The Honest One
Matahari sudah lama terbenam, seorang pria tampak sedang menikmati segelas kopi panas dan melihat ke arah jalanan ibukota yang masih saja padat.
Yudi melirik jam tangan pemberian almarhum ayahnya,
"Tambah males aja gue mo balik nih.. Damn you Jekardah.." Umpatnya pelan sambil berbalik ke arah cubicle berukuran 2x2 yang kini menjadi dunianya sehari-hari.
Namanya Yudi, dia sudah tiga tahun terakhir merantau di ibukota.
Pekerjaannya sebagai seorang akuntan menuntut ketelitian dan keuletan yang untungnya belum pernah tersaingi selama ini oleh siapapun diperusahaan tempat dia bekerja.
Banyak yang memusuhi Yudi karena terlalu jujur dan ingin menjatuhkan dia dari posisi strategis itu, tapi belum ada celah sedikitpun yang dapat menjadi senjata bagi para saingannya.
Suara papan keyboard menjadi salah satu yang setia menemani malam-malam dimana Yudi harus lembur mengerjakan tugas-tugas kantor.
"Wuuuussshh..." Desiran angin dingin mengagetkan Yudi dari pekerjaannya, seperti ada seseorang yang melintas di belakangnya, hati kecil Yudi ingin sekali mencari tahu asal hembusan angin itu, tapi entah kenapa kepalanya seperti terpaku ke arah layar komputer yang berpendar menampilkan spreadsheet Excel.
Telepon genggamnya bergetar di saku kemejanya. Ternyata reminder akan acara pameran yang disponsori kantornya besok.
Yudi sebenarnya tidak terlalu suka ada di tengah keramaian, tapi ini salah satu client penting perusahaan tempat dia bernaung jadi sebisa mungkin semuanya harus berjalan sempurna untuk besok!
Dimasukkannya kembali gadget itu kedalam saku kemeja dan kembali menari dengan jemarinya melanjutkan laporan keuangan bulanan perusahaan.
Down to the last digits Yud..
******
The Handsome One
"KYAAAAAA! ARIIIIII! Liat sini dooong!" Teriakan gadis berambut pendek dengan spanduk ditangannya sanggup mengalahkan riuh-rendah kerumunan fans yang sibuk meneriakkan nama laki-laki yang sekarang ada di atas stage dalam rangka mempromosikan film terbarunya yang baru release di bioskop.
Ari mencari asal suara yang melengking tinggi tadi, akhirnya pandangannya tertumbuk pada gadis berambut pendek tadi, dilambaikannya tangannya sebagai apresiasi usaha sang gadis.
Reaksi gadis itu langsung histeris dan pingsan ditempat!
Ari berusaha menghampiri pinggir panggung tapi terlanjur ditahan oleh pihak panitia, dia langsung diamankan ke backstage untuk menghindari kejadian yang lebih parah.
"Gimana Ri? Bener kan kata gue, lo bakal bikin film kita sukses bro!" Suara itu lagi, entah kenapa setiap manajernya ada disekitarnya, Ari selalu merasa jengah, dia tidak ingin berada terlalu lama dekat dengan manajer cerewetnya ini.
Akting adalah passion dari pria yang memiliki darah campuran belanda itu. Entah sejak kapan dirinya merasa bahwa dia tidak merasa enjoy lagi dengan semua ini.
Seakan ada yang hilang, tapi dia masih belum tahu persis apa sebenarnya yang dia cari..
Telepon genggamnya berbunyi, pamannya yang eksentrik ternyata mengirimkan BBM.
"Darliiing, besok jangan lupa yaaa dateng ke pameran akuuh! Kamu dah ditunggu loooh ama temen-temen sosialita akuh Rii, you will be my lucky-charm! See you tomorrow!"
Ari menepuk jidatnya sendiri menyadari kealpaannya memberitahu sang manajer soal pameran itu!
"Den, besok kosongin jadwal gue yak, gue ada acara penting, okay??" Tanpa menunggu jawaban dari Denny manajernya, Ari melangkah menuju mobilnya.
Chapter 1
Act 1
Matahari sudah lama terbenam, seorang pria tampak sedang menikmati segelas kopi panas dan melihat ke arah jalanan ibukota yang masih saja padat.
Yudi melirik jam tangan pemberian almarhum ayahnya,
"Tambah males aja gue mo balik nih.. Damn you Jekardah.." Umpatnya pelan sambil berbalik ke arah cubicle berukuran 2x2 yang kini menjadi dunianya sehari-hari.
Namanya Yudi, dia sudah tiga tahun terakhir merantau di ibukota.
Pekerjaannya sebagai seorang akuntan menuntut ketelitian dan keuletan yang untungnya belum pernah tersaingi selama ini oleh siapapun diperusahaan tempat dia bekerja.
Banyak yang memusuhi Yudi karena terlalu jujur dan ingin menjatuhkan dia dari posisi strategis itu, tapi belum ada celah sedikitpun yang dapat menjadi senjata bagi para saingannya.
Suara papan keyboard menjadi salah satu yang setia menemani malam-malam dimana Yudi harus lembur mengerjakan tugas-tugas kantor.
"Wuuuussshh..." Desiran angin dingin mengagetkan Yudi dari pekerjaannya, seperti ada seseorang yang melintas di belakangnya, hati kecil Yudi ingin sekali mencari tahu asal hembusan angin itu, tapi entah kenapa kepalanya seperti terpaku ke arah layar komputer yang berpendar menampilkan spreadsheet Excel.
Telepon genggamnya bergetar di saku kemejanya. Ternyata reminder akan acara pameran yang disponsori kantornya besok.
Yudi sebenarnya tidak terlalu suka ada di tengah keramaian, tapi ini salah satu client penting perusahaan tempat dia bernaung jadi sebisa mungkin semuanya harus berjalan sempurna untuk besok!
Dimasukkannya kembali gadget itu kedalam saku kemeja dan kembali menari dengan jemarinya melanjutkan laporan keuangan bulanan perusahaan.
Down to the last digits Yud..
******
The Handsome One
"KYAAAAAA! ARIIIIII! Liat sini dooong!" Teriakan gadis berambut pendek dengan spanduk ditangannya sanggup mengalahkan riuh-rendah kerumunan fans yang sibuk meneriakkan nama laki-laki yang sekarang ada di atas stage dalam rangka mempromosikan film terbarunya yang baru release di bioskop.
Ari mencari asal suara yang melengking tinggi tadi, akhirnya pandangannya tertumbuk pada gadis berambut pendek tadi, dilambaikannya tangannya sebagai apresiasi usaha sang gadis.
Reaksi gadis itu langsung histeris dan pingsan ditempat!
Ari berusaha menghampiri pinggir panggung tapi terlanjur ditahan oleh pihak panitia, dia langsung diamankan ke backstage untuk menghindari kejadian yang lebih parah.
"Gimana Ri? Bener kan kata gue, lo bakal bikin film kita sukses bro!" Suara itu lagi, entah kenapa setiap manajernya ada disekitarnya, Ari selalu merasa jengah, dia tidak ingin berada terlalu lama dekat dengan manajer cerewetnya ini.
Akting adalah passion dari pria yang memiliki darah campuran belanda itu. Entah sejak kapan dirinya merasa bahwa dia tidak merasa enjoy lagi dengan semua ini.
Seakan ada yang hilang, tapi dia masih belum tahu persis apa sebenarnya yang dia cari..
Telepon genggamnya berbunyi, pamannya yang eksentrik ternyata mengirimkan BBM.
"Darliiing, besok jangan lupa yaaa dateng ke pameran akuuh! Kamu dah ditunggu loooh ama temen-temen sosialita akuh Rii, you will be my lucky-charm! See you tomorrow!"
Ari menepuk jidatnya sendiri menyadari kealpaannya memberitahu sang manajer soal pameran itu!
"Den, besok kosongin jadwal gue yak, gue ada acara penting, okay??" Tanpa menunggu jawaban dari Denny manajernya, Ari melangkah menuju mobilnya.
Chapter 1
Act 1
Terakhir diubah: