Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Once Upon A Time In Someplace

jangan2 yuni ma raffi tuh putus gara2 sih gavin yah ..... :pandaketawa:
:semangat: lanjutkan suhu...!!
 
Update !!!


Chapter XII : Threesome


Menjelang malam kami tiba disuatu apartemen di kawasan Jakarta Selatan. Mbak Yuni memintaku ikut turun. Akupun mengikutinya masuk kedalam apartemen itu. Dia segera menekan bel begitu sampai didepan suatu kamar. Sebelumnya kukira aku diajak ketempatnya, ternyata ke apartemen temannya. Dan yang membuatku lebih terkejut saat aku tahu siapa yang membukakan pintu, dan dia tampaknya pemilik kamar yang kami tuju.

Orang yang menyambut kami adalah wanita yang memakai semacam daster berwarna merah muda. Dia langsung memeluk Mbak Yuni dan saling mencium pipi, Kemudian mempersilahkan kami masuk.

"Masuk Yun, kamu juga Vin. selamat datang ditempat Mbak" Katanya pada kami berdua. Setelah kami masuk dia segera menutup dan mengunci pintunya. sementara Mbak Yuni langsung menuju dapur dan mengambil minuman. Tampaknya dia sudah terbiasa berada ditempat ini.

"Cha, punya minuman ngak?" Tanya Mbak Yuni kepada pemilik rumah. Sementara aku melihat-lihat foto yang terpajang diruang tamu. Banyak fotonya, Ada yang dengan Pasha, tampaknya foto ketika mereka sedang berduet menyanyikan lagu 'Terlanjur Cinta'. Ada yang dengan Mbak Melly G, yang tampaknya akrab karena lagu-lagunya kebanyakan karya dari Melly G. Ada yang sedang di suting suatu iklan shampo. Wanita itu adalah Mbak Rossa. Ya, Rossa yang peny*ny* asal kota S*m*d*ng itu.

"Ada masalah Yun?, dengan Raffi lagi? Tumben mencari minuman. Kamu kan biasa seperti itu, kalau ada masalah mencari pelarian. Dibuat santai saja. Kalau memang sudah tidak bisa dipertahankan, ya sudah bubar saja. Kenapa kamu yang kerepotan". Kata Mbak Rossa panjang lebar sementara Mbak Yuni terdiam ditempatnya. Akupun ikut diam karena tidak tahu pasti apa masalahnya.

Mbak Rossa kemudian menyusul kedapur dan menawariku minuman. "Mau minum apa Vin?". Tanyanya padaku. Setelah itu dia mengambil minuman yang aku pinta dan menyerahkannya padaku, kemudian dia duduk disebelahku diruang tamu membiarkan Mbak Yuni sendirian didapur yang tampaknya masih termenung memikirkan kata-kata Mbak Rossa.

Aku dan Mbak Rossa pun kemudian berbincang-bincang berdua. Dia menanyakan kabarku, kegiatanku sampai kenapa aku bisa datang bersama Mbak Yuni ketempatnya. Akupun menjelaskan kepada Mbak Rossa kenapa aku bisa sampai ketempatnya. Saat aku berbicara dengannya dia terus menatapku, akupun balas menatapnya. Mungkin tadi belum kusadari sebelumnya, tapi kini saat aku menatap tubuhnya yang mungil namun padat itu lekat-lekat yang bersandar dikursi baru kusadari bahwa karena posisinya maka pada dadanya tercetak tonjolan puting. Akupun baru sadar bahwa dari tadi Mbak Rossa tidak memakai Bra.

Rupanya dia sadar kalau aku menatap kearah dadanya, diapun tersipu malu dan menutup bagian dadanya dengan batal kursi yang ada disebelahnya.

"Ihhh! Gavin matanya nakal ya"

"Kok aku Mbak, kan Mbak juga salah. Masa jam segini memakai pakaian mau tidur. Lagian Mbak memang cantik jadi wajar dong, kalau aku memandang Mbak. Memang tidak ada acara ya Mbak? kok sudah mau tidur" ucapku padanya.

"Bukannya mau tidur Vin. Tadi waktu Yuni menghubungiku, Mbak baru saja pulang . Mbak ganti baju ini sebenarnya mau mandi. Tapi keburu Yuni datang. Mbak kan tidak tahu kalau ada kamu bersama Yuni. Mbak pikir tidak perlu ganti pakaian. Tapi kamu memang nakal ya!, Mbak masih ingat hari minggu kemarin kamu ngapain sama Maia". Mbak Rossa menjelaskan.

"Tapi Banyak yang suka saya nakalin Mbak. Mbak mau saya nakalin" kataku meggodanya.

"Emang berani kamu nakalin Mbak, Ada Yuni tuh, bisa dibilangin sama Maia lho"

"Tidak apa-apa Mbak, Nanti Mbak Yuni sekalian saya nakalin biar tidak lapor sama Bunda Maia" Jawabku sambil tersenyum menggodanya.

"Ihhh, pintar juga ya kamu Vin. Sudah ah, Mbak mau mandi dulu. Mbak takut di nakalin sama kamu. Katanya sambil beranjak dari duduknya dan juga mengedipkan matanya membalas godaanku.

Melihat Mbak Rossa memberikan sinyal positif walau diluarnya mengatakan takut akan godaanku. Aku mencoba kembali untuk melihat reaksinya bagaimana seandainya dia benar benar kugoda. Maka sebelum dia berajak jauh, kupegang tangannya dan sedikit kutarik kearahku hingga terduduk kembali disofa. "Mau kemana Mbak" kataku dengan mulut lebih kudekatkan pada telinganya.

Mungkin karena takut didengar Mbak Yuni maka Mbak Rossa menjawab dengan suara lirih hingga mirip desahan. "Vin, ada Yuni ngak enak ah!".

"Tidak apa-apa Mbak, Mbak Yuni sudah tahu posisiku, Tadi juga dia sudah bertanya dan aku sudah menjelaskan padanya. Jadi tidak ada masalah dengan Bunda Maia" Kataku menjelaskan sambil terus berusaha merayunya. Mbak Rossa kemudian menatap mataku, mungkin untuk meyakinkan dirinya apakah aku berbohong apa tidak. Aku membalas menatap matanya dan kemudian aku menganggukkan kepalaku untuk meyakinkannya.

Perlahan kepalanya mendekat kearahku. Dan akupun mendekatkan mukaku kearahnya hingga jarak diantara kami hanya beberapa senti. Kami masih bertatapan hingga beberapa saat, kami dapat merasakan hembusan hangat dari nafas kami.

Perlahan mulutnya terbuka sedikit dan aku menyambut dengan menempelkan bibirku pada bibirnya. sedikit demi sedikit mulut kami mulai saling mengecup dan lidah kami mulai saling memilin. Tanganku mulai bergerilya pada tubuhnya, dan tubuhnya pun memberikan respon akan sentuhan tanganku. Mbak Rossa mulai menggelinjang kegelian saat tanganku sampai di tempat-tempat sensitif pada tubuhnya.

Dan perlahan diapun mulai mendesah. "uhh hmm ... ssshhh". Kami sudah sangat bernafsu ketika bibir kami terus beradu bersama-sama, kami berdua saling mengerang di mulut! Aku menggapai ke bawah dengan kedua tangan, memegang ujung baju tidurnya, dan menarik Baju tidur Mbak Rossa lebih tinggi melewati dadanya. Baju itu pelan-pelan tanggal dari tubuhnya yang terasa hangat. Mula-mula melewati payudaranya, putingnya yang mengeras, terus ke leher Mbak Rossa. Tampaklah kini dua payudaranya dan seakan mengundang aku untuk segera menyentuhnya.

Segera saja aku sergap payudaranya, membelai satu-persatu buah dada itu, hingga jari-jariku sampai ke putingnya. Ku pilin dengan lembut masing-masing puting secara bergantian. Mbak Rossa mengerang "EEEHHMMMMM"!. Aku menghentikan ciuman dan menundukkan kepala ke buah dada sebelah kiri dan menangkap puting dan areola dalam mulutku dan mulai membasahi dan merangsang
puting Mbak Rossa dengan lidahku.

Aku melingkarkan tanganku di pinggangnya, menariknya kearahku, mendorong lebih dalam buah dadanya
ke dalam mulutku dan mengisap putingnya lama-lama. Mulutnya tak henti-hentinya mengeluarkan erangan lemah. Tanpa menurunkan rangsangan di putingnya, aku menyambar daster yang masih melekat di lehernya dan menariknya lebih tinggi, membuat tangannya ikut naik dan membuat baju itu tanggal seluruhnya.

Akupun segera melepaskan kaos dan celana panjangku kini kami sama-sama setengah telanjang. Tanganku kembali menyelinap kepinggangnya, dan celana dalamnya kemudian kutarik secara pelan dan kini didepanku terpampang sebuah hutan yang tidak terlalu rimbun. Melihat hutan itu celanaku pun menjadi semakin sesak dan akupun kemudian membebaskan penisku dari siksaan celana yang semakin ketat.

Kini kami sudah sama-sama telanjang bulat diruang itu dan tidak menyadari keadaan karena nafsu yang menyelimuti kami. Saat aku akan memulai menempelkan penisku pada celah vagina Mbak Rossa kudengar suara mendesah dan aku segera menengok kearah itu. Dan barulah aku sadar bahwa kami tidak berdua. Entah sejak kapan Mbak Yuni berdiri tidak jauh dari tempat itu menyaksikan perbuatan kami.

Tampaknya Mbak Yuni sudah lama menyaksikan perbuatan kami. Karena diapun tampaknya sudah ikut terangsang. kulihat tangan kanannya berada didadanya dan dia meremas-remas dadanya sendiri. Sementara tangan kirinya berada dibagian bawah tubuhnya.

Mbak Rossa yang kemudian juga menyadari bahwa Mbak Yuni melihat perbuatan kami berusaha menutupi tubuh telanjangnya. Mbak Yuni yang melihat kami berhenti kemudian mendekat kearah kami dan berkata. "Kenapa berhenti Cha, tidak apa-apa teruskan saja. Tidak perlu malu, Kita sama-sama wanita dan punya status sama. Jadi kita pasti sudah sama-sama mengerti akan kebutuhan kita. Sebenarnya aku tidak mau mengganggu kalian. Tapi Melihat permainan kalian aku jadi ikut bernafsu"

Mendengar Mbak Yuni berkata seperti itu Mbak Rossa menjadi tidak terlalu canggung lagi dan yang membuatku lebih kaget adalah perkataan Mbak Rossa selanjutnya. "Yun, Kenapa kamu tidak ikut gabung kita sekalian. Kamu lihat senjatanya Gavin, aku takut menghadapi senjatanya sendirian. kenapa kita tidak bersama saja menghadapinya" Mbak Rossa tampaknya mengajak Mbak Yuni Untuk threesome.

"Baiklah kalau begitu, aku juga penasaran dengan cerita Mai. dan ingin membuktikan kebenarannya". sesudah berkata seperti itu Mbak Yuni kemudian ikut mencopot pakaiannya hingga telanjang bulat. Kini didepanku berdiri dua wanita bertelanjang bulat.

"Yun, Vin kita kekamar saja, biar permainan kita lebih nyaman". Kata Mbak Rossa sambil berjaan kearah kamar. Tanpa bersuara kami mengikuti Mbak Rossa ke kamar tidur. Hingga begitu masuk kamar kami bertiga langsung saling menyerang di atas tempat tidur yang berukuran besar itu. Dengan nafsu menggelora dan nafas yang terdengar turun naik, kami memulai permainan segitiga itu. Aku berbaring telentang menghadap ke atas lalu dengan cepat Mbak Yuni menyambar kemaluanku dan mempermainkan penisku yang telah setengah tegang itu dengan mulutnya. Dan mulai menjilat kepala penisku yang sebesar buah ketimun itu dengan penuh nafsu, sementara itu kutarik pinggul Mbak Rossa dan kukangkangkan tepat di atas wajahku sehingga daerah sekitar kemaluannya terjangkau oleh lidah dan bibirku yang bersiap menjilatinya. Kutarik belahan bibir vagina Mbak Rossa dan mulai kujilat dengan lembutnya.

Permainan segitiga kamipun dimulai, Mbak Yuni mengkaraoke penisku. Sementara aku memainkan lidah dan menyedoti daerah vagina Mbak Rossa. Suara desahan kami mulai terdengar memecah keheningan suasana malam. Decakan suara lidahku yang bermain dipermukaan vagina Mbak Rossa mengiringi desahannya yang menahan nikmat dari arah selangkangnya. Sementara aku mulai merasakan kenikmatan dari penisku yang keluar masuk mulut Mbak Yuni. Beberapa saat kemudian Mbak Yuni melepaskan sedotannya pada penisku, tak lama kemudian kurasakan dia memegang penisku dan dengan bernafsu mengambil posisi menunggang di atas tubuhku dan langsung memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya. "Sreeep blesss", penisku yang besar dan panjang itu menerobos masuk ke dalam liang vagina Mbak Yuni.

"Aahhh..., Enaaak", desahnya. Saat kurasakan penisku membelah dan masuk seluruhnya kedalam liang vaginanya.

Sementara Mbak Rossa terus mendesah keras menahan kenikmatan yang kuberikan lewat permainan lidahku yang menjilati seluruh dinding dan detil-detil vaginanya. Bentuknya tampak lebih chubby dari milik Bunda Maia, belahan bibir vagina Mbak Rossa tampak lebih lebar hingga liangnya tampak lebih nikmat dan menggairahkan.

"Ooouuuhh Yuuun, nikmat sekali ternyata..., ooohh Maia benar Yun ooohh sedot terus vagina Mbak, Vin.., oooh enaak", erang Mbak Rossa.

"Kamu mau merasakan yang ini Cha? uuuh, kamu akan merasa ketagihan kalau sudah tersentuh buah penis ini", Kudengar Mbak Yuni menawarkan posisinya pada Mbak Rossa setelah beberapa saat dia berada diatas penisku. Mbak Rossa kemudian beranjak dari atas wajahku dan kemudian menuju arah bawah tubuhku. Mata Mbak Rossa tampak berbinar dengan perasaan setengah tak percaya saat dia memandangi penisku.

"Uhh besarnya penis ini Yun, benar seperti yang Maia ceritakan. Pantas Maia jadi gila seks saat bertemu Gavin. ooh", serunya keheranan.

"Ayolah segera coba..", kata Mbak Yuni sambil menuntun pinggul wanita itu menuju ke arah penisku yang sudah tegang dan keras.

"Iiihh..., Aku sudah tidak sabar nih" kata Mbak Rossa sambil menggenggam batang kemaluanku. Kemudian dengan gesit di tuntunnya penisku sampai permukaan vaginanya yang sudah basah oleh air liurku.

Dan.., "Sreeettt", "Auuuwwww Viiin..., vaginaku rasanya robek Yun aduuuh..", jeritnya tiba-tiba saat merasakan penisku menerobos masuk liang vaginanya. Lubang itu terasa sangat sempit hingga mungkin Mbak Rossa merasakan sedikit perih. Dia diam beberapa saat, mungkin untuk menyesuaikan penisku yang terlalu besar bagi liang kewanitaannya. Namun beberapa saat kemudian dia mulai bergoyang perlahan, mungkin rasa perihnya mulai berkurang dan telah berubah menjadi rasa nikmat.

"Uuuhh..., aahh..., ooohh enaakkk, Viiin ooohh Yun, baru pertama kali aku merasakan penis sebesar ini Yun, ooohh pantas Maia senang bercinta dengannya ..., oooh Yun..., aku bisa ketagihan kalau seperti ini nikmatnya..., ooohh", wanita itu mulai mengoceh saat menikmati penis besarku yang keluar masuk liang vaginanya.

Sementara kini Mbak Yuni menikmati permainan lidahku pada permukaan vaginanya yang kini telah berada tepat di atas wajahku. Sesekali kusedot keras clitoris Mbak Yuni yang merah sebesar biji kacang di celah vaginanya hingga wanita itu berteriak geli. Dua orang wanita itu tampaknya saling meremas buah dada. Keduanya dalam posisi berhadap-hadapan. Tanganku yang sebelah ikut meremas sebelah susu Mbak Yuni. Dengan bergantian kuraih payudara kedua wanita yang berada diatas tubuhku.

Penisku yang tegang terus keluar masuk oleh gerakan naik turun Mbak Rossa di atas pinggulku. Goyangan wanita itu tak kalah hebatnya dengan wanita-wanita yang pernah tidur denganku, Dia sesekali membuat putaran pada poros pertemuan kemaluannya dengan penisku sehingga kenikmatan itu semakin sensasional. Namun hal itu hanya dapat dia tahan selama sepuluh menit, ketika Aku ikut menekan pinggangku ke atas menghantam tubuh Mbak Rossa, wanita itu berteriak panjang dengan vagina yang berdenyut keras dan cairan kelamin yang tiba-tiba meluncur dari dasar liang rahimnya.

"Ooohh Viiin, Mbaaak keluaarr..., ooohh enaak, Yuun aku nggak kuat lagi ooohh..., nikmatnya penis ini..., ooh enaakkk", teriaknya panjang sebelum kemudian terkapar diatas tubuhku. Aku bangkit sejenak dan memberikan ciuman mesra pada Mbak Rossa, lalu kuatur posisi baru dengan Mbak Yuni.

"Ayo Mbak, kita lanjutkan mainnya..., Mbak istirahat dulu ya", kataku pada Mbak Rossa.

"Baiklah", jawabnya sembari kemudian berbaring. Sementara kini aku mulai menindih tubuh mungil Mbak Yuni. Perlahan kumasukkan penisku kedalam lubang vaginanya. Dia nampak mengerenyitkan dahinya, mungkin dia merasa sedikit nyeri pada vaginanya. Kumainkan buah dadanya untuk mengurangi rasa sakit pada dirinya.

Perlahan suara desah nafas yang saling memburu dan terpatah-patah terdengar dari mulut kami akibat menahan kenikmatan dari kedua kemaluan kami yang beradu keras saling membentur yang menimbulkan bunyi decakan becek. Daerah sekitar kemaluan kami telah basah oleh cairan kelamin yang terus mengalir dari liang vagina Mbak Yuni hingga semakin lama kurasakan dinding kemaluan Mbak Yuni semakin licin dan nikmat.

Perlahan kubalikkan tubuhku dibagian bawah. Kini dengan lincahnya pinggul wanita paruh baya itu bergoyang di atas tubuhku dengan penuh nafsu. Liang vagina Mbak Yuni yang sudah punya dua orang anak itu seperti tak cukup besar untuk menampung batang penisku yang keluar masuk bak rudal nuklir. Tidak lama kemudian Mbak Yuni sudah tampak tak dapat lagi menguasai jalannya permainan. Wanita itu kini mendongak sambil menarik rambutnya untuk menahan rasa nikmat yang dirasakannya dari liang vaginanya yang terdesak oleh penisku.

"Auuuhh..., ooohh..., mati aku Cha..., enaak..., ooohh..., Gavin sayaang..., oooh remas terus susu Mbak", teriak wanita itu sembari menggelengkan kepalanya liar kekiri dan kanan untuk berusaha menahan rasa klimaks yang diambang puncaknya itu.

Mbak Rossa tampak terpesona melihat gerakan Mbak Yuni yang begitu liar diatas tubuhku. Mbak Yuni tampak begitu menikmati sodokan batang penisku dengan maksimal. Menyaksikan hal itu nafsu Mbak Rossa tampak bangkit kembali, dia lalu bangkit dan mendekat kearah kami berdua. Aku menyambut Mbak Rossa dengan mengulurkan tanganku ke arah vaginanya. Langsung kuraba permukaannya yang masih basah oleh cairan kelamin, lalu dua jariku masuk ke liang itu dan mengocok-ngocoknya hingga membuat Mbak Rossa merasa nikmat.

Mbak Rossa membalas dengan kecupan ke arah mulutku hingga kami saling mengadu bibir dan menyedot lidah. Permainan kami menjadi lebih seru oleh teriakan nyaring Mbak Yuni yang kini terlihat sedang menanti puncak kenikmatannya. Goyang tubuhnya semakin liar dan tak karuan sampai kemudian ia berteriak panjang bersamaan dengan menyemburnya cairan hangat dan kental dari dalam rongga rahimnya.


"Oouuu..., aakuu keeeluaarr..., aahh enaak..., oooh..", jeritnya dengan tubuh yang tiba-tiba kejang kemudian lemas tak berdaya.

"Aduh Cha, aku kok cepat keluar kayak gini yah?", seru Mbak Yuni sambil melepas gigitan bibir vaginanya pada penis Andi yang masih keras dan perkasa itu.

"Memang kamu bener-bener jago Viiin..., beri Mbak kesempatan lagi buat menikmatinya..., ooohh, sekarang posisi mu yang di atas dong sayang", ajak Mbak Rossa setelah Mbak Yuni selesai dan menyamping.

Dia kemudian berbaring pasrah membiarkan tubuhku menindihnya dari arah atas. Aku pegang penisku yang masih tegang dan kemudian dengan perlahan kumasukkan lagi ke dalam liang vagina Mbak Rossa. Dia mengangkat sebelah kakinya agak ke atas dan menyamping hingga belahan vaginanya tampak jelas siap dimasuki penisku. Dia langsung terhenyak dan mendesah panjang saat dia kembali merasakan penisku menerobos masuk melewati dinding vaginanya yang terasa sempit.

"Ohh..., yang pelan saja Viiin...", pinta Mbak Rossa sambil meresapi setiap milimeter pergesekan dinding vaginanya dengan buah penisku. Aku mulai bergoyang dengan perlahan seperti yang diinginkan wanita itu. Mbak Rossa meremas sendiri buah dadanya yang ranum, sementara kedua kakinya kubentangkan ke arah kiri dan kanan sehingga membuka selangkangannya lebih lebar lagi. Tak ayal gaya itu membuat Mbak Rossa berteriak menahan nikmat karena penisku yang masuk lebih dalam dan membentur dasar liang vaginanya yang paling dalam.

"Aahh..., ooohh hebat kamu Viiin..., ooohh Yunnn nikmat sekali Yunnn..., ooouuuhh enaakk..., oooh genjotlah yang keras Vin..., oooh semakin nikmat ooohh pintaar..., ooohh yaahh..., mm..., lezaatt..., ooohh Gavin..., pantas kamu disenangi sama wanita Vinnn..., ooohh ampuuun enaknya..., oohh pintar sekali kamu Viiin..., ooohh", desah Mbak Rosss setengah berteriak. Pantatnya ikut bergoyang mengimbangi kenikmatan dari hempasan tubuhku yang menghantam keras ke arah tubuhnya. Penis besarku tampaknya benar-benar memberi sejuta sensasi rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Kenikmatan dahsyat yang membuatnya lupa diri dan berteriak seperti orang gila.

Dia menjambak sendiri rambutnya yang tergerai indah seperti dalam iklan shampo yang dia bintangi. Mbak Rossa berguling dan menindih tubuhku dan menggoyang turun naik sambil berjongkok. Jari telunjuknya berusaha meraba daerah kemaluannya sendiri untuk membuat clitoris sebesar biji kacang di celah bibir kewanitaannya mendapat sentuhan lebih banyak lagi.

Hempasan dari tubuhku diimbanginya dengan berteriak menahan nikmatnya benturan penisku. Sesekali dia membalas dengan juga menghempaskan tubuh dan pantatnya dengan keras, namun gerakan itu justru semakin membuatnya tak dapat bertahan. Kenikmatan itu kembali membuatnya menggapai puncak permainan untuk yang kedua kalinya.

Dengan sepenuh tenaga ia berteriak keras sambil menghempaskan tubuhnya sekeras-kerasnya.
"Aooowww..., ooohh..., aku keluaar lagiii..., ooohh enaak Viiin..., ooohh, nikmat sekali ooohh..., aahh", teriaknya panjang.

Kurasakan denyutan keras pada vagina Mbak Rossa yang sekaligus menyemburkan cairan hangat dan memenuhi rongga vagina itu. Liang kemaluan itu berubah menjadi sangat licin dan nikmat hingga membuatku terangsang untuk terus menggoyang pinggulnya. Kurengkuh pinggulnya, kudekap erat sambil terus kugoyang memutar pantatku hingga penisku seperti mengaduk-aduk isi dalam vagina Mbak Rossa. Sepertinya dia merasakan rasa geli yang amat sangat, hingga seakan membuatnya ingin melepaskan penisku dari dalam vaginanya. Tidak kuhiraukan gerakan meronta Mbak Rossa yang berusaha melepaskan diri. Tubuhnya semakin kudekap kuat dan terus kugoyang pinggulku serta kuciumi sekujur tubuhnya dengan penuh nafsu.

"Aaww..., geeliii..., ampun sayang Mbak nyerah, lepasin Mbak Viiin..., geliii", teriaknya memohon padaku. Walau dengan sedikit terpaksa, kuhentikan gerakanku, dan kulepaskan pelukanku pada pinggul Mbak Rossa yang langsung saja terjatuh lemas.
"Ohh. Mbak nggak kuat lagi Viiin.., ooh hebatnya kamu, sudah dua kali Mbak kamu bikin keluar, gila kamu. Benar-benar jantan, ooohh nikmatnya", lanjutnya sambil membelai penisku yang masih saja tegak tak tergoyahkan. Dikecupnya kepala penisku dengan lembut lalu ia meraih batangnya dan tanpa kuminta dia mengkaraoke penisku. Sementara tanganku membelai rambut indahnya.

-=+=-

"Ohh Mbak..., sebentar lagi saya mau keluar", kataku saat Mbak Rossa memainkan mulutnya pada penisku untuk kesekian kalinya. Mbak Yuni baru saja mencapai puncak untuk ketiga kalinya, begitu juga Mbak Rossa yang sudah keluar tiga kali. Kini Mbak Rossa melepaskan penisku setelah mendengar perkataanku.

"Ohh kamu kuat sekali Vin, kalau tidak keluar sekarang mungkin Mbak dan Yuni tidak sanggup lagi, Mbak sudah kamu bikin keluar tiga kali, dan juga Yuni, sekarang keluarin yah sayang..", kata Mbak Rossa kepadaku.

"Baiklah Mbak, ayo kita mulai", ajakku sambil memeluk tubuh bugil Mbak Rossa dan langsung kutusukkan kemaluanku dalam liang vagina wanita itu yang sudah banjir karena sudah keluar tiga kali.

Kami kembali bermain, tapi kini Mbak Yuni juga ikut berbaring disamping Mbak Rossa, dengan gerakan pelan dan teratur bergantian kutusuk dua buah liang vagina yang kini terpampang didepanku. Diiringi kecupan dan remasan pada payudara mereka berdua yang masih cukup ranum itu Aku terus berusaha meraih kepuasan secara maksimal. Hingga beberapa puluh menit kemudian saat aku mulai merasa kedut di batang penisku maka kupercepat gerakanku secara bersamaan dengan kedua wanita yang ada didepanku yang tampaknya juga mengalami hal yang sama.

"Mbaaak..., saya mau keluar..., oooh goyang yang keras..., ooohh tekan terus Mbak..., ooohh Mbak jepit lagi..., ooohh nikmat sekali..., ooohh", Aku menjerit pelan meresapi kenikmatan dari kedua tubuh wanita itu.
"Mbak jugaa..., Viiin..., oooh penis kamu panjang sekali..., ooohh enaak nikmatnya..., ooohh remas yang keras susuku Viiin..., ooohh teruuus..., Mbak keluaarr lagiii..., ooohh enaak", jerit Mbak Yuni.
"Mbak juga keluaarr Viiin..., ooohh yeah..., ooohh enaknya...", jerit Mbak Rossa pada waktu bersamaan.
"Goyang terus Mbak ..., ooohh air mani saya mau nyemprot..., aahh", Teriakku menggerang .

"Cabut Vin sini semprot ke muka Mbak, Mbak pingin minum sperma kamu cepaat", teriak Mbak Yuni.
"Baik Mbak..., ooohh..., minum Mbak..., ooohh", teriakku sambil berdiri di hadapan mereka yang mendongak tepat di bawah penisku yang menyemprotkan cairan sperma itu. Lebih dari empatkali kusememprotkan cairan itu ke mulut Mbak Yuni yang menganga dan langsung ia telan, kemudian tak ketingggalan kutembakkan juga ke arah muka Mbak Rossa. Mbak Rossa pun menyambut dengan membuka lebar mulutnya, dia bahkan meraih batang penisku dan mengocokkannya dalam mulutnya sehingga seluruh sisa cairan spermaku dia telan habis.

Akhirnya dapat juga kugapai puncak kenikmatan yang begitu lama itu. Dengan diiringi teriakan panjang dari mulut Mbak Rossa, kami bertiga terkapar lemas dan tak sanggup lagi melanjutkan permainan itu. Kami kini saling bercanda ria setelah berhasil meraih kepuasan dari hubungan seks yang begitu seru, empat jam lebih kami mengumbar nafsu birahi itu sampai puas dan kemudian tertidur kelelahan tanpa seutas benangpun melapisi tubuh kami bertiga.

To Be Conticrooot ...
 
Mantap...
Lanjutken bro...
Bs pesta nih kyknya Yuni, Ocha, Maia
 
Enak x tiap hari ngecrott mulu....:bacol:
intinya updatenya kere¨¨en:top:
 
Mantap bos, lanjutken !
Tp kenapa tdk diceritakan soal si yuni jd bete ama si raffi
Apa krn selingkuh atau lg pesta teler ? Akan lebih seru kalo si wanda dimasukin dlm cerita nih.
 
Mantap bos, lanjutken !
Tp kenapa tdk diceritakan soal si yuni jd bete ama si raffi
Apa krn selingkuh atau lg pesta teler ? Akan lebih seru kalo si wanda dimasukin dlm cerita nih.

makasih sarannya bero ...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd