Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Pengalaman Magang Berharga Untuk Nia

mamatmetal69

Suka Semprot
Daftar
12 Apr 2018
Post
13
Like diterima
309
Bimabet
Permisi Subes, Mimin dan Momod sekalian.

Izinkan nubi untuk kembali menyampaikan cerita original karangan nubi sendiri yaa.

Cerita ini masih satu universe dengan kisah Dimas di thread ini, tapi karena udah terlalu lama dan ga sempet ane update karena kesibukan, thread itu ditutup jadinya.

Selamat menikmati :beer:

-------

Hari Senin ini aku berangkat ke kantor seperti biasa, dengan mengendarai mobil melalui kemacetan Jakarta, aku sampai di kantor 30 menit setelah berangkat dari apartemenku. Hari ini kantorku kedatangan mahasiswa dari beberapa universitas yang akan memulai program magang di kantorku. Aku bukan orang yang in charge dalam recruitment sehingga tidak banyak mengetahui mengenai program magang tersebut, yang aku tahu akan ada 2 orang anak magang yang ditempatkan di divisi yang kukepalai yaitu divisi financial services.

Sekitar pukul 9.30, salah seorang staff HR di kantorku datang ke ruanganku bersama dua orang anak magang. Satu orang pria dan satu orang wanita, namanya Putra dan Nia. Setelah memperkenalkan diri aku mengetahui bahwa mereka berdua kuliah di jurusan fiskal pada salah satu universitas di Jakarta dan merupakan teman seangkatan. Setelah seminggu memulai program magang di divisiku, aku mulai mengenal karakter masing-masing anak magang ini, Putra anak yang baik dan cerdas, dia cukup sopan untuk seorang gen z, sedangkan Nia lebih menggambarkan seorang gen z, buru-buru, cuek, dan mudah baper. Aku memang cukup old fashioned, aku tidak cukup nyaman untuk bekerja dengan tim yang diisi oleh anak-anak muda jaman sekarang, menurutku mereka tidak mau belajar banyak dan serba instan. Untuk seorang pria berumur 35 tahun sepertiku, sikap seperti itu cukup mengganggu.

Selama dua minggu magang, Putra dan Nia tidak cukup banyak terlibat dalam project yang sedang dikerjakan oleh divisiku, mereka lebih banyak membantu staffku dan tidak berkomunikasi denganku. Namun di hari itu tiba-tiba terjadi hal yang tidak diinginkan, salah satu klienku membutuhkan laporan keuangan yang dibuat dalam waktu singkat, padahal hampir seluruh timku sedang sibuk karena ini merupakan waktu perusahaan-perusahan membuat laporan keuangan tahunan. Akhirnya aku memutuskan untuk men-take over pekerjaan tersebut sendiri, aku memanggil Putra dan Nia untuk meminta mereka membantuku menyiapkan jurnal keuangan. Aku tidak mau membebani mereka dengan pekerjaan yang cukup berat, perkiraanku jurnal tersebut dapat diselesaikan dalam waktu 5-6 saja karena memang transaksi klienku ini tidak cukup banyak. Aku secara rata membagi pekerjaan kepada Putra dan Nia.

Di hari itu, aku melihat Putra secara giat mengerjakan pekerjaannya, sedangkan Nia banyak bercanda dengan staffku, aku juga melihat Nia mengambil cigarette break yang cukup lama di jam 3 sore. Hari itu adalah hari Jumat, suasana kantor agak lebih santai karena menjelang weekend. Putra masih serius mengerjakan tugasnya sedangkan Nia melupakannya dan ikut bercengkrama dengan staff yang lain. Tiba di jam 5 sore, aku menghampiri meja Putra dan Nia untuk menanyakan hasil pekerjaannya.

“Gimana jurnalnya udah selesai?” tanyaku pada mereka.

Putra menjawab, “sudah bang, ini saya tinggal kirim ke email abang.”

“Sip, thanks ya.” Jawabku. “punya lo gimana Nia?” sambungku pada Nia.

“belum bang, masih empat bulan lagi.” Jawabnya sambil mengetik di laptopnya.

Aku menyerengit melihat Nia, “dari tadi lo kemana aja? Sibuk bercanda sih.” Ujarku yang sudah mulai agak badmood. “kalo lo mau magang haha hihi doang mah di kementerian sana. Bodo amat, gw ga mau tau harus selesai hari ini.”

Aku lalu kembali ke ruanganku. Oiya, ruanganku berada di belakang kubikel-kubikel tempat staff dan anak magang bekerja, mejaku menghadap kubikel-kubikel tersebut sehingga aku bisa memperhatikan mereka. Sekitar pukul 6 sore, aku melihat Putra menawarkan untuk membantu Nia, namun sepertinya Nia cukup baper dengan perkataanku tadi. Dia tampak menolak tawaran Putra dan berusaha menyelesaikan sendiri. Akupun kembali bekerja karena cukup banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Sekitar jam 8 malam aku keluar ruangan dan mengambil air minum di dispenser, aku melihat tinggal beberapa orang yang berada di kantor, divisiku sendiri habis dan hanya menyisakan Nia. Setelah mengambil air, aku merasa agak bersalah karena terlalu keras kepada Nia, padahal dia hanya magang ditempatku. ketika aku akan kembali ke ruanganku, aku mencoba untuk kembali berbicara dengan Nia.

“Gimana, udah selesai?” tanyaku pada Nia.

“Sedikit lagi bang, aku masih cek ulang.” Jawabnya.

“Oke makasih ya, oiya btw gw minta maaf ya kalo terlalu keras sama lo.” Ujarku pada Nia. “gw pengen lo lebih dewasa, coba deh lebih serius.”

“iya bang, maaf kalo aku kebanyakan mainnya.” Nia menjawab sambil terlihat kecut.

“gapapa, jangan dimasukin hati ya.” Aku menjawab sambil berjalan kearah ruanganku. “sebagai permintaan maaf, nanti gw traktir lo deh.”

Tiba-tiba Nia tersenyum dan melihat kepadaku. “asiiiik, bener yaaaa bang.” Jawabnya sambil cengengesan. “Bang Dimas emang paling baik deeeeeh.”

“selesaiin dulu kerjaan lo baru tagih traktiran.” Jawabku cuek sambil masuk ke ruanganku.

Setengah jam kemudian Nia mengetok pintu kaca ruanganku. “Bang udah aku email yaa jurnalnya, tolong dicek.” Nia berbicara kepadaku di depan pintu ruanganku.

“Oke bentar gw lihat, sini masuk.” Aku menjawabnya sambil membuka email darinya. “Oke, tinggal di finalisasi hari senin besok.”

“abang masih marah yaa sama aku.” Nia berujar sambil memainkan ujung bajunya.

Oiya, Nia memiliki tinggi badan sekitar 160 cm, badannya semok dan cenderung besar, namun itu juga diakibatkan karena ukuran payudaranya yang cukup besar. Taksiranku mungkin ukurannya sekitar 36D, rambutnya panjang sepunggung berwarna coklat gelap dan agak bergelombang, tipikal anak jaman sekarang.

“Kagaa, lo mau di traktir apa?” tanyaku. “Abis ini mau kemana?”

“apa aja deeeh bang, aku ga kemana-mana.” Jawabnya.

“boong banget jumat malem langsung pulang. pacaran kan lo?” tangkisku.

“Mana punya pacar abaaaang. Aku maunya juga ga langsung pulang, tapi ga ada yang ngajakin keluar, sedih.” Nia kembali membalas. “Ajakin nongkrong dong baaang.”

Aku membalas permintaan Nia dan mengajaknya pergi ke bar langgananku “Mau lo? Yuk gw abis ini mau ke bar, ikut aja.”

“Mauuu, asik aku siap-siap yaa bang.” Nia menjawabku dan kemudian kembali ke mejanya.

Kemudian aku dan Nia berangkat ke sebuah bar di Jakarta Selatan, bar ini sangat menyenangkan untuk ngobrol karena musiknya santai dan tidak terlalu kencang, Kami duduk bersebelahan dan memesan minuman, aku memesan segelas whisky dan Nia cocktail. Kemudian kami ngobrol panjang sekitar 2 jam. Kami membicarakan banyak hal mulai dari latar belakang Nia dan aku yang bercerita mengenai perceraianku padanya. Memang aku cenderung menjadi oversharing ketika agak tipsy.

Setelah 2 gelas whisky yang kuminum dan beberapa cocktail untuk Nia, tiba-tiba musik memutarkan lagu ABBA – Dancing Queen, Nia ternyata menyukai lagu tersebut dan mulai bernyanyi. Aku juga ikut bernyanyi bersamanya, Nia memegang tanganku seolah memintaku berdiri kemudian kami bernyanyi sambil berjoget ringan. Tanpa kusadari, aku menarik Nia dan merangkulnya, Nia tidak menolak rangkulanku dan terus bernyanyi bersama. Kami saling memandang sambil bernyanyi.

Setelah selesainya lagu, kami kembali duduk di kursi kami sambil tertawa, kami melanjutkan ngobrol sekitar 15 menit sampai dengan aku menyadari bahwa aku meninggalkan handphoneku di meja kerjaku.

“Anjir gw baru sadar, handphone gw ketinggalan dikantor nih.” Aku berbicara kepada Nia setelah meraba-raba kantong celanaku. “Balik yuk, gw takut ada email kerjaan.”

Nia tidak menjawab namun mengangguk, aku kemudian memanggil waiter dan membayar tagihan kami, kemudian kami menuju basement dan menuju mobilku. Ketika menyalakan mesin aku memandang kepada Nia. Tiba-tiba Nia mendekat kepadaku dan mencium bibirku. Aku membalas ciumannya, kami berciuman cukup lama, Nia kemudian meraba celanaku dan meremas selangkanganku, penisku yang sudah mulai tegang terasa di tangan Nia dan dielus-elus olehnya.

Sambil menyelesaikan ciumanku, aku berbicara lirih kepada Nia. “lanjut di Apartemenku aja ya.”

Nia tidak menjawab tapi mengangguk, aku kembali berbicara kepadanya. “Tapi sebentar ya, kita ke Gedung kantor 5 menit, ambil handphone dulu.”

Sepanjang jalan, Nia memeluk tangan kiriku dan bersandar di bahuku. 5 menit kemudian kami sampai di gedung kantor, aku parkir di basement dan kemudian bertanya kepada Nia.

“kamu mau disini atau ikut ke atas?”

“Ikut aja, serem sendirian disini.” Jawab Nia.

Kemudian kami bergandengan menuju lift dan naik ke lantai kantor kami, aku segera membuka kantor dengan sidik jariku, karena ada CCTV kantor, Nia melepaskan pelukannya padaku di lobby kantor, lalu kami segera menuju ruanganku. Kantor sudah tidak ada siapa-siapa lagi, tapi memang karyawan bisa masuk ke kantor menggunakan akses sidik jari.

Tiba-tiba Nia menutup pintu kaca ruanganku, dengan ganas dia mendorongku ke lemari dokumen di belakang mejaku dan membuka resleting celanaku. Dia mengulum penisku dengan ganas. Untungnya tidak ada CCTV yang mengarah ke ruang kerja.

“Aargghhh isep yang dalem sayang, telen.” Aku meracau. Hisapan Nia luar biasa enak, dia memainkan lidahnya di kepala penisku.

Nia menghisap penisku lumayan lama, sekitar 15 menit sambil sesekali mendongakan kepala dan melihat kearah mataku yang sedang berdiri pasrah menikmati hisapannya. Aku yang merasa akan orgasme mencoba menarik keluar kepala Nia. Aku tidak mau untuk mengeluarkan sperma dan membuat berantakan kantorku. Ternyata Nia melawan, dia terus menghisap dan makin ganas, aku berbisik, “jangan, nanti keluar dan berantakan.” Tapi Nia terlihat tidak peduli dan terus mengulum penisku. Akhirnya aku orgasme dan mengeluarkan sperma di mulut Nia. Gilanya, Nia menelan semua spermaku.

“Kontol kamu enak banget buat disepong, pas dimulut.” Ujar Nia sambil merapihkan rambutnya.

Aku cuma bisa terdiam, ini anak binal luar biasa. Setelah sekejap terpana, aku merapihkan celanaku dan mengambil handphoneku. Libidoku belum usai, aku masih mau menikmati vagina Nia. Kemudian aku menarik Nia dan mengarah ke luar kantor, setelah tiba di basement dan masuk mobil kemudian aku berkata pada Nia.

“Belum beres ya, pokoknya malam ini kamu harus terima balasanku.” Ujarku pada Nia.

Nia hanya tersenyum cengengesan dan tidak menjawab, aku mengarahkan mobilku ke apartemenku, setelah sampai dan mengunci pintu apartemen, aku segera mencium bibir Nia, dia membalasku dengan binal, lidah kami bertautan, liur kami silih berganti pindah rongga mulut. Setelah puas berciuman di depan pintu, aku menarik Nia ke kamarku, kurebahkan dia di kasurku dan kemudian aku melucuti seluruh pakaian di badannya. Aku mulai dari mencium bibirnya, turun ke lehernya, kugigiti kecil putingnya, kujilati perutnya dan kemudian turun ke vaginanya. Vagina Nia berwarna pink dan bersih dari bulu, terlihat sepertinya baru saja di waxing. Aku mengigiti kecil klitorisnya sambil mengocok vaginyanya menggunakan dua jari tangan kananku, sedangkan tangan kiriku berkelana memintal-mintal putting susunya. Nia meracau keras, mendesah dan berteriak kenikmatan. 15 menit berselang Nia mengalami orgasme pertamanya. Aku segera membuka seluruh pakaianku dan penisku yang sudah kembali keras menjulang tinggi. Tidak kuberikan istirahat, segera kuhantam penisku ke dalam lobang vaginanya. Nia kembali meracau dan melenguh.

“Aaaaaahhhh enak banget bang, terus bang.” Nia meracau sambil terengah-engah.

“Memek kamu enak banget, aku mau yang kayak gini setiap hari.” Aku menjawabnya sambil memompa penisku di dalam vaginanya.

15 menit dengan posisi missionary, aku meminta Nia untuk menungging. Kali ini aku hajar dia dengan posisi doggy.

“Emang boleh ya bang seenak ini?” Nia berbicara sambil terengah-engah mencoba bercanda denganku.

“Shut up gen z.” jawabku “take this and feel my penis.”

Nia kemudian memintaku mencabut penisku dan mendorongku ke kasur, kali ini dia mau gentian di atas. Nia menduduki penisku dan memasukannya kedalam vaginanya, ternyata dia meminta ganti posisi untuk mengejar orgasme keduanya. Tidak lama, Nia kejang dan bergetar hebat kemudian roboh ke dadaku. Ia mengalami orgasme keduanya yang fantastis. Aku tidak mau kalah, aku posisikan Nia terlentang dan kembali kupompa vaginanya dengan posisi missionary.

10 menit kemudian aku merasa akan segera orgasme. Kucabut penisku, tiba-tiba Nia menariku dan merebahkanku di atas Kasur, kemudian dia kembali mengulum penisku dengan ganas, aku mengalami orgasme kembali di mulutnya. Untuk kedua kalinya Nia menelan seluruh spermaku.

“Enak kayak keju.” Ujarnya kecil setelah menelan seluruh spermaku.

Malam itu kami bermain 2 ronde lagi, kami tertidur dan terbangun pada pukul 2 siang keesokan harinya. Setelah makan siang bersama, aku mengantarkan Nia pulang ke rumahnya, ternyata rumah Nia sangat besar di sekitaran permata hijau. Dikemudian hari aku mengetahui bahwa ternyata bapaknya Nia adalah seorang pejabat di salah satu lembaga negara.

Sejak kejadian itu, aku sering berhubungan dengan Nia. Hampir setiap minggu Nia menginap di apartemenku. Namun aku dan Nia tidak pernah pulang dan berangkat kerja bersama, kami selalu memisahkan diri, kadang Nia membawa mobil sendiri atau naik taksi. Tiga bulan kemudian, masa magang Nia telah berakhir. Seiring berjalannya waktu hubungan kami merenggang dan kami sudah sangat jarang berhubungan seks lagi.

Beberapa bulan kemudian, muncul batch baru anak magang di kantorku. Tiba-tiba pikiran liarku kembali teringat dengan Nia.

“Ada yang bisa digarap lagi gak yaa….”
 
Udah lama gak baca single shot story kayak gini,, selesai 1 episode n tetep ngacengin..

Mantaap Suhu.. ditunggu kisah anak magang lainnya..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd