Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Pak Ujang yang beruntung

Bagus ni cerita.
Tapi koq nama si cewe ada 2 ya. Vivi dan Cinta. Haha.

:D
 
Beberapa bulan kemudian

“Ugh...” Aku melenguh ketika kontolku untuk yang kesekian kalinya masuk ke vagina Bu Vivi.

Wajah Bu Vivi tampak kemerahan ketika kami sama-sama mulai menggerakkan tubuh, berusaha mencapai puncak kepuasan. Ditengah asiknya aku menggerakkan pinggulku, tiba-tiba terdengar dering telepon di meja samping kasur.

“Bentar Pak Ujang...uh.....ada telepon tuh...” Bu Vivi mendorong tubuhku yang sedang berada diatas tubuhnya untuk bangkit berdiri. Aku setengah protes, karena sedikit lagi aku sudah akan keluar..

Tapi dasar Bu Vivi, sambil tersenyum nakal dia sengaja menggoyangkan pinggulnya sebentar sebelum melepaskan kontolku dari vaginanya. Sambil bangkit berdiri dia juga sempat ngeluh “Siapa telp jam setengah satu malam seperti ini”

Aku pun hampir menggerutu, tapi sebelum sempat keluar kata-kata dari mulutku Bu Vivi menempelkan jarinya di bibirku sambil tersenyum manis “Nanti ya dilanjut lagi, siapa tahu ini telepon penting” Dia lalu bangkit berdiri terpincang menuju ke ruang tengah dengan tubuh masih telanjang bulat.

Aku menghembuskan nafas panjang, kalah dah kalo Bu Vivi sudah memberikan senyumnya yang manis itu. Aku pun duduk sambil menunggu Bu Vivi menjawab telepon. Bu Vivi bediri di dekat kursi meja rias sambil menerima telepon. Dan memang tampaknya telepon tersebut penting, terlihat dari wajah Bu Vivi yang serius.

Jawaban-jawaban singkat keluar dari bibir Bu Vivi, ketika menjawab telepon tersebut. Dia melirik ke arahku sebentar, lalu mengisyaratkan agar aku jangan bertanya dulu. Aku terdiam saja sambil memperhatikan tubuh Bu Vivi yang telanjang bulat serta berkilau karena keringat. Timbul niat isengku, perlahan aku menuju belakang tubuh Bu Vivi.

Aku tersenyum nakal ketika kuarahkan kontolku menuju lubang vagina Bu Vivi yang masih basah bekas persetubuhan kami barusan. Baru saja ‘helm’ kontolku yang masuk ke dalam liang hangat vagina Bu Vivi, tangan Bu Vivi menepis halus sambil mendelik mengisyaratkan supaya aku diam.

Agak jengkel karena hasrat yang belum tuntas aku menghempaskan diri di kasur. Bu Vivi melirik ke arahku, lalu tatapannya beralih ke kontolku yang masih ngaceng sekeras baja. Dia setengah menahan senyum, sambil masih meneruskan percakapannya di telepon, tubuhnya bergeser sedikit lalu, menghempaskan pinggulnya duduk disebelahku. Tangan kanannya mengelus-elus dan mengocok perlahan kontolku sementara tangan kirinya masih memegang handphone.

Aku memposisikan diri agar lebih rileks dan agar Bu Vivi lebih mudah mengocok kontolku, tanganku meremas teteknya dan memilin pentilnya, lembut lalu kuat, setelah bosan memakai tangan, kucodongkan miring badanku, mulai menghisap pentilnya, sementara tanganku melebarkan kaki majikanku. Tanganku mulai mengelus jembutnya, memainkannya, sesekali menarik-nariknya dengan gemas, akhirnya jarinya mulai melebarkan belahan memek Bu Vivi, jarinya mulai memainkan itil majikanku, jari tangan yang lain mulai menyodok memeknya. Kontolku sendiri sudah ngaceng, tapi masih kubiarkan dibelai mesra oleh majikanku.

Bu Vivi makin merasa terangsang saat jariku memainkan lobang memeknya, tangannya terangkat, mengapit bagian belakang kepalaku. Kepalanya bersandar di bahuku. Aku dengan ganas mulai menciumi dan menjilati keteknya yang putih dan bersih itu, sesekali mengenyot ketek dengan mulutku. Berkali-kali ketek Bu Vivi kukenyoti hingga memerah dan agak basah.

Sementara itil Bu Vivi semakin menjadi-jadi kumainkan, membuat Bu Vivi kelojotan walau ia tak bisa leluasa karena sedang menerima telepon. “... emmhhhhh...” dengan cepat Bu Vivi menggapai orgasmenya. “Pak Ujang selalu membuatku sangat terangsang dan mudah mendapat orgasme”, pikir Bu Vivi. Akupun melepaskan tanganku yang tadi mengerjai itil majikanku itu, membiarkan majikanku memegang kendali karena Bu Vivi meletakkan handphone menandakan percakapan sudah selesai.​

Kemudian ia bercerita bahwa telepon tersebut mengabarkan meninggalkan suaminya karena kecelakaan lalu lintas. Sesaat kami berdua merenung di keremangan ruang malam memikirkan kabar yang mengejutkan itu lalu merasa ikut prihatin atas nasib suami Bu Vivi, serta perasaanku juga berganti dengan rasa iba mengingat aku tahu bahwa bu Vivi sangat mencitai suaminya.

Lamunanku buyar ketika merasakan sentuhan halus di kontolku. Jemari lentik Bu Vivi membelai dan kembali mengocok halus batang kontolku. Serasa diingatkan, kontolku dengan ‘riang gembira’ tegak berdiri!

Majikanku tersenyum sambil mengedipkan mata mengisyaratkan agar kita berdua kembali bercinta. Kupeluk Bu Vivi dan berposisi menindih Bu Vivi dari atas. Kuciumi wajah majikanku dengan penuh nafsu, menggigit bibir Bu Vivi dan terus melakukannya, menikmati setiap ciumannya. Aku jadi semakin bergairah dengan bau wangi farfum Bu Vivi yang menebar itu. Secara naluriah ciumannya berpindah ke bagian leher Bu Vivi yang terasa harum semerbak. Bahkan sekali-kali kugigit leher majikanku itu. Ciumanku terus ke bagian bawah, kali ini dada Bu Vivi berikut puting susu kemerahan yang telah mengeras itu jadi sasaranku. Kuciumi tubuh Bu Vivi yang semakin ia rambat ke bawah semakin harum itu. Sesekali tanganku meremas payudara Bu Vivi dengan lembut dan berkali kali. Hal ini membuatku makin bergairah hingga lidahku terus turun ke bagian bawah dan berada di sekitar perut wanita itu. Kugelitik pusar Bu Vivi dengan lidahku, tanganku tak tahan untuk ikut bergerak, mulai merambat dari betis Bu Vivi hingga naik keatas ke paha Bu Vivi yang sekal dan mulus tanpa cacat itu. Dielusnya paha mulus si cantik itu dengan gerakan perlahan berulang kali. Terus keatas hingga menyentuh tetap di daerah selangkangan Bu Vivi. Tanganku berhenti sejenak disana dan merasakan celana dalam perempuan itu basah, akibat horninya barusan. Dengan hati-hati tanganku menyelinap ke kemaluan Bu Vivi, tanganku sekarang berada di wilayah yang terasa ditumbuhi oleh beberapa helai bulu dan terasa lebat dan basah.

Kutusukan jariku pelan-pelan di belahan vagina Bu Vivi dan mencoba mencari celah yang membelah liang kenikmatan wanita itu. Dan.. tanganku sekarang tepat berada di titik rangsang wanita, yaitu sebuah daging kecil sebesar kacang ijo yang terasa licin. Dengan naluri lelakinya kumainkan jarinya mengusap yang dinamakan klintit atau clitoris itu. Sementara lidahku telah sampai disana, tangannya terus bekerja dan dengan giginya kutarik perlahan celana dalam Bu Vivi agak kebawah hingga tercium aroma kewanitaan Bu Vivi yang wangi. Pertanda wanita itu rajin merawatnya, buktinya air kewanitaan Bu Vivi tidak bau.

Setelah beberapa saat memainkan klintit Bu Vivi akhirnya kutarik tangannya dari dalam celana dalam Bu Vivi. Kembali berposisi menindih Bu Vivi, kali ini kuciumi leher Bu Vivi dengan gerakan cepat dan kasar. Kedua tangan Bu Vivi kubentangkan dan kukunci tangan Bu Vivi dengan kedua tanganku, ciuman itu berpindah menjilati telinga Bu Vivi . Setelah beberapa kali di sentuh telinganya, terlihat Bu Vivi mulai menggeliat. Melihat ituku makin meliarkan ciumannya disana dan sesekali kucupang leher Bu Vivi hingga Bu Vivi merintih lirih, bibirku mulai melumat bibir Bu Vivi dengan penuh nafsu membara. Bu Vivi sendiri kembali hanyut oleh sentuhan dan belaianku. Aku amat pandai mengatur irama permainan itu, melihat Bu Vivi mulai terangsang aku agak mengurangi tempo ciumanku dengan pelan dengan hanya melumat bibir Bu Vivi lalu melepaskannya, setelah Bu Vivi mulai terpancing sedikit demi sedikit aku mulai menambah tempo ciumanku hingga Bu Vivi mengikuti temponya. Bibirnya mulai bergerak seirama dengan kecupan liarku di mulutnya, mulut kami kembali saling memagut dan mengulum, dari gerakan pelan hingga Bu Vivi dapat mengimbangi kecepatan pagutan lidahku dalam mulutnya yang menari memangut dan menelusuri rongganya. Terasa hangat dan membuat Bu Vivi terbuai dan menikmatinya.​

“Sshhh.. clpok.. mmpphh..“ bunyi lidah kami berkulum. Bu Vivi nampak pasrah saja diserang sedemikian rupa olehku. Sementara kedua tangan Bu Vivi memeluk bahuku sambil meremas remas tengkukku, pertanda wanita itu menikmatinya. Kami melakukan posisi itu beberapa saat. Mulutku pun melepas pagutannya dari Bu Vivi dan menciumi leher Bu Vivi hingga telinganya. Kulumat telinga Bu Vivi dalam mulutnya hingga Bu Vivi sendiri hanya meleguh dan mengerang menikmatinya. Yang membuat Bu Vivi makin tak tertahan adalah di saat bersamaanku melakukan petting padanya, kemaluanku yang terasa keras itu sengaja di gesekanku dengan kemaluan Bu Vivi. Merasakan itu Bu Vivi hanya dapat menggigiti bibirnya. Ciumanku sekarang beroperasi di buah dadanya, aku dengan cepat melumat buah dada Bu Vivi yang bergelantung indah itu.

“Oohhh.. shhhh.. hhh.. “ jerit Bu Vivi tak kuasa. Ia melepaskan semua kenikmatan yang dirasakannya dengan mulutnya. Aku terus mengulum dan menyapu bongkahan daging bulat itu, dan menetek di putting susu Bu Vivi beberapa kali sambil menggigit kecil payudara yang mulus itu. Bu Vivi merasa aku benar-benar dapat membuatnya bertekuk lutut. Dan tukang kebunnya begitu pandai membuatnya merasakan gairah yang telah lama tidak dia rasakan. Sebuah permainan yang liar dan hangat. Melihat Bu Vivi pasrah, ciumanku merambat kebagian perut Bu Vivi dan tubuh Bu Vivi telah basah oleh keringat dan air liurnya. Sementara tangannya terus meremas buah dada Bu Vivi. Tubuh Bu Vivi merinding dibuatnya. Dan puncaknya saat mulutku sekarang berada tepat diselangkangannya. Dan menciumi tepat di bagian liang kewanitaannya, tak kuasa lagi Bu Vivi menahan sensasi itu ia menjerit panjang,​

"Ooooooohhhhhhh..!!!!!!ooooooohhhh….!!!!” Ujarnya panjang dan berulang ulang. Mulutku terus mengecup bagian itu berulang ulang. Sementara kedua paha Bu Vivi dengan reflek mengapit leherku seakan menahan kepalaku agar tetap di sana. Hal ini membuatku makin menjadi jadi. Dengan cekatan kutarik karet pinggir bagian samping celana dalam Bu Vivi, begitu aku melihat vagina Bu Vivi yang ditutupi bulu lebat itu sedikit, kuburu dengan lidahku.. pertama kuciumi berulang kali, terlihat cairan kewanitaan Bu Vivi membasahi clitorisnya. Perlahan Bu Vivi melepaskan pagutan pahanya di leherku dan perlahan lahan kedua pahanya ia buka agar aku leluasa menjilati kewanitaannya itu. Lidahku pun leluasa menari menjilati udel Bu Vivi yang berbulu lebat itu. Cairan-cairan yang keluar terlihat kental melekat di bulu-bulu vagina Bu Vivi yang keriting lebat. Seperti sebuah pelumas, kusedot semua cairan kewanitaan Bu Vivi seakan ingin membersihkan lubang kencing dan klitoris Bu Vivi itu dengan sapuan lidahku. Vagina Bu Vivi telah benar-benar basah dengan air kewanitaan bercampur air ludahku.

Dilain fihak Bu Vivi benar benar menikmati semua sentuhan yang dirasakannya. Walaupun yang menjilati saluran pembuangannya itu orang tua seumuran ayahnya. Tak terbayang olehnya orang tua yang baru dikenalnya ini dapat memuaskan hasratnya. Perlakuanku padanya sungguh membuat Bu Vivi merasa gairah liarnya terlahir kembali, suaminya saja tidak mau menjilati udelnya, sekarang baru dirasakannya sebuah kenikmatan baru dan penuh sensasi bahkan membuatnya ketagihan oleh sentuhan sentuhan lidah dan jari orang tua ini. Selama ini ia hanya dapat beronani untuk melepaskan hasratnya. Sementara sekarang seluruh tubuhnya telah “di service” oleh tukang kebunnya.

Akhirnya tanpa malu – malu ia mendekatiku. Ia lepaskan tangannya dari sedari tadi beronani menuju batang kejantananku yang telah tegak menjulang. Ia menggengam penisku dengan tatapan mupeng. Akhirnya Bu Vivi membuat posisi duduk diatas ranjang sementaraku berposisi berdiri berhadap hadapan dengannya. Batang penis yang panjang dan berotot itu digesek gesekan oleh Bu Vivi pada pipi dan hidung mancungnya, penis itu serasa hangat dan dengan lembut. Bu Vivi mengelus ngelus batang kejantanan di hadapannya itu. Amat jauh berbeda dengan batang kejantanan suaminya yang beberapa tahun memuaskan kebutuhan biologisnya. Lebih panjang, kekar dan bagus. Tiada bosannya Bu Vivi memandangi penis itu dengan rasa kagum. Tanpa malu-malu lagi Bu Vivi mulai menciumi penisku yang sejajar berada dengan mulutnya.

“Kuoo … punya kamu gede bangett … uhhh .. Cinta masukin ke mulut yahh..” ujar Bu Vivi penuh yang nafsu yang tak bisa lagi dibendungnya. Bu Vivi menatapku seolah menunggu perintah, aku hanya mengangguk pelan. Secepat kilat Bu Vivi mulai mengulum penisku itu dalam mulutnya dan bibirnya yang merah merekah . Terdengar bunyi kecipak, akibat gesekan penisku dalam mulutnya, kejantanan yang besar itu seolah tak muat dalam mulutnya. Namun Bu Vivi tak peduli, malah ia makin terangsang dan terus mengulum dan menyedot nyedot penisku dengan gaya maju mundur dalam mulutnya. Sekarang giliranku yang mulai terangsang dibuatnya. Bu Vivi yang telah berpengalaman dalam memuaskan suaminya itu, begitu pandai melakukan artikulasi artikulasi jilatan pada syaraf rangsang kejantananku. Kadang dia jilati batang kemaluan sebelum mengulumnya dengan bibir sexynya. Dan tangannya dengan paham dan cekatan memainkan kantung zakarku dan tangan yang satunya menggengam batang penisku sambil terus mengocok batangnya. Sementara lidahnya terus menyeruput, menjilat penisku dari dalam mulutnya.

Tak pernah dibayangkan wanita seperti Bu Vivi melakukan hal senista ini. Selama ini Bu Vivi dikenal sebagai seorang wanita yang alim dan jauh dari gossip perselingkuhan. Namun kali ini ia benar-benar tak berdaya melawan gairahnya padaku.​

Sementara aku mulai gelisah, penisku seakan ingin meledak bagai magma yang ingin meletus. Aku rasakan lidah Bu Vivi terus menggelitik penisku. Urat syaraf nya menegang dan akhirnya aku berteriak tertahan. dan…. kumuntahkan spemanya dalam mulut Bu Vivi. Bu Vivi sendiri agak terkejut melihat cairan hangat yang kental terasa membanjiri mulutnya. Begitu banyak, hingga sebagian tertelan masuk kedalam kerongkongannya. Kutekan kepala Bu Vivi agar tetap berada di posisi itu. Membuat Bu Vivi sesak nafas dibuatnya dan diakhiri satu lenguhan panjangku melepaskan kepala Bu Vivi hingga penisku pun terlepas dari mulut Bu Vivi.

Bu Vivi pun terasa mual dibuatnya begitu tahu dan terasa cairan itu tertelan olehnya. Melihat itu aku kembali menuangkan segelas air putih dan meminumkannya ke Bu Vivi, hingga seluruh sperma itu larut oleh air kedalam tubuhnya.

“Ayooo. Telan Non..” perintahku. Terlihat Bu Vivi terengah engah dan membersihkan beberapa sisa spermaku yang nempel di bibirnya. Bu Vivi merasa menjilati penis lelaki termasuk kenikmatan yang menggairahkan simpul syarafnya.

Pak Ujang hanya tersenyum geli melihat ekspresi Bu Vivi yang terangsang hebat. Kubiarkan wanita itu istirahat sejenak guna mengatur nafasnya. Setelah beberapa menit, dan belum lepas rasa kaget Bu Vivi, kudorong majikanku keatas ranjang dan menindihnya. Kami berdua mulai bergumul diatas ranjang, saling cium, saling remas dan saling meraba penuh gairah. Kembali terdengar rintihan dan erangan erotis dari mulut Bu Vivi, saat aku memburu tubuhnya yang serasa haus akan belaian pria itu. Namun tiba-tibaku menghentikan sejenak aktifitasnya, aku kembali mengambil satu gelas susu di dapur, lalu kutumpahkan susu itu sedikit demi sedikit ke atas tubuh Bu Vivi dari dada, perut, dan hingga ke paha. Tubuh Bu Vivi pun menjadi sedikit basah dibuatnya, ia pasrah membiarkanku bertindak semaunya.

Permainan kami menjadi semakin hot, kutindih tubuh Bu Vivi, kujilati sekujur tubuh Bu Vivi mulai dari bibir, leher, dada dengan buas. Sementara sang wanita dibawahnya melenguh berkali-kali pertanda birahi yang begitu melandanya. Tanganku kembali merabai betis dan paha Bu Vivi, dengan halus kaki Bu Vivi kuraba dan kuciumi serta dijilat dengan hati-hati hingga rambut-rambut halus pada betis dan paha Bu Vivi tegak dan pori-pori kulitnya pun meremang. Belahan pantat Bu Vivi yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta putih mulus tak bercacat membuat birahiku yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak

Aku menggeser posisi tubuhnya sedikit keatas, sekarang bibirnya mengulum bibir Bu Vivi. Tubuhnya yang menindih dari atas disejajarkan dengan tubuh Bu Vivi hingga kemaluannya yang telah tegak mencuat itu disejajarkannya pula dengan vagina Bu Vivi yang telanjang polos situ. Sedikit demi sedikit penisku kugesekan diantara belahan vagina Bu Vivi.

“Oohhhhh.. hhhhhhh… “ desah Bu Vivi, jidatnya mengerut dan memejamkan matanya merasakan sensasi nikmat itu. Namun entah mengapa dia tak berdaya menolaknya, saat dirasakannya sebuah benda tumpul yang keras dan hangat menyundul nyundul klitorisnya. Mencoba memasuki liang kewanitaannya. Secara naluriah Bu Vivi mengangkangkan pahanya, seakan memberi penisku keleluasaan untuk menerobos masuk. Dan akhirnya setelah penis itu pas berada di pintu sorga Bu Vivi. Kudorong pinggulnya dengan perlahan memasuki gua kenikmatan Bu Vivi.

“Uuuhhhh …….!!” Jerit Bu Vivi tertahan.

“…..Oooooh besarnyaaaa, Pak Ujang”…. Bu Vivi dapat merasakan penisku yang kini tengah memasuki liang kemaluannya.

“Achh.. Non Cinta.., enak sekalii..” sahutku. Sedikit demi sedikit penisku yang kekar itu dibiarkannya memasuki lubang cintanya yang seharusnya hanya diperuntukan Bu Vivi untuk suaminya. Tapi sekarang Bu Vivi telah larut oleh birahi yang melandanya, apalagi kejantanan milik orang tua ini jauh lebih besar dan panjang dari pada milik suaminya. Dia begitu menikmati sensasi ini, ternyata suaminya bukanlah satu-satunya pria yang dapat membuatnya horny. Seperti sekarang ini, apalagi di sela kesibukan mereka berdua, membuat mereka jarang melakukan hubungan suami istri, kalau sesekali, itu pun dengan gaya biasa-biasa saja. Sementara orang tua ini begitu pandai membakar gairah birahinya hingga libidonya terasa meledak ledak untuk disetubuhi. Dia hanya pasrah dan menikmati apa yang diperbuatku padanya. Genjotanku membuat Bu Vivi menggigiti bibirnya. Dengan rintihan tertahan Bu Vivi mulai menikmati denyutan penisku di dalam lubang cintanya yang kian menggesek klitorisnya. Terasa hangat dan membuat sekujur tubuhnya merinding.

Setelah penisku setengah tertancap, kutarik kembali penisku hingga sebatas kepala helm penisku lalu menekannya lagi keadalam hingga semakin lama penis itu semakin amblas di dalam vagina Bu Vivi. Vagina Bu Vivi yang terus dirawat empunyanya itu dengan sari rapet dan jamu jamuan memang rapet dan legit, membuatku merasa seperti penisku dipelintir oleh otot vagina Bu Vivi yang terus terasa berdenyut membuat penisku main lama makin tegang dalam gua itu. Seterusnyaku membuat posisi maju mundur menghentakkan pinggulnya, dengan napas terengah-engah menghentakan penis besarku dan Bu Vivi pasrah saja disetubuhi sedemikan rupa, pantat ibu muda itu sudah terbiasa menerima sodokan pria yang bukan suaminya itu. Malahan dengan naluriah pantat Bu Vivi mengimbangi goyangan dari bawah dengan arah berlawanan, hingga menimbulkan sensasi tersendiri bagi kedua manusia itu. Bu Vivi menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melawan terpaan kenikmatan, tapi ia tak mampu. Bu Vivi mendesah nikmat dan tanpa sadar ia meracau “Oh besar sekali punyamu Pak Ujang…Uggghhh.... Oooh … yeah..”. Aku dengan gencar mengocok penisku didalam vagina yang mulai basah itu.

Batang penis besar itu seakan merobek liang vagina Bu Vivi dan kedutan penis yang keras itu membuat dinding vaginanya secara elastis ikut berdenyut meremas remas kontolku

”Ouuuuh..Aggghh..” aku dibuat mengerang oleh cengkraman vagina Bu Vivi yang berdenyut denyut, aku masih tetap mempertahankan ejakulasinya agar jangan meledakan lahar hangat dipertengahan permainan liarnya saat memacu wanita cantik yang sedang meringkik nikmat itu.

Setelah beberapa saat, kudekap Bu Vivi dari atas, memeluk seolah tak mau melepaskan wanita cantik itu. Dan Bu Vivi pun tak kalah, tangannya memeluk bahu pria yang menindihnya dan sesekali mencakar punggungku, yang malahan merasakan sensasi tersendiri dengan cakaran kuku Bu Vivi di punggungnya. Dan lidahku terus sibuk menciumi dan menjilati leher hingga telinga Bu Vivi, sambil terus menyodok dari atas. Tanganku mengunci kedua tangan Bu Vivi dengan cara mengapit lengan Bu Vivi dengan lengannya yang berotot. Sementara kedua paha Bu Vivi telah terkangkang hingga makin memudahkan penisku hilir mudik menggenjot vaginanya. Dengusan yang terdengar dari mulut Bu Vivi setiap merasakan genjotannya itu makin membuatnya terpacu untuk mempercepat gerakannya pinggulnya. Bagiku Bu Vivi adalah seorang wanita yang mengerti apa yang dimaunya. Dan aku merasa beruntung dapat menggarap ibu muda yang cantik itu, begitu cantik, mulus dan berpengalaman dalam urusan memuaskan kebutuhan biologis, pantas saja suaminya amat menyayangi Bu Vivi.

”Ooooh…enak…enaaaak Pak Ujaang, terus Pak... saya suka dientot sama kontol muuu besaaaaaar..!!!” Dan pantat Bu Vivi bergoyang erotis mengikuti irama ayunan hujaman penisku.

”Ayooo Non Cinta..!! goyang terus !.... Ayo sayangkuuu !! ohhh” terdengar rintihan meraka berdua berpacu menggapai hasrat.

Lidahku terus menyedot lidah Bu Vivi, bibir kami saling berpagutan. Bu Vivi mulai menggelepar gelepar diatas ranjang, kedua kaki nya liar mengacak acak sprei tempat mereka berhubungan badan itu. Sadar Bu Vivi akan orgasme, kulepas dekapanku dari atas tubuh Bu Vivi. Wajah Bu Vivi terlihat tak rela saat kuhentikan aktifitasku. Jujur, dia masih ingin diremuk oleh ledakan horny akan serasa akan melandanya. Sekarang, masih dalam keadaan penis tertancap dalam vagina ibu muda itu, aku bangkit dan membalikan tubuh Bu Vivi hingga berposisi membelakanginya. Kemudianku mengangkat sedikit pinggul Bu Vivi hingga pantat Bu Vivi berposisi lebih tinggi dari kepala Bu Vivi. Kemudian dia membimbing tubuh Bu Vivi hingga Bu Vivi menungging. Bu Vivi tampak patuh disuruh berbuat demikian dan menahan beban tubuhnya dengan kedua tangannya. Sekarang Bu Vivi telah siap dengan posisi doggie style, untuk menerima gempuran penisku yang menyodok dari belakang. Blesssss…… kudiamkan penisku sesaat agar Bu Vivi dapat meresapi nikmatnya kedutan penis besarnya dan beradaptasi. Tubuh Bu Vivi menggeletar ketika menerima hangatnya kejantananku yang menyodok vaginanya dari arah belakang, matanya terbelalak merasakan liang vaginanya serasa sesak seakan hendak pecah, dan… rasa kenikmatan mulai menderanya ketika aku dengan perlahan menarik penis itu hingga yang tersisa kepala penis yang masih menempel dibibir vagina, lalu dengan menghentak deras disorongkan masuk kembali kedalam vaginanya Bu Vivi dan itu kulakukan berulang ulang kali hingga membuat biji mata Bu Vivi terbeliak keatas, seperti anjing yang sedang kawin Bu Vivi melolong histeris.

“Ooohhh mmmmffff…“ Mata Bu Vivi melotot juga saat merasa seluruh penisku amblas dalam vaginanya, apalagi diameter penisku yang besar seakan akan membuat lubang vaginanya terkuak lebar,.

”Pelan pelan Pak…Agggh,,,Ouuhh… ” rintih icha

“Nikmati ajalah Non….,” sahutku, sambil menggenjot Bu Vivi dari belakang. tubuh Bu Vivi pun bergoyang maju mundur akibat seranganku. Saat ayunan penisku dibuat perlahan dan lembut membuat Bu Vivi mengerang …mengejang dan meracau…

“Ooooh…enak…enaaaak, terus Pak Ujang.. Ugghhhh!!!” Dan pantat Bu Vivi bergoyang erotis mengikuti irama ayunan hujaman penisku, Bu Vivi mendegus bagai kuda betina seirama dengan tusukanku dari belakang. tubuhnya menggeletar bercampur dengan rasa nikmat…wajah Bu Vivi menengadah kelangit langit kamar dengan kedua matanya terpejam….menikmati gesekan penis orang tua itu bagaikan gelombang disamudera.

”Ayooo Non goyang terus !.... Ayo sayangkuuu..! goyang terus, teruuuuus,” dan buah pantat Bu Vivi dipukuli oleh telapak tanganku, rasa sakit bercampur nikmat itu membuat gairah Bu Vivi semakin menggebu bagai orang kesurupan Bu Vivi menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama tusukan penisku,

Dengan cepat pantat Bu Vivi mengimbangi sodokanku, Bu Vivi menggoyangkan pantatnya ke kiri dan kanan, berlawanan dengan gerakanku yang maju mundur, hingga giliranku yang merem melek merasakan penisku digoyang oleh Bu Vivi. Mereka berdua terus berpacu menggapai kepuasan, sampai akhirnya Bu Vivi kembali merasa vaginanya berdenyut pertanda ia akan kembali orgasme,

“Oooohh.. gooodd !!! goyangggg Non Cintaaa… ayooo goyang terusss..!!” mataku merem melek menikmati goyangan pinggul Bu Vivi dengan vaginanya yang penuh disesaki oleh penis beruratku. Bu Vivi bagaikan penari jalang saat menghentakan pinggulnya bagaikan blender yang sedang mengaduk aduk benda didalamnya. dengan kedua tangannya bertumpu diatas kasur. Bu Vivi mengerang histeris, tubuh wanita itu berguncang guncang akibat hentakan penisku yang menyetubuhinya dari arah belakang…..”Terusinnn.. Terussss!!! …Oooooh…”. Bu Vivi melolong panjang dengan tubuh berkelojotan

“….Ouuuuh..Aggghh..” aku dibuat mengerang oleh cengkraman vagina Bu Vivi yang berdenyut denyut. Aku tak tahan dengan goyangan Bu Vivi seakan menelan dan mengapit penisku dengan erat. Dengan gemasku terus mempercepat penetrasi nya. Tangannya dengan gemas menampar pantat Bu Vivi beberapa kali hingga pantat nyonya cantik itu memerah, Bu Vivi yang merasa ditampar bukannya kesakitan, tapi ia makin bergairah untuk menggapai kenikmatan yang sebentar lagi akan dia keluarkan. Pantatnya makin menggoyang penisku yang juga makin mempercepat serangannya ke rahim Bu Vivi. Bu Vivi pun dengan bersemangat memacu pejantannya itu untuk mencapai puncak kenikmatan yang hendak diraihnya, ayunan vaginanya yang bergoyang berlawanan dengan genjotanku semakin liar membenam penis beruratku dan liang kewanitaan Bu Vivi semakin basah oleh lendir pelicin yang mengalir dari liang vaginanya. Erangan nikmat Bu Vivi serta goyangan erotisnya ketika kusetubuhi menjadi tambahan energi itu untuk menghempaskan Bu Vivi kepusaran badai kenikmatannya. Selanjutnya matanya kembali melotot dan berteriak keras..

“Saya keluaaaarrrrr ..!!!“ jerit Bu Vivi bersamaan dengan itu kurasakan lubang senggama Bu Vivi mengeluarkan cairan yang hangat, menyembur dari rahimnya hingga penisku terasa hangat. akhirnya wanita cantik ini menjerit kecil saat ia meraih puncak kenikmatan. Perlahan goyang Bu Vivi mengendur dan kepalanya tertunduk kebawah. Tubuh Bu Vivi langsung lunglai menggelosor ambruk ketempat tidur Sementara itu aku yang belum juga mencapai klimaks, masih berusaha untuk mengajak Bu Vivi melanjutkan permainan mereka, kucabut penisku dari vagina Bu Vivi lalu kuberbaring terlentang di atas ranjang.

“Non Cinta.. mari.. sekarang Non Cinta yang diatasku ya…” ujarku yang langsung menarik Bu Vivi dan menyuruh Bu Vivi naik keatas tubuhnya. Dengan sisa tenagannya yang terkuras akibat orgasme Bu Vivi duduk berjongkok diatas tubuhku. Bu Vivi terlihat melepaskan ikatan rambutnya yang sedari tadi masih terikat kebelakang, hingga rambut Bu Vivi yang lurus dan pirang sebahu itu tergerai, tampak Bu Vivi jauh terlihat lebih muda dari usianya sekarang. Kusejajarkan penisku yang masih tegak menjulang itu sejajar dengan belahan vagina Bu Vivi. Bu Vivi sendiri mengangkat pinggulnya sedikit keatas dan mencari posisi. Bu Vivi menggenggam penisku dan perlahan ia turunkan pinggulnya kebawah hingga kejantananku ditelah kembali oleh vaginanya. Ia terus turunkan sampai batang penisku amblas dalam vaginanya. Penisku amblas masuk kedalam liang memek Bu Vivi yang telah becek, Seterusnya Bu Vivi membuat gerakan naik turun dengan penisku yang terus menggesek dinding vaginanya dan kembali membuat syaraf rangsang wanita itu kembali bangkit.

“Goyang dong buuuu ..!! ayooooo ..!!” desahku, mengerti akan kebutuhanku yang belum mencapai orgy nya, Bu Vivi membuat gerakan menggoyang pantatnya dengan gerakan memutar.

“Uugghh .. oohhh !!!” jeritku memejamkan mata, merasakan kenikmatan hebat saat penisku di goyang Bu Vivi dari dalam. Bu Vivi seperti koboy yang menunggangi kuda liar. Ia begitu ahli mengimbangi sodokanku dari bawah. Aku selalu membuat tuntas nafsu birahi Bu Vivi hingga Bu Vivi dibuat mengerang…., mengejang…. Ketika dengan liar Bu Vivi bergoyang erotis diatas tubuh kekarku, sambil meremas-remas payudara Bu Vivi, mataku merem melek menikmati goyangan pinggul Bu Vivi dengan vaginanya yang penuh disesaki oleh penis beruratku. Bu Vivi bagaikan penari jalang saat menghentakan pinggulnya naik turun dengan kedua tangannya bertumpu di dada bidangku…..

”Oooooh yeeeeah…” tubuh ibu muda itu meliuk liuk bagai penari jalang, “Aaaggggh….Ouuuuuph….…..tancapkan sampai mentoooook,…punyamuu ugghhh ..!!!“. Rintih Bu Vivi meracau penuh nafsu bagai kuda betina liar yang sedang disetubuhi.

Tubuh Bu Vivi berkilau indah bermandikan keringat birahi ketika berada diatas tubuh kekar yang dikangkanginya….Bu Vivi dengan bersemangat memacu kuda jantannya untuk mencapai puncak kenikmatan yang hendak diraihnya, ayunan vaginanya yang naik turun semakin liar membenam pada penis beruratku dan memek Bu Vivi semakin basah oleh lendir pelicin yang mengalir dari liang vagina. Dengan kepala mendongak keatas dan biji mata membelalak Bu Vivi terus dan terus memacu diatas tubuhku.

Aku memberikan kesempatan pada ibu muda itu untuk meraih sendiri kenikmatan nafsu birahi, tangan kekarku tidak tinggal diam, dengan kasar diremasnya pantat bahenol Bu Vivi hingga wanita cantik itu mengerang menahan sakit bercampur nikmat, remasan kasar disertai hentakan dari penis yang menusuk keatas kian liar, Efeknya Bu Vivi terus menggenjot dan terkadang menjepit penisku dengan mengatupkan pinggulnya. Tanganku terus meremas kedua pantat Bu Vivi. Dan sesekali jarinya menusuk lubang anus wanita itu, hingga Bu Vivi merasa makin bergairah. Lalu kudorong sedikit tubuh Bu Vivi kebawah, kearah wajahku, hingga dengan gampang aku menetek diantara dua pasang buah dada yang indah itu. Bu Vivi pun menyodorkan kedua payudara nya untuk dilumat dan disedot olehku. Sementara itu pinggulnya makin menjadi jadi mengebor dari atas. lalu disambarnya bibirku dan Bu Vivi melumat gemas dengan bibir sensualnya sambil terus mengayunkan pantatnya naik turun. Tubuh kami melekat jadi satu bersimbah keringat birahi tinggi….

”Ouuugh Non Cinta ….memek mu sungguh legit…enak rasanya.. !!!” aku mengaum bagaikan harimau luka, penisku serasa disedot oleh cengkraman denyut memek Bu Vivi yang menggigit lembut…

Bu Vivi semakin terangsang, kata-kata dan sentuhan penuh sensasi itu dibisikanku pada telinganya berulang ulang sambil tetap mengayunkan pantatnya naik turun, gerakan hentakan penisku mulai tak teratur lagi karena ikut didera nafsu birahi saat menyetubuhi wanita beranak dua yang bertubuh sintal itu. Bu Vivi pun dapat membedakan rasa kenikmatan yang didapat dariku dengan sewaktu dirinya disetubuhi oleh suaminya belum pernah ia merasakan desakan nafsu begitu sangat memuncaknya sampai keubun ubun, permainan seks orang tua ini telah membuatnya orgasme berkali kali

“Ihhh.. saya hampirr sampaiii .. Ooooouuh,”desah Bu Vivi dan tubuh berkejat kejat diatas tubuhku.

“Sayyaa juga Non!!!” ujarku, ternyata mereka berdua tampak akan berejakuasi bersamaan. Bu Vivi berusaha berdiri agar spermaku tidak masuk kedalam rahimnya, namunku berfikiran lain, kutahan Bu Vivi tetap di posisi itu, hingga Bu Vivi kesulitan untuk beranjak dari atas tubuhku,

“Jangannn di dalammmm..!!!” jerit Bu Vivi ketakutan. Tapi apa daya, sepasang tanganku yang kekar itu terlalu kuat menahan pinggulnya agar tetap di posisi itu. Hingga sulit baginya untuk mencabut vaginanya, sementara gelombang ereksiku semakin kuat dan akhirnya ia merasakan rahimnya disemprot hangat oleh spermaku yang memaksa untuk menembakkannya di dalam rahim Bu Vivi. Bu Vivi bergidik merasakannya, dan gilirannya kembali menjerit saat gelombang horny kembali menyapanya.

“Aaahhhhh …. Arrrrgghhhh … !!” jerit kami bersamaan, saat kami berdua secara bersamaan menggapai orgasme yang indah dan memabukkan itu. Mau tak mau Bu Vivi juga merasakan kenikmatan lebih saat rahimnya dipenuhi oleh semburan spremaku yang terasa hangat dan memabukkan itu. Ia merasakan begitu nikmatnya semburan air mani lelaki hingga tubuhnya bergetar bagai kena aliran listrik ribuan watt dan sukmanya serasa terbang melambung keawang awang.

Bu Vivi bergidik saat spremaku tak henti hentinya menggenangi rahimnya, ternyata spremaku keluar cukup banyak hingga beberapa tetes air proteinku keluar di sela-sela bibir vaginanya. Tubuhnya bergetar dengan hebat dengan nafas serasa akan putus ketika batang kejantananku yang besar panjang berkedut kedut diliang memeknya

Bu Vivi terkulai lemas diatas tubuhku, yang mendekap tubuh Bu Vivi dari bawah. Kami berdua terlihat mengatur nafas kami yang ngos ngosan akibat bertempur. Bu Vivi sendiri tak kuasa membendung, dan dalam hati kecilnya ia merasa benar-benar terpuaskan oleh permainan orang tua yang baru dikenalnya itu, masih terasa olehnya lima kali ia dipaksa orgasme olehku. Bu Vivi memeluk erat tubuh kekarku hingga kedua payudaranya melekat di dada berototku. Kubuat sukmanya serasa terbang keawang awang dan tubuh kami telah bersimbah keringat birahi.

Bu Vivi menciumi ubun ubunku dengan perasaan puas tiada kentara. Tubuhnya terasa licin akibat keringatnya bercampur keringatku. Dan Bu Vivi enggan untuk melepaskan penisku yang masih bersarang di dalam gua kenikmatannya. Ia ingin benda itu tetap disana, sampai rasa hangat yang menghantam rahimnya itu hilang.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd