidak butuh semua itu. Aku akhirnya membeli Komunikator merek Sony , namun aku tidak menggunakannya karena spesifikasinya sangat primitif.



Komunikator di dunia kami pada umumnya mempunyai 512 Core , sedangkan komunikator dari bumi saat itu masih menggunakan 4 hingga 16 core. Yang kubeli memiliki 16 Core. Dan yang paling parah masih menggunakan layar kaca. Di dunia kami komunikator menggunakan 3D hologram atau dapat diproyeksikan ke dinding atau kaca untuk menggantikan Monitor TV. Rencananya aku ingin menggunakan Komunikator Sony ini sebagai pajangan.





Aku mampir ke toko senjata. Setidaknya aku butuh senjata untuk menjelajah Bumi yang baru. Apalagi peradaban sudah cukup maju. Aku melihat senjata-senjata dengan bentuk yang asing di mataku.



“ Kau cari apa , Bung?”



Penjual toko senjata itu masih cukup muda. Aku melihat-lihat , dan membaca brosur yang disediakan. Kebanyakan senjata dari bumi.



“ kau punya peluru untuk senjata ini?”



Ia menunjukkan magasin senapan AK47.



“ Tentu saja “



Ia mengambilkan berkotak-kotak peluru lengkap dengan magasin untuk senjata ini.



“ kalau untuk pistol ini?”



Ia lalu mengambilkan beberapa kotak peluru 9x19mm



“ Meriam tangan plasma ? “



Kasir itu tertawa kecil dan menjawab



“ kami hanya menjual yang dipajang kawan “



Kurasa itu artinya tidak. Aku heran kenapa di masa depan hampir tidak ada senjata plasma yang dijual. Bahkan petugas keamanan menggunakan senjata replika dari bumi. Tapi disamping semua itu aku menemukan satu senjata ganas yang menarik minatku. Senjata yang mungkin cocok untuk pertarungan jarak dekat seperti di dalam kapal.



“M1897 trench gun”



“ kau pintar memilih senjata kawan. Senjata ini paling laris di seluruh penjuru galaksi. Di Bumi mereka menamakannya , Shotgun “



Aku membayar semuanya dengan rekening curian itu, lalu aku mundur meninggalkan toko senjata . Aku berjalan menuju lift dan kembali ke dermaga di mana kapalku diperbaiki. Berjam-jam berlalu dan mereka berhasil memperbaiki kapalku. Aku menyimpan semua senjata di ruang senjata , hanya pistol dan meriam trench gun yang aku bawa ke anjungan. Mesin kapal dihidupkan , dan aku siap berlayar di lautan Antariksa , menuju daratan di mana aku bertemu dengan kedua gadisku, Bengkulu , Planet Bumi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd