Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pacarku Berondong Seksi

NyonyaM

Suka Semprot
Daftar
12 Oct 2023
Post
4
Like diterima
15
Bimabet
Makasih buat agan-agan semua yang berkenan baca cerita receh dari penulis baru belajar ini, ya.
Semoga bisa menghibur, dan ditunggu komentar, kritik, serta masukan-masukannya.

Happy reading! :)


Part Satu

"Dammit! Uban gue!" Gue menjerit histeris seraya menarik seutas rambut yang kelihatannya terlewat dari semiran. Membuat gue spontan mendengkus di depan cermin seukuran badan orang dewasa itu. Cermin yang memang sengaja kami taruh di ruang depan untuk pelanggan yang ingin menjajal baju tapi males ke fitting room.

Mulut gue sudah manyun ke mana-mana.

"Gue musti nuntut salon di mana gue nyemir rambut, nih. Mahal doang, padahal nggak bisa nutupin apa-apa!" Gue mengenyakkan tubuh ke sofa tamu sambil tetap misuh-misuh.

"Terima aja kenyataan lo udah 35, Key!" Anne yang sedang menyuapi Vania, anak bungsunya, terkekeh keras.

Sialan!

"GUE TAHU, Nyet!"

Gue mengumpat Anne tanpa suara saat Vania yang masih belum genap setahun itu memelototi sambil memukul-mukul sendok ke highchair-nya. Kayaknya nggak rela banget emaknya mau gue tereakin.

Oya, 'Nyet' itu dari kata monyet. No. Gue bukan mau ngatain Anne. Itu panggilan sayang gue ke Anne. Kita saling panggil gitu biar lebih deket aja.

"Sebentar lagi lo akan jadi nenek-nenek. Keriput. Penyakitan. Sendirian." Anne ketawa lagi lebih kencang dari sebelumnya. Puas banget dia kayaknya menzolimi gue.

"Teros! Abseenn aja... teroos...!"

Gue sudah pura-pura ngambek dan beranjak meninggalkan Anne, saat sahabat yang sering nggak gue akuin keberadaannya itu semakin gencar melancarkan ledekan.

"Gue cuma ngingetin, kok. Barang kali aja lo udah lupa," katanya sok bijak.

"Oke, gue balik!"

Lalu gue pura-pura melangkah menuju pintu yang baru sepuluh menit yang lalu gue masuki. Anne buru-buru menarik tas yang masih tercangklong di pundak, memaksa gue untuk kembali duduk.

"Ambek digedein! Pacar tuh dibanyakin!" Anne ternyata masih belum puas juga. "Gue aja yang udah tiga kali turun mesin, body S jadi triple XL, toket melorot kayak pepaya Bangkok, biasa aja nggak ribut mulu kayak elo yang baru punya uban sebiji doang!"

Gue cengar-cengir. Males banget mau ngebales omelan Anne yang gue tahu nggak salah-salah amat. Akhirnya gue pasrah, duduk sambil mengamati Anne menyelesaikan suapan ke mulut Vania yang belepotan.

Anne itu sahabat gue satu-satunya yang memegang rekor mau berteman dengan gue paling lama. Seandainya aja ada penghargaan bestfriendshit ever, gue pastikan Anne akan jadi salah satu pemenangnya. Dia itu temen kuliah gue waktu di Exmoda. Itu loh, sekolah fashion design and business yang terkenal di Jakarta. Masak musti gue jelasin? Tanya aja sama om Doodle udah pasti dia tahu!

Biasanya, temen-temen gue selalu kabur begitu tahu gue ngomongnya suka nggak pake saringan. Apa yang gue nggak suka ya gue bilang enggak suka. Nggak pake pura-pura manis tapi nusuk dari belakang. Tapi kata Anne, dia justru suka orang yang jujur kayak gue. Bukan yang lain di bibir lain di hati. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.

Makanya, cuma Anne yang betah dekat-dekat sama gue. Dia juga bisa betah banget ngomelin gue sampe berhari-hari, cuma gara-gara gue lupa nge-flush toilet abis boker alias BAB. Padahal dia sendiri kalau habis makan pete atau jengkol paling males nyiram kamar mandi. Mana dia suka sengaja pipis di toilet cadangan yang pake kloset jongkok, dan dia bukan pipis di klosetnya. Katanya biar baunya awet. Dasar Buntelan Kentut!

Anne juga satu-satunya yang tahu sudah berapa kali gue gagal dalam membina hubungan. Dari yang baru pacaran sebulan tapi udah diselingkuhin dua puluh kali, sampe yang seiyanya gue nyaris naik pelaminan tapi cowok gue tiba-tiba menghilang kayak yang punya bakat jadi mentalis seperti bang Denny Corburay. Pokoknya Anne yang paling tahu gue luar dalem. Makanya gue terima aja kalau dia ngomel-ngomelin gue. Karena sialnya, kebanyakan yang dia omongin itu bener.

"Nyet, emang punya anak itu enak, ya?" tanya gue, out of the blue, tanpa gue sendiri sadar maksud gue apa nanyain kayak begitu.

Anne yang sedang sibuk membersihkan mulut anaknya dengan entah sapu tangan atau kanebo basah, mandangin gue dengan tatapan 'Kenapa lo nanya-nanya kayak gitu? Udah pengin ya, punya anak? Lo bikin aja sendiri!'

"Nggak usah lihatin gue kayak gitu. Kalo gue bisa bikin anak pake cetakan ager-ager, gue nggak bakal nanya lo susah enggak punya anak!" ketus gue.

Alih-alih jawab, Si Dodol Telat Diangkat itu malah ngakak lagi.

"Kebelet kawin, lo? Sudah punya sparing partner-nya?"

Dan pertanyaan Anne itu sukses bikin gue males banget ngomong lagi sama dia. Karena sepagian itu, dia terus nggak berhenti ngetawain gue. Entah apa yang merasukinya. Seolah gue ini badut ulang tahun yang ulang tahunnya sendiri nggak pernah diselametin orang.

Ngenes.

***

"Jadi, siapa korban lo kali ini?"

Anne menggeser kursi dan duduk di seberang meja kerja gue. Sepertinya Vania sudah kembali ke pangkuan baby sitter-nya, makanya Anne bisa leluasa ngerecokin gue lagi. Gue pura-pura nggak dengar. Tetep asyik corat-corat desain gaun malam pesanan klien di atas kertas sketsa.

"Key," panggil Anne mulai terganggu sama cueknya gue. Gue cuma angkat alis sedikit tapi mata tetap fokus sama coretan pensil gue. "Siapa cowok nekat itu?"

Anne mengikik kecil. Sialan. Gue pikir dia udah tobat ngeledekin gue.

Nggak tahan mendiamkan lebih lama, akhirnya gue jawab juga pertanyaan nggak penting Anne dengan balik nanya. "Cowok apaan?"

"Terakhir lo ngeributin uban, lo jadian sama Romi." Gue mendelik. "Ngaku aja lo udah punya gebetan, kan?" Anne mendesis sok tahu. Udah kayak detektif yang nemu barang bukti aja gimana.

Gue menarik napas, meletakkan pensil di atas kertas yang masih berserakan di meja, terus pasang tampang paling bete sedunia.

"Emang masalah buat lo, kalau gue punya cowok?"

"Oh tentu saja tidak, my darling!" Mata Anne berbinar-binar kayak baru habis dapat lotre. "Justru gue ikut senang. Lo jadi ada yang bisa dibawa-bawa ke arisan keluarga."

Oh, gue lupa bilang ya, kalau Anne itu selain sahabat dan teman kuliah gue, dia juga --sialnya-- adalah sepupu gue dari mama. Jadi kalau tadi gue bilang dia tahu gue luar dalem, itu bukan cuma isapan jempol Vania aja. Tapi memang dia tahu semuanya. Termasuk keluarga gue, terutama mama yang udah ngebet banget gue punya suami.

Gue mendecak.

"Dia ganteng, nggak? Hm? Macho? Kaya? Anak bangsawan?" Anne menaikkan alisnya berulang-ulang bikin gue pengin tarik itu alis saking gemas.

"You mention it."

"Gue kan cuma ngulang kriteria lo, Nyet!" protesnya saat melihat gue mendengkus. "So?" Anne menarik kursi dan pindah ke sebelah gue.

"Gue baru sebulan kenal sama nih cowok." Anne sampai nggak kedip nungguin lanjutan cerita gue. "Personal Trainer di Silver Gym," sebut gue sambil nyomot kertas baru dan mulai nyoret-nyoret. Gue heran tiba-tiba kayak gerak sendiri, tangan gue bukannya bikin sketsa baju malahan ngegambar muka orang.

"Jadi waktu itu ...."

Dan kejadian sore itu di gym yang baru mulai gue kunjungin lagi setelah hampir satu semester cuti, kayak slide yang diputar ulang di otak gue.

*****

Orang-orang manggil dia Aksa. Tapi belakangan gue baru tahu nama panjang dia Aksara Abimana. Nama belakangnya lucu banget. Gue nggak bakalan lupa deh. Soalnya, kayak orang kehilangan gitu, nyari-nyari bokapnya. Abi mana? Abi mana? Haha. Nggak penting. Katanya sih, bokapnya dulu seorang editor majalah terkemuka ibu kota. Sayangnya gue nggak kenal. Ya iya lah, beda zaman. Karena itu mungkin dia dikasih nama Aksara.

Aksa itu lempeng banget orangnya. Ngomong seperlunya. Senyum seadanya. Meski pun begitu dia tetap tergolong PT kece yang banyak peminat. Mukanya itu licin banget. Cuma kadang ada biru-birunya di rahang, kayak habis dicukur. Selebihnya nggak ada jerawat atau kutil atau apa. Clean and fresh banget lah pokoknya. Nyamuk aja bisa kepeleset kali kalau nempel di muka dia. Alisnya juga hitam dan tebal banget. Belum lagi dadanya yang lebar dan otot-otot menonjol hasil nyata latihan serius selama bertahun-tahun. Bikin temen-temen gue bisa saling jambak cuma biar bisa dekat dan pegang-pegang badan dia. Bahkan ada yang ngaku pernah mimpi basah segala gara-gara dia. Najis.

Sayangnya, dia agak --gimana ya nyebutnya-- jadul? Rumors has it, dia nggak punya sosmed masa! Anak muda macam apa? Hari gini, ya kan? Kayak tinggal di goa aja gimana. Tapi dia itu memang cuek banget. Habis ngelatih, dia langsung pulang. Jarang mau ngumpul-ngumpul bareng PT-PT atau anak-anak lain.

Waktu ngelihat dia pertama kali, gue biasa aja. Nggak ada tuh yang kayak kata orang, 'Ini jodoh gue, perasaan gue lain.' Nggak ada. Biasa aja. Karena dia itu memang bukan type gue sih. Gue nggak suka cowok yang perawatan mukanya ngelebihin gue. Lihat aja. Mana mungkin muka cakep licin tandas kayak gitu nggak perawatan, kan? Mana percaya gue? Dan yang paling bikin gue langsung ilfil, ya pas tahu dia itu ternyata beda delapan tahun dari gue. Lebih muda, cong! Gue nggak main lah sama berondong kayak gitu. Jadi gue sama dia bergaul seperti layaknya orang-orang satu klub aja. Nggak pernah lihat-lihatan apalagi curi-curi pandang segala. Norak!

Sampai beberapa minggu yang lalu, dia tiba-tiba aja datengin gue yang lagi basah kuyup abis nge-zumba. Kelihatannya dia juga baru kelar ngelatih. Gue kaget juga tiba-tiba didatengin gitu. Mau apa ini anak? Tanpa gue sempat mengelak, dia udah duduk aja di dekat gue.

.

.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd