.
.
.
Keesokan harinya....
Pov Adit
Sekarang aku sudah berada di dalam pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA-350 kelas bisnis. Berangkat dari Bandara Internasional Soekaeno-Hatta, Cengkareng Tangerang tujuan Bandara Ir. H.Juanda, Surabaya.
Ku lirik sejenak jam tangan di lengan kiriku, saat ini menunjukkan jam 9:05 wib dan sesaat lagi pesawat yang ku tumpangi akan segera tinggal landas.
Salah seorang pramugari mendekatiku sambil mengingatkan untuk memasang safety belt atau sabuk pengaman.
"Maaf pak, silahkan pasang sabuk pengaman anda karena sesaat lagi pesawat ini akan tinggal landas!", seru pramugari itu ramah disertai senyumannya.
Ku lihat name tag di bajunya pramugari cantik itu bertuliskan INDAH. Nama yang cantik dan indah sesuai dengan sosoknya.
Aku balas tersenyum dan segera memasang safety belt sesuai instruksinya. Tidak berapa lama kemudian ada pengumuman dari kapten pilot yang sedang bertugas membawa dan menerbangkan pesawat Garuda Indonesiayang ku tumpangi ini.
"Selamat pagi dan selamat datang para penumpang pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA-350 tujuan Surabaya.
Saya Kapten JodoANG yang akan membawa dan menerbangkan pesawat ini menghimbau kepada seluruh penumpang untuk berdoa terlebih dahulu sesuai dengan agama dan keyakinan kita masing-masing semoga perjalanan kita lancar dan selamat sampai tujuan.
Dan demi keselamatan kita dalam penerbangan ini saya mohon kerjasamanya untuk mematikan telepon seluler anda masing-masing, dan jangan lupa segera memasang safety belt atau sabuk pengamannya, nanti pramugari kami akan mendantangi anda dan akan membantu atau mengingatkan.
Selamat menikmati pelayanan kami dan semoga anda semua dapat menikmati perjalanan ini dengan nyaman. Terima kasih".
Pesawat yang kutumpangi ini mulai bergerak perlahan, dan lama kelamaan mulai cepat dan pada saat take off, badan ku sempat berguncang lumayan kuat kekiri dan kekanan.
Aku memejamkan mata sambil memanjatkan doa demi keselamatan kami semua hingga sampai nanti di tujuan kami yakni Bandar Ir. H. Juanda, Surabaya.
Pesawat kini melaju dengan kecepatan tinggi menembus awan dan cakrawala, bayangan Cinta istriku terlintas dalam benakku saat pagi tadi ia melepas kepergianku dengan penuh ketulusan sabagai seorang istri.
Jam 5:00 wib, aku terbangun dari tidurku, ku lirik Cinta di sisi kumasih tertidur pulas. Aku mengelus rambutnya dan sesekali memgecup ubun-ubun kepalanya mengungkapkan betapa aku sangat bahagia mendapatkan istri seperti dia.
Aku tak pernah puas untuk memandang wajahnya ketika ia tertidur, wajah yang penuh bahagia yang membuatku ikut merasakan kebahagiaannya.
Ia menggeliat di dadaku sambil tangannya tetap memelukku, hembusan nafasnya begitu menyejukkan jiwaku, oh rasanya benar-benar sulit untuk kuungkapkan dengan kata-kata, menggambarkan perasaan hatiku pagi tadi. Betapa bahagianya aku ketika terjaga dari tidurku, yang pertama kulihat adalah istriku. Melihat seseorang yang kucintai ada disampingku memberikan kenyamanan dan ketenangan jiwa.
"Dek Cinta sayang...! Bangun dek. Sholat subuh yuk!", bisik ku pelan membangunkannya.
Cinta menggeliatkan tubuhnya, dan sesaat kemudian ia membuka matanya perlahan. Ia tersenyum ketika mendapatiku memandang wajahnya sambil tersenyum. Hembusan nafasnya menggetarkan sukmaku, lalu ia balas tersenyum sambil merangkulkan tangannya ke leherku.
"Jam berapa sekarang mas", tanyanya manja tanpa mau melihat arah jam dinding dan tetap memandangku tak berkedip.
"Sudah adzan subuh dek, kita sholat yuk! Kita berjamaah", kataku mengajaknya dengan penuh ketulusan.
"Ayo, tapi cium dulu", sahutnya sambil mengerlingkan matanya.
Aku labuhkan ciumanku ke bibirnya yang mungil, ciuman yang didasari rasa kasih dan sayang sebagai suami pada istrinya.
Kami segera mandi besar (mandi junub) sebelum melaksanakan kewajiban kami sebagai muslim.
Setelah selesai beribadah, Cinta dengan sigap menuju dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi. Aku sempat menawarkan diri untuk membantunya tetapi dengan halus ia menjawab sambil bercanda supaya aku tidak tersinggung.
"Dek, mas bantu ya bikin sarapan pagi", ucapku menawarkan diri.
"Itu sudah kewajiban adek sebagai seorang istri, mas jangan mengambil ladang pahala adek, hehehe. Mas siapin saja keperluan mas untuk berangkat nanti, jangan sampai ada yang lupa dan ketinggalan", jawabnya sambil tersenyum lebar.
"Pengen kamu yang siapin pakaian mas, mas nggak mau ambil ladang pahala kamu sebagai istri mas", sahutku mengulang perkataannya.
"Ih malah nyontek omongan adek, nggak kreatif mas ah", katanya menyahuti omongan ku.
"Hahaha", aku tertawa lebar.
Sementara Cinta tersenyum, sangat terlihat sekali ia sangat bahagia dengan interaksi kami yang apa adanya.
Aku lalu beranjak ke ruang tamu, duduk bersantai di sofa sederhana, sambil memainkan ponselku. Sembari mengecek WA dan kebetulan sekali sekretarisku, Imelda ia sedang online. Segera aku memberikan kabar kalau aku hari ini tidak ke kantor karena mau ke Surabaya, melalui nomor WA nya.
"Mel, mas hari ini berangkat ke Surabaya menemui bigboss, kamu tolong handle semua pekerjaan mas. Kalo ada masalah kantor kamu segera kontak atau WA mas ya".
Pesan WA ku langsung ia baca, dan terlihat dilayar monitor ponselku ia sedang mengetik pesan balasan.
"Ok mas. Hati-hati dijalan ya. Titip oleh-oleh ya, hehehe".
Aku tertawa kecil setelah membaca pesan WA nya, lalu aku balas kembali pesannya.
"Nanti dibawain oleh-oleh buat semua karyawan. Tapi dengan syarat kalian kerjanya harus semangat".
Imelda mengetik balasan setelah pesan WA ku ia baca.
"Siap mas".
Aku membaca pesan WA terakhirnya dan hanya tersenyum. Dan berucap dalam hati, "Mel-mel kamu itu cantik kenapa masih saja mengharapkanku? Semoga kamu mendapatkan pasangan yang cocok dan seiman denganmu, aku menganggapmu seperti adik sendiri dan tidak ada perasaan apapun padamu".
Cinta datang sambil membawa nampan berisi secangkir kopi hitam dan cemilan untuk menemaniku bersantai sejenak sambil menunggu ia selesai membuatkan sarapan pagi untuk kami.
"Duh senangnya, siapa mas? Pacar mas Adit ya, kok senyum-senyum begitu", katanya menggodaku.
Seketika aku kaget dan malu melihat Cinta tersenyum menggoda dan sedikit ada rasa cemburu dari kalimatnya saat ia memergokiku memegang ponsel sambil tersenyum-senyum.
"Iii...Ini dek, mas baru kirim pesan WA sama Imelda sekretaris mas, memberitau ia bahwa mas mau berangkat ke Surabaya, kalo adek nggak percaya adek bisa lihat, nih", kataku menjelaskan sambil menyerahkan hpku.
"Nggak usah mas. Adek percaya sama kamu, maaf ya tadi adek sedikit cemburu melihat mas senyum-senyum begitu", sahutnya sambil ia meletakkan cangkir kopi dan cemilan itu diatas meja.
"Terima kasih sayang, sudah percaya mas, sini bentar temanin mas", kataku sambil menepuk-nepuk sofa diaampingku.
"Kapan adek masaknya kalo diajakin ngobrol? Nanti ya sayang, adek tunaikan tugas adek dulu baru adek temanin mas sampe puas", katanya dengan suara lembut dan tanpa intonasi marah sama sekali.
Aku bangkit dan menariknya pelan sehingga tubuhnya merapat dan....
Cuuuppp...
Aku mencium bibirnya, ciuman singkat tetapi penuh makna.
"Ciuman buat kamu dek, biar masaknya semangat ya", kataku menggodanya.
Cinta tersenyum lebar, ia begitu senang dan kalimat singkat ia ucapkan, " terima kasih mas Adit sayang".
"Maaf mengganggu pak, ini makanan ringan dan kopi hitamnya. Selamat menikmati".
Aku tersadarkan dari lamunanku, suara pramugari yang tadi mengingatkanku untuk memasang safety belt kini membawa sebuah nampan berisi secangkir kopi hitam dan sekotak snack lalu ia menaruhnya di samping tempat dudukku.
"Oh, iya terima kasih", sahutku tegas.
Ia lalu berlalu, terlihat pinggulnya yang montok bergoyang bak goyang itik sedang berjalan, aku hanya tersenyum melihat pemandangan barusan.
Dalam hatiku berkata,"Dit, jaga hati dan pikiranmu. Di rumah istrimu sedang menunggumu dengan sabar, jaga kepercayaan dan hatinya".
Aku pun langsung mengucapkan istighfar karena tanpa sadar aku sempat tergoda penampilan pramugari tadi.
Tak terasa pesawat yang ku tumpangi akhirnya sampai juga di Bandara Ir. H. Juanda, Surabaya. Mendarat dengan selamat dan aku pun mengucap syukur pada-Nya.
"Doakan suamimu, dek. Semoga mas bisa menghadapi papa dan mama dan bisa menyakinkan mereka bahwa kamulah pilihan terbaik buat hidup mas