Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG One Night Stand Specialist

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Survey buat kalian, utk next chapter mau gw munculin karakter apa/siapa dulu?

1. Katrin
2. Wanita dgn anaknya
3. Laura
4. Helen
5. Karakter baru= pembokat
6. Karakter baru= tante binor
7. Karakter baru= suka disakiti

Silakan tulis pilihannya. Suara terbanyak yg Gw tulis dulu di next chapter/part 19.

helen suhu, im just curious apa mau nya si helen, walau agak creepy sih. gw pernah ngalamin kaya gitu dan ngerasa nya ga nyaman bgt. cuman pengen liat ekspresi suhu aja menghadapi org kaya helen

note : i lost my account dan buat baru cuman biar bs komen dimari haha
 
Keren, salut. Memang betul, sangat mungkin bisa jd seperti dokter sekalipun tidak ditunjang dengan materi yg cukup (saya baca salah satu komen di belakang). Hanya saja ada beberapa hal yg bikin saya agak bertanya-tanya,

1. Sekuat itukah dokter bisa nahan perasaan?sebagian besar cerita ini mengedepankan masalah nafsu semata ketika menghadapi perempuan. Emang gak pernah terlibat perasaan?
2. How old are you doct? Apa tidak terganggu dengan keinginan menikah, punya keluarga dan sebagainya? Sebegitu kuatkah rasa gak ingin berkomitmen?
3. Masih soal komitmen, apa gak terganggu dengan faktor lain? Semisal, keinginan orgtua utk ngeliat anaknya berkeluarga?
4. Dari sekian banyak perempuan, adakah yg "buka segel" sama dokter?

Ditunggu kelanjutan ceritanya. Karakter manapun yg diangkat, terserah.
Salam hormat dok.

1. Ditunggu saja, cerita ini masih panjang
2. Ttg umur sudah pernah ditanyakan, sdh sy jawab. Blm ada wanita yang berhasil membuat sy ingin berkomitmen.
3. open minded parents.
4. ada beberapa. Byk gadis virgin yang tidak pusing dengan virginnya. lebih banyak cowok yang pusing dgn keperawanan istrinya.
Tapi tidak pusing dengan keperjakaannya. sangat egois dan tidak seimbang.
 
yes i dont give my WA to male members, sorry. If male member want to ask something, ask here. I will answer here. Its kinda weird if a male member ask me thru private message, thats a 'female' way imo.
hahahahhaaaa
LOL
 
Hahahahaha...
Gw ga pakai fesbuk, ga pakai medsos (well, dulu pake Linkedin sih, the only medsos that really professional imho). Hidup sudah sedemikian padat untuk pengabdian yang Gw pilih.
Am i a singer? Bathroom and bedroom singer yes.
Yang udah tahu foto Gw baru 1 member sih disini.
You can send me a private message to get my WA number. A fair trade can be discussed.

Mas, tlg apa blh mint ft ny & mint no whatapp nya ? Thx.
 
Gw ga pakai fesbuk, ga pakai medsos (well, dulu pake Linkedin sih, the only medsos that really professional imho). Hidup sudah sedemikian padat untuk pengabdian yang Gw pilih.
Am i a singer? Bathroom and bedroom singer yes.
Yang udah tahu foto Gw baru 1 member sih disini.
You can send me a private message to get my WA number. A fair trade can be discussed.

Mas, tlg apa blh mint ft ny & mint no whatapp nya ? Thx.
Km cewe @thesya ?
 
Dokter ini menginspirasi gue di dalam dunia perkoasan nih..
Kalau diliat dengan seksama, di tiap part ceritanya Selalu ada "ilmu" yang bisa gue petik dan pelajarin, dan bisa gua aplikasikan sih sejauh ini. Hehehe. Thx for your story dok. Ayok update lagiii
 
Survey buat kalian, utk next chapter mau gw munculin karakter apa/siapa dulu?

1. Katrin
2. Wanita dgn anaknya
3. Laura
4. Helen
5. Karakter baru= pembokat
6. Karakter baru= tante binor
7. Karakter baru= suka disakiti

Silakan tulis pilihannya. Suara terbanyak yg Gw tulis dulu di next chapter/part 19.


Katrin sepertinya menarik dok, penasaran sama peran nya yang jarang muncul tapi sepertinya penting.
 
[PART 17]
***Hidden content cannot be quoted.***
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.15 ketika Gw selesai mengantar Angelica. Pikiran Gw langsung terarah pada dr.Nira. Pikiran Gw melayang-layang teringat perjumpaan dengan Nira, obrolan kami, semuanya.

”Saya mau ajak kamu dinner sambil ngobrol” kata dr.Nira.
”kalau Dokter bisa.” sambungnya. Aku reflek melirik jam tanganku.
”bisa kalau sekarang.” jawabku sambil menatap matanya yang cantik. Aku tidak menunggunya. Kulangkahkan kakiku menuju pintu keluar.
Beberapa saat kemudian kudengar langkah kakinya mendekatiku.
”apa kamu selalu secepat ini dan tanpa basa basi?” tanya dr.Nira ketika sudah berjalan disampingku. Nafasnya sedikit memburu.
”tergantung konteks.” jawabku.
”kamu suka dikejar wanita?” tanya dr.Nira lagi. Hmm..
”kamu merasa inferior karena barusan saya meninggalkanmu Dok?” Gw balik bertanya. Suddenly this is getting deep.
”kamu menghindari menjawab dan balik bertanya. Ini berlawanan dengan ciri khasmu yang tidak suka basa basi. Sedang berusaha menutupi kepribadianmu?”
”Kepribadian tidak bisa ditutupi Dok.” jawabku.
”itu tesismu?” nadanya santai.
”Socrates akan setuju denganku” oh tentu saja gw juga bisa bermain santai.
”hahaha.. okay. Mau makan apa?” dr.Nira tertawa lepas. A plus point. Dia tidak terganggu dengan style gw.

”apa yang membuatmu mau ke kota ini, dok?” tanya dr.Nira. Kami duduk berhadap-hadapan disebuah rumah makan dengan banyak kolam ikan.
”seorang wanita, 25 tahun. Besok kami akan bertemu lagi.” jawabku.
”apakah dia akan membuatmu lebih cerdas? Atau kamu memang ingin menyembuhkannya?” pertanyaan dr.Nira selalu membuatku terkesan.
“Saya merasa sedang diteliti oleh seorang dokter spesialis yang sangat hebat, sekaligus seorang dosen yang mengagumkan. Seorang istri dari seorang pria yang tidak kalah hebat, punya 2 orang putera yang juga sangat berprestasi.” kataku sambil mencari sudut pandang matanya. Mata kami bertemu. Senyumnya merekah, mencoba menutupi keterkejutannya.
Well.. aku tersanjung, dok. Seorang dokter yang masih berusia muda tetapi disertasinya memberikan sumbangsih signifikan, dia sekarang duduk didepan saya dan dia tahu tentang suami dan kedua anak saya. Again, apakah kamu memang selalu secepat ini?”
”google selalu cepat, dok. Tidak sulit mencari info tentangmu.” jawabku. Apalagi kamu cantik, dokter Nira. Algoritma google sangat beauty friendly.
”hahaha, jadi pertanyaan yang ini pun kamu tidak akan menjawabnya?”
”bagaimana jika aku tidak memilih keduanya? Aku tidak berusaha menjadi lebih cerdas dan ini juga bukan tentang keinginanku menyembuhkanya”
”Oh ya?” matanya terlihat terkejut. ”Lalu kenapa?” kejarnya.
”Atau, bagaimana jika saya melakukannya untuk keduanya? Agar saya lebih cerdas sekaligus saya memang ingin menyembuhkannya?”
”yang manapun tidak masalah, tapi menginginkan keduanya sekaligus terdengar sebagai sebuah kebohongan, karena..”
”karena dua pilihan jawaban yang kamu sediakan telah kamu desain sebagai sebuah dikotomi.” Gue memotong perkataanya. Kulihat dr.Nira menelan ludahnya.
exactly. Aku bertaruh kamu cukup kreatif untuk menemukan jawabanmu sendiri, asal tidak mengikuti pilihan jawabanku.” kata dr.Nira tegas, dalam, dengan nada berat. Tetapi sorot matanya tidak berubah. Tetap tenang dan memukau.
”terdengar sinis, hehee” aku terkekeh. Perkataanku barusan pun tidak menggoyahkannya. Matanya tetap bercahaya dengan sama terang seperti sebelumnya.
”aku ke kota ini karena memenuhi janjiku pada seseorang. Untuk menolong gadis itu.” kataku sambil meraih jari tangannya. Dr.Nira tidak menolak sentuhanku. Tangannya halus dan merespon tanganku yang meremas jemarinya. Kami saling mengusapkan jari beberapa saat dalam keheningan, dengan mata saling memandang. Dr.Nira dengan perlahan menggenggam jari telunjukku. Gw dengan perlahan menggesekkan jari telunjuk, keluar masuk ke dalam genggaman tangannya. Penisku bergerak mengeras. Jariku seperti bersenggama dengan genggaman tangannya, grave tempo dan dengusan nafas kami yang mendadak bisa kudengarkan.​



TIT...TIT!! TINNN.. TINN!! Suara mobil yang protes karena Gw jalan terlalu lambat membuyarkan lamunan Gw. Reflek Gw injak pedal gas dan meluncur lebih cepat. Sambil melaju, Gw buka HP dan melihat WA dr.Nira.


Nira : Aku sudah di hotel ya Kevin.
Kevin : Ok meluncur. About 30 min.

Hmm, tidak ada nomor kamar hotel. Berarti dia ingin bertemu di lobby. Tidak ada sex malam ini, atau dia ingin main jinak-jinak merpati?

Drtt.. drtt.. HP Gw bergetar. Ada WA dari Helen. Gw malas sebenarnya membacanya, tapi terlihat ada foto yang dikirim. Penasaran, Gw melambatkan laju mobil dan membuka chatnya. Deg!

Helen mengirimkan beberapa foto, foto Gue bersama Angelica!

Kevin : Helen? Kamu stalking Gw?
Helen : Yes! Keberatan?
Kevin : Wtf Helen?
Helen : Kalau Laura sih cantik luar biasa, Gue kalah. Tapi bocah ini?
Kevin : Apa urusanmu?
Helen : Gue lebih cantik, lebih seksi. Kenapa pilih bocah ini?
Kevin : Im sorry Helen. Apa urusanmu?
Helen : Answer me!
Kevin : Saya akan block nomor kamu.
Helen : Kamu tidak sebodoh itu!
Kevin : Saya tidak menyukaimu. Sesederhana itu.

[Helen, blocked]

Gw tutup WA Gw dan tidak peduli kalau Helen membalas lagi dengan nomor lain. Memang mustahil menghalangi seseorang menghubungi kita kalau nomor sudah diketahui. Gw sadar apa yang dimaksud Helen dengan ’tidak sebodoh itu’. Blocking itu sia-sia. Blocking hanya menunda sementara, sekaligus memantik emosi. Tetapi setidaknya Gw sudah kasih pesan sangat jelas, Gw tidak menyukainya!

Gw tiba di gerbang Hotel 5 menit lebih cepat. Mungkin tanpa sadar Gw melaju lebih cepat dari biasanya.

Kevin : Nira, Saya sudah sampai.

Gw keluar dari mobil dan menyerahkan kunci mobil pada petugas valet parking. Berjalan dengan sedikit tidak nyaman, karena foto-foto barusan.

Mungkin Helen disini?

Gw jadi agak salah tingkah dan memperhatikan berbagai sudut. Padahal logika Gw bilang tidak mungkin Helen tahu kemana Gw pergi. Akan sangat gila kalau Helen tahu Gw disini, stalking Gw sampai disini dan mengambil foto Gw dari jauh.

Nira : masuk lounge aja, tunggu disana.

