Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PENCULIKAN & PERBUDAKAN

Chapter 3
Aku merasa seperti ditusuk di kepala berulang kali Ketika hendak bangun. Mataku yang bengkak terbuka dan untuk sesaat aku lupa di mana aku berada. Seolah-olah kejadian beberapa hari terakhir ini adalah mimpi buruk mengerikan yang akhirnya membuatku terbangun. Namun yang membuatku sangat kecewa, karpet hijau yang sudah usang itu tetap berada di bawah tubuhku yang telanjang dan aku masih menjadi tawanan orang gila itu. Sepuluh detik berlalu dan sentakan menyakitkan lainnya langsung masuk ke otakku.

Aku segera menggerakkan tubuh kecilku ke atas dan berlutut, melebarkan pahaku lebar-lebar, melengkungkan punggungku dan menangkup payudara kecilku yang kencang. Aku merasakan pahaku mati rasa dan lenganku terbakar dan ketika posisiku melenceng, aku akan kembali merasakan sengatan menyakitkan itu.

Akhirnya aku mendengar gema suara langkah kaki yang perlahan menuruni tangga diikuti oleh dia memasuki ruangan sambil dengan hati-hati membawa mangkuk anjing dari stainless steel dan teleponnya di tangan lainnya. Dia meletakkan mangkuk itu di depanku dan aku segera mengambil posisi makan.

"Tidak! ******!" katanya dengan nada yang sangat kasar..” Kembali ke posisi berlutut sekarang juga! “

Aku segera bangkit kembali untuk berlutut, menekan tumitku ke bagian belakang tubuhku yang telanjang dan menangkup payudaraku sambil bertanya-tanya apa kesalahan yang telah kulakukan.

"Apa aturan keempat budak?"

Aku berdehem dan suaraku gemetar saat aku menjawab. "Budak akan mempertahankan posisinya sampai diperintahkan sebaliknya oleh Tuannya."

“Dan apakah Tuanmu memerintahkanmu ke posisi lain atau memberimu izin untuk berhenti berlutut?”

Tubuhku masih terlihat gemetar . takut akan hukuman ketika aku membuka bibir merah aku dan menjawab, "tidak Tuan, Kau tidak memberi aku izin untuk berhenti berlutut atau mengubah posisi."

"Sudahkah kamu mempelajari pelajaranmu atau akankah kau memerlukan hukuman untuk mengingat aturan ini?"

“Aku telah mempelajarinya, Tuan dan aku akan mengingat aturannya,” aku buru-buru berkata seraya air mata mengalir di pipiku.

"Bagus. Kau mempunyai izin untuk pindah ke posisi makan, tapi ingatlah bahwa kau tidak boleh mulai makan sampai aku memberi perintah."

Aku kembali ke posisi makanku, tanganku di kedua sisi wadah berkilauan, pantatku mengarah ke atas; punggung melengkung dan payudara kecilku yang kokoh menyentuh lantai. Wajahku melayang di atas mangkuk logam dan aku bisa mencium aroma kaldu ayam yang saat ini terasa seperti makanan lezat bagiku. Aku benar-benar mengeluarkan air liur seperti anjing, menunggu perintah. Akhirnya dia membuka mulutnya dan memberiku izin yang kutunggu-tunggu. "Sana makan."

Lalu dengan rakus aku mulai melahap kaldu dengan lidahku, dia berbalik ke papan tulis dan menambahkan aturan baru. Dalam beberapa menit mangkukku sudah kosong dan sekali lagi aku menjilat di sepanjang sisi logam untuk mengambil setiap tetes lezat saat dia menyelesaikan tulisannya dan melangkah ke samping.

"Cukup, sekarang berlutut.” perintahnya.

Aku menggerakkan tubuhku kembali ke posisi berlutut, tanganku menangkup payudara kecilku saat aku melihat ke papan tulis dan membaca tambahan baru.

Aturan untuk Budak

1. budak tidak akan pernah berbicara kecuali diajak bicara.

2. Budak akan menuruti setiap perintah Tuannya tanpa ragu-ragu.

3. Budak akan selalu menunjukkan tubuhnya tanpa rasa malu.

4. Budak akan mempertahankan posisinya sampai diperintahkan sebaliknya oleh Masternya.

5. Budak akan selalu memanggil pemiliknya sebagai Tuan dan orang lain sebagai Tuan atau Nyonya.

6. Budak akan selalu berterima kasih kepada Tuannya.

7. Budak akan berbicara secara lengkap, mengulangi kembali apa yang telah Tuan katakan.

8. Budak bukanlah orang, ia adalah benda

Dia melirik tubuh telanjangku, memperhatikan kekakuan puting merah jambuku yang bengkak di udara ruang bawah tanah yang sejuk. "Apakah Budak mematuhi aturan nomor enam setelah diberi makan?"

Sekali lagi kulitku terbakar . malu dan takut. "Tidak, Tuan. Aku sangat menyesal dan aku berterima kasih atas makanannya, Tuan."

Dia mengangguk dan tersenyum tipis. Ini menjadi kedua kalinya dia menunjukkan belas kasihan kepadaku dan memilih untuk tidak menghukumku .

"Peraturan nomor delapan ada untuk mengingatkanmu bahwa kamu bukan manusia. Kamu adalah sebuah objek. Hanya orang yang menggunakan kata ganti orang pertama ketika mereka berbicara dan itu tidak berlaku pada benda sekarang, bukan?" Aku tetap diam . mengira itu adalah pertanyaan retoris dan untungnya aku mengambil keputusan yang tepat. "Mulai sekarang kerahmu akan memberimu kejutan tingkat dua kapan saja kamu menggunakan kata-kata seperti aku, saya, milikku, dirik, dan variasi lainnya. Kamu akan menyebut dirimu sebagai 'Budak' atau menggunakan kata ganti 'itu' untuk mendeskripsikan dirimu sendiri. . Aku tahu yang ini rumit, tapi menurutku kamu cukup pintar untuk memahaminya. Lagi pula, kamu tidak perlu banyak bicara lagi. Apa kau mengerti?"

Perlahan aku menganggukkan kepalaku dan memikirkan dengan hati-hati tentang bagaimana aku akan menjawab tanpa melanggar aturan Baru. “ iya Tuan, budakmu mengerti bahwa hanya diperbolehkan berbicara dengan menunjukkan kalau dirinya manusia.”

"Bagus sekali," katanya antusias, jelas senang dengan jawabanku. "Kamu punya pentil yang sangat bagus, lho. Perempuan punya payudara, lonte punya toked, dan hewan punya ambing. Siapa kau? Apakah kamu Wanita? lonte? Atau hewan tak berharga?"

"Budak ini binatang tak berguna, Tuan," jawabku dengan suara lemah.

"Itu benar. Kamu adalah hewan yang tidak berharga. Kamu bukan apa-apa. Kamu lebih rendah dari segalanya dan semua orang. Kamu sebaiknya mengingat hal itu," dia menyampaikan saat pipiku berubah menjadi merah padam . penghinaan atas apa yang dia katakan dan kata-kata yang dia paksa untuk kuucapkan dari bibirku sendiri. "Kamu mempunyai posisi Baru untuk dipelajari. Yang ini disebut 'menyapa'. Ini sangat mirip dengan posisi makan, hanya saja dahimu berada di lantai dan tanganmu di belakang punggung. Cobalah."

Perlahan-lahan aku pindah ke posisi makan, mengangkat punggungku yang kokoh, melengkungkan tulang punggungku ke bawah saat dahiku menempel ke lantai dan menarik lengan rampingku ke belakang saat aku mengaitkan jari-jariku.

“Angkat pinggulmu lebih tinggi. Lubang pantatmu harus mengarah ke langit-langit, dan rentangkan pahamu juga lebih lebar, lubang memekmu harus terlihat dan mudah dijangkau,” perintahnya. Aku menggerakkan lututku, mendengar gemerincing rantai berat yang menahanku di tempat dan mengangkat pinggulku lebih jauh, berharap itu cukup untuk memuaskannya.

Aku memperhatikan sepatu kulit hitamnya saat dia melangkah mengelilingi aku sampai aku tahu bahwa pandangannya tertuju pada anus dan vaginaku yang terbuka. Aku berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan posisi itu meski membuatku amat tersiksa.

Ketika dia selesai mengamatiku, dia melangkah mundur mengelilingiku hingga dia berdiri tepat di depan kepalaku. “Posisi ini disebut sapa. Kau akan mengingatnya dan Kau akan masuk ke posisi sapa kapan pun Kau diperintahkan. Jelaskah?”

"Ya Tuan, budakmu paham kalau ini adalah posisi sapa."

"Kamu boleh kembali ke posisi berlutut sekarang."

Aku mendorong bebanku ke tanganku dan menggeser lututku ke depan dan melengkung ke atas, menekan tumitku ke belakang, merentangkan pahaku dan menangkup payudaraku seperti sebelumnya."

"Selanjutnya aku ingin membuat rekaman suara.” Dia mengeluarkan selembar kertas terlipat dari sakunya, membukanya dan memegangnya di depan wajahku dengan satu tangan. Aku mengedipkan mata beberapa kali untuk mencoba memfokuskan mataku yang lelah dan bengkak pada daftar panjang frasa yang memenuhi halaman itu. "Kau akan membaca setiap frasa secara perlahan"

Aku mengangguk dan menjawab, "Ya, Tuan, budak akan membaca setiap frasa seperti yang Kau instruksikan," sementara jari-jarinya yang seperti sosis berusaha menekan tombol rekam di teleponnya. Akhirnya dia siap dan memberi tau bahwa aku harus memulai.

"Kaulah budak," kataku, merasa malu mendengar kata-kata itu keluar dari bibir cemberutku yang ceri. “Kamu ada hanya untuk Tuanmu,” lanjutku. "Kamu mengabdi pada Tuanmu. Kamu bukan apa-apa tanpa Tuanmu. Ketaatan adalah kesenangan. Kamu merasa terangsang ketika Tuanmu memuJeremyu. Kamu merasakan kesenangan ketika Tuanmu senang kepadamu. Kamu ingin menyenangkan Tuanmu."

Pasti ada beberapa ratus frasa seperti itu yang terpaksa kuucapkan untuk direkam. Aku tidak tahu mengapa dia ingin aku mengatakan hal seperti itu. Apakah itu hanya untuk merendahkanku atau dia punya rencana jahat lainnya? Aku terus mengatakan pada diriku sendiri untuk menjadi kuat dan bahwa aku akan melewati ini dan semuanya akan baik-baik saja. Itu membuatku merasa lebih baik dalam memahami pemikiran seperti itu, tapi sebagian dari diriku bertanya-tanya apakah itu hanya kalimat penenang untuk membohongi diriku sendiri.
 
saya pernah tau ini di X, metode mantra untuk para feminim, dimana diri mereka sendiri adalah seorang budak, dan hanya worship dick, kurang lebih begitu. setelah itu rekamannya di dengarkan ke budak itu sendiri. seru sih komunitas itu, menyuarakan anti feminim dan pro patriarki.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd