Part-36 BDSM di Puncak 3
Setelah kami makan siang ceweku tertidur pulas, kami pun ngantuk. Seperti pepatah bilang "Kalau lpar ngamuk, begitu kenyang ngantuk."
Bak anak kecil kami tidur siang dalam keadaan telanjang bulat. Waduh selain suka eksibin ceweku, suka BDSMin ceweku, kami sekarang jadi kaum nudist juga.
Sore hari saat kami bangun aku coba menceburkan diri ke kolam, wuih dingin sekali, bak kucing dimasukkan ke air aku segera bangun dan masuk ke jacuzzi. Akhirnya kami bersantai lagi di jacuzzi. Si dua beri isyarat agar peralatan perang dikeluarkan. Ceweku melirik risih karena ga tau mau diapain. Kuajak ceweku ke gazebo dan mulai ikat dia ditiang gazebo seperti yang sudah kupikirkan, si satu menutup mata doi, si dua menyiapkan peralatan perang muktahir. Beda dengan punyaku yang biasa saja, si dua kali ini penuh persiapan. Dilumuri vibrator dengan pelicin. Segera dimasukkan kedalam mekinya, vibrator ini lengkap dengan wireless remote dengan mode getar dan kekuatan getar yang bisa diatur. Seketika ceweku bergelinjang geli dirangsang sedemikian rupa. Si dua keluarkan seperti tiang bulu yang kupunya tapi kulihat lebih bagus dari yang kupunya, maka masing masing kami kerjain tubuh doi sampai doi squirting. Segera kucabut vibratornya, ku ganti dengan penisku, ough sungguh nikmat sekali pijatan dan sedotan mekinya sangat kuat sampai aku tidak tahan dan segera crot. Segera si dua berganti posisi dan kami terus merangsangi doi, tidak lama kemudian si dua pun menyerah. Si satu tidak mau ketinggalan, bergantian namun agar tidak cepat keluar si satu tidak berani menggerakkan kontolnya itu terlalu banyak namun pertahanan si satu jebol juga karena ketika mekinya orgasme dijamin ga ada yang bisa tahan lama disana.
Ronde ke tiga usai, masing masing kami lakukan tugas. Si satu lepas penutup mata, si dua lepas borgol di tangan, aku angkat ceweku yang lemas puas ke jacuzzi agar membersihkan diri dan relax. Malam sudah tiba kubertanya mau pesan online lagi? Doi masih tidak tau tentang PPnya yang sexy itu. Doi istirahat sejadi jadinya karena lelah digempur kami bertiga. Makanan datang, entah kenapa dapat si abang yang sama, kulihat raut wajah abang kecewa karena tidak bisa melihat Bidadari itu lagi. Kami makan malam sambil menanti ceweku bangun dari tidurnya. Setelah dirinya bangun kami suapi doi bak bayi, kami manjakan doi bak seorang puteri.
Dimalam yang dingin si dua bawa wine ke kamar utama dimana balkon luas ada disana. Kami nikmati wine sehingga badan kami panas meski kami masih telanjang bulet. Di balkon ada pagar besar, kuikat doi disana jadi posisi doi otomatis nungging. Si satu menutup mata doi dan si dua mempersiapkan alat perang yang lainnya. Si dua masukkan vibratornya lagi ke meki si doi, ugh pantat semok doi yang nungging bikin aku horny. Aku ambil giliran pertama karena mekinya masih bersih dari sperma. Kupacu dia bak sedang naik kuda sambil kuremas kasar dadanya dari belakang karena saking nafsunya. Doi tak berdaya karena hanya bisa pasrah terikat di tiang balkon. Setelah aku crot memenuhi rahimnya, si dua ambil alih lakukan hal yang sama. Posenya doi sangat menantang seakan minta disodok terus terusan. Si satu sudah tidak tahan menunggu giliran, dan akhirnya gilirannya tiba juga. Lepas sperma si satu memenuhi rahim ceweku barulah kami lakukan ritual biasa, lepas ikatan dan membersihkan dirinya. Ceweku kini jadi budak sex kami.
Dua koko itu sudah terlelap tidur setelah kerja keras seharian. Sementara aku memandang bangga ceweku yang sungguh luar biasa. Kucium lembut keningnya, kasihan dirinya sudah kerja keras seharian memuaskan kami bertiga. Eh tiba tiba dirinya terbangun dari tidurnya, kusuruh dia tidur lagi. Dia ga mau, dia mau ngobrol sama aku, dia tanya "Gimana, puas hari ini?" Kujawab "Luar biasa". Ditanya lagi "Emang kamu ga marah seluruh tubuhku sudah dipakai orang lain?" Jawabku "Marahlah, tapi gimana ya, ada rasa suka juga
". Kubalik tanya dirinya "Kamu puas ga? Enak ga di gangbang begitu?" Dijawabnya "Enak sih enak banget, puas sih puas banget, tapi cape juga cape banget", sambil merebahkan dirinya ingin dipeluk manja. Ku makin sayang dia, ku berkata "Kalau kamu mau berhenti, ga mau di gang bang lagi, bilang aja ya, aku tetap turuti karena yang aku sayang itu kamu." Tangannya memeluk diriku dan entah bagaimana kami mulai bercumbu ringan dan menghabiskan satu ronde lagi sebelum kami tertidur lelap.
Part-37 BDSM di Puncak 4