Gw baca WA Nira dan langsung menuju ke lounge. Karena membuka WA Nira, otomatis Gw bisa lihat ada chat dari nomor baru. Helen? Gw pilih tidak membukanya. Gw mau fokus ke dr.Nira.

**
Dokter Nira muncul tanpa hijab. Penampilan yang mengejutkan, casual dengan rok jeans pendek dan kaos ungu muda. Mungkin tidak akan ada yang menyangka dia seorang dokter hebat dan terkenal. Gw panggil waitress dan memesan dua gelas teh hangat.
”Kurasa tidak perlu menjabat tanganmu..” kata Nira sambil duduk di depanku. Senyum tipisnya memukau. Jantungku mulai berdegub lebih kencang.
“kita sudah lebih dekat dari sekedar dua telapak tangan yang menyatu” kataku mengingatkannya pada peristiwa itu.
“apakah itu sebuah pernyataan kebanggaan atau usaha mendapatkan sesuatu?” tanyanya.

Oh dr.Nira.. gaya bicaranya selalu saja tajam dan dalam.

“kebanggaan..” jawabku sambil menatap matanya.
“genius. Kau menginjak ranjau dengan sukarela” kata dr.Nira dengan senyum yang lebih terbuka.
”bukan ranjau, karena tidak akan pernah ada ledakan.” kataku.
”tapi entah kenapa kamu memakai kalimat itu. Mungkin, kamu menghindari kalimat yang lain karena berpotensi disalah artikan.” sambungku. Nira mengangkat tangannya dan bertepuk tangan beberapa kali.
”aku tadi hampir mengatakan kau memasuki lobang jebakan dengan sukarela” kata Nira. Gw menganggukkan kepala memahami maksudnya.
”kata lobang memang ambigu” responku.
”Aku benci memberimu panggung dan membuatmu terlihat bersinar” katanya dingin. Begh..
”menyesal bertepuk tangan?” tanyaku sambil mempersilakannya minum ketika pesanan teh hangat tiba.

”Aku tak pernah menyesali apa yang sudah kulakukan” jawabnya santai. Sebuah pertunjukan penguasaan diri lagi, setelah kehilangan kendalinya beberapa detik yang lalu.
”apa kamu selalu sedingin ini, setajam ini dan sedalam ini?”
”kamu lupa aku pernah menghangatkanmu?”
”tapi kau tiba-tiba menghilang”
”sengaja”
”kau menikmati kucari-cari?”
”aku bukan merpati”
”itu yang mau Saya katakan”
See? bukan cuma kamu yang bisa membaca pikiran”
”lalu kenapa sengaja menghilang? Lalu sekarang minta ketemu?”
”aku kangen kamu Kevin..”

Gw tersengat oleh jawaban itu. I was expecting something.. else. Bukan jawaban khas dr.Nira yang selama ini Gw kenal.

”should i take it personal?” kataku akhirnya. Nira tersenyum, senyum yang berbeda. Gw seperti menemukan Nira dari sudut yang berbeda.
”atau ini ranjau yang lain?” tanyaku lagi.
”jarang melihatmu tidak yakin. Kehilangan kemampuan membaca pikiran?”
”i miss you to, doct.” Jawabku.

Pandangan kami beradu,tanpa senyum. Tanpa berkedip. Suasana terasa sunyi dan bahkan Gw mulai bisa mendengarkan nafasnya. Bibirku mulai tersenyum dan matanya akhirnya berkedip. Tangannya terulur hendak mengambil gelas dan kesempatan itu Gw pakai untuk menyentuh tangannya.

Its feel warm.

Gw meraba tangannya, memberinya sensasi geli, kuharap. Nira membalas sentuhanku. Jemarinya ikut menyentuh lenganku dan meraba-raba. Darahku menggelegak naik dan jantungku mulai berlari lagi.
”kamu ingin kuajak naik ke kamar?” tanya dr.Nira. Tangan kami saling meraba dan ini sungguh nikmat.
”hanya dengan satu syarat. Phone off, dan Saya menginap.” Kataku. Penisku sudah mulai menegang. Gw ga akan sia-siakan malam ini dengannya.
”mau adu nyali?” tanyanya. Gw mengernyitkan kening.
”Maksudmu?”
”ada kakak iparku diatas, di kamar. Kami berdua di Jakarta.” Kata dr.Nira. Gw mendadak seperti dilempar ke hutan belantara yang penuh binatang buas.
”Gila..” kataku. Nira membuka mulutnya seperti separo tertawa.
”takut?” tanyanya. Gw spontan menggelengkan kepala.
”apa dia suka threesome?” kataku iseng. Nira terkejut dan Gw tertawa.
”apa tantanganmu? Masuk ke kamar kalian dan ... disana?” kataku dengan pelan, agar tidak ada orang lewat yang mendengarkan kami. Jariku menerobos masuk ke sela jarinya untuk memberinya kode keras.
impossible.. pasti ketahuan” kata dr.Nira. Kami beradu mata lagi.
”Saya bisa saja buka kamar.. km tidur di kamar Saya..” kataku.”tapi itu bukan uji nyali.” lanjutku. Nira terkekeh. ”kita seperti anak kecil main backstreet” katanya.
”Iya. Haha...So?” tanya Gw.
”Kalau Aku ga balik kamar, dia pasti panik dan bisa lapor ke mana-mana kalau Aku hilang hahaha..” kata Nira.
No, Saya juga ga minat kalau sekedar quicky dan melepasmu kembali ke kamar kalian” tolakku.
”tidak malam ini, Kevin. Kita ngobrol aja disini” kata Nira. Gw spontan menarik nafas panjang dan meredamkan gejolak yang sebenarnya sudah sangat menggelora. Pandangan kami beradu lagi dan kilatan cahata matanya mencerahkan pikiranku.
”permainan yang bagus, dok..” kataku lalu melambaikan tangan ke arah waitress. Kukeluarkan uang dari dompet dan menyerahkannya.
”permainan?” tanya Nira dengan sorot mata tajam. Gw tersenyum memandang Nira lalu berdiri dan berkata pelan.
”Saya pulang ya. Terima kasih.” kataku lalu melangkah pergi meninggalkannya.
”Kevin?” panggil Nira. Gw terus berjalan pergi. She’s good. Really good.

Gw sampai di parkiran mobil dan memeriksa HP Gw, ada WA dari Nira dan beberapa yang lain.

Nira : Kamu datang hanya untuk seks? Dan pergi karena tidak mendapatkannya?
Kevin : Tentu tidak.

Gw injak pedal gas dan mobil mulai melaju pelan.

Nira : Nyalimu hanya untuk Seks?
Kevin : Permainanmu bagus Dok. Tapi mudah dibaca.
Nira : Maksudmu?
Kevin : Astaga dok. Kamu pikir saya beli ceritamu tadi?
Nira : oh..
Kevin : Kamu sendirian dok. Bukan dengan kakak iparmu.

Gw tersenyum getir sekaligus kagum dengan usahanya. Dia ingin bermain, entah apa maunya yang sebenarnya. Gw bisa saja memaksanya untuk naik ke kamarnya dan membuktikan kebohongannya, but thats not my style. Gw respek sepenuhnya dengan keinginannya untuk bermain dan Gw mendukungnya. Wanita harus dihormati keinginannya. Hanya saja dia perlu tahu, Gw tahu permainannya.

Tidak ada balasan WA dari Nira. She’s really good. Mungkin malam ini dia basah sendirian, mengerang-erang dalam masturbasinya, tapi kekakuannya menjalankan rencananya malam ini sungguh layak diapresasi. Mungkin somehow, dalam hatinya dia tahu, kalau Gw akan meninggalkannya begitu semuanya terjadi dan mungkin dia belum siap kehilangan Gw.

Tanpa sengaja tanganku menekan WA dari nomor asing yang tadi kuabaikan. Sebuah puisi..


Aku pernah menggigit nada yang kau sajikan
Meninggalkan goresan yang melekat kuat di pikiran
Perjalanan pendek, berlari cepat, melompat riang
Kau melakukannya dengan sempurna di dalam sempitnya ruang

Ketika kubuka mulutku, kau menghembuskan kehidupan
Ketika kenyanyikan laguku, jiwa kita melekat tak terpisahkan
Ketika kututup mataku, aku tak ragu karena kutahu kau ada disana
Menjagaku, dengan bingkai yang kusebut nada terindah


+628xxxxx : Kak.. akhirnya dibaca chatku..!!
+628xxxxx : Aku senang sekali bertemu denganmu! Sudah lama sekali!
Kevin : Maaf Saya lupa namamu. Kita bertemu dimana ya?

Wajah vocalist yang tadi, suara indahnya. Puisinya, dan tiba-tiba semuanya terkoneksi!

Kevin : Ooohhh... Gadis kecil di konser itu? Yang menangis karena nyaris batal tampil?
+628xxxxx : iyaaaa... ini Melody kak! Yang kakak tolong waktu itu!
Kevin : oh my..
+628xxxxx : God! Im so happy kak! kapan bisa ketemu?
Kevin : sekarang sudah kemalaman ya?
+628xxxxx : Kakak bisa sekarang? Boleh!
Kevin , : Kamu dimana? Masih di Resto tadi? Saya jemput.
+628xxxxx : Udah pulang. Apartemenku dekat dari situ sih. Kakak kesini aja ya!
Kevin : Kamu tinggal dengan siapa?
+628xxxxx : My sister. But its okay kak.

Dan dengan excited nya Gw memacu mobil menuju apartemennya. Gadis kecil bernama Melody ini sudah besar sekarang. Entahlah, mungkin 10 tahun yang lalu. Ketika dia menangis nyaris batal tampil menyanyi karena pianistnya mendadak tidak bisa datang. Dan Gw yang secara spontan main piano untuknya. Momen itu menyelamatkan jiwa masa kecilnya, dan meninggalkan bekas yang dalam di hatinya. Gw mengingat semuanya berkat puisinya.

Drrt drtt.. Hp Gw berbunyi, ada telpon dari Nana.

”Ya Na? Ada apa?” tanyaku sambil melambatkan laju mobil.
”Gue udah dapetin nih.. kirim ke WA ya?” tanya Nana.
”Ok Na, skalian nomor rekeningmu ya. Saya transfer ntar lagi, masih nyetir.”
”Atau dokter mau kesini? Si Beny sudah pulang sih. Nana nginap disini..”
”jangan deh Na, ntar terjadi yang enak-enak..” Canda Gw. Ga minat sebenarnya.
”Mauu.. belum puas nih dok. Hahhaha..” balas Nana.
”hahaha kamu nih bisa aja. Saya sudah meluncur pulang Na, jauh dari sana.”
”ah dokternya ga suka ama Nana ya..” kata Nana.
”kamu cantik Na, siapa yang ga suka ama kamu.” jawabku.
”atau besok pagi dok.. kan checkout masih jam 12..”
”lihat besok ya Na.. ok send deh fotonya. Saya lanjut nyetir ya” kataku lalu menutup telpon. Gw WA Dicky.

Kevin : Ud tidur?
Dicky : Blomlah. Gimana?
Kevin : Gw dapet fotonya Beny ama Nana sih di hotel. Bisa lu tunjukin ke Mika.
Dicky : serius? Waoooww.. gokil bro! Habis lu Ben! Thank my bro!

Foto-foto dari Nana Gw terima dan langsung Gw forward ke Dicky. Foto yang keren, ada wajah dari Beny jelas banget, sementara wajah dari Nana sudah di blur ama Nana. Setidaknya Gw ga perlu lagi terima telpon dari bocah bernama Dicky yang cengeng ketika cewenya kabur ama cowo lain. Case closed.


**
Mengejutkan...
 
Dari beberapa cerita emang bener bener paling enak di baca nih cerita, alurnya ngalir banget.
Kalau bisa di kasih translate pemakaian bahasa daerah atau inggrisnya soalnya gak semua ngerti dok.......

Lanjut terus nulis story nya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd