Over all, seperti biasa...
Ane suka gaya bahasa Om Nara...
Tapi gak tau yah, ane sedikit terganggu pas perpindahan saat Ikky mulai menyanyi atau memainkan gitar...
Pertama... lagunya ane kagak ngarti lagu apa. Jdi, kurang dapat feelnya.
Kedua... pas masuk paragraf tersebut, ane awalnya rada bingung ini maksudnya puitis dan peribahasa yg indah ntuh panjang kali lebar buat siapa? Ikky kah? Atau Nara kah dan Riana?
Klo ini...
Ntar ane baca ulg lagi...
Feelnya sih yg cakep pake TOP banget mah, pas dah nympe rumah..
Bukan gegara sesuatu yg ehem2 an yah.
Tp ane berasa balik lagi tulisan ente yg super duper yummy.
terimakasih suhu TJ sudah menyempatkan komen dan ngripik
oke itu buat koreksi ane ke depannya masalah lagu.
kalo untuk puitis sih itu murni buat ikky, tapi si nara kayak ngebuat perbandingan antara lagu itu sama masalah asmaranya sendiri. gitu
Kalau tidak bisa melihat gambar dalam thread, kemungkinan browser Anda menggunakan fitur adblocker
Oalah.. Aku kira kayak hentai yg adek tirinya bloon tapi sexy banget trus tinggal di kost bareng abangnya trus ngewe tiap hari. Haha. Ternyata dari anime slice of life.
“Ergh, Fuck, Tess! Why are you doing this!” aku mengusap wajahku kesal. Terang saja, rekan terbaikku si wanita tangguh kini mati karena berlagak menjadi pahlawan. Mengorbankan dirinya demi mengulur waktu kami untuk kabur. Aku dan Ellie, bocah perempuan misterius yang harus kujaga saat ini. Aku? Ya, maksudku diriku sebagai Joel, main hero dalam game zombie yang kumainkan.
The Last of Us, game Action-adventure yang mengemas nuansa horror dengan unsur hide and seek nya. Dirilis untuk platform PS3 dan PS4. Keluaran 2013 sih, tapi baru kudownload beberapa hari ini. Haha, terlambatnya aku. Yah, aku jarang ada waktu main game. Kegiatan belajar dan sekolah banyak menyita waktuku. Meski begitu syukurlah. Kini aku sudah mendownloadnya secara free di website via PC-nya. Hoho, jangan salahkan aku yang suka gratisan. Aku berani bertaruh banyak orang melakukannya. Yah, dibanding beli bajakannya, pikirku.
Tapi tiba-tiba saja mood-ku memburuk karena kematian Tess. Aku tahu dia hanya tokoh numpang lewat yang akan mati di awal-awal permainan. Tapi tetap saja. Sialan, pikirku. Padahal Tess adalah salah satu karakter yang kusukai dari game ini.
“Mulai bosen, ngapain ya enaknya?” bersamaan dengan itu kudengar notifikasi masuk di ponselku.
“Email..dari Ikky? Tumben amat. Ngirim apaan dia?” kulihat ada sebuah filerar yang harus kuunduh. Ia mengetik “hiburan malam” sebagai subjek kirimannya. Aku mengerutkan dahi dan memutuskan untuk mendownloadnya lewat PC-ku karena kurasa filenya cukup besar.
Ku-close gameku dan kumasukkan modem ke port USB. Menekan tombol connect, dan mulai mengunduh file tersebut. Tak lupa kutekan tab baru untuk membuka facebook. Sekedar berjaga-jaga ada pemberitahuan atau pesan masuk. Sudah lama juga, pikirku. Selesai menunggu, kubuka explorer untuk mencari file hasil download tadi kemudian mengekstraknya.
“Engg...ini kan” kutatap datar layar di depanku. Kini ada berbagai macam folder dengan judul yang tidak asing dimataku. Ada note disana. Kubuka dan benar saja itu adalah catatan dari Ikky.
Untuk satnight temen gua.
Terima kasih udah mengizinkan gua menemani malam minggu lo. Gua tau berat buat seorang lelaki berstatus jomblo menghabiskan malam minggu tanpa hujan sendirian. Jadi ucapin makasih buat gua yang mau susah payah ngirim koleksi JAV terbaik gua ini.
Wo-woh! Jangan ngamuk dulu karena yang gua kirim ini bener-bener koleksi emas gua. Yang udah gua filter sedemikian rupa secara eksklusif buat lu. Dan beberapa diantaranya ada genre favorit gua, hehehe...tau, kan? incest. :v
Gua nggak tau lu suka apa kaga, yang jelas harusnya nggak masalah karena kita ini anak tunggal. So, ucapkan selamat tinggal pada norma-norma yang berlaku. And enjoy your time, buddy.
Salam Ikeh
Ikky
“Hahahah, sialan.”
Aku tertawa kecut melihat pesan itu. Temanku ini memang tak ada matinya kalau masalah satu itu. Sialan, pake ngehina jomblo lagi. Y-yah aku tak mengelaknya. Tapi tak perlu sefrontal itu.
“Pantesan nama lu Ikky, kerjaan lu nggak jauh-jauh dari kata ikeh” sindirku kemudian. Kuharap kupingnya berdengung sekarang ini. Ah, sudahlah. Kulihat isi folder itu untuk memastikan. Benar saja, beberapa video berdurasi panjang dengan thumbnail gambar wanita-wanita jepang langsung menyapaku. Tidak munafik, aku sendiri memang mengoleksi beberapa hal seperti ini. Bokep maksudku. Ya, tolong jangan memandangku sebagai lelaki polos yang sok suci. Atau seorang kutu buku namun minim pengetahuan tentang itu. Tidak. Aku hanyalah pemuda biasa dengan penis yang mengeras jika melihat wanita telanjang di depanku. Kau bahkan tahu jauh sebelum kalian mengenal kata ngentot. Di usiaku yang masih terbilang kecil aku sudah melihat adegan asli orang bersenggama. Dan sialnya itu adalah ibu kandungku sendiri.
Untuk genre aku menyukai hampir semua genre. Pengecualian untuk scat dan hal menjijikkan itu ya. Aku masih normal. Untuk genreincest aku memang sengaja menghindarinya. Tapi Ikky mungkin berpikir aku menganggap itu suatu hal yang menjijikkan. Maka dari itu dia sengaja mengirimiku beberapa incest JAV. Jahil mungkin. Itu pun karena dia menganggap aku anak tunggal sama sepertinya. Karena gua nggak mungkin bisa ngasih tahu lu gua punya adik, Ky. Nggak. Meskipun Riana tau. Terlepas lu itu sobat gua atau bukan, Shiro tetap memandang lu sebagai cowok. Orang yang akan selalu dia hindari..
Karena traumanya.
Note: lama nggak wikisex ya Sekedar pengetahuan buat yang belom tao.
Sebelum masuk scat kita jelaskan dulu kalau scat ini termasuk fetishme (sebuah kelainan hasrat seks terhadap suatu hal tertentu) misal, kita sebutkan bondage, discipline, sadism, masochistm atau dikenal BDSM. Itu juga termasuk dari fetish dimana ada rasa ingin menguasai/menjadi tuan dan rasa ingin disakiti/dijadikan budak. Atau seperti penyuka seks dengan kaki, ketiak, wanita berdada besar/kecil, wanita hamil, orang yang lebih tua, under age, genre incest, NTR, eksibisionis, dll. Jadi singkatnya orang yang punya fetish itu sedikit terobsesi terhadap suatu hal agar nafsunya dapat terpuaskan. Fetish ini terbagi dari yang masih tahap awal sampai ekstreme.
Scat atau coprophilia adalah satu diantara beberapa fetish yang sudah dinilai ekstreme atau nggak wajar. Scat adalah suatu fetish dimana dia menyukai kotoran manusia. Baik melihat dari proses pengeluaran,melumurinya ke badan atau bahkan yang lebih parah dimakan. Dan itu bukan dianggap menjijikkan melainkan suatu hal yang merangsang.
Fetish lain yang dinilai ekstreme adalah eproctophilia (penyuka gas H2S/kentut), emetophilia (penyuka muntah), necrophilia (bercinta dengan mayat), zoophilia (bercinta dengan hewan), dsb.
Dari sekian banyak folder, entah apa yang menuntun tanganku hingga menggerakkan mouse dan berhenti pada sebuah video berjudul [KTDS586] Big Sister Raw Nakadashi 21. Aku meneguk ludah kala melihat thumbnail video yang menunjukkan sang actress cantik Yuuri Hozumi dengan rambut twintail nya tengah berada dalam posisi WOT (Woman on Top). Duduk dengan kaki mengangkangi kemaluan sang lawan main yang kuduga berperan sebagai kakak kandungnya. Kepalanya sedikit mendongak menampakkan ekspresi wajah memerah, mata terpejam, sakau kenikmatan. Kedua tangannya meremas buah dada besarnya seraya merasakan saat-saat liang kenikmatannya ditembus oleh penis besar dibawahnya. Gila, baru thumbnailnya saja sudah benar-benar menggangguku. Sialan si Ikky, pikirku.
Tubuhku membeku, sementara kakiku yang menapakki lantai kini mengeras seperti terpaku ke bumi. Hawa dingin mulai merayapi sarafku dan akhirnya menjalar hingga sampai ke wajahku. Saat melihat yuuri entah kenapa ingatanku menunjukkan kembali adegan Shiro yang melonjakkan tubuhnya, mengejang dalam terpaan badai orgasme. Layaknya roll film yang terus berputar, aku kembali mengingat ketika bulir keringat itu mengaliri kulit halusnya. Wajah terengah yang tersamarkan temaram lampu kamar. Deru nafas memburu beserta erangan yang masih jelas terdengar oleh telingaku. Sontak aku segera tersadar dan melakukan tindakan cepat. Kupindahkan file itu ke folder penyimpanan JAV-ku dan meng-hiddennya.
Kuhembuskan nafasku perlahan. Inilah yang ku khawatirkan. Bukan apa-apa, jauh di dalam diriku hanya takut. Takut jika aku yang setengah manusia akan menjadi hewan seutuhnya dan menodai kesucian adikku. Takut jika seandainya aku benar-benar terobsesi dan menjadikan adikku sebagai media pelepas hasratku. Benar, aku punya adik. Satu-satunya adik perempuan yang harus kujaga dan kulindungi bahkan dengan nyawaku sendiri.
Kulepaskan headphone yang melekat di kepalaku. Seketika rasa pening menggoyahkan tubuhku.
Apa-apaan yang barusan itu?
Aku terlalu naif. Nyatanya itu akan selamanya menjadi suatu suara tanpa sahutan. Sepenggal kata tanpa balasan. Sebuah pertanyaan tanpa jawaban. Telingaku kembali menangkap kegaduhan yang terdengar dari samping kamarku.
“Uhh, dou shiyo, Sa-chan.”
(“Uhh, gimana nih, Sa-chan.”)
“hihihi kenapa?
“Nggak liat? basah gini tuh. Kamu sih suka gerak-gerak sembarangan.”
“Hahaha, emangnya kenapa? Masalah? Gimana kalo aku giniin?”
Kumohon, jangan tanya apa yang kupikirkan mengenai ini. Keningku mengerut, kubenamkan wajahku perlahan. Berharap dapat tersembunyi dibalik kedua lenganku yang bersidekap diatas meja. Inilah alasan kenapa aku menenggelamkan diri dengan game. Aku pikir keseruan dapat menghanyutkanku agar tak mendengar ocehan mereka berdua.
Itu benar, ada iblis kecil yang masih singgah di sebelah kamarku. Kau tahu Sarah? Benar. Siapa lagi? Anak itu. Yang entah kenapa dari sekedar main kini berusaha lebih lama disini dengan alibi belajar bersama. Ah, terserah. Menjalin tali silaturahmi atau apapun. Klise sudah jawaban itu.
Cepat pulang lu, bocah kampret!
Gigiku bergemeretuk menahan rasa dongkol yang meledak-ledak. Baru saja dua kali kami berinteraksi dia sudah memperlihatkan wajah aslinya. Kita buang pemikiran awalku tentang sifat malu-malu saat meminta pin BBM-ku. Ternyata teman Shiro tidak sepolos yang kuduga. Dan menyebalkannya dia menggunakan tampang malu-malunya sebagai kartu truf untuk membuatku mati kutu. Kemarahan Shiro. Kurasa dia..akan benar-benar mendiamkanku lagi. Argh, sialan!
Tapi kalau dipikir-pikir si Sarah itu. Gimana ya bilangnya? Dia itu agak bitchy-bitchy gitu deh. Aku bergidig membayangkannya. Aku tak habis pikir. Hasratku dipermainkan oleh dua orang gadis. Kemarin Riana, sekarang bocah ini. Tapi ada perbedaan dia dengan Riana. Kalau Riana, Ia tetap tahu tempat jika mau menggodaku. Dia akan menjaga sikapnya di depan orang-orang, namun ketika berdua ia lebih agresif dan cenderung membuatku salah tingkah. Nah, kalau si Sarah ini...
Hadoh, benar-benar. Lama kelamaan aku merasa sepertinya Sarah sengaja melakukan itu karena tahu aku ada di sebelahnya. Chikusou! (Sialan!)
Baik-baik. Kita sudahi dulu pemikiran bodoh ini. Aku harus menyingkirkan kemarahanku karena bagaimanapun ini pertama kalinya Shiro membawa temannya ke rumah. Jelas aku senang karenanya. Tapi meski harus santai dan bersikap welcome, tidak mungkin sekarang aku tidur dan menurunkan kewaspadaanku. Tidak akan! Ini soal adikku. Terlebih aku memang mencurigai anak ini sebagai biang keladi dibelakang kejadian itu. Kejadian dimana kepolosan adikku ternodai oleh ‘hal nggak-nggak’. Aku memang tahu itu kecerobohan Ayahku yang tidak menjaga laptopnya tetap safe. Tapi ini aneh, Shiro yang aku tahu, bisa saja langsung menutupnya saat itu. Tapi ternyata? Sialan, kalau melihat dari gelagatnya pasti Sarah yang mengotori pikiran adikku! Ya, akan lebih baik kalau aku mengawasinya nanti.
“Terus..gimana sekarang?” Kugaruk kepalaku yang tidak gatal. Dari siang tadi aku memang tidak merasa terganggu dengan kehadiran Sarah. Karena mereka hanya berada di dalam kamar Shiro. Entah apa yang mereka lakukan. Sekarang bagaimana aku harus mengawasinya? Tidak, mengintip bukan jalan yang bagus. Berlagak meminjam sesuatu juga nggak mungkin. Shiro akan curiga itu akal bulusku untuk memodusi temannya. Nyelonong masuk? Gila, mau disemprot Shiro?
Egh, Ini percuma. Aku tak terpikir ide apapun. Kamar Shiro adalah garis keras yang tak boleh dimasuki olehku. Satu-satunya cara hanya menunggu mereka keluar.
“TING-TUNG!”
“Eh?” sebuah suara muncul dari PC-ku sesaat setelah kulepas kabel jackheadphoneku. Nada chat masuk di inbox facebook. Hmm, Riana? Dia online?
Oh ya, dari tadi aku online ya? Aku tersenyum. Yah, mungkin tak masalah chat sebentar? kuketik balasan untuknya. Kalau dipikir-pikir ini adalah moment dimana aku chat dengan seorang gadis yang menyukaiku ya? Haha, tiba-tiba saja aku merasa gugup. Ini pertama kalinya untukku. Maksudku bukan dengan Riana sebagai teman baikku. Tapi sebagai orang yang menyukaiku.
Hmm, iseng aja. Hehe. Biasalah, bukan anak kekinian. Jarang juga gua online.
“Errr, malam minggu ya sekarang?” Sialan, langit nggak ada pengertiannya sama gua. Hujan kek. Biar ada alasan jomblo macem gua sendirian di rumah, seperti itulah yang kupikirkan saat ini.
Hahaha, sialan lo. Emang situ udah ada cowok? Kayak nggak di rumah aja ni malem.
Melihat jawabannya aku tersenyum kecil. Sial, kenapa aku jadi ge-er gini ya? Lama jariku membeku. Diam terbawa perasaanku yang melayang di udara. Mencoba jaim, aku mencoba merespon dengan retorikal.
Kulihat kalimat “Riana diandra is typing..” pada layar chat. Tapi tulisan itu timbul dan menghilang begitu saja. Seperti ia ragu untuk menekan tombol kirim. Balasan yang kutunggu tak kunjung bersambut. Argh! Gemas sendiri kucoba mengetik sesuatu untuk memastikan dia membaca pesanku.
“TING-TUNG!”
Kuurungkan niatku cepat untuk mengetik. Balasan riana jelas lebih menggugah perhatianku kini. Kutajamkan penglihatanku. Mataku bergulir seiring irama detak jantungku yang menguat.
“Ya...kamu.... lah....ya kamu lah...” kuulangi kata itu terus menerus seakan tak percaya tulisan yang tertera disana. Tiba-tiba tawa aneh terlepas begitu saja dari mulutku. Seperti tak tertahankan sesuatu yang menjalari dadaku. Apa ini? Aku..
“TING-TUNG!”
Nar, aku off duluan ya? Dipanggil mama, nih.
Besok jangan lupa, oke? Ingat, lak-laki nggak boleh telat!
“HWOAAMMS! Sekarang ngapain ya? Masa tidur? haha” aku jengah sendiri menyadari bahwa aku tak punya kegiatan malam minggu ini. PR udah semua, main game udah, facebook udah, apa lagi dong sekarang?
“Makan?” tiba-tiba saja aku teringat di rumah ini belum ada seorang pun yang makan malam. Tapi sebenarnya aku belum terlalu lapar. Apa perlu kutawari mereka berdua? Ya, mungkin perlu.
Kutarik kursi dan mulai beranjak dari kamar. saat melewati kamar Shiro kudengar ada suara bisik-bisik. Tak terlalu jelas, tapi dapat kudengar. Kupandangi daun pintu itu penuh kecurigaan dan mulai mendekatinya. Lambat laun suara berbisik itu kian jelas saat kutempelkan telingaku pada permukaan pintu.
“S-Sa-chan! Nani shite,- kyaaa, baka! Yamette!”
(“S-Sa-chan! Kamu mau ngapain,- kyaaa, bodoh! Berhenti!”)
Mataku terbelalak mendengarnya. Itu suara Shiro!
“Hihihi udah tenang dulu. Aku nggak bakal ngapa-ngapain, kok. W-Woh!”
“N-Nani? Nani nani?”
(“A-Apa? Apa apa?”)
“Udah aku duga punya kamu bagus banget, Shiro! Aku iri!”
Aku yakin benar itu suara Shiro dan Sarah. Sedang apa mereka? Kok ada acara ‘ngapa-ngapain’,’aku malu’,dan ‘jangan liat’ segala? Segala pemikiran absurd mulai bergelayut di otakku. Ini tak bisa di biarkan! Aku harus masuk! Tapi, aku harus benar-benar memastikan dulu apa yang mereka lakukan. Kudempetkan tubuhku ke badan pintu seraya menekan lubang pendengaranku hingga menempel disana. Bola mataku berputar, menerka apa yang mereka perbuat. Tiba-tiba sayup suara mereka hilang, bahkan kegaduhan yang sebelumnya menggangguku tiba-tiba lenyap begitu saja.
“Kok hilang?” ku berucap tanpa suara. Kucoba sekali lagi menempelkan kepalaku disana, tapi nihil. Hening. Mereka seperti tak berada dikamar ini. Akhirnya kucoba mengetuk pintu di depanku.
“TOK-TOK-TOK!”
“Shiro? Kamu belum makan, kan? Ayo ajak sekalian temanmu makan malam.” ujarku kemudian. Kujadikan alasanku kemari sebagai alibi.
“Shiro? Hei, Kamu denger Kakak?” panggilku kembali. Karena tak ada sahutan dari dalam sana. Tak lama daun pintu pun terbuka. Hanya memberikan sedikit celah untuk setengah wajahnya yang memandangku malas.
“Nani yo?”
(“Ada apa?”) gumamnya ketus. Sabar. Itu kuncinya. Harusnya aku yang paling mengerti dengan sikapnya ini. Baik, mari mencoba bersikap ramah.
“Omae wa..”
(“Kamu..”)
“Daejobu desu.”
("Aku baik-baik aja.”) potongnya kemudian sebelum aku sempat menanyakan apapun.
“Ahahaha, sou ka? Yukatta na.”
(“Ahahaha, gitu ya? Syukur deh”)Aku menahan kekesalanku dalam senyuman hambar. Alisku mungkin sudah berkedut-kedut saking kesalnya. Rasanya gatal sekali ingin menyentil dahinya itu. Tapi pada akhirnya aku tetap menahannya dan kembali ke maksud awalku.
“Aku cuma mau ngasih tau, kalau kamu laper ajak aja temanmu ke bawah. Kita makan malam sama-sama.” Shiro hanya memandangku penuh selidik. Lalu ia membuka lebar-lebar kamarnya.
“Kami udah makan, kok. Tuh!” Shiro di depanku berbalut pakaian santainya yang sedikit acak-acakan. Rambutnya juga agak kusut seperti baru saja ‘diapa-apai’ oleh teman akrabnya. Gadis pubertas memang mengerikan.
Tapi yang membuatku ingin kembali ke kamar bukanlah hal itu. Melainkan tangan Shiro yang menunjuk dua buah piring kosong lengkap dengan gelasnya. Ada bungkusan hitam yang berisi kertas nasi. Kutebak mereka baru saja selesai makan nasi goreng bang somad yang dijual dekat rumahku. Aromanya masih terasa.
Kulihat didalam sana Sarah melambaikan tangannya padaku. Seakan berkata “maaf, Senpai” dengan senyum kasihan yang ia tujukan padaku.
Sou ka..
(Begitu ya..)
Yahari, dame da.
(Sudah kuduga, ini percuma.)
Tanpa menghilangkan senyum dari wajahku. Aku berbalik mencoba beranjak dari sana. Adikku tak ingin makan masakanku. Itu faktanya. Kenapa denganku? Ada apa dengan rasa kecewa ini? Memang apa yang kuinginkan? Sudah jelas Ia masih marah padaku. Begitupun aku yang memang harus menghindarinya agar tak terjadi sesuatu antara kami.
Sesuatu? Lucu sekali. Memang apa yang akan terjadi? Yang kulakukan hanya bersikap sebagai kakak pada umumnya. Bukan. Bersikap sebagai lelaki muka tembok yang menghiraukan kegelisahannya sendiri akan adiknya. Mencoba menghilangkan egonya untuk menghindari adiknya sendiri dengan bersikap ramah. Padahal takut terangsang melihatnya masturbasi! Agar adik manisnya tak sadar kakaknya begitu bejat dan berpikiran kotor.
“Ne, onii-chan.”
(“Hei, Kak.”) aku mematung diantara langkahku untuk kembali ke kamar. Kulihat matanya tak berani menatapku saat ku menoleh.
“Bisa tolong ajari kami sesuatu?”
~OreKaimo~
Bogor, 27 Februari 2016
19.05 WIB
“Jadi..”
Kini dua orang gadis duduk di kiri-kananku. Aku mencoba membaca situasi ini. Entah ada angin apa Shiro tiba-tiba menarikku ke dalam kamarnya tanpa penjelasan yang jelas. Tadi dia sempat berujar ingin aku ajari mereka sesuatu. Tapi aku belum tahu harus mengajari apa karena semenjak tadi shiro hanya terdiam dan menarik-narik baju Sarah. Seakan ingin sarah yang mengatakannya.
“Tch, Iya sabar dikit kek, ampun deh! JADI GINI LOH SENPAI GANTEEENNGG..” Sarah tersenyum manis padaku. Mendengar itu aku terbelalak, sementara shiro mencubit keras pinggang gadis berambut sebahu itu. Bibir Shiro mengerucut kecil. Seperti tak suka.
“Aw-aw-aw ahihihi iya sorry-sorry. Jadi aku minta maaf sebelumnya nih ngerepotin Senpai. Ini mengenai nilai kami di salah satu pelajaran.”
“Oke. Terus?”
“Jadi Shiro ini paling nggak ngeh dalam pelajaran bahasa sunda. Dari kelas tujuh.“ baru berbicara sedikit shiro sudah panik seperti orang salah tingkah.
“Hee? Nande watash,-“
“Hee? Kok ak,-“
“Shiro!” Sarah menegur Shiro dengan mata melotot. Shiro yang dimarahi begitu lantas langsung terdiam dengan wajah menunduk.
“Hai’.”
(“Oke.”) gumamnya lirih. Hampir saja aku tertawa melihatnya. Dalam hati aku takjub bahwa shiro yang tak mau kalah bisa tunduk dengan Sarah. Sarah pun kembali melanjutkan perkataannya.
“Soal bahasa sunda. Meski tau, aku juga cuma tau sedikit, nggak bisa bantu banyak. Soalnya aku orang asli Jakarta. Bapak-ibu juga sama. Dan aku juga agak lelet belajar bahasa daerah sini yang notabene orang sunda. Kalo Senpai nggak sibuk bisa kan bantu kami belajar?”
Aku berpikir sejenak. Jarang sekali. Biasanya Shiro adalah orang yang takkan sungkan minta bantuanku untuk mengerjakan PR matematika atau sejarah. Selain itu dia tak pernah komplain soal pelajaran lain? Hmm, Apa ini cuma gengsinya karena hubungan kami sedang buruk? Atau ini hanya akal-akalan sarah untuk memperbaiki hubungan kami karena ia tahu Shiro sedang menjauhiku?
“Kenapa kamu nggak pernah bilang apa-apa?” ucapku serius. Ia tak bergeming, namun kurasa ia mengalihkan pandangannya.
“S-shikatanai deshou?”
“M-mau gimana lagi kan?” aku hanya menghembuskan nafasku perlahan. Astaga, anak ini.
“Terus gimana ceritanya kamu bisa dapet raport bagus tiap tahunnya? Dan peringkat satu?”
“tiga tahun ini? Dan kamu bangga satu nilai bagus kamu dapet dari hasil nyontek? Kamu nggak malu sama ayah? Kamu bangga juara kelas karena hasil curang? Kasian linda kan, dia yang belajar kamu yang juara.” tegurku tegas. Ia yang tak pernah melihatku marah kini tertunduk.
“Udahlah senpai, Shiro juga ngasih tau linda soal Matematika kok. Dia juga nggak keberatan, jadi bisa dianggap ini impas.” Sarah mencoba menengahi. Tapi tak mampu meredam kekesalanku pada Shiro.
“Impas kata kamu?” aku mengurut keningku. Memang bahasa sunda bukanlah hal yang diajarkan pada shiro sejak awal. Dan kami bahkan kurang memperhatikan itu sebagai keluarganya. Tapi biar bagaimanapun aku tak bisa membenarkan ini. Aku tidak pernah mempersalahkan nilai jelek. Nilai buruk adalah sesuatu yang bisa diperbaiki. Pintar itu relatif menurutku. Sudut pandang orang berbeda-beda mengenai kecerdasan seseorang. Dan menurutku, tidak ada orang bodoh. Yang ada hanyalah orang yang kurang memaksimalkan usahanya. Dan Shiro tahu itu tapi melakukan ini selama hampir tiga tahun.
Nyontek sekali dua kali bukanlah masalah besar. Tapi setiap saat? Oke, dia memang temannya. Tapi bukankah itu akan menjadi ketergantungan? Maaf, aku sendiri tidak akan munafik. Sok pintar? Aku terkadang nyontek, minta tolong sama Ikky atau Riana jika ada pelajaran yang aku tidak bisa. Pernahkan kau dengar perkataan, seburuk apapun dirimu sendiri, seburuk apapun temanmu, seburuk apapun pergaulanmu. Jangan sampai orang yang kau sayangi mengalami hal yang sama seperti dirimu? Kurang lebih itulah yang aku rasakan saat ini. Aku ingin Shiro memperlakukan dirinya sendiri lebih baik.
“hyah!” kurasakan ia menutup matanya kala kuangkat satu tanganku ke atas kepalanya.Hei Shiro? Bukannya aku yang harusnya tahu lebih dulu? Apa gunanya aku sebagai kakakmu?
“Gomenasai onii-chan! Shiro wa..shiro wa..”
(“Maaf, Kak! Aku..aku..”) ujarnya panik. Kepalanya menunduk. Aku tak tahu apa yang Ia pikirkan tapi tanganku turun dan mengusap lembut kepalanya. Rambutnya terasa begitu halus ditanganku.
“Onii-chan?” kepalanya mendongak. Terhenyak dengan apa yang kulakukan. Kulihat Sarah tersenyum lega.
“Hei..” gumamku lembut. Irisnya yang cokelat terang itu akhirnya menatap mataku setelah sekian lama.
“aku ini kakakmu loh. Mungkin cuma kakak tirimu. Maafin kakak karena baru sadar soal hal ini..” ia masih memperhatikanku.
“Tapi, kalau bisa kakak pengen kamu lebih terbuka mengenai apapun. Nggak peduli apapun itu! Kakak bukan orang yang akan ngehakimin kamu kalo kamu bikin masalah. Dan kakak cuma orang biasa yang nggak tau kamu ada masalah kalo nggak mau ngomong. Jadi shiro, soal nilai kamu kakak nggak bakal ngomong sama Ayah, tapi kamu mau janji kan?”
“Yokusoku?”
(“Janji?”) aku tersenyum mengangguk.
“Janji kalau mulai sekarang kamu akan lebih terbuka lagi dengan kakak mengenai apapun itu. Kakak nggak maksa atau memasuki privasi kamu. Cuma kalo kamu punya suatu hal yang sulit untuk kamu selesaikan sendiri..ada kakak yang siap buat bantu kamu.” Kulihat kilau matanya nanar menatapku. Aku tak tahu apa yang aku bicarakan adalah hal yang benar. Kata-kata yang terlontar dari mulutku bagai menamparku dengan keras. Bahkan aku sendiri terlalu naif mengira bahwa aku juga bisa terbuka dengan shiro.
“Gomenasai, yokusoku yo onii-chan.”
“Maaf, aku janji, kak.” Sementara itu, perlahan shiro mengangguk. Aku tersenyum. Mungkin dengan ini kami bisa baikkan lagi. Lama kami terdiam dalam posisi ini, sudah lama sepertinya sejak aku membelai halus kepalanya.
“Ehem!” sebuah deheman keras membuyarkan suasana nyaman kami. Tampak sarah yang diacuhkan hanya mesem-mesem melihat kami.
“Oke-oke. Mari kita mulai belajar!” ujarku gelagapan. Kuambil buku paket Bahasa Sunda dan mulai mengajari mereka. Dengan hasil bergaul selama bertahun-tahun aku mulai mengucapkan kalimat sunda.
“nah, ayeuna kuring bade ngabejaan bab biantara. Pek dangukeun ku hidep. Bilih aya nu teu terang sok mangga nyarios, nya?”
(“nah, sekarang saya mau nerangin bab biantara. Mari dengerin sama kamu. Kalo ada yang nggak paham tanya aja, ya?”)ucapku berusaha memilih kalimat sehalus mungkin. Kurasa sejauh ini mereka paham maksudku karena mereka langsung mengangguk mengerti. Aku mulai membaca namun ekor mataku tak lepas dari mereka.
“nu kahiji, urang asup kana definisi biantara. Ari biantara teh nyaeta nyarita hareupeun balarea pikeun nepikeun hiji perkara, sipatna monologis, ukur direspon ku unggeuk, keprok, jeung pasemon. Nepi di dieu ngartos?”
(“Yang pertama, kita masuk ke definisi biantara. Biantara itu artinya bercerita di depan orang banyak untuk menyampaikan suatu masalah, sifatnya monologis, hanya direspon oleh anggukan, tepuk tangan, dan roman wajah. Sampai sini mengerti?”)aku bahkan sudah tak tahu lagi ekspresi mereka sekarang seperti apa bentuknya. Shiro melempar pandangannya ke Sarah. Begitupun dengan Sarah.
“Kalian ngerti nggak?” mereka menggeleng bersamaan.
“berarti dari tadi kalian sama sekali nggak ngerti bahasanya?” Aku mengusap wajahku sambil tersenyum masam. Ini sih dari nol banget, pikirku.
“oke, kali ini saya kasih kesempatan kalian buat tanya lebih dulu.”
“ah! Tadi onii-chan ngomong harapan sama pikun?” alisku naik sebelah, tak mengerti apa yang Shiro maksudkan. Aku melihat kembali kalimat yang tertera disana tapi tak ada kata harapan dan pikun. Tiba-tiba aku berhenti, menyadari sesuatu.
“itu hareupeun sama pikeun. Artinya di depan dan untuk.” Mulut shiro membentuk ‘o’ seraya menganggukan kepalanya mengerti. Kalau begini aku jadi curiga sesuatu.
“coba kamu baca ini.” Aku menunjuk sebuah kalimat dalam buku. Shiro memandangku dan sarah dengan wajah canggung. namun karena takut aku marah lagi Ia pun mulai membaca dengan suara lantang.
“A-Ayeuna asep jeung dadang bade ka walungan. Manehna bade ngisep? Aeh? Are? Ngisap? Hisap?” shiro mulai kebingungan. Matanya kembali bergulir meneliti kata demi kata yang terlihat janggal dimatanya.
“itu nguseup. Artinya memancing. Jadi si asep dan dadang mau pergi mancing ke sungai.” koreksiku.
“Hoo..sou desu ka! ngu-nguseup desu ne? Wakatta.”
(“Hoo..gitu! ngu-nguseup ya? aku ngerti.”) shiro tersenyum lebar mengangguk-anggukan kepalanya. kepalan tangannya memukul kecil telapak tangan kirinya yang terbuka. seperti gerakan orang memalu. Aku tak kuasa menahan tawaku yang membuncah.
“Bahahahaha! Ngisap katanya!” sarah ikut tertawa melihatku meledek Shiro. Tak terima Shiro menginjak kakiku dengan kuatnya.
“ARGGGH!!” aku berguling-guling memegangi jempolku yang ia injak. Linu sekali, aku bahkan tak menyangka rasa sakitnya membuat kakiku lemas. Sialan, Shiro!
“Hmph! Orang salah kok diketawain! Onii-chan nggak pantes jadi guru tau nggak? Aku yakin muridnya pada kabur!”
“Enak aja! Suruh siapa kayak gitu aja pake salah! Hahaha malu dong sama umur. Udah kelas sembilan juga ya!” aku memberikan wajah terjelekku kepadanya. Sarah makin terpingkal-pingkal melihat kami. Wajah Shiro makin memerah. Bibirnya merengut dengan mata berkaca-kaca. Mungkin karena aku mempermalukannya di depan teman baiknya.
(“BERISIK-BERISIK-BERISIK!! DASAR KAKAK BODOOOOOOHHH!!”)
~OreKaImo~
Bogor, 27 Februari 2016
20.30 WIB
“Kalau gitu, aku pulang dulu ya? Terima kasih ya, Senpai. Maaf ngerepotin disini.” Sarah tersenyum manis sambil memakai helm nya. Aku kaget saat dia mencium tanganku. Tapi segera aku tersenyum dan mengangguk. Sadar bahwa gadis ini diatas apapun masih memberikan rasa hormatnya kepada orang yang lebih tua. Itu hal yang bagus menurutku.
“Ke aku nggak makasih?” cibir shiro disampingku. Nampaknya dia makin ngambek padaku. Tapi syukurlah, kurasa hubungan kami mulai dekat kembali.
“Hihihi, suka ngambek gitu ah. Iyaaa, makasih ya Shiro-chuaaannn..” sarah terkikik geli lalu memeluk shiro dengan erat. Shiro tersenyum tipis dan membalas pelukannya. Kemudian Sarah pun men-starter motornya dan meninggalkan pekarangan rumah kami. Aku masih termangu menatap kepergiannya. Kuingat perkataannya saat kami baru saja selesai dan keluar dari kamar shiro.
“Karena sudah berhasil, Aku tunggu traktirannya loh senpai.” Ia menggigit kecil bibirnya setelah membisikkan itu. aku sekarang mulai paham bahwa tujuannya sejak awal adalah mendesak shiro agar bisa masuk ke kamarnya dan membantu memperbaiki hubungan kami.
“Ne, onii-chan.”
(“hei, kak.”) shiro menatapku datar. Aku dapat melihat ia seperti memikirkan sesuatu.
“Aku baru sadar, cuma...sejak kapan Sarah manggil onii-chan pakai sebutan ‘senpai’?” sorot matanya membulat tiba-tiba seperti menelanjangi kejujuranku.
“Ahahaha...S-Saa na! Ore wa shiranakatta.”
“Ahahaha...entahlah ya! Aku juga nggak tau.”Aku gelagapan dan tertawa garing. Kugaruk kepalaku yang tidak gatal. Karena jujur aku tidak tahu kenapa aku mau-mau saja dipanggil begitu.
“Enngghh!” Shiro nampak tak puas dengan jawabanku. Seketika ia langsung beranjak meninggalkanku. Namun secepatnya kutahan tangannya sebelum ia sempat masuk ke dalam rumah.
“Anu...Shiro. maafin kakak buat yang tempo hari ya?” kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku. Seperti bara panas yang kutahan sejak lama. Lawan bicaraku tak bergeming. Bahkan tak menoleh padaku. aku tahu tanganku berkeringat.
“zannen desu. Sore wa muri da yo.”
(“sayang sekali. Itu nggak mungkin.”) Mulutku seperti terjahit rasanya. Tak kuasa membuka bahkan hanya untuk sepenggal kalimat saja. Apa dia benar-benar tak bisa memaafkanku?
“Demo..”
(“Tapi..”) wajahku terangkat melihat secercah harapan yang mungkin bisa kulakukan. Satu hal yang kulihat saat ini. Raut wajah itu tertutupi helai rambut panjangnya yang kemudian tersapu hembusan angin malam. Ada senyuman disana.
“mungkin akan aku pertimbangkan besok kalo onii-chan mau traktir aku makan apple pie di taman kencana besok.”
“taman..kencana? besok?” nostalgia membawaku mengingat kapan terakhir kali kami ke sana. Tapi suatu hal juga yang membuatku teringat janjiku pada Riana. Kencan kami di Kebun Raya.
“Tapi aku udah..” lidahku kelu untuk menolaknya dengan alasanku. aku melihat sudut mata yang tak menatapku itu kini sendu dengan penuh pengharapan.
“besok aku ada rencana pergi pagi-pagi. Jadi aku tunggu besok jam sepuluh pagi disana. Aku harap onii-chan datang.” Pungkasnya sambil melepaskan genggaman tanganku. Ia meninggalkanku sendiri dalam keterpakuan. Terpaku menatap jemariku sendiri yang baru saja memegang lengannya. Jemari yang terlihat begitu kuat melindungi namun ternyata hanya figur rapuh yang tak bisa menentukan pilihan.
Aku, Nara Purnama. Sosok lelaki yang mungkin masih terlalu bodoh untuk bersikap pada makhluk yang bernama wanita. Kini dihadapkan dalam dua janji yang sama besarnya di hatiku. Memilih satu diantara dua pilihan sulit. Aku pinta adikku mengikrarkan janjinya untukku tapi aku tak bisa menepati janjiku untuknya? Aku berkata aku kini memahami cinta tapi kubiarkan salah satu orang yang mencintaiku kecewa karenanya? Tak mungkin aku mengelak salah satunya. Atau keduanya.
holla maaf udah 2 minggu kayaknya nggak update2. udah bingung ngasih alesan soalnya alesannya masih sama yaitu kesibukan RL + kuota kempes juga
tapi terima kasih buat master, suhu2 semua... agan2 dan sista2 yang udah mau mantengin berjalannya trit ini sampai sekarang. terimakasih
oke..di sore hari ini tepat jam 5 ane mengetik, kita masuk ke endinggg sooonggg!!! wohoho..lagu apa ya, ampe bingung. listnya banyak banget sih. yaudah, langsung aja bagi pecinta saekano. apalagi udah nonton yg kedua cekidot!
silakan dibaca index sudah diperbarui di vegiwan. mohon maaf jika banyak kekurangan di update ini. atau dirasa kurang panjang dan memuaskan. kripiknya yah..
dan untuk kemarin ada yang minta fotonya sarah....whehehehe
silakan di cek juga udah muncul di vegiwan
Ok bro updatenya.....
Shiro aja deh yg diutamakan, soalnya adik model shiro susah2 gampang ambil hatinya.
Klo adiknya model adik gua, pasti kupilih riana. Secara masa depan juga.
Cuma nggak ada ss nya, jadi batal deh....
masih aja ini
makasih sudah sudi mampir di trit acakadul ane 
daripada ditinggalin terus sama nara
sabar
Shiro..
Shiro...
pingin 
tusbol 
sapa tau ada update
hu...
maaf ya nunggu lama
maaf banget nih nggak online dari kemaren
maaf udah 2 minggu kayaknya nggak update2. udah bingung ngasih alesan soalnya alesannya masih sama yaitu kesibukan RL + kuota kempes juga 
wohoho..lagu apa ya, ampe bingung. listnya banyak banget sih. yaudah, langsung aja bagi pecinta saekano. apalagi udah nonton yg kedua 
