Part 30: Menjadi Kekasih
Di kantor, Egi terus menerus merasa uring-uringan. Ia tampak tidak bisa berpikir dengan tenang setelah kejadian Mila memergoki dirinya dan Bu Anita. Sampai sekarang, Mila sama sekali tidak mau menjawab pesan WhatsApp darinya. Hal ini pun berakibat pada performa kerjanya yang semakin menurun.
Hal tersebut diperparah karena Egi merasa Bu Anita pun tengah berusaha menjauh dari dirinya. Perempuan yang sebelumnya selalu mencari kesenangan birahi dari dirinya tersebut, seperti telah menemukan pelampiasan lain. Meski ia tidak tahu siapa.
Suatu ketika, Egi coba kembali menggoda Bu Anita dengan menghampiri atasan cantik tersebut di ruangannya.
"Selamat sore, Bu," ujar Egi sambil menutup pintu ruangan Bu Anita.
"Sore, Egi. Ada perlu apa?" Tanya Bu Anita sambil tetap fokus menatap layar monitor di hadapannya. Ia sama sekali tidak menoleh ke arah Egi yang baru masuk. Hal ini berbeda dengan biasanya, di mana Bu Anita akan menyambut Egi dengan senyuman manis begitu ia masuk.
"Memangnya harus ada perlu yah, kalau saya mau ke sini?" Goda Egi. Ia kemudian memposisikan diri di belakang Bu Anita yang masih duduk di kursinya. Ia kemudian langsung mengelus pundak Bu Anita yang tertutup kemeja berwarna putih.
Tanpa disangka, Bu Anita langsung menepis tangan Egi, sambil tetap fokus pada pekerjaannya. "Kamu apa-apaan sih, Egi. Ibu lagi sibuk neh," ujar Bu Anita.
Meski kaget, Egi tidak mau menyerah sampai di situ. "Ibu yakin, gak mau dibikin enak lagi sama saya?" bisiknya di telinga Bu Anita.
"Yakin," jawab Bu Anita lantang. "Mending kamu urus saja pacar kamu yang norak itu."
"Saya sudah putus kok sama dia. Sekarang tubuh saya cuma buat Bu Anita seorang," rayu Egi.
Bu Anita kemudian menghentikan aktivitasnya dan membalikkan kursinya hingga menghadap ke arah Egi. Ia menatap mata bawahannya tersebut dengan tajam.
"Dengar yah Egi. Mulai sekarang, jangan ganggu Ibu lagi. Hubungan kita sudah berakhir," ujar Bu Anita tegas.
"Tapi bu ..."
"Nggak ada tapi-tapi. Lebih baik kamu cepat keluar sebelum Ibu laporkan kamu ke bagian HRD," ujar Bu Anita lagi.
Egi pun hanya diam dan perlahan meninggalkan ruangan atasannya yang cantik dan seksi tersebut. Sepertinya, ia telah kehilangan semua perempuan yang dekat dengannya, membuat ia kembali merasa stres. Ia pun mencoba melepaskan kepenatannya dengan cara menyibukkan diri dengan pekerjaan.
Ketika jam pulang kantor, Egi tampak sedang merokok di lobby kantornya. Ketika rokoknya sudah habis setengah batang, ia melihat Bu Anita berjalan keluar kantor dengan langkah cepat. Ia sempat ingin menyusul atasannya tersebut, sebelum menyadari bahwa Bu Anita tengah menuju sebuah mobil yang sedang berhenti di lobby. Egi tahu betul kalau itu mobil Bu Anita, tapi siapa yang menyetir mobil tersebut? Apakah suaminya? Tapi bukankah mereka sudah hampir akan berpisah?
Egi pun berusaha menghabiskan roko yang ada di sela-sela jarinya, sambil berusaha menemukan jawaban yang jelas dari keanehan-keanehan yang terus terjadi di dalam hidupnya.
---
Begitu masuk ke dalam mobil, Bu Anita sudah ditunggu oleh seorang pria yang akhir-akhir ini selalu memuaskan birahinya. Tanpa menunggu lama, Bu Anita pun langsung mengecup bibir pria yang usianya jauh lebih muda dari dirinya tersebut. Pimpinan kantor nan cantik itu bahkan langsung berusaha melumat bibir tersebut sekuat tenaga.
"Sabar donk, tante cantik. Baru juga jam pulang kerja. Waktu kita kan masih panjang," ujar pria tersebut sambil mulai menjalankan mobil.
"Kamu kan tahu kalau aku selalu tidak tahan sama kamu, Irfan. Apalagi sama kontol kamu yang gede itu," ujar Bu Anita sambil meremas kemaluan Irfan dari balik celananya.
Ya, tanpa diketahui oleh Egi, orang yang menjemput Bu Anita adalah Irfan, sahabatnya sendiri. Irfan pula lah yang akhir-akhir ini menemani kesendirian Bu Anita dan memuaskan birahinya yang menggebu-gebu, setelah rumah tangganya dengan sang suami berantakan. Kejantanan Irfan yang luar biasa itu telah membuat Bu Anita yang masih cantik di usianya yang tidak muda lagi itu menjadi ketagihan.
Mereka berdua kini tengah menuju apartemen milik Bu Anita yang lokasinya tidak jauh dari kantor. Namun sepanjang perjalanan, Bu Anita tampak sudah sangat tidak sabar. Entah karena godaan dari Egi hari ini, atau memang dia sedang butuh pelampiasan birahi. Yang pasti, Bu Anita seperti sangat ingin menjemput syahwatnya hari ini.
Ia pun langsung membuka resleting celana panjang Irfan, lalu menurunkannya ke bawah. Sang pemilik celana tersebut yang tengah mengemudi pun hanya mendiamkan saja perlakuan Bu Anita. Ini bukan pertama kalinya Bu Anita melakukan hal tersebut ketika dia tengah menyetir mobil.
Begitu diturunkan, penis Irfan pun langsung melesat keluar. Pria tersebut ternyata sudah tidak mengenakan celana dalam. Saat di rumah, ia sudah akan mengenakannya, namun ia membatalkannya karena berpikir akan percuma karena toh nanti juga akan dilepas oleh Bu Anita. Ia sudah sangat mengerti kemauan lawan mainnya tersebut.
Tak lama kemudian, Bu Anita pun langsung menundukkan kepalanya di pangkuan Irfan, lalu memasukkan penis pria tersebut ke dalam mulutnya. Diperlakukan seperti itu, Irfan pun berusaha keras untuk tetap konsentrasi dalam mengemudi. Ia tidak khawatir ada orang yang akan melihat, karena kaca mobil tersebut memang cukup gelap. Namun ia khawatir kalau dia akan kehilangan konsentrasi karena kuluman Bu Anita yang terlalu nikmat, sehingga ia bisa menabrak kendaraan lain di depannya.
"Hmm, enak sekali kuluman kamu, Tante," ujar Irfan sambil mengelus-elus rambut Bu Anita dengan satu tangan. Sementara tangannya yang lain sibuk menahan setir. Untung saja mobil tersebut merupakan mobil matic, sehingga Irfan tidak perlu repot memindahkan gigi. Kepala Bu Anita nampak naik turun dengan irama yang pelan di atas penis Irfan.
Bu Anita tampak begitu bersemangat dalam memberikan layanan blow job kepada Irfan, hingga lelaki tersebut begitu khawatir kalau ia akan mengeluarkan sperma dalam waktu yang cepat. Irfan pun berusaha sekuat tenaga untuk memikirkan hal-hal lain, agar ia tidak cepat orgasme. Untungnya, begitu ia sudah merasa tidak kuat, mobil yang ia kendarai telah sampai di gedung apartemen milik Bu Anita.
"Sudah sampai neh, Tante," ujar Irfan.
Perempun berusia 35an tahun tersebut tampak kecewa. Namun ia tahu kalau ini hanyalah sedikit penundaan. Setelah ini, ia bisa merasakan kenikmatan yang luar biasa dari Irfan di dalam apartemennya. Tanpa ada yang mengganggu, seperti yang ia rasakan selama beberapa hari terakhir.
Mereka berdua pun berjalan bergandengan ke apartemen milik Bu Anita. Mereka sama sekali tidak canggung, karena apartemen itu memang cukup sepi. Begitu sampai, Bu Anita langsung menutup pintu. Sedangkan Irfan langsung memeluknya dari belakang dan langsung melucuti kemeja perempuan tersebut yang berwarna putih. Dalam sekejap, kemeja itu telah jatuh ke lantai, dan tubuh bagian atas Bu Anita yang seksi pun bisa terlihat jelas.
"Ahh, kamu nafsu banget sih, Irfan."
"Lebih nafsu mana sama Tante?" Ujar Irfan sambil mengecup bibir Bu Anita yang kini telah menghadapnya. Tangannya pun bergerilya ke bagian bawah tubuh Bu Anita, lalu meremas bokongnya yang seksi.
"Ngghhh ... Kamu selalu tahu cara memuaskan aku, Sayang."
"Enak mana sama Egi, Tante?"
"Jauh lebih enak kamu kemana mana, Irfan."
Dalam hati Irfan merasa senang mendengar hal itu, karena selama ini ia selalu menjadi nomor dua bila tengah bersama Egi. Sahabatnya itu selalu dipandang lebih ganteng, lebih kaya, dengan tubuh yang juga lebih bagus. Namun ternyata memang tidak ada manusia yang sempurna. Ternyata ada satu hal di mana Irfan lebih baik dibanding Egi, dan Irfan sangat bersyukur akan hal itu.
Irfan kemudian menggendong tubuh sintal Bu Anita menuju ranjang, lalu merebahkannya. Ia pun langsung menarik rok yang dikenakan perempuan tersebut ke bawah, sehingga Bu Anita kini hanya mengenakan bra dan celana dalam yang sama-sama berwarna hitam. Sangat kontras dengan kulitnya yang begitu putih.
Tak menunggu lama, Irfan langsung melepaskan celananya. Penis besarnya pun langsung melesat keluar. Ia kemudian juga menarik kaosnya hingga tubuhnya kini benar-benar bugil di atas tubuh Bu Anita. Tanpa bicara, ia langsung menindih tubuh Bu Anita dan mengecup-ngecup lehernya yang terbuka.
"Ahhhh," Bu Anita mendesah binal diperlakukan seperti itu. Syahwatnya yang begitu menggebu-gebu ketika masih muda, kini seperti muncul kembali ke permukaan. Ia pun memejamkan mata ketika tangan Irfan mencoba meraih kaitan bra miliknya dan melepas kaitan tersebut.
Payudara Bu Anita langsung menyembul keluar begitu bra tersebut terlepas, yang kemudian langsung disambut oleh Irfan dengan mulut yang terbuka. Dengan lihai, pria bertubuh buncit tersebut langsung menjemput puting payudara Bu Anita, dan menjilatinya. Perlahan, ia pun memasukkan puting tersebut ke mulut, lalu menghisapnya. Awalnya perlahan, namun lama kelamaan makin kuat, seperti seorang bayi yang tengah menghisap susu dari ibunya. Ia lakukan hal tersebut bergantian di payudara sebelah kiri, lalu payudara sebelah kanan.
"Terus, Irfan. Enak banget kuluman kamu," desah Bu Anita sambil menekan kepala Irfan agar lebih menempel ke payudaranya yang indah. Sesekali ia pun menjambak rambut Irfan ketika syahwatnya tengah memuncak.
Lidah Irfan terus menelusuri setiap senti payudara Bu Anita, mulai dari pangkal sampai ke ujung putingnya yang berwarna kecoklatan. Membuat pemiliknya nampak begitu terangsang, merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Apa yang dilakukan Irfan memang seperti membuatnya melayang. Selama ini suaminya tidak pernah melakukan hal nakal seperti kepadanya. Sedangkan Egi, meski pernah menghisap-hisap payudaranya, namun tidak pernah memuaskan birahinya karena ukuran penisnya yang kecil. Bersama Irfan, Bu Anita seperti mendapatkan semua yang dia inginkan dari sebuah hubungan seks.
Setelah puas menikmati payudara perempuan cantik tersebut selama 20 menit, Irfan kemudian meminta Bu Anita untuk mengambil posisi menungging. Irfan nampak sudah tidak kuat pula menahan birahinya, setelah sepanjang perjalanan penisnya terus diemut oleh Bu Anita. Diminta seperti itu, Bu Anita pun hanya menurut.
Irfan kemudian menarik celana dalam Bu Anita yang berwarna hitam, hingga tidak ada lagi selembar kain pun yang menutupi tubuh indah perempuan tersebut. Ia kemudian menjilati bokong Bu Anita dari belakang, membuat perempuan cantik tersebut kegelian. Lidah Irfan terus berpetualang menelusuri lubang anus hingga lubang vagina Bu Anita.
"Ahhh, binal sekali kamu, Sayaaaang. Suami aku tidak pernah kasih aku yang kayak begini," desah Bu Anita binal.
Irfan hanya tersenyum. Ia sangat menikmati bagaimana perempuan cantik tersebut menikmati rangsangan yang ia berikan, hingga takluk di hadapannya. Ia pun mengelus-elus punggung Bu Anita yang terbuka, sebelum kemudian menggesek-gesekkan penisnya yang besar di vagina Bu Anita.
"Bagaimana rasanya dientot sama pria gendut kayak saya, Tante?" Tanya Irfan.
"Nikmat sekali, Irfan. Kontol kamu besar bangeeet," ujar Bu Anita yang sudah tak sabar ingin menjemput birahinya.
"Sudah boleh saya masukin kontol saya?"
"Masukin cepetaaaaaaaannnn ...." teriak Bu Anita.
Irfan pun tersenyum senang. Tanpa menunggu lama lagi, ia pun langsung menanamkan penis besarnya ke dalam kemaluan Bu Anita. Perempuan cantik tersebut pun langsung memaju mundurkan tubuhnya, berusaha menjemput kenikmatan dari kontol Irfan yang besar. Sebaliknya, Irfan pun mulai memompa penisnya di dalam liang vagina yang indah tersebut dari arah belakang.
"Ahhh, sempit banget memek Tante ... Suaminya gak pernah ngajak ngentot yah?"
"Sering, Irfan. Tapi kontolnya kecil banget, jauh sama punya kamu, ahhhh," jawab Bu Anita. Dalam hati, ia merasa begitu terangsang dilecehkan seperti itu oleh pria muda bertubuh gemuk seperti Irfan.
Irfan kemudian menarik rambut Bu Anita hingga kepalanya mendongak ke atas. Di saat yang sama, ia pun kian mempercepat sodokan penisnya ke kemaluan perempuan cantik bertubuh seksi tersebut. Ia sama sekali tidak menyangka bisa mendapatkan kekasih sebinal Bu Anita.
Tanpa ia sadari, kian lama hasratnya kian memuncak. Bila diteruskan, maka penisnya akan segera menyemburkan sperma ke dalam vagina Bu Anita, dan persetubuhan tersebut pun harus disudahi untuk sementara. Irfan tidak mau hal itu terjadi. Ia masih ingin menikmati tubuh indah Bu Anita, serta memberikan kepuasan kepada perempuan tersebut.
Irfan kemudian menarik penisnya hingga lepas dari kemaluan Bu Anita.
"Koq dilepas, Irfan?" Tanya Bu Anita kecewa.
"Aku mau ngasih kepuasan terbesar sebelum orgasme, Tante," ujar Irfan sambil tersenyum.
Irfan lalu menarik Bu Anita turun dari ranjang dan menuju sebuah meja yang ada di apartemen tersebut. Ia kemudian meminta Bu Anita untuk meletakkan tangannya di atas meja, lalu memundurkan pinggulnya hingga seperti tengah menungging. Tak lama, Irfan langsung mengelus-elus pantat Bu Anita dari belakang, serta menggesek-gesekkan penisnya ke liang anus perempuan cantik tersebut.
Pria bertubuh gemuk tersebut kemudian memeluk tubuh telanjang Bu Anita, dan meremas-remas payudaranya yang berisi. Penisnya pun mulai bergerilya, kembali mencari lubang kemaluan Bu Anita. Begitu ia menemukannya, Irfan pun kembali menghujamkan penis besarnya ke dalam.
"Ahhh, nikmat banget dientot di posisi ini, Irfan. Kamu pinter banget muasin aku," desah Bu Anita.
"Memek Tante juga enak banget disodok di posisi kayak gini, ahhhh," jawab Irfan.
Lelaki tersebut pun berniat menuntaskan birahinya dengan posisi tersebut. Ia terus meremas-remas payudara Bu Anita, sambil mencubit-cubit putingnya yang tegang, sembari memompa pinggulnya hingga bersentuhan dengan pinggul Bu Anita yang begitu seksi.
Namun tiba-tiba, Irfan merasakan sebuah perasaan aneh di dalam dirinya. Mendadak ia mengingat kejadian di rumah Mila. Ia masih ingat betul bagaimana bentuk payudara mantan pacar sahabatnya tersebut tercetak di kaosnya yang ketat. Ia pun ingat betapa seksinya pantat Mila ketika dilihat dari belakang. Memori tersebut membuatnya semakin terangsang. Wajah cantik Mila yang berbalut jilbab panjang pun terpatri jelas di ingatannya.
Irfan seperti lupa siapa perempuan yang tengah ia setubuhi. Namun di saat itu, ia justru membayangkan bahwa ia tengah menyetubuhi tubuh indah Mila, bukan Bu Anita. Ia membayangkan betapa indahnya tubuh perempuan muda berjilbab tersebut, betapa indah payudaranya ketika ia sentuh, dan betapa empuk pantatnya apabila ia remas.
"Ahhh ... seksi banget tubuh kamuuu ..." desah Irfan. Bu Anita sama sekali tidak tahu bahwa desahan tersebut sebenarnya ditujukan bukan untuk dirinya, melainkan untuk perempuan lain yang bernama Mila.
Membayangkan tubuh Mila, gairah Irfan benar-benar seperti meledak. Pompaan penisnya semakin cepat, desakannya pun semakin dalam, membuat Bu Anita benar-benar tergila-gila dengan permainan tersebut. Ia merasakan perbedaan dari gaya bersetubuh Irfan, yang kini lebih energik dan lebih penuh gairah. Namun ia justru merasa bangga, karena merasa semua ini akibat keindahan tubuhnya.
"Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh ...."
"Nggggjhhhhhhhh ... "
Kedua insan tersebut sama-sama berteriak, mengeluarkan desahan terakhir mereka sebelum menuntaskan birahi. Tak lama kemudian, Bu Anita pun mendapat orgasme untuk kesekian kalinya di hari itu. Semburan cairan cinta tersebut pun disambut dalam waktu yang hampir bersamaan dengan orgasme yang dialami oleh Irfan.
Pria muda tersebut langsung ambruk sambil memeluk tubuh putih Bu Anita. Ia memejamkan mata, dan di pikirannya kini ia membayangkan betapa menggairahkannya tubuh Mila ketika baru saja selesai dihajar oleh kemaluannya yang perkasa.
"Terima kasih, Irfan. Enak banget dientot kamu ... Muuuaacch," Di dalam bayangan Irfan, Mila yang tengah bugil tanpa busana tampak menggigit bibir bawahnya, lalu mengecup bibir Irfan begitu dalam.