Saat ini aku jari2ku seperti sangat ingin menari mengetik sesuatu. Sesuatu yang ada difikiranku. Seakan sedang mencoba mencari sesuatu yang berguna untuk mengeluarkan sesuatu yang menyedihkan ini. Entah sudah keberapa kali aku menghitung hari. begitu banyak solusi yang sudah kupikirkan untuk mencari jalan keluar. Kata sukses, seperti hal yang mustahil untukku menggapainya.
Malam ini. Tidak seperti biasanya, atau mungkin seperti biasanya juga, salah satu bagian tubuhku mencoba untuk ingin menyampaikan sesuatu untuk aku harus kerjakan. Entah apa itu aku pun tak tahu. Bahkan aku harus bagaimana lagi sekarang aku tak tahu. Entah terlena akan situasi entah juga karena yang kujalani selama ini hanyalah beberapa jalan buntu di dalam penjara labirin hidup yang tak pernah kutemui jalan keluarnya. Aku harus bagaimana.
Otakku tiba2 saja mendorongku untuk membuka komputer dan menyuruhku untuk mengikuti jari2ku untuk mengetikkan sesuatu semua apa yang ku fikirkan. Seakan bergerak dengan sendirinya jari2 ini begitu adanya mengetikkan apa saja yang keluar dari isi kepalaku. Ya saat ini inilah 100% yang ku fikirkan. Aku pun tak mengerti bisa begitu. Baiklah, mari kita lihat apa isi kepalaku
Saat ini aku dalam status duda yang telah memiliki satu anak. Sebuah permata hati yang kini pergi ikut dengan ibundanya. Banyak kenangan yang selalu menjadi bayang dan menjadi hiasan ruangan fikiranku. Apakah aku harus merelakan atau aku harus mendapatkannya lagi.yang jelas diantara dua pilihan itu aku harus berjuang berusaha bangkit ntah yang mana yang harus ku pilih aku tak tahu. Beberapa waktu lalu beberapa sajak telah ku ciptakan untuk ku dan mereka. Ah sudahlah pada kali ini aku bukan untuk membahas di chapter yang itu.
Mari kita lihat, apa selanjutnya apa yang ku fikirkan. Tetibanya saja aku seperti ingin menulis apa saja yang aku sukai dan apa saja yang tidak ku suka. Oke, back to the rule, let’s start..
Aku adalah manusia yang memiliki hal yang aku suka, hal yang menjadi kebiasaanku, hal yang selalu kuhindari, hal yang ku takuti, hal yang membosankan untukku. Apakah hal yang memalukan juga harus ku tulis? Kenapa otakku berkata harus membeberkan segala hal yang memalukan terlebih dahulu, shit, taiklah. Kenapa aku harus mengikuti jari2ku kali ini, mungkin ini akan menambah hal yang ku tidak sukai dan hal yang akan ku hindari dan akan ku sesali didalam daftarku. Arghh. Oke fine!!
Manusia. Diciptakan dengan berbagai unsur, di dalam islam di ceritakan bahwa manusia adalah Cuma sebongkah tanah busuk yang di hembuskan ruh oleh Sang Pencipta Allah SWT. Namun aku punya dasar pemikiran yang berbeda. Itu hanya berlaku bagi nabi adam seorang. Bahkan istrinya adalah bagian dari tulang rusuk nabi adam sendiri, bagaimana dengan aku? Hanya suatu zat yang sangat hina tercipta dari alat kemaluan ayahku dan diproses didalam tubuh ibuku melalui alat kemaluannya (yap, bagi siapa saja yang membaca tulisan ini, buang dulu semua moral dari otakmu atau jangan lanjutkan bacaan ini) yang dalam proses nya perkawinan hewani sang manusia.
Aku dilahirkan ke dunia ini tidak hanya ruh saja yang ku bawa, ikut serta dengan segala yang membawanya, akal, kemauan, rasa, dan sang hasrat dan nafsu. Pengetahuan, pengalaman adalah unsur manusia yang bisa didapat hanya dengan menggunakan akalnya di dunia. Hidup, makan, berjalan, mencipta dan bahkan tabiat akan tercipta ketika berkontraksi hasil dari unsur yang kita bawa dari rahim ibu kita.
Yang menarik, otakku ntah mengapa ingin mendahulukan yang satu ini dulu. Nafsu, para orang yang berilmu di dunia diantaranya telah mengelompokan beberapa dorongan hasrat berdasarkan pola psiko kejiwaan seseorang. Dan aku sedikit banyaknya mengetahuinya. Di antaranya ada yang bersifat positif terhadap kehidupan ada pula sebaliknya. Sekarang saatnya kita membicarakan tentang salah satu sifat kejiwaan yang kualami dari yang namanya nafsu. Ini mungkin bukan hal yang positif, aku juga berfikir demikian. Tapi pada hakikatnya segala sesuatu yang kita bawa kedunia ini pasti ada gunanya jugakan. “ketika ada cahaya, akan ada bayangan mengikuti, dan bayangan tidak akan tercipta tanpa adanya cahaya”.
Percayakah kalian bahwa apabila bisa kukatakan aku adalah seorang yang maniak? Ya dalam bahasa ilmiah kita mengenalnya dengan “Nymphomania”. Dalam kasus ini juga mungkin ada pembagian lagi dan aku bukanlah seorang yang mendalami bidang ini, tapi bisa kurasakan nafsuku terhadap sex sudah dalam kata “berlebihan”. Dimohon tidak melibatkan moral dan akidah dalam membaca ini.
Mari kita coba flashback kebelakang dari kapan ini mulai tumbuh dalam diriku. Suatu ketika di rumah kami yang lama. Mungkin usia ku disitu adalah 9 tahun. Hal yang normal bagi seorang manusia untuk penasaran dan selalu mencoba ingin tahu segala sesuatu, inilah yang kualami. (saat ini otakku berkata ingin mengaitkan tentang teori “sebab akibat”, pesanku hati2lah dalam mengambil tindakan, hal kecil dan sepele saat ini akan berpengaruh besar di kemudian hari, aku tak menyalahkan sebabnya, namun inilah salah satu hukum alam yang tak tadapat dihindari).
Pada saat itu aku penasaran, mengapa aku selalu disuruh orang tua ku tidur cepat, saat aku masuk kamar, aku melihat dari celah angin kosen pintu kamarku masih ada cahaya tv tetap menyala. Oke, benar dan mungkin untuk anak-anak yang masih sekolah pada masa itu tidaklah baik untuk tidur diatas jam 10 malam karena besok akan berangkat ke sekolah dan harus bangun pagi. Tapi saat itu jam dikamarku sudah menunjukkan hampir jam 12 malam dan aku tahu bukan kebiasaan keluarga kami pada saat itu untuk yang namanya “begadang”, orang tuaku hanyalah seorang pedagang yang memiliki usaha “apotik” dan yang mana harus bangun pagi juga.
Diam2 aku memanjat ditiang kaki tempat tidurku yang mana posisinya dekat dengan pintu kamar dan aku mencoba diam2 mengintip dari celah kosen kamarku apa yang sedang orang tuaku tonton sampai sejauh malam begini mereka belum juga selesai menonton tv, sebegitu serukah? Apakah ada pertandingan sepak bola yang meriah, setahuku orang tua ku bukan penyuka bola, dan ibuku hanya suka menonton acara masak memasak dan sinetron tersanjung di indosiar, tapi itu hanya acara tv berdurasi 1jam’an dan acaranya hanya di jam 8 malam. Rasa penasaranku memang sungguh gila waktu itu. Ku lihat dengan samar sambil dengan segenap tenaga ku jinjitkan kakiku berusaha untuk mengintip dari dalam kamar, kuliat sesuatu yang tidak pernah ada tayang di tv mana pun. Ya, sepertinya ini bukanlah acara tayangan tv, ini adalah film yang diputar orang tua ku melalui vcd player. Namun sontak serasa darahku terasa bergetar kencang, jantungku serasa jatuh hingga ke perut, ketika kuliat tayangan yang berisikan lekuk tubuh beberapa orang dewasa tanpa busana yang saling memeluk, diantara tayangan tersebut disorot beberapa detail bagian tubuh yang pada dasarnya bagian yang paling di tutup oleh manusia dimana saja di dunia ini. Ya, alat vital, alat kelamin. Yang pada saat itu aku belum tahu ternyata bagian itulah jalan ketika ku diproses sebelum menjadi seorang mahkluk yang dinamakan “manusia”. Terpaku dan terdiam, sontak dan beberapa kali aku menelan ludah dengan guncangan yang masih hebat terasa di jantungku. Seakan mencoba memahami apa yang sedang terjadi saat itu. Tanpa kusadari, sesuatu hal yang baru muncul dalam diriku. Suatu rasa yang belum pernah kualami. Panas , tetapi terasa hangat. Bergejolak tetapi terasa nyaman, nafasku menggebu dan jantungku semakin bergerak bergetar hebat. Namun bukan karena ketakutan akan ketahuan mengintip lagi, melainkan ini hal yang lain. Hal yang baru
Sensasi apa ini? Suatu hal yang baru dalam hidupku dan aku tak tahu itu apa. Aku begitu menyukainya. Sungguh. Belum bisa kuproses apa yang sedang terjadi dalam diriku namun ku menikmatinya. Otakku seakan di satu sisi mencoba untuk memahami apa yang sedang terjadi, disisi lain otakku mencoba mengirimkan keseluruh tubuhku sebuah signal bahwa aku menikmatinya, menyukainya. Hingga tanpa sadar sekujur tubuhku merespon dengan begitu gilanya dan ketika itu juga ada hal yang kusadari, didalam bagian segala proses tubuhku saat itu bermuara semuanya ke satu titik di bagian tubuhku. Ya dimana lagi kalau bukan di alat kelaminku, serasa menegang, semakin membesar, seakan ada bagian tubuhku yang memiliki nyawa tersendiri, bangkit dan bergerak tanpa ada kontrasi dari keinginanku. Seakan ingin berontak dan ingin berbuat sesuatu. Sungguh aku yang masih tau apa2 tentang pemahaman dunia ini mulai menemukan sesuatu yang baru. Indah, dan tabu. Nikmat tapi malu. Ahh aku tak tahu menyikapi hal ini kala itu.
Hingga betapanya aku tersadar kakiku sepertinya mulai lelah jinjit dan menopang tubuhku. Dan tersadar akan apa bila aku ketahuan sedang mengintip dan aku sedang menyaksikan sesuatu yang orang tuaku lihat namun tidak ingin kulihat. Aku akan memiliki masalah yang berat, dan sesuatu yang tidak menyenangkan akan menghampiriku pastinya hahahaha... baiklah aku bergegas perlahan tanpa menimbulkan suara, aku kembali ketempat tidurku mencoba untuk memejamkan mata dan mencoba untuk tidur sambil memikirkan hal yang barusan tadi itu apa? Ingin menjawab semua pertanyaaan baru yang muncul dibenakku, andai saat ini itu terjadi ingin ku bilang “what the fuck was that??”.
Ya. Disinilah cerita panjang ini dimulai. Sungguh, ini hal yang sangat untuk memalukan untuk diceritakan, apa ini salah? Siapa yang harus disalahkan? Akankah kuceritakan semua disini? Perlu kalian ketahui aku bukanlah seorang yang mungkin kalian fikirkan, manusia rusak, anak broken home, aku dari keluarga baik2, mungkin ada beberapa nanti akan kuceritakan tapi aku bukanlah seoarang yang memiliki masa lalu yang kelam seperti yang sering kalian tonton di beberapa film psyco. Tapi inilah adanya. mungkin sepertinya ini akan menjadi suatu cerita yang panjang dan mungkin juga akan sebuah novel yang akan laris di pasaran, aku yakin aku bukanlah satu2nya orang yang memiliki “kutukan” ini. Dan aku yakin tidak sedikit yang mengalami ini, aku jamin. Aku manusia. Yang memiliki segala unsur dan sifatnya.
Tapi bila kuingat2, disinilah ceritaku berawal tentang perkenalanku dengan hasrat dan penyakit jiwa ini (kalau kalian menganggapku memiliki kelainan jiwa). Aku rasa ini akan jadi cerita yang cukup menarik untuk diketahui. Setidaknya jeritan batinku selama ini tersampaikan dan tidak terpenjara dalam hatiku saja.