Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengkhianatan Sahabat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Sembari nunggu episode berikutnya selesai dibuat, mau nanya donk siapa tokoh favorit kalian di cerita ini?

Dan kenapa tokoh itu bisa jadi favorit kalian?

Ana suka dengan karakter om Burhan dan Mila, karena om Burhan masih bisa menahan walau keadaan memungkinkan menzinain Mila.
Mila pun akhirnya menyerahkan keperawanannya karena kagum akan keteguhan om Burhan dalam membela harga diri dan kehormatan Mila.

Walaupun ana juga favoritkan pak Syamsul yang walau awalnya mudah mengambil Wulan, tetapi justru mempertahankan Wulan dari serangan anak buahnya.

Kedua pria tersebut gentleman, mature, mungkin karena pengalaman hidupnya..

Lanjut suhu..tetap semangat.. :semangat:
 
Entah mengapa aku lebih suka karakter si EGI,,
Soalnya laki2 semua kayak dia wkwkwk..
Tiap update bahasnya mila burhan aja, padahal masih banyak karakter yg bisa dibangun, kayak egi nantinya sifatnya berubah jd lebih baik, irfan yg tdi nya polos srkg jdi bringas..
Yah walaupun mila burhan, samsul wulan jdi tokoh utamanya, tp lebih baik ga selalu ceritain mereka terus wkwkwk
Boring jadinya hehe..

Ini kritikan ya jangan dimasukin hati huehehe...
Soalnya udah banyak sih yg memuji..
:tepuktangan:
 
Part 33 - Perkenalan

Mila-4.jpg

“Jadi kamu mau buka butik muslimah di sini?” Ujar Pak Jarot sambil menyantap makanan dengan lahap.

“Betul, Jarot. Selain itu, aku juga mau beli beberapa properti, dan ada bisnis kecil-kecilan yang lain. Nanti istriku ini yang akan mengelola semuanya,” ujar Pak Burhan sambil menepuk-nepuk bahu istrinya. Mila hanya tersenyum sambil menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepada Pak Jarot.

“Lalu kamu mau bantuan aku untuk apa?” Tanya Pak Jarot.

“Kamu pasti tahu kalau dalam bisnis aku selalu ingin main bersih. Tapi kamu juga pasti tahu kalau berbisnis di kota ini rentan direcoki oleh para preman atau pesaing bisnis,” ujar Om Burhan.

Pak Jarot mengangguk-anggukkan kepala sambil tetap menyantap makanan di hadapannya.

“Karena itu aku mau minta semacam perlindungan dari kamu untuk aku dan istriku berbisnis di sini,” ujar Om Burhan.

“Tenang saja Burhan. Kalau ada apa-apa, kamu langsung WhatsApp aku saja, sebisa mungkin aku bantu. Aku sudah banyak hutang budi sama kamu, sekarang adalah saat aku membalasnya, hee” jawab Pak Jarot.

Pak Jarot dan Om Burhan pun sama-sama tertawa. Mila sebenarnya tidak terlalu mengerti apa yang mereka berdua bicarakan. Tapi sepertinya semua berakhir dengan baik.

Baik Pak Jarot maupun Om Burhan sepertinya mempunyai usia yang sama. Mila coba menebak-nebak, mungkin mereka sempat sekolah atau kuliah di tempat yang sama.

Berbeda dengan Om Burhan, Pak Jarot mempunyai badan yang lebih kekar. Meski sudah berumur, nampak masih terlihat sisa-sisa otot yang pasti jauh lebih kencang di masa kejayaannya. Mila masih bisa melihat itu meski Pak Jarot masih mengenakan pakaian dinasnya. Namun yang paling menarik perhatian Mila adalah kumis yang bertengger di atas bibir Pak Jarot. Sangat berbeda dengan Om Burhan yang tidak memiliki bulu di wajahnya. Mila jadi membayangkan bagaimana ya rasanya menjadi istri Pak Jarot, digelitik terus oleh kumis tersebut setiap kali mereka bercinta.

“Ahh, mikirin apa sih aku,” ujar Mila dalam hati.

“Jadi, kalian baru menikah beberapa bulan yang lalu?” Tanya Pak Jarot tiba-tiba.

“Iya, betul Pak,” entah kenapa Mila langsung berusaha menjawab pertanyaan tersebut, bukannya membiarkan Om Burhan yang menjawab. Melihat hal itu, Om Burhan hanya tersenyum.

“Kamu beruntung Burhan, bisa mendapat istri yang cantik dan masih muda seperti ini, hee,” ujar Pak Jarot sambil melirik ke arah Mila. Perempuan mudah tersebut hanya tersipu malu mendengarnya.

“Namanya juga jodoh, harus disyukuri,” jawab Om Burhan sambil tersenyum. “Kamu juga beruntung bisa memperistri Farida.”

“Ahaha, iya sih. Aku masih ingat waktu itu harus bersaing dengan banyak sekali kandidat lain. Untung saja Farida memilih aku,” ujar Pak Jarot bangga. “Oh iya, kapan-kapan aku mau undang kalian untuk makan malam di rumah, bagaimana?”

“Boleh saja, tergantung kesibukan kamu saja Jarot,” jawab Om Burhan.

“Kamu sendiri, saat ini bekerja atau jadi ibu rumah tangga saja, Mila?” Tanya Pak Jarot.

“Sekarang saya membantu mengembangkan usaha konveksi milik ayah saya,” jawab Mila.

“Wah, cocok sekali donk ya. Saya harap kamu bisa memenuhi harapan Burhan untuk membangun bisnis di sini. Saya ingatkan bahwa membuka bisnis di sini sebenarnya mudah, daya beli masyarakatnya bagus. Tapi seperti kata Burhan, banyak hal-hal non teknis yang harus diwaspadai,” jelas Pak Jarot sambil tersenyum.

Mila hanya tersenyum mendengar penjelasan tersebut. Ia sendiri kembali merasa ada yang aneh dari senyuman Pak Jarot. Namun ia kemudian mengalihkan perhatian kembali kepada hidangan yang ada di hadapannya. Mungkin perasaan aneh tersebut hanya pikiran buruknya saja.

Hingga setengah jam kemudian, mereka asyik berdiskusi tentang bisnis dan kehidupan di kota S. Obrolan tersebut didominasi oleh Om Burhan dan Pak Jarot, dengan Mila sesekali ikut masuk ke dalam obrolan. Akhirnya, Pak Jarot pun harus pergi.

“Saya harus pergi, masih ada urusan lain. Terima kasih ya Burhan untuk makan malamnya,” ujar Pak Jarot sambil berdiri lalu menjabat tangan Om Burhan.

Setelah itu, Pak Jarot pun menjabat tangan Mila yang halus, sambil tersenyum ke arah perempuan tersebut. Tanpa berlama-lama, ia kemudian langsung pergi bersama dengan petugas keamanan yang mengiringinya.

“Om bisa jelaskan siapa itu Pak Jarot?” Tanya Mila begitu pria tersebut telah pergi.

"Bukannya kamu tahu kalau dia adalah Walikota Kota S ini?"

"Maksud Mila, bagaimana Om Burhan bisa mengenal Pak Jarot?"

“Oh itu maksudnya. Ceritanya panjang, Mila. Tapi intinya, Om dulu pernah satu angkatan waktu kuliah dengan Farida, istri Jarot. Dan di awal karier politiknya, Om sedikit bantu dia untuk biaya kampanye dan semacamnya,” jawab Om Burhan.

“Owh … berarti usia dia tidak jauh berbeda dengan Om?” Tanya Mila

“Sepertinya dua atau tiga tahun lebih tua, kenapa?”

“Gak apa-apa. Cuma penasaran saja.”

“Nah, seperti yang kamu dengar tadi, membangun bisnis di sini gak mudah. Nanti kalau ada apa-apa, kamu langsung kontak Pak Jarot saja. Dia biasa jawab lewat WhatsApp. Ini nomornya,” ujar Om Burhan sambil memberikan nomor Pak Jarot kepada Mila, yang langsung dicatat oleh perempuan tersebut dengan smartphone miliknya.

“Baik, Om,” ujar Mila menganggukkan kepala. Ia merasa sangat antusias karena perjalanannya sebagai pebisnis akan dimulai sebentar lagi. Namun di sisi lain, ia pun penasaran masalah seperti apa yang akan ia hadapi, dan bantuan seperti apa yang bisa ia minta dari Pak Jarot.

“Ahh, nanti kan tetap ada Om Burhan yang bantu aku,” pikir Mila dalam hati.

—-

Di perjalanan pulang ke hotel, Mila langsung menelepon sahabatnya, Wulan.

“Apa kabar, Wulan? Bagaimana rumahku, masih berantakan? Hee,” tanya Mila sambil tertawa.

“Sudah rapi neh, tapi namanya ada dua cowok di sini, pasti nanti berantakan lagi. Aku heran bagaimana kamu bisa merapikan rumah ini sendirian,” jawab Wulan. “Bagaimana kamu dan ayah di kota S?”

“Baik-baik koq. Tapi aku mau kasih tahu, ayah kamu minta aku untuk urus bisnisnya di sini. Jadi untuk sementara waktu, kami akan tinggal di sini,” ujar Mila sambil melirik ke arah Om Burhan yang sedang mengemudi.

“Owh, soal itu. Ayah sudah bilang koq, dan aku memang sudah setuju. Ayah kamu juga sudah tahu.”

“Ya ampun, jadi cuma aku saja yang belum tahu. Ihh Om jahat,” ujar Mila sambil mencubit lengan Om Burhan. Ayah Wulan tersebut hanya terkekeh.

“Sudah tahu belum kamu akan tinggal di mana?” Tanya Wulan.

“Oh iya, kita akan tinggal di mana, Om?” Tanya Mila kepada Om Burhan.

“Besok kita akan cari apartemen untuk kita sewa. Om sudah punya beberapa kandidat, nanti kamu tinggal pilih saja,” ujar Om Burhan.

"Nah itu, Wulan. Kamu sudah dengar sendiri kan?"

"Iya, aku dengar koq," jawab Wulan.

“Ya sudah, begitu aja ya Wulan. Salam untuk ayahku,” ujar Mila yang kemudian langsung menutup telepon setelah Wulan mengucapkan salam perpisahan.

“Lagi ngapain mereka? Di kamar ya? Hee,” tanya Om Burhan sambil bercanda.

“Ihh, Om mau tahu aja. Mendingan mikirin kita mau ngapain habis ini,” ujar Mila sambil mengedipkan matanya. Om Burhan pun tersenyum dan merasa bahwa malam ini akan terasa sangat panjang.

Sebelum mereka berdua sampai di hotel, Mila menyempatkan diri untuk mengirim pesan WhatsApp kepada Pak Jarot, lewat nomor yang diberikan suaminya tadi. “Salam kenal Pak Jarot. Ini nomor Mila, istri dari Pak Burhan. Mohon disimpan jika berkenan.”

—-

Wulan-2.jpg

Pak Syamsul baru saja masuk ke kamar ketika Wulan menutup telepon dari Mila. Pria tersebut baru selesai mandi di kamar mandi, dan hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya saja saat kembali ke kamar. Ya, kamar mandi di rumah tersebut memang tidak ada yang tersambung ke kamar tidur.

“Siapa itu, Wulan?” Tanya Pak Syamsul.

“Ohh, biasa. Anak Bapak yang lagi jalan-jalan, hee,” jawab Wulan sambil tertawa.

“Hahaa, sudah tahu dia kalau akan tinggal di sana?”

Wulan mengangguk.

Perempuan muda tersebut hanya mengenakan gaun tidur panjang, dan pakaian dalam di baliknya. Ia sedang duduk di atas ranjang, sambil bersandar di ujungnya. Rambutnya yang sebahu digerai bebas, sehingga menunjukkan kecantikannya yang alami.

Meski sudah berkali-kali menikmati keindahan tubuh pasangannya tersebut, Pak Syamsul tetap saja terangsang setiap kali melihatnya. Lelaki berusia kepala empat itu pun mendekati Wulan, dan ikut berbaring di atas tempat tidur.

“Ihh, Bapak koq dekat-dekat. Pakai baju dulu sana,” ujar Wulan.

“Salah kamu sih, bikin Bapak gak tahan,” ujar Pak Syamsul menggoda perempuan muda tersebut.

Lelaki tersebut pun langsung berbaring di sebelah Wulan, dan mulai membelai-belai paha Wulan yang terbuka. Semakin lama, belaian tersebut mengarah ke atas, sehingga menyingkap ujung bawah gaun tidur yang dikenakan Wulan. Tak perlu waktu lama, jemari Pak Syamsul pun langsung bisa menyentuh kemaluan Wulan yang masih tertutup celana dalam.

“Nghhh, mulai deh minta jatah lagi,” ujar Wulan sambil membelai wajah Pak Syamsul yang mulai keriput karena usia yang kian menua. Ia melakukannya sambil menahan birahinya sendiri yang mulai naik, karena terangsang oleh sentuhan Pak Syamsul.

“Tapi kamu suka kan dimintain jatah?” Goda Pak Syamsul sambil memposisikan tubuhnya sehingga menindih tubuh Wulan. Ia kemudian mendekatkan kepalanya ke wajah Wulan, hingga bibir mereka berdua saling bertautan.

“Hmmpphhh ...” gumam Wulan sambil berusaha melepas kaitan handuk yang menutupi bagian bawah tubuh Pak Syamsul. Begitu lepas, jemari Wulan pun langsung bergerak mengelus-elus penis milik ayah Mila tersebut.

Diperlakukan seperti itu, Pak Syamsul semakin merasa tidak tahan. Ia memperkuat kulumannya di bibir Wulan, dan berusaha mengangkat gaun tidur perempuan tersebut semakin ke atas. Wulan pun tidak menolak, dan justru mengangkat tubuhnya agar Pak Syamsul bisa semakin mudah melepas pakaiannya.

“Indah sekali tubuh kamu, Sayang,” ujar Pak Syamsul ketika melihat tubuh Wulan yang hanya tertutup dengan bra dan celana dalam. Keduanya sama-sama berwarna merah muda, dan sama-sama mempunyai renda cantik di pinggirnya, membuat tubuh Wulan terlihat semakin seksi.

Wulan tidak menjawab, dan langsung mengalungkan tangannya ke leher Pak Syamsul. Perempuan tersebut kemudian menarik kepala pria tua tersebut dan kembali melumat bibirnya. Lidah kedua insan tersebut pun kembali bertaut demi menumpahkan birahi masing-masing.

Pak Syamsul sendiri mulai menyentuh kemaluan Wulan yang masih tertutup celana dalam dengan penisnya yang kian membesar. Sedangkan tangannya mulai aktif meremas-remas buah dada Wulan yang masih tertutup bra. Dengan lihai, jari telunjuknya bisa menyelusup masuk ke dalam belahan dada Wulan, dan memainkan puting payudara perempuan tersebut. Ia tahu betul bagaimana cara menaikkan birahi perempuan muda yang merupakan kekasihnya itu.

“Aaaahhh …” terdengar desahan binal dari Wulan, yang semakin memacu birahi Pak Syamsul. Pria tersebut kemudian melepaskan ciumannya dari bibir Wulan, dan mengalihkannya ke leher Wulan. Ia kecup leher putih dan jenjang tersebut bertubi-tubi, hingga meninggalkan bekas berwarne kemerahan.

“Pelan-pelan dong, Pak,” ujar Wulan gusar. "Nanti kan bisa jadi berbekas."

Pak Syamsul yang sudah tidak tahan tidak menjawab kata-kata Wulan tersebut. Ia malah berusaha melepaskan kaitan bra yang dikenakan Wulan, serta menarik celana dalam perempuan tersebut ke bawah. Dalam sekejap, Wulan pun telah telanjang dengan sempurna, seperti juga Pak Syamsul. Pria tua tersebut kemudian menenggelamkan kepalanya di belahan payudara Wulan, sambil memposisikan penisnya di pintu selangkangan perempuan tersebut.

“Hmm, empuk sekali toket kamu, sayang,” ujar Pak Syamsul yang tengah menjilat-jilat puting payudara Wulan, membuat pemiliknya menggelinjang. Sementara di bawah, batang penis Pak Syamsul tampak telah menggesek-gesek selangkangan Wulan yang bersih tanpa bulu.

“Ngghhh, masukin Pak, cepetaaaann,” gumam Wulan yang juga telah dimabuk birahi. Matanya terpejam, menahan gairah yang sudah tidak tertahankan lagi.

Tanpa menunggu lama, Pak Syamsul langsung memasukkan kejantanannya ke belahan vagina Wulan, dan menekan lebih dalam.

“Aaaaahhhh …” Wulan benar-benar menikmati proses masuknya batang kejantanan Pak Syamsul ke dalam kemaluannya, inci demi inci, senti demi senti. Meski telah sering merasakannya di hari-hari sebelumnya, namun perempuan muda tersebut tetap bisa menikmati proses bersetubuh tersebut.

Pak Syamsul pun makin bersemangat setelah mendengar desahan Wulan yang kian binal. Ia kembali mengecup-ngecup puting payudara perempuan berkaca mata tersebut, bahkan mengulumnya seperti bayi yang sedang menyusu kepada sang ibunda. Pak Syamsul juga kian mempercepat kocokannya di kemaluan Wulan.

Wulan yang sudah tersapu ombak birahi, seperti tak tahan ingin dipuaskan. Ia pun menaik turunkan pinggulnya menjemput setiap dorongan yang dilakukan penis Pak Syamsul. Bunyi kecipak pun terdengar dari benturan cairan cinta mereka berdua yang telah merembes keluar. Keringat mulai bercucuran dari pori-pori tubuh mereka berdua yang telah bugil tanpa busana.

Sekitar 40 menit kemudian, Pak Syamsul tampak kian tegang, tanda bahwa syahwatnya sebentar lagi mencapai puncak. Sementara itu, Wulan telah dua kali menjemput orgasmenya, namun masih ingin membuat ayah dari sahabat baiknya tersebut merasakan kepuasan yang luar biasa. Karena itu, ia pun membalas setiap genjotan pinggul Pak Syamsul dengan goyangan pinggul yang bisa memilin-milin batang penis pria tua tersebut.

“Ahhhh, nikmat sekali memek kamu, Wulaaaan,” geram Pak Syamsul. "Bapak gak tahan sama goyangan pinggul kamu, sayang."

“Kontol Bapak juga enak banget, jangan lupa keluarin di luar ya, Pak. Wulan gak mau hamil dulu, ahhh ...”

Beberapa menit kemudian, Pak Syamsul tampak sudah akan menjemput birahi. Ia pun mencabut penisnya dari vagina Wulan dan menggesek-gesekannya di payudara perempuan tersebut.

“Crrrrtt … Crrrtttt ….”

Sperma Pak Syamsul pun melesat keluar, hingga menyiram payudara, leher, hingga pipi Wulan. Merasakan hal tersebut, Pak Syamsul pun memejamkan mata demi menikmati gelombang birahi yang melandanya. Wulan langsung membersihkan sisa-sisa sperma yang ada di penis lelaki tua tersebut dengan mulutnya yang indah. Malam tersebut pun berakhir dengan kebahagiaan bagi mereka berdua.

Setelah itu, kedua insan yang kelelahan tersebut pun saling berpelukan di atas ranjang. Mereka masih sama-sama telanjang, dan hanya menutupi diri dengan selimut besar yang ada di atas ranjang tersebut.

“Jadi, besok kamu sudah harus kembali mengajar di bimbel ya, Sayang?” Tanya Pak Syamsul.

“Iya, Pak. Kan sudah tahun ajaran baru,” jawab Wulan yang kini telah memejamkan mata. Ia menyandarkan kepalanya di dada Pak Syamsul yang terbuka. Ia merasa sangat nyaman di dalam pelukan pria tua tersebut.

“Di bimbel kamu, banyak guru atau rekan kerja yang muda dan ganteng ya?” Tanya Pak Syamsul lagi.

Ia memang merasa kurang percaya diri alias minder dengan hubungan yang ia bangun dengan Wulan. Ia masih merasa bahwa mendapatkan Wulan adalah sebuah mimpi, yang sedikit lagi akan berakhir. Tanpa ia akui kepada orang lain, itulah salah satu alasan mengapa ia masih menahan diri untuk tidak menikahi Wulan saat ini.

Memahami apa yang dirasakan pasangannya, Wulan pun kembali membuka mata dan menatap mata Pak Syamsul. “Walaupun ada yang lebih muda dan lebih ganteng, Wulan akan tetap sayang sama Bapak. Jadi, jangan khawatir ya,” ujar Wulan. Perempuan muda tersebut pun langsung mengecup bibir Pak Syamsul dengan mesra agar pria tua tersebut makin yakin.

Mereka berdua tersenyum, lalu langsung memasuki alam mimpi dengan tenang.

---

Di sebuah hotel di kota S, Mila tampak terbangun karena haus. Aktivitas bercinta dengan sang suami beberapa jam sebelumnya membuat cairan tubuhnya benar-benar terkuras. Ia pun melangkah gontai mencari air minum, dengan hanya mengenakan bra dan celana dalam saja. Tubuh seksinya tampak terlihat di balik keremangan kamar.

Setelah meneguk segelas air putih dari kulkas, ia kembali ke tempat tidur dan merebahkan tubuh di samping suaminya. Ia mengambil smartphone miliknya yang tergeletak di meja kecil yang berada di samping tempat tidur. Di dalamnya, ia menemukan sebuah pesan yang belum terbaca. Ketika ia lihat, ternyata pesan tersebut berasal dari Pak Jarot.

“Salam kenal Mila cantik. Tentu saya akan menyimpan nomor kamu, karena kita pasti akan lebih sering bertemu setelah ini.”

Entah mengapa pesan dari Pak Jarot tersebut membuat darah Mila berdesir. Mengapa ia harus menyebut Mila cantik? Mengapa ia mengatakan bahwa mereka berdua akan lebih sering bertemu? Mila bisa merasakan kecurigaan terhadap Pak Jarot, tapi cepat-cepat menepisnya. Ia pun kembali tertidur sambil memeluk tubuh suaminya.
 
Terakhir diubah:
Kalian lebih suka episode dengan panjang yang seperti sekarang (sekitar 2000 kata), atau pengen yang lebih panjang?

Tapi kalau yang lebih panjang emang konsekuensinya butuh waktu yang lebih lama untuk post episode selanjutnya
 
Kalian lebih suka episode dengan panjang yang seperti sekarang (sekitar 2000 kata), atau pengen yang lebih panjang?

Tapi kalau yang lebih panjang emang konsekuensinya butuh waktu yang lebih lama untuk post episode selanjutnya

Udah lumayan & standar segitu mah Hu daripada gak update sama sekali, tp kalau bisa minimal 3K lah kedepannya.
:pandaketawa:
 
Kalian lebih suka episode dengan panjang yang seperti sekarang (sekitar 2000 kata), atau pengen yang lebih panjang?

Tapi kalau yang lebih panjang emang konsekuensinya butuh waktu yang lebih lama untuk post episode selanjutnya

Kalau saya ya seperti ini je yg penting updatenya lancar....
Wah bakalan ada konflict baru di kehidupan mila...sepertinya mila bakal menjadi lebih binal dan liar di belakang suaminya....
Bagaimana pula yg terjadi di kehidupan wulan pula.... apakah sama akan timbul watak baru dlm hidupnya atau pun tidak?
Sabar menanti kelanjutannya....
 
Mantaaabh ukhti @fathimah ..
Makasih updatenya.

Kalian lebih suka episode dengan panjang yang seperti sekarang (sekitar 2000 kata), atau pengen yang lebih panjang?

Tapi kalau yang lebih panjang emang konsekuensinya butuh waktu yang lebih lama untuk post episode selanjutnya

Sebetulnya mo panjang ato pendek gak masalah sih.. yang penting rutin.

Mulai menarik, Mila dapat pesan di teleponnya.
Nampaknya Jarot berusaha untuk kenal lebih dekat dengan Mila, dengan dalih untuk kelancaran bisnis.
Ada sesuatu yang ingin didapat oleh Jarot, sepertinya Jarot Inging tidur dan meniduri Mila.
Konflik mulai muncul.

Semoga ukhti @fathimah memunculkan karakter baru untuk menggoda Wulan.

Tetap semangat ukhti... :semangat:
 
Kalian lebih suka episode dengan panjang yang seperti sekarang (sekitar 2000 kata), atau pengen yang lebih panjang?

Tapi kalau yang lebih panjang emang konsekuensinya butuh waktu yang lebih lama untuk post episode selanjutnya

Yg seperti ini juga udah pas... di kisaran 2-3k cukuplah biar pemirsanya ga terlalu lama nungguin
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd