Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PENGIKUT ALUR (A SLICE OF LIFE & SEX)

Bidadari pendamping Yas favorit suhu di sini?

  • Inne

  • Dita

  • Ojay


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Sebelumnya Dita ke Jogja, Yassar juga balik ke kantor lama yang di Jogja. Semoga nanti banyak scene Dita dikelonin Yassar XD
 
26
Sebelum mata terbuka, pundak dan bagian leherku rasanya sakit-sakit. Bagian lengan seperti tertimbun sesuatu, kaku sekali rasanya.
“Aaahhh... hhrrrggghhh...” aku mencoba menelentangkan tangaku ngulet.
Namun tiba-tiba aku mendengar dengusan nafas yang memburu di sebelah kiri kupingku.
“Eh?”
“Jadi berangkat nggak sih, Mas!?”
“Gimana sih? Bukannya siap-siap! Ditinggal bentar ke bawah udah beda alam aja! Jadi nggak sih!?”
“Hah?” tanyaku kebingungan.
“Huh hah hah hah! Dari tadi ya aku nungguin udah sejam lebih, kamu malah tidur! Disuruh shalat juga malah gak denger!”
Ia berdiri di hadapanku yang masih rebah di kasur, ia berkacak pinggang dengan wajah yang melotot ke arahku bersungut-sungut.
“Bleduggg...” lemparan tas mendarat tepat di wajahku.
“Kebiasaan disuruh shalat malah tidur!”
Kulihat wajahnya masih kaku, dahi mengkerut, menandakan emosi yang masih ada. Melihat itu aku buru-buru bangkit dan meraihnya untuk menenangkan.
“Eh, maaf-maaf! Hehe, iya ini mau shalat mau okeee???”
“Buruan!”
“Iyaaa... iyaaa...” ucapku ngibrit.
“Haaahhh... astaghfirullaaahhh...” ucapnya sembari mengambrukan diri ke kasur.
Aku termenung di dalam kamar mandi, menatap wajah sendiri yang berantakan di cermin.
“Jadi yang semua hanyalah...” ucapku dalam hati.
“Mas! Lagi apa sih? Wudhu mah wudhu aja gak sekalian acara ngelamun!”
“Eh! Iyaaa... iyaaa...”
Segera secepat mungkin aku bergerak cepat waswiswus gak karuan, sampai akhirnya aku hendak keluar dari kamar mandi dengan berlari kecil.
“Sssllhhh...”
“Bledddughhh...” naas, aku terpeleset dengan kaki yang terbang ke atas.
“Maaassss...!!!” ia berteriak dengan mata tajam bak elang menerkam mangsa.
“Hehehe... licin, maaf-maaf...” jawabku yang langsung buru-buru bangkit menahan sakit.
Ia langsung turun dari kasur menghampiriku, sepertinya khawatir.
“Gak apa-apa, Mas?”
“Nggak, hehe...” jawabku menggelengkan kepala seraya memegang pinggang.
“Plakkk...” tiba-tiba tangannya mendarat di keningku.
“Rusuh!” ucapnya kembali melengos di hadapanku yang terbengong-bengong.
Ia kembali rebahan memainkan ponselnya, aku tak berani memulai percakapan. Serba salah posisinya kalo begini, heuheu. Tanpa ba-bi-bu sesegera mungkin aku menunaikan kewajiban. Aku lirik sebentar ke arahnya. Dia diam masih sibuk dengan ponselnya.
“Apa lirik-lirik? Shalat!”
“I-iya...”
Memang begitu urusannya dengan si manis ini, gak main-main kalo masalah ginian, beuhdalah.
Beberapa saat setelah menunaikan shalat ia mulai bergeming kembali.
“Sini, Mas!” ucapnya yang masih dengan ekspresi menegangkan.
Aku menghampirinya dan menyodorkan tangan, kukira ia hendak salim seperti biasanya. Tapi ia mengabaikan tanganku begitu saja.
“Euuu... hehe... apa?”
Ia masih menatapku tak bergeming, aku garuk-garuk kepala yang tak gatal larak-lirik sana-sini dengan tampang blo’on.
“Mimpiin siapa tadi?” dengan nada penuh ancaman.
“Hah?”
“Halah, gak usah so amnesia deh!”
“Buset, dia tau tadi aku mimpi? Gimana ini?” lirihku pelan.
“Gak usah pelan gitu, gak jelas! Yang jelas ngomongnya!” jawabnya masih sengit.
“Eeeuuu... hehe...” jawabku kembali menggaruk kepala.
“Haarrrgghhhh...” ucapnya yang kemudian menikam leherku dengan tangannya.
“Haih... jawab nggak?!”
“Iyaaa... iyaaa... mau dijawab...”
“Ya udah sok jawab cepet! Mimpiin siapa?”
“Mimpiin Bu Inne? Bisa-bisanya mimpiin dia di kamar aku, lagi berduaan sama aku!” ia semakin mengencangkan cengkramannya di leherku.
“Ayo jawab! Gak bakalan dilepas pokoknya kalo belum dijawab!” sambungnya.
Ia mencengkram leherku dari belakang, sedangkan kedua kakinya mengait pinggangku.
“Mim... mimpi... mimpiin kamu... hahhh... hahhh...” jawabku dengan nafas tersenggal karena cengkraman tangannya di leherku.
“Hm boong banget!” jawabnya ketus.
“Eh! Aslinya, sumpah demi apapun...”
“Apapun?” kini ia mulai melonggarkan tangannya, hanya mengalungkannya saja di leherku.
“Haahhh... hahhh...” kini aku bisa bernafas dengan lega.
“Jangan boong!” sambungnya kemudian seraya mencubit pinggangku.
“Aih... eh! Eh! Nggakkk... gak boong...”
“Mimpi apa sampe mendesah-desah gitu hah!?”
“Mimpi dikejar setan sama kamu...”
“Plak...” pipiku ditabok.
“Bagus! Makanya kalo disuruh shalat langsung buru-buru, bukannya tidur!”
“Mwahhh...” tiba-tiba ia mecium pipiku.
“Benci sama Mas Yassar! Fuck you!”
“Yeah fuck me baby...” jawabku.
Ia melotot.
Tangannya hendak melemparkan sesuatu ke arahku.
“Eh! Iya-iya nggak! Maaf!”
“Kekerasaan mulu...” sambungku.
“Bodo!”
“Tuman!”
“Bodo amat!”
“Sana bilang sama pacarnya!”
“Huuu...”
“Wleee...”
Aku bangkit untuk menangkapnya dan menggilitiknya.
“Apa? Apa? Apa? Mau apa?”
“Ih! Hahaha... Mas... Mas... hahaha geli, Mas... ampuuun ih! Mas... hahaha...” ucapnya yang tak bisa berkutik di pelukanku.
“Udah ah udah udah... capek ih!” rengeknya.
“Cium dulu...” jawbaku.
“Gak mau!”
“Gak mau! Gak suka shalat!” sambungnya.
“Lah haha... kan tadi udah!”
“Harus dipaksa dulu!”
“Biar jadi pahala buat kamu...”
“Terus aja terus kuah cilok!”
“Hahaha...”
“Maasss... berubah dong! Masa gini terus sih!”
“Iyaaa...”
“Janji?”
“Pelan-pelan...”
“Mau bantu?” sambungku.
“Nggak! Capek!”
“Mwahhh...” kemudian ia mengecup bibirku.
“Mwahhh...” aku melumat bibirnya menghisap lidahnya.
“Mwahhh... hmmhhhh... sllrrpppp... ssllrrppp...”
Ia mendorong dadaku pelan.
“No! kita udah telat! Gak ada gak ada!”
“Katanya fuck me...”
“Mas!” ucapnya melotot.
“Eh, iyaaa... iyaaa...” aku langsung beringsut mengemasi barang-barangnya, sedangkan ia masih menatapku dengan tajam.
“Cabul!”
“Gak suka!” sambungnya.
“Gak suka?”
“Gak suka! Kalo lagi kayak gini! Gak mood kamu mimpiin Bu Inne!”
“Woy!” protesku.
Sialan, semesta kali ini memberikan prank padaku. Aku tak banyak membela, mungkin ia menyaksikan sekaligus mengamati selama aku bermimpi. Ya sudahlah, mau gimana lagi? Tapi yang jelas, Ojay sangat menggoda sekali ketika ia terbakar cemburu, meskipun ia berusaha menutupinya. Semakin aku menggodanya, semakin gemas tangan ini untuk mencumbunya, haha. Ya sudah, kali ini ikuti alurnya saja, kita lihat kedepannya bakal gimana.
27
Di sebuah kos-kosan terdengar sebuah percakapan di antara mereka, sepertinya kedua orang yang begitu dekat saling bertukar cerita dan memberi kabar.
“Iya, Teh... alhamdulillah terpilih untuk mewakili, hihi...”
“Oh iya syukur sayang kalo gitu, semangat yaaa. Awas siapin sepenuhnya jangan lupa. Kalo butuh apa-apa bilang aja ke Teteh atau ke Aa, pasti support kok selama yang kamu butuhin itu penting...”
“Hehe iya, Teh, pasti bilang kok kalo ada apa-apa...”
