Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
ah..hari ini hari sabtu :D

suhu RB,tanya dong..ada scene saat si Arya ngasih tau ke Kyoko arti kata "kontol & memek" gak?
di part 4 si Kyoko udah tau kan?makanya saat si stefan bilang Arya kontol memek kontol memek,langsung di matiin telponnya sama dia

tak ubek2 di MDT session 1 kok kayaknya gak ada ya?pasti lucu.
 
Ikut sundul dech...
Semoga anak arya jodoh sama anak nya Bagas.... Aamiiinn....
#timaryabesanbagas
 
ah..hari ini hari sabtu :D

suhu RB,tanya dong..ada scene saat si Arya ngasih tau ke Kyoko arti kata "kontol & memek" gak?
di part 4 si Kyoko udah tau kan?makanya saat si stefan bilang Arya kontol memek kontol memek,langsung di matiin telponnya sama dia

tak ubek2 di MDT session 1 kok kayaknya gak ada ya?pasti lucu.

Harus udah tau lah, masa belasan taun tinggal di Indonesia ga tau arti kontol hahahaha........

Ikut sundul dech...
Semoga anak arya jodoh sama anak nya Bagas.... Aamiiinn....
#timaryabesanbagas

Kita doain yang terbaik aja buat haruko.. Tapi dia kan masih SMA kelas 1 hahaha
 
Mmhmm, kayaknya akhir-akhir ini komenan di tiap trit berkurang nih, apa karena cerbungnya makin banyak yang baru yak?
 
Mungkin karena suhu punya jadwal updatenya pasti,jadi readernya byk yg jd sr karena ga perlu nanya atau minta update..:ampun::ampun::ampun:
 
Malam minggunya nungguin tante ai muncul..
Kira2 ada scene ss nya ai gk yah dsni?kali aja lagi selingkuh ma si kontol stefan..
 
Bimabet
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 7
(my mom's first love)
------------------------------

ad10.jpg

“Kamu sedang apa sih?” tanya Kyou-Kun ke Kyoko pagi itu di meja makan. Kyoko belum berangkat kuliah, tapi café sudah buka. Kyou-Kun yang hari itu membantu di café tampak curi-curi waktu bersantai dengan memperhatikan adiknya yang sedang berbuat hal aneh di meja makan.

“Ini keren”
“Demo… Abunai…” Kyou-Kun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Kyoko sedang memutar-mutar pisau yang baru dibelinya Selasa malam itu di sekitar Asakusa bersama Hiroshi. Tadinya dia hanya menemani Hiroshi membeli pisau untuk ayahnya, tapi dia end up membeli sebuah pisau sayur yang bagus. Dan tadi pagi, setelah dia membantu ibunya untuk memasak di dapur, dia masih mengagumi pisau tersebut.

“Jadi sekarang kamu sudah bisa motong sayur ya” ledek kakaknya.
“Begitulah” Kyoko memain-mainkan pisau di tangannya, seperti seorang kunoichi.
“Terus kamu jadi keren gitu?”
“Mungkin”
“Jawaban macam apa itu” Kyou-Kun mengambil sebatang rokok dari kotaknya dan dia mulai membakar rokoknya.

Kyoko berlama-lama memperhatikan pantulan cahaya pagi dari pisau itu. Dia tampak jumawa, karena sekarang dia sudah mulai bisa memotong-motong sayur dengan lancar dan benar. Dan terlebih lagi, ibunya jadi terbantu di dapur, karena sebelumnya tidak ada satupun anaknya yang bisa membantu di dapur.

“Nanti jari kamu terpotong kalau kamu main-mainkan seperti itu”
“Biar”
“Aku jadi penasaran, memangnya si Tanabe itu jago masak sekali ya?”
“Habisnya Nii-san tidak pernah mencicipi sih”

“Aku masih takut, karena masih ada pengaruh tangan kamunya, siapa tahu rasanya malah jadi kacau karena kamu ikut-ikutan motong atau megang”
“Itu makin lama, aku yang masak dan dia cuma melihat saja”

“Tapi kata Okasan, banyak yang masih terlalu manis, terlalu asin, hambar, dan kalau tidak ada si Tanabe, kamu jadi lebih gak enak lagi masakannya” ledek sang kakak.
“Memangnya dulu juga Nii-San keren main bass nya? Aku waktu SD tersiksa lho, mendengar suara bass sumbang dari kamar Nii-San, tengah malam, keras-keras…. Aku heran Otosan sama Okasan dulu tahan sama suara gak enak macam itu….”

“Mungkin karena mereka orang tua yang baik”

“Maka dari itu jadilah kakak yang baik” ledek Kyoko.
“Sial..”

“KYOSHIRO!!” Teriak si ibu entah dari mana.
“Ya?”
“Kamu ke mana?? Jangan malas-malasan, mumpung di rumah bantu sini… Dan Kyoko? Belum berangkat kuliah? Jangan lihatin pisau terus dari tadi pagi, kalau kamu lihatin terus gak akan tambah jago, malah jadi terlambat kuliah!!!”

Kedua kakak beradik itu saling bertatapan, dan mereka tersenyum kecil sekaligus kecut karena ditegur oleh ibu mereka. Akhirnya mereka pun bangkit dan memulai kegiatan hari itu.

------------------------------

martin10.jpg

“Hari ini lancar sekali kamu memotong sayurnya” puji Marie sesaat setelah mereka keluar dari kelas praktik memasak. Kyoko hanya tersenyum. Mereka berbondong-bondong berjalan menuju locker untuk ganti baju. Sekarang Kyoko sudah tidak risih lagi karena dia sudah mendapatkan baju ganti untuk seragam kokinya. Jadi tidak ngepas badan dan dia pun jadi leluasa di kelas.

Mungkin dia belum jago masak atau belum bisa dikatakan bisa masak. Tapi gerakannya makin lama makin tidak kaku dan dia jadi bisa mengerjakan tugas-tugas kecil dengan lancar seperti memotong sayuran, daging-dagingan, dan sebagainya.

Yang belum bisa adalah meracik bumbu. Taste-nya masih kurang. Entah kenapa. Padahal, katanya meracik bumbu itu soal feeling.

“Progressnya Kaede memang pesat sekali” puji salah seorang murid lainnya.
“Terima kasih”
“Soalnya aku dengar gosip kamu lagi dekat dengan Tanabe kan?”

“Eh?” Kyoko mendadak kaget.
“Hehe, kemarin-kemarin ada yang lihat kalian di platform stasiun Omotesando yang arah Mitaka…. Sepertinya kamu punya guru privat yang merangkap pacar ya Kaede?”

“Ah tidak, kami berteman saja….”
“Eh.. Kalau dia bukan pacar kamu, boleh dong, aku minta Tanabe mengajariku juga?” tanya anak perempuan itu.

“Ee…. Silakan saja”
“Kasihan dong Hiro-Tan, capek disuruh mengajari sana sini” potong Marie.

“Tergantung Tanabe sih, dia mau atau tidak” senyum Kyoko kecut. Entah kenapa rasanya tidak nyaman. Dia bukan siapa-siapanya Hiroshi, tapi dia tidak nyaman ketika ada orang lain yang ingin belajar masak ke Hiroshi juga. Rasanya seperti kebahagiaannya diambil.

“Pasti mau mengajariku kan? Dia kan hanya temannya Kaede... Nanti kalau ketemu aku tanya ah” lanjut perempuan itu, dan dia pun berjalan dengan riang, mendahului Marie dan Kyoko. Muka Kyoko jadi datar, dan tampaknya dia tidak senang. Ya, Kyoko tidak senang karena Hiroshi Tanabe akan diminta oleh orang lain untuk mengajarinya. Tapi apa hak nya? Dia kan cuma temannya Hiroshi.

“Mukamu kok begitu?”
“Tidak, tidak apa-apa…”
“Cemburu ya?”
“Marie apa-apaan sih?”

“Kamu cemburu kan?”
“Aku punya hak apa untuk cemburu? Kami kan cuma teman……” Kyoko pun bergegas masuk ke dalam ruang ganti, mencoba melupakan percakapan tadi.

Dan dia harusnya tidak berpikir macam-macam soal Hiroshi. Hiroshi cuma teman yang baik saja. Dan dia tidak boleh kesal kalaupun Hiroshi memutuskan untuk mengajari semua mahasiswa maupun mahasiswi yang butuh bantuan.

Lebih baik dia ganti baju, lalu pulang. Dia masih harus lebih banyak berlatih lagi, baik bersama Hiroshi maupun tidak.

------------------------------

omote10.jpg

“KCLANG!”

Suara minuman kaleng di vending machine terdengar. Kyoko sedang di Stasiun Omotesando, tapi belum masuk ke platform. Dia masih membuang-buang waktu dan dia sedang membeli minuman di vending machine. Cuaca sudah mulai hangat. Musim panas sudah masuk.

Dan dia sudah banyak berlatih bersama Hiroshi. Hasilnya pun terlihat. Dia lebih percaya diri dalam memotong bahan makanan dan sudah bisa mengendalikan alat-alat masak dengan baik dan normal. Yang kurang adalah urusan racik meracik bumbu, ketelitian, dan presentasi.

Presentasi makanan memang penting. Makanan sebelum masuk mulut dilihat dulu. Kalau tidak menarik mata, tentu orang akan malas memakannya.

Dalam hati Kyoko menggerutu, kenapa dia harus terganjal di mata kuliah praktik ini. Di mata kuliah teori memasak, pengenalan minuman, praktik minuman, komposisi gizi dasar, dan sebagainya lancar-lancar saja untuknya.

Tapi untuk urusan memasak, waduh.

Dan dia bersyukur, sambil membuka kaleng minuman ringan itu dan menenggak isinya, sewaktu tes masuk dulu tidak ada tes praktik. Hanya ada tes tertulis dan wawancara. Bermodalkan pengetahuan dasarnya soal cafetaria dan pengalamannya membantu orang tua di café, dia tentu saja punya poin plus.

Tapi untuk urusan memasak, sekali lagi waduh.

Sudah sore dan dia ingin pulang. Dia harus berlatih lagi, karena ujian ada di depan mata. Terutama di ujian sebelum liburan musim panas. Pengaruhnya besar sekali ke kelulusan mata kuliah. Walaupun semester akan berakhir di September, tapi tetap saja, ada libur panjang di antara Juli sampai Agustus. Dan setelah libur panjang, efektif perkuliahan akan lebih padat dan sudah tidak ada waktu lagi mungkin untuk berlatih.

“Kaede”

Kyoko membalikkan badannya dan dia melihat sosok Hiroshi yang berdiri di belakangnya, sambil tersenyum.

“Oh.. Hai”
“Hari ini tidak mau latihan lagi? Biasanya sehabis kelas praktik kamu mencariku” sambungnya.
“Oh, aku mau pulang….”
“Tidak latihan?”
“Sendiri mungkin”

Ya, untuk apa memikirkan Hiroshi terus-terusan. Dia bukan siapa-siapaku, pikir Kyoko. Dia bukan pacarku, cuma teman biasa, mungkin sudah dekat, tapi kalau berlatih dengan dia terus…. Ya, tidak seharusnya bukan dia berlatih dengan Hiroshi terus? Bukankah orang lain juga ingin belajar dengan Hiroshi?

“Sendiri? Apa tidak apa-apa?”
“Tidak apa-apa”

“Sayang sekali, padahal aku baru saja dikirimi natto dari rumah… Kau tahu kan kalau Ibaraki terkenal dengan nattonya… Kupikir hari ini aku bisa mengajarimu membuat hidangan dengan bahan dasar natto…..”

“Oh…”

“Kamu kenapa?”
“Tidak apa-apa… Aku pulang dulu”

“Tunggu…. Kaede-san kenapa? Apa aku ada salah bicara?” Hiroshi berusaha mengejar Kyoko dari belakang. Jalannya Kyoko memang lambat hari ini, karena dia sedang berpikir macam-macam.

“Tidak…”

Dan kenapa pula Hiroshi ada di stasiun Omotesando. Harusnya dia pulang ke apartemen sewaannya yang entah ada di mana itu. Pokoknya dekat dengan kampus mungkin. Dan dia tidak ada jadwal part time hari ini. Mungkin dia harusnya pulang ke apartemen, atau mengajari cewek-cewek lain masak.

Tunggu, cewek-cewek lain masak? Siapa sih aku, pikir Kyoko. Kenapa juga Kyoko harus memikirkan hal itu, dan hal itu membuat suasana hatinya tidak karuan seperti sekarang.

“Biasanya hari ini kan kita latihan bareng....”
“Aku mau pulang, Tanabe..”
“Tunggu sebentar, kayaknya aku bikin salah, ada apa?”

Tanpa sadar tangan Kyoko tertarik oleh Hiroshi dan Kyoko langsung menarik tangannya menjauh. Kyoko menatap Hiroshi dengan tatapan sebal dan dia melanjutkan jalannya. Apa-apaan sih, pacar juga bukan, tapi kok sok-sok begitu.

“Kaede?”
“Sampai besok, Tanabe… Mata ne…..”

------------------------------

ad10.jpg

“Mana si Tanabe?” tanya Kyou-Kun sambil merokok di dapur. Dia melihat ke arah jam tangannya. Harusnya sebentar lagi café akan rame dan ibunya akan mulai teriak-teriak entah dari mana.

“Gak ada” Kyoko sedang fokus memotong kentang menjadi dadu. Nantinya kentang tersebut akan dimasak menggunakan bumbu kari instan yang mudah. Kalau begitu sih, Kyoko juga bisa masaknya. Apalagi sekarang dia sudah bisa memotong daging dan sayuran.

“Terus, sekarang cuma motongin kentang segitu doang?”
“Bukan urusan Nii-San”
“Galak sekali hari ini, sedang mau datang bulan ya?”

“Gak pantas diomongin dengan anak cewek hal-hal seperti itu…..” Kyoko menyipitkan matanya dan menatap Kyou-Kun dengan tatapan membunuh.

“Kenapa sih? Marahan dengan Tanabe?”
“Ngapain marahan, pacar juga bukan…”
“Kok mikir pacaran? Teman juga bisa saling bertengkar…. Ah, memang pikiran kamu sedang ke mana-mana ya? Dasar anak cewek…. Dibaikin sama cowok sedikit mikirnya macam-macam” tawa sang kakak.

“Mendingan Nii-san pergi ke café deh, ke tempat Okasan, nanti dicari karena sudah mulai ramai dan nanti Okasan marah lagi….” kesal Kyoko.
“Kalau lagi marah, mandi sana, berendam…. Biar pikiran kamu tenang….. Aku jadi khawatir kari ini rasanya nanti jadi tidak enak, karena suasana hati kamu sedang buruk…. Soalnya kan kamu masaknya masih level amatiran” ledek kakaknya lagi.

“Nii-san sudah deh… Sana pergi, nanti aku lempar pisau, pura-pura kecelakaan” dengus Kyoko.
“Yaudah, pergi deh…” tawa kakaknya sambil mematikan rokok. Kyoshiro Kaede kemudian berlalu dan kembali ke café yang bernama Kaede Coffee and Sweets itu.

Dan handphone Kyoko berbunyi. Ada mail masuk. Kyoko menarik napas dan menghentikan acara memotong dan mengupas kentang, wortel, dan bawang bombay itu.

Dari Marie. Bunyinya kira-kira seperti ini. “Hiro-Tan tadi nanya ke aku, Kyoko kenapa hari ini…. Katanya kamu terlihat kesal padanya ya?”

Apa-apaan sih, kenapa Hiroshi sebegitu khawatirnya dengan Kyoko, pikirnya. Dan kenapa juga Hiroshi sebegitu inginnya berlatih masak dengan dirinya. Yang butuh kan Kyoko, bukan Hiroshi. Lagipula tadi ada anak perempuan yang ingin masak bersama Hiroshi juga. Gih, silakan. Hiroshi kan bukan punya aku, pikir Kyoko.

Juga tidak ada satupun mail dari Hiroshi, jadi buat apa dipikirin. Toh yang punya hajat juga gak mikirin. Mungkin cewek tadi sudah bertemu dengan Hiro-Tan dan mereka bisa janjian untuk masak bareng. Diajarin juga biar pada pintar, biar lulus semua. Mungkin juga Hiroshi terlalu baik karena dia orang daerah dan belum banyak kenal dan akrab sama orang lain. Kan duluannya kenalan sama aku waktu ditarik sama Marie, sewaktu hari pertama kuliah.

Entahlah, pikir Kyoko. Buat apa juga dipikir. Tidak ada untungnya.

“Wonder in your world!! Sparkle in my heart!!” ringtone Kyoko menggelegar.

Handphone Docomo 504i nya berbunyi. Dia lihat namanya. Marie. Aduh, apa-apaan sih ini anak.

“Kyoko desu….” dia langsung menjawab telepon tersebut dan duduk di kursi makan.
“Kamu ngapain tadi sama Hiro-Tan? Kok mail-mail dari dia ke aku terdengar seperti desperate….”
“Tidak apa-apa”
“Kok gitu sih, aku bingung, kalian kan gak pacaran, tapi kok kayak orang pacaran berantem”

“Kenapa jadi ke sana kamu bicaranya…”
“Ya tadi dia nanya-nanya terus via mail, kamu kenapa hari ini, lalu nanya apakah dia pernah bikin salah apa gak sama kamu yang dia gak tahu, aku jawab, wah mana aku tahu kan aku gak liat kalian berdua ngapa-ngapain, jadi aku bilang, kamu hubungi saja Kyoko nya…. Dia cuma iya-iya saja…”

“Tidak ada mail atau telepon dari dia…. Dan kamu kalau mau ngobrol telepon ke rumahku saja, daripada lewat handphone begini apa tidak mahal biayanya?” tanya Kyoko.

“Oh iya ya, kasihan orang tuaku nanti kalau aku habiskan biaya dari mereka untuk menelepon….”
“Kenapa kamu tidak part time saja”
“Ingin sih, tapi susah bagi waktunya…. Kan nanti aku tidak ada waktu untuk ketemu dengan teman-teman SMA lagi….” tawa Marie dari seberang sana.

“SMA kamu kan di Chiba”
“Dan banyak anak Chiba yang ke Tokyo”
“Padahal banyak universitas bagus di Chiba”
“Anak Chibanya yang kurang pintar soalnya”

“Haha”
“Nah, kamu tertawa, sana hubungi Hiroshi lebih dulu, biar dia tidak salah paham”
“Terus aku harus bilang apa”
“Bilang saja kamu tidak apa-apa, mungkin kamu juga harus jujur soal yang tadi”
“Yang tadi mana?” tanya Kyoko lagi.

“Tadi, waktu Hinako bilang dia mau minta diajari masak oleh Hiroshi juga”
“Lagi-lagi kamu manggil orang yang gak akrab sama kamu dengan nama depannya…..” keluh Kyoko.
“Habis gimana, kebiasaan”
“Tapi kan tidak sopan……..”

“Tapi kamu harus bilang ke Hiro-Tan soal tadi… Biar dia gak nyangka yang tidak-tidak”
“Entahlah” bukannya kalau begitu dia bakal menyangka yang tidak-tidak ya? “Sudahlah, Marie… Aku mau masak lagi…..”

“Wah hebat, masak apa?”
“Kari instan…”
“Hebat”
“Apa hebatnya, cuma mencampurkan bumbu instan saja kok….”

“Tapi Kyoko-chan yang dulu pasti tidak bisa sama sekali, bahkan untuk memotong bahannya saja pasti sulit…. Itu kan gara-gara Hiro-Tan kamu jadi bisa masak makanan instan, sebelumnya paling cuma cup noodle saja kan? hehe” lanjut Marie dari seberang sana.

“Hmm..” Benar juga.
“Nanti nyesel lho kalau Hiro-Tan tidak berlatih sama kamu lagi, nanti kamu stuck di situ saja, disayang-sayang dong gurunya ahahahaha”

“Sudahlah, aku masak lagi ya”
“Silakan Kyoko… Mata ashita ne….”
“Jya, Mata Ashita… Bai-bai Marie…”
“Bai-bai”

Kyoko menarik napas panjang. Dia melihat ke arah potongan-potongan sayuran hasil karyanya. Kalau tidak ada Hiroshi, dia tidak akan bisa seperti itu. Dan kalau dia seperti ini, tidak jujur soal perasaan kesalnya, takut Hiroshi tidak punya waktu untuk mengajarinya lagi. Ya, jadi bukan cemburu dong perasaan ini, pikir Kyoko dengan lega.

Yasudah, aku kirim mail saja.

Sial, mendadak ada mail masuk.

Tanabe Hiroshi. Dia ngirim mail duluan?

“Kaede-San, maaf tadi aku lancang. Apakah aku berbuat salah? Kalau iya, mohon dimaafkan. Besok kita bicara ya” Kyoko tersenyum. Laki-laki memang aneh. Meminta maaf untuk kesalahan yang tidak mereka perbuat.

Kyoko mengetik balasannya dan kemudian dia mengirimkannya.


“Tidak apa-apa. Aku yang minta maaf, Tanabe. Pikiranku sedang tidak baik”


Kyoko bangkit dan dia kembali ke talenan, membereskan sisa kentang yang belum dipotong. Mendadak ada mail balasan lagi.

“Oh, begitu. Syukurlah kalau itu bukan salahku. Tapi besok kita bicara ya, sayang nattonya kalau tidak kamu pakai masak”

Kyoko tersenyum. Dia ketik balasannya lagi dan dia kirim lagi.

“Maaf. Aku jujur deh, tadi ada anak yang bertanya kepadaku. Dia ingin Tanabe mengajarinya masak juga. Aku berpikir sedikit egois, aku takut jadi sulit belajar kalau Tanabe mengajari yang lain. Maafkan keegoisanku.”

Kyoko mulai memotong sisanya lagi, sambil menunggu balasan. Tak terasa, kentang-kentang yang wajib dipotong dadu kecil-kecil itu sudah dia bereskan. Dan ada lagi mail masuk.

“Oh… Iya, tadi ada email tidak dikenal yang mengirimkan ajakan seperti itu. Tapi karena aku tidak mengenalnya, aku tolak… Teman nomor satu dong” jawab Hiroshi.

Kyoko tersenyum lagi dan dia membalasnya.

“Kenapa kau tolak, mungkin dia butuh pertolongan kamu. Tapi aku senang Tanabe-san menganggapku sebagai teman. Terima kasih banyak”

Kyoko mulai mengeluarkan butter dari lemari, dia potong secukupnya, dan dia masukkan ke dalam panci. Tapi sebelum dia menyalakan kompornya, ada balasan lagi dari Tanabe Hiroshi.

“Aku tolak karena aku tidak kenal. Lagipula aku senang mengajarimu. Aku gak bakal mengajarkan yang lain, waktuku sudah habis untuk mengajarkan kamu, haha”

Kyoko tertawa kecil, dan dia ingin membalasnya dengan bercanda.

“Berarti aku bodoh dong kalau waktu kamu habis untuk mengajari aku?”

Tak lama kemudian ada balasannya.

“Kan sekarang sudah pintar. Aku senang membantu kamu, keluarga kamu pun ramah dan mengingatkanku pada Ibaraki. Terima kasih sudah diberi kesempatan untuk jadi guru”

“Aku yang berterima kasih. Ngomong-ngomong aku sekarang sedang masak kari instan. Dulu tak bisa. Tapi karena kamu, aku jadi bisa. Terima kasih sekali…”

“Kalau ditambahkan natto, lebih enak lho nasi karinya…. Sayang sekali hari ini kita tidak jadi belajar masak bersama” lanjut Hiroshi.

“Oh ya? Sayang sekali ya, mungkin keluargaku juga akan lebih senang kalau ditambahkan natto. Kebetulan kakakku sedang di rumah malam ini, jadi dia akhirnya bisa merasakan masakanku”

“Kyoko” tegur ibunya mendadak. Kyoko kaget, karena dari tadi dia fokus untuk menunggu dan membalas mail dari Hiroshi.

“Eh, iya Okasan…”
“Makanannya belum siap?”
“Ano…”

“Dimasak dong, tadi aku ke sini mau curi-curi mencicipi, taunya belum beres….. Sebentar lagi kakak kamu pasti merengek-rengek minta makanan….. Dibereskan ya” senyum sang Ibu dan Kyoko membalas senyumannya.

“Iya Okasan…”
“Aku kembali ke café ya”
“Hai…”

Kyoko dengan tak sabar malah membuka mail baru yang datang. Sudah pasti dari Hiroshi. Dia dengan semangat membuka mailnya dan matanya mendadak berbinar.

“Kalau begitu aku segera naik kereta ke Mitaka. Mereka bisa menunggu nattonya selama 30 menit tidak? Aku jalan sekarang. Ini sedang berjalan ke stasiun Omotesando….”

Kyoko lalu tersenyum lebar. Hiroshi akan datang. Dan kakak serta ibunya akan harus menunggu 30 menit lebih lagi untuk merasakan kari yang dicampur dengan natto. Agak lama, tapi pasti worth it.

Dan Kyoko tidak sabar untuk menunggu kedatangan Hiroshi Tanabe ke rumahnya.

==================
==================


haruko11.jpg

“Keren pisau punya Mama” aku lagi lihat-lihat laci dapur, tadinya mau ngambil sendok garpu, tapi mataku tertambat ke pisau sayur yang keliatannya mahal dan keren itu.

“Itu emang jimatnya mama kamu” Papa lagi minum kopi di dapur, kita berdua lagi makan malem. Papa butuh tenaga untuk begadang, kayaknya lagi nyelesain master rekamannya sebuah band yang dia produserin deh. Entah band apa. Okasan sendiri lagi ada di Mitaka sama Om Zul. Katanya lagi dibutuhin urgent di sana. Jalan deh dia ke sana.

Ntar katanya Om Zul sama Tante Ai juga mau mampir rumah. Mau ketemu sama Eyang katanya. Eyang udah lumayan agak ringkih. Kadang dia gak makan di ruang tenga, tapi makan di kamar. Tapi so far kami semua hidup bahagia berempat di sini. Kalau Eyang lagi fit juga, dia pasti masak sama Okasan. Kalau mereka berdua combo, pasti enak banget masakannya.
https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif

Dan aku lagi ngebayangin Okasan waktu di jepang sana, duet masak, entah sama almarhum ibunya, atau entah sama temennya yang dia bilang, yang dulu ngajarin dia masak.

Kalau udah begitu, harusnya masakannya lebih enak lagi.

Diem-diem aku berdoa, mudah-mudahan uang proyek papa yang bikin jingle iklan itu cepet cair, biar kita bisa ke Jepang, dan aku bisa ketemu sama temen Okasan yang satu itu, minta mereka masak bareng. Kalau itu kejadian, aku bakal sujud syukur deh di sana.

Mudah mudahan cepet kejadian ya, amin!

------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd