thombol
Calon Suhu Semprot
Wahabi Jihadi di balik "Pembantaian Ulama Sunni di jawa timur 1998 (Fitnah dukun Santet) & Kerusuhan Poso 1999 & BOM Bali 2002
NinJa itu pembantai kyai itu adalah para teroris wahabi jihadi (antek alqaida)???????
Teroris wahabi mengebom warga kristen di ambon-poso sehingga warga kristen membantai minoritas islam ambon????
wahabi jihadi dibalik bom bali (Tahun 2002), untuk mengadu domba hindu Vs minoritas islam di bali???
FITNAH SANTET TERHADAP ULAMA BANYUWANGI
Kabupaten Banyuwangi (Jatim) sampai tulisan ini dibuat (7/10) masih mencekam, akibat gelombang aksi membunuh para kyai NU dengan tuduhan sebagai dukun santet. Aksi brutal dan sadis itu telah menewaskan 94 orang. Polisi telah menahan 116 orang yang terlibat. Pangdam Brawijaya Mayjen TNI Djoko Soebroto menyatakan, aksi itu bukan tindak kriminal biasa, tapi ada unsur politik. Ia mensinyalir kemungkinan keterlibatan orang-orang bekas PKI yang dendam, karena aksi-aksi itu mirip dengan yang terjadi pada tahun 1965. Mula-mula mereka menyerang dukun santet, lalu mengarah ke alim ulama di daerah (Kompas, 5/10/98).
Pembantaian massal terhadap para ustadz, guru ngaji, kyai-kyai pondok pesantren, dan ulama pengurus NU dengan fitnah sebagai dukun santet sungguh meresahkan masyarakat. Ketua PWNU Jawa Timur KH Hasyim Muzadi mengemukakan kepada UMMAT (No. 14 Thn. IV, 12 Oktober 1998/20 Jumadil Akhir 1419H), sudah 93 ulama yang dibantai! Hasyim membenarkan, dari mereka yang tertangkap –antara lain ditangkap oleh KH. Ahmad Burhan dari Kecamatan Srono– ada yang mengaku disuruh eks PKI dengan bayaran tertentu untuk membunuh para kyai. Hasyim juga menyebut adanya kelompok tertentu yang memaksakan kepentingannya di belakang aksi pembantaian para kyai itu.
Sungguh sadis yang mereka lakukan. Gerombolan datang dengan kostum ninja. Memadamkan lampu. Menggedor dan mendobrak pintu. Lalu menyeret korban. Mereka aniaya, pukuli, seret, dan bunuh ramai-ramai. Setelah korban sekarat mereka berteriak-teriak hingga masyarakat berhamburan keluar, lalu mereka pergi menghilang. Orang-orang muslim laki perempuan tua renta mereka bantai dengan sadis. Bahkan ada seorang korban yang dibunuh di masjid sedang shalat tahajjud! Dengan peristiwa itu, kini kaum muslimin di Banyuwangi yang biasanya shalat tahajjud di mushalla tak berani lagi. Bahkan shalat tahajjud di dalam rumah saja mereka tak berani lantaran untuk wudlu mereka harus keluar rumah (UMMAT, idem).
Kyai Hasyim Muzadi mengungkap rasa kecewanya terhadap kelambanan aparat keamanan dalam menangani kasus pembunuhan puluhan ulama dan warga NU ini. Keluhan serupa diungkap Fuad Anwar, Sekretaris PWNU Jatim. Ia mengatakan, kalau ada nonpri mati dua orang saja sudah ramai sekali. Tapi kalau ada pribumi dibunuh sampai 90 orang tak ada yang teriak. Komnas HAM juga tak ada suaranya (UMMAT, idem). Sementara itu koordinator Kontras, Munir SH, menyebut ada indikasi aparat keamanan membiarkan proses pembantaian orang yang diduga dukun santet berlangsung, sehingga banyak jatuh korban. Menurut catatan Kontras korban pembantaian sadis di Banyuwangi itu sudah lebih dari 100 orang (Republika, 6/10/98). Kompas (7/10/98) melaporkan teror dan pembunuhan yang telah meluas hingga ke Jember itu menewaskan 122 orang!
Mengapa para ulama dibunuh dengan fitnah bahwa mereka dukun santet? Mengapa aparat keamanan belum mampu juga mengungkap pembantaian lebih dari 100 orang muslim baik-baik itu? Mengapa Komnas HAM masih adem ayem saja? Adakah gerakan politik di balik itu? Sejauh mana gerakan memfitnahi kaum muslimin dari masa-masa ke masa? Fitnah-fitnah apa saja yang diderita kaum muslimin dalam kehidupan tanpa Khilafah? Apa yang harus dilakukan kaum muslimin dalam menghadapi fitnah? Tulisan ini mencoba mengurainya.
Fitnah lebih Kejam daripada Pembunuhan
Menilik laporan surat kabar tentang cara-cara pembunuhan maupun sasaran pembunuhan yang mereka lakukan, sungguh itu merupakan pembunuhan yang kejam. Sadis! Namun yang lebih kejam adalah isu-isu yang mereka kembangkan, yaitu fitnah dukun santet terhadap kaum muslimin bahkan mayoritas dari mereka adalah guru ngaji dan ulama, para kyai dan pengurus Nahdlatul Ulama!
Memfitnah ulama sebagai pelaku santet adalah satu fitnah yang sangat keji. Apalagi tanpa pembuktian mereka melakukan pembunuhan secara misterius! Atau bahkan mereka menebar fitnah dan membayar massa untuk membunuh orang yang dituduh sebagai dukun santet tanpa pembuktian yang jelas. Bagaimanapun pembunuhan massal adalah tindakan anarkis yang tak mungkin dilakukan kecuali oleh orang-orang bodoh, jahil, atau tak memiliki keimanan dalam hatinya! Dan membikin suasana mencekam dengan gerakan- gerakan misterius, teror yang sistematis yang tak memberikan rasa aman kepada kaum muslimin adalah sebuah fitnah yang lebih kejam dari pada pembunuhan itu sendiri. Apalagi para ulamanya, sehingga mereka mengungsi dan meninggalkan kampung halamannya guna menghindari fitnah itu. Allah SWT berfirman:
"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah : 'Berperang pada bulan haram itu adalah dosa besar ; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, menghalangi masuk Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar dosanya. Dan berbuat fitnah lebih besar dosanya daripada membunuh "
(QS. Al Baqarah 217).
Fitnah dalam ayat itu artinya penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk menindas Islam dan kaum muslimin. Fitnah inilah yang pertama kali menimpa kaum muslimin di kota Mekkah tatkala Islam baru berkembang dan para penguasa kota Mekkah menolak kehadirannya. Mereka menyiksa, membunuh, dan mengusir kaum muslimin yang lemah. Mereka melakukan semua itu untuk menteror masyarakat agar menjauhi Islam yang disiarkan oleh Rasulullah saw. Sepuluh tahun dakwah terang-terangan di kota Mekkah mendapat sambutan teror mental dan fisik serta berbagai fitnah keji yang dilontarkan oleh orang-orang kafir Quraisy kepada Rasulullah saw. dan para sahabatnya.
Fitnah itu mulai bisa diatasi kaum muslimin setelah mereka hijrah ke kota Madinah dan Rasulullah saw. menjadi kepala negara di sana, membentuk suatu masyarakat baru yang terdiri dari kaum Anshar dan kaum Muhajirin yang memiliki asas kehidupan yang sama, yakni aqidah Islamiyyah. Masyarakat yang kompak dalam seluruh aspek kehidupan lantaran memiliki tolok ukur perbuatan (miqyas al amal) yang sama, yaitu halal-haram serta memiliki tujuan hidup yang sama, yaitu mencari ridla Allah SWT. Mereka merasa bahagia dan puas jika melakukan aktivitas yang diridlai Allah SWT. Oleh karena itu, masyarakat baru ini memiliki vitalitas yang sangat tinggi. Ditambah lagi mereka mendapat konsep-konsep hidup baru dengan turunnnya wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw. dalam menjawab berbagai tantangan kehidupan. Dengan demikian masyarakat kaum muslimin yang kuat itu mampu mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan dari musuh- musuhnya. Mereka aman dan tentram dalam perlindungan negara yang dipimpin oleh Rasulullah saw.
Kekuatan masyarakat baru pimpinan Rasulullah saw. itu semakin hari semakin membesar dan wilayahnya pun semakin meluas sehingga dalam tempo sekitar 10 tahun saja negara kota Madinah telah berubah menjadi negara besar yang meliputi seluruh jazirah Arab. Mereka menyebarkan Islam ke keseluruh dunia dengan membawa konsep kehidupan baru, menggantikan tradisi, adat istiadat, dan perundang-undangan yang rusak. Maka banyak bangsa dan negara yang kemudian menjadi satu: Islam!
Namun setelah Islam tak memiliki kekuasaan lagi, kaum muslimin mengalami berbagai fitnah dan cobaan. Ketika kaum muslimin kehilangan kekuasaan di Andalusia (Spa- nyol), mereka ditindas dan dibasmi habis dari bumi itu oleh penguasa Kafir di sana. Ketika Stalin berkuasa di Rusia, kurang lebih 20 juta kaum muslimin dibunuh oleh kaum komunis. Ketika Serbia menguasai Bosnia, puluhan ribu wanita muslim diperkosa. Ketika Mao Tse Tung melakukan revolusi kebudayaan, jutaan kaum muslimin di Cina jadi korban. Ketika negara Israel berdiri, jutaan kaum muslimin di Palestina terusir. Dan masih banyak lagi fitnah yang menimpa kaum muslimin di Kasymir, India, Sri Lanka, Rohingya, Chechnya, Kosovo, Irak, Pilipina, Timor-Timur, Aceh, dan negeri- negeri lainnya.
Dan seluruh fitnah yang ditimpakan kepada Islam dan kaum muslimin, baik yang dilakukan oleh para penjajah Kapitalis Barat, Komunis, maupun para penguasa kaum muslimin yang menjadi agen-agen penguasa Barat atau Komunis (di masa lalu) adalah lebih kejam dari pembunuhan terhadap kaum muslimin itu sendiri. Target mereka cuma satu: menghilangkan cahaya agama Allah (QS. At Taubah 32). Para aktivis dakwah Islam yang ikhlas mengajak kepada hukum Allah, mereka fitnah sebagai kaum ekstrimis, teroris, fundamentalis, sektarianis, dan istilah-istilah lain yang memojokkan. Para ustadz, guru ngaji, dan kyai yang sederhana mereka fitnah se- bagai tukang santet, tukang sihir. Risalah Islam yang paripurna, mereka fitnah sebagai agama kemunduran, agama anti kemajuan, agama ekstrim yang menakutkan, bahkan sebagian organisasi agama non Islam menyebut Islam sebagai bukan agama!
Sungguh fitnah-fitnah seperti itu dan masih banyak lagi ragam fitnah lainnya telah menimpa kaum muslimin setelah mereka kehi- langan negara pelindungnya, yakni Khilafah Islamiyyah, pada tahun 1924, di Istambul, setelah dihapuskan oleh kolonialis Inggris melalui agennya, si Yahudi Kamal Attaturk!
Imam adalah Pelindung Kaum Muslimin
Memang, sejak kaum muslimin kehilangan pelindungnya, mereka hidup dalam berbagai penderitaan di seluruh dunia. Negeri mereka bagaikan penjara besar buat mereka. Mereka tak berani menunjukkan identitas me- reka di negeri mereka sendiri. Bahkan orang yang dikenal integritas Islamnya tinggi pun tak berani mengungkap kata-kata bahwa ia meng- imani adanya negara syari'at yang diajarkan dan dicontohkan prakteknya oleh Rasulullah saw. Oleh karena itu, kalau kemudian ada hal-hal tragis yang menimpa umat Islam, para ulama diam karena takut menghadapi fitnah yang lebih besar. Lalu berbagai penderitaan yang menimpa kaum muslimin di berbagai penjuru dunia menjadi hal yang wajar. Tak ada yang berani membela mereka. Tak ada yang berani mengambil resiko membela kaum muslimin dari kezhaliman yang menimpa mereka. Lalu wajarlah kalau penghentian pembasmian kaum muslimin di Bosnia lantaran "kebaikan hati" Amerika. Lalu wajarlah kalau gadis-gadis muslim di Perancis yang mendapat kesulitan lantaran memakai jilbab, yang mengadukan nasibnya kepada Amnesti Internasional mendapatkan jawaban:Kami tidak membela orang- orang muslim!
Oleh karena itu, Imam atau Khalifah sebagai kepala negara kaum muslimin di seluruh dunia sangat mendesak keberadaannya. Hanya dengan institusi itulah kaum muslimin bisa aman tentram mendapatkan perlindungan. Rasullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Imam itu adalah pelindung yang ditaati ..."
(HR. Bukhari dan Muslim)
.
Di saat kaum muslimin hidup dalam sistem yang lain, mereka tak mendapat keamanan yang layak. Dalam negara yang mayoritasnya kaum muslimin seperti Indonesia saja, mereka tidak aman. Apalagi kalau mereka menjadi minoritas di suatu negara. Kita memaklumi bahwa ABRI sebagai penanggung jawab keamanan dalam posisi sulit, maju kena mundur kena. ABRI telah dilemahkan posisinya oleh kekuatan-kekuatan eksternal yang bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan internal. Kita memahami bahwa pemerintahan Habibie sulit memberikan keamanan kepada para ulama Banyuwangi, lantaran keamanan pemerintahannya saja sedang digoyang. Namun apakah itu berarti ratusan nyawa kaum muslimin harus dibiarkan melayang oleh sebuah kelompok kejahatan teroganisir (organized crime). Kita menyeru kepada Habibie dan ABRI yang mayoritasnya muslim itu: Keselamatan para ulama, kyai, dan haji yang meru- pakan representasi kaum muslimin terbaik di negeri ini adalah di pundak anda semua!. Kita kaum muslimin, baik dari kalangan NU maupun luar NU, tidak rela para kyai dibunuhi. Janganlah pembunuhan ratusan ulama Jawa Timur yang pernah dibarengkan dengan Petrus (penembakan misterius) dulu terulang dan terulang lagi! Kita tidak rela ABRI yang mayoritasnya adalah putra-putra kaum muslimin dilecehkan kewibawaannya oleh kelompok ninja bertopeng yang sadis itu! Sekaranglah saatnya kalian berbuat, membela Islam dan kaum muslimin, menegakkan Islam, menegakkan kebenaran dan keadilan!
Khatimah
Kita meminta agar pemerintah dan pihak keamanan segera berhasil mengungkap gerombolan pembunuh yang memfitnah para ulama sebagai dukun santet itu. Mereka harus mendapatkan hukuman yang setimpal (qi- shash), yakni hukuman mati! (QS. Al Baqarah 178, Al Isra 33). Kita sangat berharap agar pihak keamanan tidak bermain-main dengan nyawa para ulama yang kita hormati dan cintai.
Kita meminta para pemuda muslim di wilayah Banyuwangi agar merapatkan barisan kaum muslimin untuk siap berperang bersama pihak keamanan melawan gerombolan pembunuh para ulama agar fitnah tidak berkepanjangan (QS. Al Anfal 39).
Dengan fitnah yang menimpa para ulama Banyuwangi ini, kita berharap para ulama dan pemimpin politik serta penguasa pemerintahan kaum muslimin melakukan introspeksi, mungkin ada something wrong dari penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara selama ini.
Segala krisis dan kekisruhan negeri muslim terbesar ini, barangkali lantaran banyak pelanggaran penduduknya –terutama para ulama dan pemimpin– terhadap perintah-perintah Rasulullah SAW. dalam seluruh aspek kehidupan. Allah SWT telah memperingatkan kita dengan firman-Nya:
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah (cobaan) atau ditimpa azab yang pedih."
(QS. An Nur 63).
Jika mau menyelesaikan semua persoalan dan mengurai benang kusut ini, tak ada cara lain kecuali cara yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
boleh Copas dari link ini
Semoga Membantu...
NinJa itu pembantai kyai itu adalah para teroris wahabi jihadi (antek alqaida)???????
Teroris wahabi mengebom warga kristen di ambon-poso sehingga warga kristen membantai minoritas islam ambon????
wahabi jihadi dibalik bom bali (Tahun 2002), untuk mengadu domba hindu Vs minoritas islam di bali???
FITNAH SANTET TERHADAP ULAMA BANYUWANGI
Kabupaten Banyuwangi (Jatim) sampai tulisan ini dibuat (7/10) masih mencekam, akibat gelombang aksi membunuh para kyai NU dengan tuduhan sebagai dukun santet. Aksi brutal dan sadis itu telah menewaskan 94 orang. Polisi telah menahan 116 orang yang terlibat. Pangdam Brawijaya Mayjen TNI Djoko Soebroto menyatakan, aksi itu bukan tindak kriminal biasa, tapi ada unsur politik. Ia mensinyalir kemungkinan keterlibatan orang-orang bekas PKI yang dendam, karena aksi-aksi itu mirip dengan yang terjadi pada tahun 1965. Mula-mula mereka menyerang dukun santet, lalu mengarah ke alim ulama di daerah (Kompas, 5/10/98).
Pembantaian massal terhadap para ustadz, guru ngaji, kyai-kyai pondok pesantren, dan ulama pengurus NU dengan fitnah sebagai dukun santet sungguh meresahkan masyarakat. Ketua PWNU Jawa Timur KH Hasyim Muzadi mengemukakan kepada UMMAT (No. 14 Thn. IV, 12 Oktober 1998/20 Jumadil Akhir 1419H), sudah 93 ulama yang dibantai! Hasyim membenarkan, dari mereka yang tertangkap –antara lain ditangkap oleh KH. Ahmad Burhan dari Kecamatan Srono– ada yang mengaku disuruh eks PKI dengan bayaran tertentu untuk membunuh para kyai. Hasyim juga menyebut adanya kelompok tertentu yang memaksakan kepentingannya di belakang aksi pembantaian para kyai itu.
Sungguh sadis yang mereka lakukan. Gerombolan datang dengan kostum ninja. Memadamkan lampu. Menggedor dan mendobrak pintu. Lalu menyeret korban. Mereka aniaya, pukuli, seret, dan bunuh ramai-ramai. Setelah korban sekarat mereka berteriak-teriak hingga masyarakat berhamburan keluar, lalu mereka pergi menghilang. Orang-orang muslim laki perempuan tua renta mereka bantai dengan sadis. Bahkan ada seorang korban yang dibunuh di masjid sedang shalat tahajjud! Dengan peristiwa itu, kini kaum muslimin di Banyuwangi yang biasanya shalat tahajjud di mushalla tak berani lagi. Bahkan shalat tahajjud di dalam rumah saja mereka tak berani lantaran untuk wudlu mereka harus keluar rumah (UMMAT, idem).
Kyai Hasyim Muzadi mengungkap rasa kecewanya terhadap kelambanan aparat keamanan dalam menangani kasus pembunuhan puluhan ulama dan warga NU ini. Keluhan serupa diungkap Fuad Anwar, Sekretaris PWNU Jatim. Ia mengatakan, kalau ada nonpri mati dua orang saja sudah ramai sekali. Tapi kalau ada pribumi dibunuh sampai 90 orang tak ada yang teriak. Komnas HAM juga tak ada suaranya (UMMAT, idem). Sementara itu koordinator Kontras, Munir SH, menyebut ada indikasi aparat keamanan membiarkan proses pembantaian orang yang diduga dukun santet berlangsung, sehingga banyak jatuh korban. Menurut catatan Kontras korban pembantaian sadis di Banyuwangi itu sudah lebih dari 100 orang (Republika, 6/10/98). Kompas (7/10/98) melaporkan teror dan pembunuhan yang telah meluas hingga ke Jember itu menewaskan 122 orang!
Mengapa para ulama dibunuh dengan fitnah bahwa mereka dukun santet? Mengapa aparat keamanan belum mampu juga mengungkap pembantaian lebih dari 100 orang muslim baik-baik itu? Mengapa Komnas HAM masih adem ayem saja? Adakah gerakan politik di balik itu? Sejauh mana gerakan memfitnahi kaum muslimin dari masa-masa ke masa? Fitnah-fitnah apa saja yang diderita kaum muslimin dalam kehidupan tanpa Khilafah? Apa yang harus dilakukan kaum muslimin dalam menghadapi fitnah? Tulisan ini mencoba mengurainya.
Fitnah lebih Kejam daripada Pembunuhan
Menilik laporan surat kabar tentang cara-cara pembunuhan maupun sasaran pembunuhan yang mereka lakukan, sungguh itu merupakan pembunuhan yang kejam. Sadis! Namun yang lebih kejam adalah isu-isu yang mereka kembangkan, yaitu fitnah dukun santet terhadap kaum muslimin bahkan mayoritas dari mereka adalah guru ngaji dan ulama, para kyai dan pengurus Nahdlatul Ulama!
Memfitnah ulama sebagai pelaku santet adalah satu fitnah yang sangat keji. Apalagi tanpa pembuktian mereka melakukan pembunuhan secara misterius! Atau bahkan mereka menebar fitnah dan membayar massa untuk membunuh orang yang dituduh sebagai dukun santet tanpa pembuktian yang jelas. Bagaimanapun pembunuhan massal adalah tindakan anarkis yang tak mungkin dilakukan kecuali oleh orang-orang bodoh, jahil, atau tak memiliki keimanan dalam hatinya! Dan membikin suasana mencekam dengan gerakan- gerakan misterius, teror yang sistematis yang tak memberikan rasa aman kepada kaum muslimin adalah sebuah fitnah yang lebih kejam dari pada pembunuhan itu sendiri. Apalagi para ulamanya, sehingga mereka mengungsi dan meninggalkan kampung halamannya guna menghindari fitnah itu. Allah SWT berfirman:
"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah : 'Berperang pada bulan haram itu adalah dosa besar ; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, menghalangi masuk Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar dosanya. Dan berbuat fitnah lebih besar dosanya daripada membunuh "
(QS. Al Baqarah 217).
Fitnah dalam ayat itu artinya penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk menindas Islam dan kaum muslimin. Fitnah inilah yang pertama kali menimpa kaum muslimin di kota Mekkah tatkala Islam baru berkembang dan para penguasa kota Mekkah menolak kehadirannya. Mereka menyiksa, membunuh, dan mengusir kaum muslimin yang lemah. Mereka melakukan semua itu untuk menteror masyarakat agar menjauhi Islam yang disiarkan oleh Rasulullah saw. Sepuluh tahun dakwah terang-terangan di kota Mekkah mendapat sambutan teror mental dan fisik serta berbagai fitnah keji yang dilontarkan oleh orang-orang kafir Quraisy kepada Rasulullah saw. dan para sahabatnya.
Fitnah itu mulai bisa diatasi kaum muslimin setelah mereka hijrah ke kota Madinah dan Rasulullah saw. menjadi kepala negara di sana, membentuk suatu masyarakat baru yang terdiri dari kaum Anshar dan kaum Muhajirin yang memiliki asas kehidupan yang sama, yakni aqidah Islamiyyah. Masyarakat yang kompak dalam seluruh aspek kehidupan lantaran memiliki tolok ukur perbuatan (miqyas al amal) yang sama, yaitu halal-haram serta memiliki tujuan hidup yang sama, yaitu mencari ridla Allah SWT. Mereka merasa bahagia dan puas jika melakukan aktivitas yang diridlai Allah SWT. Oleh karena itu, masyarakat baru ini memiliki vitalitas yang sangat tinggi. Ditambah lagi mereka mendapat konsep-konsep hidup baru dengan turunnnya wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw. dalam menjawab berbagai tantangan kehidupan. Dengan demikian masyarakat kaum muslimin yang kuat itu mampu mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan dari musuh- musuhnya. Mereka aman dan tentram dalam perlindungan negara yang dipimpin oleh Rasulullah saw.
Kekuatan masyarakat baru pimpinan Rasulullah saw. itu semakin hari semakin membesar dan wilayahnya pun semakin meluas sehingga dalam tempo sekitar 10 tahun saja negara kota Madinah telah berubah menjadi negara besar yang meliputi seluruh jazirah Arab. Mereka menyebarkan Islam ke keseluruh dunia dengan membawa konsep kehidupan baru, menggantikan tradisi, adat istiadat, dan perundang-undangan yang rusak. Maka banyak bangsa dan negara yang kemudian menjadi satu: Islam!
Namun setelah Islam tak memiliki kekuasaan lagi, kaum muslimin mengalami berbagai fitnah dan cobaan. Ketika kaum muslimin kehilangan kekuasaan di Andalusia (Spa- nyol), mereka ditindas dan dibasmi habis dari bumi itu oleh penguasa Kafir di sana. Ketika Stalin berkuasa di Rusia, kurang lebih 20 juta kaum muslimin dibunuh oleh kaum komunis. Ketika Serbia menguasai Bosnia, puluhan ribu wanita muslim diperkosa. Ketika Mao Tse Tung melakukan revolusi kebudayaan, jutaan kaum muslimin di Cina jadi korban. Ketika negara Israel berdiri, jutaan kaum muslimin di Palestina terusir. Dan masih banyak lagi fitnah yang menimpa kaum muslimin di Kasymir, India, Sri Lanka, Rohingya, Chechnya, Kosovo, Irak, Pilipina, Timor-Timur, Aceh, dan negeri- negeri lainnya.
Dan seluruh fitnah yang ditimpakan kepada Islam dan kaum muslimin, baik yang dilakukan oleh para penjajah Kapitalis Barat, Komunis, maupun para penguasa kaum muslimin yang menjadi agen-agen penguasa Barat atau Komunis (di masa lalu) adalah lebih kejam dari pembunuhan terhadap kaum muslimin itu sendiri. Target mereka cuma satu: menghilangkan cahaya agama Allah (QS. At Taubah 32). Para aktivis dakwah Islam yang ikhlas mengajak kepada hukum Allah, mereka fitnah sebagai kaum ekstrimis, teroris, fundamentalis, sektarianis, dan istilah-istilah lain yang memojokkan. Para ustadz, guru ngaji, dan kyai yang sederhana mereka fitnah se- bagai tukang santet, tukang sihir. Risalah Islam yang paripurna, mereka fitnah sebagai agama kemunduran, agama anti kemajuan, agama ekstrim yang menakutkan, bahkan sebagian organisasi agama non Islam menyebut Islam sebagai bukan agama!
Sungguh fitnah-fitnah seperti itu dan masih banyak lagi ragam fitnah lainnya telah menimpa kaum muslimin setelah mereka kehi- langan negara pelindungnya, yakni Khilafah Islamiyyah, pada tahun 1924, di Istambul, setelah dihapuskan oleh kolonialis Inggris melalui agennya, si Yahudi Kamal Attaturk!
Imam adalah Pelindung Kaum Muslimin
Memang, sejak kaum muslimin kehilangan pelindungnya, mereka hidup dalam berbagai penderitaan di seluruh dunia. Negeri mereka bagaikan penjara besar buat mereka. Mereka tak berani menunjukkan identitas me- reka di negeri mereka sendiri. Bahkan orang yang dikenal integritas Islamnya tinggi pun tak berani mengungkap kata-kata bahwa ia meng- imani adanya negara syari'at yang diajarkan dan dicontohkan prakteknya oleh Rasulullah saw. Oleh karena itu, kalau kemudian ada hal-hal tragis yang menimpa umat Islam, para ulama diam karena takut menghadapi fitnah yang lebih besar. Lalu berbagai penderitaan yang menimpa kaum muslimin di berbagai penjuru dunia menjadi hal yang wajar. Tak ada yang berani membela mereka. Tak ada yang berani mengambil resiko membela kaum muslimin dari kezhaliman yang menimpa mereka. Lalu wajarlah kalau penghentian pembasmian kaum muslimin di Bosnia lantaran "kebaikan hati" Amerika. Lalu wajarlah kalau gadis-gadis muslim di Perancis yang mendapat kesulitan lantaran memakai jilbab, yang mengadukan nasibnya kepada Amnesti Internasional mendapatkan jawaban:Kami tidak membela orang- orang muslim!
Oleh karena itu, Imam atau Khalifah sebagai kepala negara kaum muslimin di seluruh dunia sangat mendesak keberadaannya. Hanya dengan institusi itulah kaum muslimin bisa aman tentram mendapatkan perlindungan. Rasullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Imam itu adalah pelindung yang ditaati ..."
(HR. Bukhari dan Muslim)
.
Di saat kaum muslimin hidup dalam sistem yang lain, mereka tak mendapat keamanan yang layak. Dalam negara yang mayoritasnya kaum muslimin seperti Indonesia saja, mereka tidak aman. Apalagi kalau mereka menjadi minoritas di suatu negara. Kita memaklumi bahwa ABRI sebagai penanggung jawab keamanan dalam posisi sulit, maju kena mundur kena. ABRI telah dilemahkan posisinya oleh kekuatan-kekuatan eksternal yang bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan internal. Kita memahami bahwa pemerintahan Habibie sulit memberikan keamanan kepada para ulama Banyuwangi, lantaran keamanan pemerintahannya saja sedang digoyang. Namun apakah itu berarti ratusan nyawa kaum muslimin harus dibiarkan melayang oleh sebuah kelompok kejahatan teroganisir (organized crime). Kita menyeru kepada Habibie dan ABRI yang mayoritasnya muslim itu: Keselamatan para ulama, kyai, dan haji yang meru- pakan representasi kaum muslimin terbaik di negeri ini adalah di pundak anda semua!. Kita kaum muslimin, baik dari kalangan NU maupun luar NU, tidak rela para kyai dibunuhi. Janganlah pembunuhan ratusan ulama Jawa Timur yang pernah dibarengkan dengan Petrus (penembakan misterius) dulu terulang dan terulang lagi! Kita tidak rela ABRI yang mayoritasnya adalah putra-putra kaum muslimin dilecehkan kewibawaannya oleh kelompok ninja bertopeng yang sadis itu! Sekaranglah saatnya kalian berbuat, membela Islam dan kaum muslimin, menegakkan Islam, menegakkan kebenaran dan keadilan!
Khatimah
Kita meminta agar pemerintah dan pihak keamanan segera berhasil mengungkap gerombolan pembunuh yang memfitnah para ulama sebagai dukun santet itu. Mereka harus mendapatkan hukuman yang setimpal (qi- shash), yakni hukuman mati! (QS. Al Baqarah 178, Al Isra 33). Kita sangat berharap agar pihak keamanan tidak bermain-main dengan nyawa para ulama yang kita hormati dan cintai.
Kita meminta para pemuda muslim di wilayah Banyuwangi agar merapatkan barisan kaum muslimin untuk siap berperang bersama pihak keamanan melawan gerombolan pembunuh para ulama agar fitnah tidak berkepanjangan (QS. Al Anfal 39).
Dengan fitnah yang menimpa para ulama Banyuwangi ini, kita berharap para ulama dan pemimpin politik serta penguasa pemerintahan kaum muslimin melakukan introspeksi, mungkin ada something wrong dari penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara selama ini.
Segala krisis dan kekisruhan negeri muslim terbesar ini, barangkali lantaran banyak pelanggaran penduduknya –terutama para ulama dan pemimpin– terhadap perintah-perintah Rasulullah SAW. dalam seluruh aspek kehidupan. Allah SWT telah memperingatkan kita dengan firman-Nya:
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah (cobaan) atau ditimpa azab yang pedih."
(QS. An Nur 63).
Jika mau menyelesaikan semua persoalan dan mengurai benang kusut ini, tak ada cara lain kecuali cara yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
boleh Copas dari link ini
Semoga Membantu...