“Ada berapa orang yang lolos terpilih, Neng?”
“Ada 3 teh sama aku, ya doain aja yang terbaik pokoknya. Persiapannya masih banyak kok ada 3 bulan lagi...”
“3 bulan lagi? Wah Teteh juga udah di sana atuh kalo gitu mah, nanti bulan depan Teteh udah kelar kerjaan kok, hihi...”
“Wah? Serius? Asyiiikkk... gak sabar bangettt...”
“Iya haha... udah ketemu sama Aa belum? Udah diobrolin?”
“Hmmm... belum, Teh. Takut Aa-nya lagi sibuk hehe...”
“Eh? Tumben? Tapi sama Teteh masih kontekan tiap hari kok... kirian udah ketemu...”
“Belum, hehe... emang Aa hari apa ke sini?”
“Dia ke Jogja sekarang katanya lagi otw sama Mbak Ojay...”
“Ooohhh gitu ya, Teh... ya udah deh nanti aku temuin Aa kalo... aaahhh... mmhhh...”
“Eh? Neng? Kenapa?”
“Nggak, Teh, nggak, hehe... ini ada kecoa kaget...”
“Ish kirain kenapa... gak apa-apa bener?”
“Iya Teteh sayang... bener aku gak apa-apa kok... mmmhhh...”
Inne mengernyitkan dahi untuk kesekian kalinya, mencoba untuk menerka-nerka.
“Beneran ya?”
“Iyaaa...”
“Ya udah, Teteh mau kuliah dulu, tiati yaaa, jaga kesehatan di sana. Kalo ketemu Aa salamin dari pacarnya yang cantik banget, haha...”
“Haha iya siap, Teh... babayyy...”
Dita kemudian menyimpan kembali hpnya sembarangan di kasur.
“Aaahhh... mmhhhh... sayang... kan aku lagi nelepon dulu...”
“Haaarrgghhh kamu nafsuin sayang...”
*klekkk...* Inne buru-buru mematikan teleponnya seketika dengan mata yang melotot dan bibir yang menganga.
28
Sementara itu di tempat lain, di jalan tol Yas sedang berbincang dengan santai dengan Ojay di dalam mobil yang kini situasinya sudah mulai membaik.
“Hahaha... lagian, kamu ada-ada aja, Mas. Masa mimpinya gitu, haha...”
“Ya gak tau aku juga kenapa mimpinya gitu, hehe...” jawab Yas dengan wajah merah.
“Jadi malu ih, aku kira kamu mimpi aneh gitu sama Bu Inne, haha. Aku udah kesel banget tau, Mas...”
“Yeuuu makanya, kalo apa-apa jangan dulu kebawa emosi...”
“Ya biarin dong, hidup-hidup aku, kok Masnya yang ngatur ya? Wle...” jawab Ojay memeletkan lidah.
Yas hanya tersenyum merespons itu, ekspresi wajah yang menggoda sekaligus gemas, tak kuat Yas menahan untuk mengunyel mukanya. Akhirnya tangan kirinya mengunyel kedua pipi gadis itu.
“Hahaha... apa sih pegang-pegang, gak boleh pegang-pegang tau kalo lagi nyetir, bahaya!” ledek Ojay.
“Tidak tahu, tangan ini seperti mempunyai sensor tersendiri untuk membelai pipimu yang lembut bak salju...”
“Huuueeekkkk...”
“Hahahaha...”
“Mas Yassar gombal nih Buuu...”
“Eh, Mas! Mas! Bu Inne kalo di kampus suka digodain mahasiswa tau, Mas! Kamu tau gak?” sambungnya.
“Pastiii...”
“Mas nggak cemburu?”
“Ya cemburu, manusiawi. Tapi itu kan gak bisa diatur sama aku dia digombalin sama siapa aja. Makanya aku atur aja biar tetap santuy di tengah gempuran anak Bu Bos yang masya allah ini...”
“Heh! Bener-bener yaaa. Hahaha...”
“Cari validasi terus nih, mau diphk?”
“Ish jelek gitu ngancemnya...”
“Haha aku komporin mama aaahhh...”
“Wah perjuanganku selama ini sia-sia hanya karena tipu daya wanita...”
“Bisaaaa ajaaaa counternya hahaha...”
“Mas kalo gak jadi sama Bu Inne, kabarin aku yaaa... hahaha...” sambungnya.
“Iya dikabarin nanti lewat pos...”
“Kok lewat pos?”
“Biar surprise...”
“Oke deh... haha...”
“Mas mampir makan dulu dong, laper niii...” sambungnya.
“Jodoh...”
“Hah?”
“Sama laper, hehe...”
“Ya allah... hahaha...”
*bersambung*​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd