Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG NUDIST WORLD

CHAPTER 8
TERRI’S TALES

Daniel Pov

Hari ini waktuku terisi dengan hal-hal yang cukup melelahkan, baik fisik, pikiran, maupun psikis. Pekerjaanku di kantor sepertinya tak pernah habis-habis, selalu datang tanpa jeda sedikit pun. Namun seberat apapun pekerjaan di kantor, aku tidak pernah membawanya ke rumah. Dalam arti masalah kantor akan aku simpan di kantor saja. Rumahku adalah tempat mengistirahatkan fisik, pikiran maupun psikisku yang lelah.

Aku melihat jam di dinding ternyata sudah jam 4 sore, ini waktunya aku harus pulang. Cepat-cepat aku bereskan meja kerjaku dan langsung menjemput Kim di tempat kerjanya. Kami pun bersama-sama pulang ke rumah. Jarak kantor kami dengan rumah baru kami tidaklah terlalu jauh hanya dalam waktu setengah jam kami pun akhirnya sampai di rumah.

Terri dan Jenna menyambut kami dengan keceriaan mereka. Aku sedikit heran karena tidak seperti biasanya Jenna sore ini ada di rumah. Jenna mengatakan kalau saat ini dia masih merasa rindu dengan saudara barunya sehingga dia memutuskan untuk pulang cepat dari supermarket. Aku dan Kim membersihkan badan di kamar kami dan setelahnya kami turun dan bergerak menuju dapur.

Terri menjadi orang yang sangat efisien karena dia mampu menyiapkan segalanya pada saat kami datang ke dapur. Jadi saat itu juga kami berempat makan malam bersama. Makan malam ini terasa begitu hangat dan lengkap. Semua dalam keceriaan, kompak dan solid. Jenna dan Terri terlihat begitu akrab dan saling membagi momen kebersamaan di meja makan. Mereka seperti kakak beradik yang tak bisa dipisahkan.

Acara makan malam pun selesai. Aku dan Kim bergerak ke ruang tengah, sementara Terri dan Jenna membersihkan dapur. Kami duduk di sofa panjang sambil menyaksikan acara di televisi. Sambil menyenderkan tubuhnya padaku, Kim berkata, “Terima kasih banyak, sayang. Kamu telah memberiku putri kedua untukku.”

Aku coba untuk menyangkal karena aku tidak melakukan apa-apa terkait dengan keberadaan Terri di tengah keluarga kami. Tapi Kim terus mengatakan bahwa aku adalah orang yang mengatakan ‘kita harus memberi Terri kesempatan’ saat mewawancarai Terri saat dia melamar pekerjaan, dan kata-kata itulah yang menjadi dasar kenapa Kim begitu yakin dengan pendiriannya. Aku pun akhirnya menerima ucapan terima kasih dari Kim dan berkata, "Aku juga sangat bahagia karena Terri ada dalam kehidupan kita.”

Tiba-tiba bel rumah berbunyi. Aku yang hendak membukakan pintu harus menahan langkahku karena Terri melarangku. "Aku akan membuka pintu." Katanya.

Sementara Terri pergi untuk membukakan pintu, Jenna datang dan bergabung dengan kami di ruang tengah. Kami bertiga berbincang-bincang sambil menunggu tamu yang datang. Tak lama, Terri kembali bersama Ted dan seorang wanita telanjang di sampingnya. Ted memandang kami semua dan berkata, "Perkenalkan ... Ini istriku bernama Marion. Dia akan membantuku dalam pengerjaan proyekku di sini. Aku sudah berbicara dengan istriku kalau kalian adalah keluarga nudist, jadi saat bekerja nanti istriku harus rela menanggalkan pakaiannya dan telanjang. Awalnya dia tidak mempercayaiku, jadi aku menawarinya kesempatan untuk ikut denganku malam ini, untuk membuktikan perkataanku.”

Jenna adalah orang pertama yang berjalan ke arah Marion. Setelah Jenna dan Marion berdekatan, Jenna menempelkan tubuh telanjangnya ke tubuh Marion. Jenna memeluk Marion sambil berkata, "Senang bertemu dengan Anda. Namaku Jenna, aku putri mereka."

Ketika Jenna melangkah mundur, Kim ada di sana menunggu gilirannya untuk memeluk Marion. Kim memperkenalkan diri pada Marion yang masih terlihat kaku dan gugup di tempatnya. Ted berdiri di samping istrinya dan Kim yang sedang berpelukan. Ted pun berkata, "Lihat sayang, sudah kubilang semua anggota keluarga ini adalah orang-orang yang luar biasa."

Aku mengulurkan tanganku untuk berjabat tangan dengan Marion. Aku bisa melihat dengan sangat jelas kalau Marion menatap penisku saat dia menyambut tanganku. Sementara itu, aku menaksir tinggi badannya sekitar 5'6" dan dia memiliki rambut sebahu berwatna pirang. Aku juga memperhatikan payudaranya yang berukuran cup "C" dan ketika aku melangkah mundur setelah berjabat tangan, aku perhatikan wanita itu hanya memiliki sedikit rambut pirang di atas vaginanya tapi di celahnya benar-benar bersih.

Aku pun segera meminta Terri untuk membuat pernyataan kerahasiaan yang harus ditandatangani oleh Marion. Saat Terri bersiap-siap meninggalkan ruangan, Ted bertanya apakah Terri bisa menyiapkan formulir pernyataan kerahasiaan untuk Marion yang harus ditandatangani oleh Daniel dan Kim. Terri tersenyum dan meninggalkan ruangan. Ketika dia kembali, Terri membawa kedua pernyataan itu dan sementara Kim, Terri dan aku menandatangani pernyataan kami untuk Marion. Marion pun menandatangani pernyataan kerahasiaan untuk kami. Setelah selesai pembubuhan tanda tangan, Terri menghilang ke ruangan lain dan ketika dia kembali Terri menyerahkan salinan kedua pernyataannya kepada Marion.

Kim dan Terri pergi ke dapur dan hanya dua menit mereka kembali dengan minuman dan makanan ringan. Kami semua duduk mengelilingi meja untuk menikmati minuman dan makanan ringan. Akhirnya, Ted memberiku kontrak untuk pengerjaan sistem keamanan rumah dan mengatakan bahwa harga peralatan berubah-ubah sehingga dia tidak bisa menaksir harga secara pasti. Angka-angka yang ada dalam kontrak adalah taksiran sementara yang bisa berubah di waktu pengerjaan proyek. Bagiku itu bukan masalah besar.

Kim bangkit dan berjalan ke belakangku dan melihat kontrak dari balik bahuku. Dia bertanya, "Apakah semuanya sudah beres?"

Aku seorang pembaca cepat, jadi aku hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk mengerti isi kontrak di tanganku. Ketika aku selesai, aku melihat Kim lalu berkata, "Semua yang kita bicarakan kemarin malam ada di sini semua, kita harus menandatanganinya dan membuatnya resmi."

Terri berdiri dan mengambil pulpen lalu menyerahkannya padaku. Aku menandatangani kontrak dan kemudian menyerahkannya kepada Kim, memintanya untuk menandatanganinya juga. Begitu kami selesai menandatangani kontrak, aku menyerahkannya kepada Terri dan memintanya membuat salinannya untuk catatan kami. Beberapa menit kemudian Terri kembali dengan kontrak asli Ted dan menyerahkannya kepada pria itu.

Kim memandang Ted dan berkata, "Aku berharap Anda dapat mempercepat proses pengerjaan, dan aku akan sangat menghargainya."

Ted berkata, "Aku sudah mulai memesan apa yang dibutuhkan. Marion akan membantuku untuk memasang monitor di ruang kerja dan memasang kabel-kabelnya saat aku bekerja di tempat lain. Aku bawa Marion bersamaku malam ini, karena aku ingin memperkenalkannya pada kalian semua sehingga dia tidak malu ketika tiba waktunya untuk bekerja di sini. Dia bercerita dalam perjalanan ke sini tadi bahwa dia sangat gugup kalau harus melepas pakaiannya. Kukatakan padanya jumlah pria akan kalah jumlah dengan jumlah wanita di rumah ini, jadi seharusnya dia tidak perlu khawatir. Maka dari itu, aku sangat berharap kalian bisa membantu membuatnya merasa nyaman dan menjelaskan gaya hidup kalian kepadanya."

Marion yang sejak tadi terdiam akhirnya berkata, "Ted memberitahuku bahwa tidak ada pesta seks liar di sini. Kalian semua yang tinggal di sini hanya telanjang bulat saja."

Kim angkat bicara, "Baiklah Marion, Ted hampir benar. Dia benar ketika dia mengatakan kita tidak mengadakan pesta seks liar atau pesta pora. Tapi, kita juga menikmati seks yang kami lakukan di tempat lain selain di kamar tidur. Jadi, kita bisa bercinta di sini, di kolam renang atau di kolam mandi air panas. Oleh karena itu, ketika Anda bekerja di sini, sangat mungkin bagi Anda untuk melihat kami sedang bercinta. Kebijakan keluarga kami adalah tidak ada yang boleh dipaksa untuk berhubungan seks. Kami mempersilahkan orang-orang melakukan seks di sini selama dua orang atau lebih setuju untuk berhubungan seks dan mereka saling rela dan saling menikmati."

Kim tersenyum sejenak kepada Marion, lalu melanjutkan penjelasannya, "Kami mempunyai kebijakan bahwa seluruh orang yang bekerja di rumah ini harus telanjang, dan itu sedikit banyaknya akan menstimulasi keinginan seks mereka. Jadi, kami membebaskan kepada semua orang di sini untuk bercinta dengan siapa saja asalkan didasarkan atas kesukarelaan dan tanpa paksaan.”

"Jadi Ted benar ketika dia mengatakan bahwa semua karyawan di sini akan telanjang selama mereka bekerja dan bisa bercinta dengan siapa saja dengan syarat tidak ada keterpaksaan?" Marion bertanya.

"Ya Marion, semua orang akan benar-benar telanjang saat mereka bekerja di sini dan juga bersenang-senang di sini. Kecuali jika perempuan sedang menstruasi, maka dia boleh memilih untuk memakai celana dalam dan kami sangat memakluminya." Terri berbicara dengan nada yang tegas.

Marion berkata, "Saya mengerti maksud Anda. Saya tidak selalu berpakaian lengkap di rumah karena saya merasa nyaman hanya dengan kaus dan tidak ada yang lain. Tapi, ini pertama kalinya saya benar-benar telanjang di depan orang. Dan jujur saja, saya tidak yakin akan terbiasa dengan ini semua."

Kim menjawab, “Kami tidak akan memaksa, itu semua kami serahkan sepenuhnya kepada Anda. Dan yang jelas jika Anda keberatan dengan kebijakan kami, kami pun keberatan mempekerjakan Anda.”

Sepertinya sudah cukup membahas tentang keberatan Marion. Aku pun segera membawa mereka untuk membahas topik lain. Aku bertanya pada Ted, "Ted, apa yang telah kamu temukan tentang masalah Terri yang sedang kita tangani?"

Ted menjawab, "Aku baru berkoordinasi dengan teman-teman di kepolisian. Oh ya, aku juga sudah bicara dengan Jeff tadi sore. Dia mendukung rencanaku untuk menemukan kebusukan Harold dan Bill dan melaporkannya padaku. Untuk foto-foto Terri, dia memintaku untuk mengawalnya. Jika saja Jeff berhasil menemukan kebusukan mereka, aku pastikan mereka akan masuk penjara secepat-cepatnya.”

“Hhhmm ... Mudah-mudahan kita dapat secepatnya menyelesaikan masalah ini.” Kataku sangat berharap.

Tiba-tiba Jenna menyelak pembicaraan, “Daddy ... Bagaimana kalau malam ini kita rayakan dengan minum-minum di kolam air panas kita?”

Aku melihat sekeliling pada orang-orang di ruangan ini dan terakhir pada Ted dan Marion sebelum berkata, "Apakah kalian berdua ingin bergabung dengan kami untuk bersulang di kolam air panas?"

Ted memandang Marion dan Marion memandang kami semua sebelum bertanya, "Apakah akan ada seks di kolam air panas?"

Jenna yang angkat bicara, "Orang tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di kolam air panas, kolam renang, atau kamar tidur. Satu hal yang pasti adalah tidak akan ada hubungan seks kecuali dua atau lebih setuju untuk berpartisipasi dan merasa rela."

Marion memandang Ted dan berkata, "Ya ampun, Ted ... Aku belum pernah ke tempat di mana seseorang berhubungan seks di depanku. Rasanya aku belum siap untuk itu."

Marion memandangi kami semua sambil berkata, "Kupikir aku belum siap untuk malam ini, tapi jika undangan tetap terbuka dan setelah aku terbiasa berada di dekat kalian semua, mungkin aku akan mencobanya."

Saya angkat bicara, "Marion ... Setidaknya Anda sudah mengambil langkah pertama dengan duduk telanjang bersama kami malam ini. Kami telah memberi tahu Anda bahwa tidak ada yang dipaksa melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan, sehingga undangan kolam air panas akan tetap terbuka dan bila Anda sudah siap."

Saat Marion berdiri, dia tersenyum kepada saya sambil berkata, "Terima kasih telah begitu pengertian, dan sekarang saya baru mengerti apa yang Ted katakan. Memang benar, aku tidak perlu khawatir berada di antara kalian."

Kami semua berdiri dan berjalan bersama Ted dan Marion ke serambi. Begitu mereka berpakaian, mereka mengucapkan selamat tinggal dan berjalan keluar pintu. Tak lama mobil mereka keluar dari pintu gerbang. Akhirnya, kami berempat memutuskan untuk berendam di kolam air panas sambil menikmati minuman dan suasana malam di sana.

Saat kami melewati daput, aku bertanya, "Apakah ada yang mau brendi atau segelas anggur?" Semua orang memilih brendi. Aku menyuruh mereka pergi ke kolam air panas sementara aku menyiapkan brendi di bar mini.

Hanya tiga menit aku sudah siap dengan empat gelas brendi. Aku bawa minuman itu ke kolam air panas kemudian menyerahkan satu persatu pada ketiga wanita yang tubuhnya telah terendam di kolam. Sekali lagi aku melihat ada jarak antara Terri dan Jenna dan ketika aku hendak masuk ke dalam kolam, Terri berkata, "Kami memutuskan untuk menyediakan tempat untuk daddy tepat di antara Jenna dan aku."

Aku menyelinap di antara kedua putriku dan berkata, "Nah, untuk malam ini kita akan bersulang untuk keluarga lengkap kita yang terdiri dari suami, istri, dan dua putri. Semoga kita saling mencintai selama kita hidup dan umur panjang!" Terdengar raungan keras "CHEERS!" dari semua orang di kolam air panas lalu masing-masing dari kami menyesap brendi kami.

Kami bersantai di bak mandi air panas selama lebih dari setengah jam. Semua orang menikmati brendi dan suasana malam. Sambil berbincang-bincang santai, tangan kami pun sibuk di bawah air. Terri membelai lembut penisku yang tegang sempurna. Semetara jari tengahku dari masing-masing tangan mengelus klitoris Jenna di sisi kiriku dan klitoris Terri di sisi kananku. Jenna lebih tertarik ‘bermain-main’ dengan Kim. Kedua wanita itu malah terlihat agresif.

Tiba-tiba Jenna tersenyum mesum berkata, "Kurasa ini saatnya yang tepat untuk berpesta di atas ranjang. Bagaimana kalau kita melakukannya di kamar mum dan daddy?"

Aku melihat ke arah Jenna dan berkata, "Kita bisa berpesta di atas ranjang kita, tapi akan dibatasi hanya untuk kita yang mau berpartisipasi saja." Kataku sambil menatap Terri.

Terri tersenyum padaku dan ketika aku melihat Kim, dia tersenyum lebar sebelum dia berkata sambil mengedipkan mata ke arah Terri, "Aku tahu apa yang harus dilakukan jika ada seseorang di antara kita yang belum siap untuk bergabung dalam festival bercinta."

Jenna tersenyum sambil berkata, "Ya, itu yang aku maksud. Aku tidak keberatan berkencan dengan cewek yang sangat seksi seperti Terri. Vaginaku basah kuyup hanya dengan memikirkannya." Tanggapan Jenna membuat semua orang di kolam air panas tertawa. Aku melihat Jenna mengedipkan mata pada Terri, lalu bersandar sambil menyesap brendi-nya.

Kami duduk di bak mandi air panas sambil menyeruput brendi kami dan berbagi cerita tentang aktivitas hari ini dan pikiran kami. Malam ini kami saling bercerita dan saling terbuka terkait hal yang kami alami. Terkadang kami mengatakan apa yang ada di pikiran kami tanpa memikirkan akibatnya. Tapi yang jelas percakapan kami mengalir begitu alami. Perasaan sayang di antara kami semakin tumbuh yang membuat hubungan kami semakin hangat.

Tiba-tiba tangan Terri sedikit menaikan tempo belaian penisku di bawah air. Dia menggunakan ibu jarinya untuk menggosok tepi sensitif dari kepala penisku yang menyebabkan lonjakan sengatan listrik kecil di penisku. Sedetik kemudian, Jenna mencengkeram pangkal penisku lalu dia mencondongkan tubuh ke depan dan menatap Terri. Aku melihat kedua putriku tersenyum satu sama lain. Aku mencoba untuk rileks tetapi rangsangan yang mereka berikan pada penisku terlalu banyak untuk ditoleransi. Tanpa sadar pinggulku mulai bergerak mengikuti irama manipulasi mereka.

Perlakuan kedua anak gadisku membuat hasratku semakin meningkat. Bibirku mencari bibir Terri, dan dengan gemas kulumat habis. Kami berciuman, seolah kami tidak ingin kenikmatan ini berakhir. Tak lama Terri melepas ciumannya lalu menatap mataku sangat dalam. Terri mencium bibirku sekilas lalu berkata dengan suara lembut, “Daddy ... Maukah kau membawaku ke kamar tidurmu, rentangkan kakiku lebar-lebar dan jilat vaginaku sampai aku berteriak senang? Lalu aku ingin kau meniduriku dengan disaksikan adik baruku Jenna dan mommy Kim di sana. Aku ingin mereka memegang tanganku saat aku kehilangan keperawananku denganmu. Aku mencintai kalian semua ... Dan aku ingin daddy lah yang menjadi cinta pertamaku." Ungkap Terri.

Tiba-tiba ada percikan air panas dari kolam air panas saat Kim dan Jenna bergerak bersamaan untuk memeluk Terri. Aku melihat mereka berpelukan sambil menangis. Aku tidak pernah mengerti mengapa wanita menangis dalam situasi seperti ini. Sebagai seorang pria, aku berpikir ini adalah momen yang membahagiakan. Dalam pikiranku, seharusnya kami semua gembira.

Setelah beberapa menit euforia berbagi di antara mereka bertiga berhenti, Kim melihatku berkata, "Daniel ... Kurasa kita harus keluar dari sini dan pergi ke kamar kita."

Mereka bertiga berdiri dan keluar dari kolam air panas dan menuju rumah meninggalkanku. Aku melihat saat mereka bertiga berjalan melalui pintu kaca geser dengan bergandengan tangan. Aku pun bergerak cepat untuk merapihkan kolam, lalu masuk ke rumah dan mengunci pintu sebelum naik ke atas. Ketika aku sampai di kamar tidur, aku mendengar gemericik air shower dan cekikikan serta jeritan kegembiraan mereka. Aku berjalan jalan melalui pintu kamar mandi di mana aku disambut dengan pemandangan indah tubuh tiga bidadari telanjang. Mereka semua berbalik dan mengulurkan tangan ke arahku. Aku pun melangkah menghampiri mereka. Enam tangan menangkap tubuhku dan membasuh serta mencuci tubuhku. Setelah dibilas, kami keluar dari kamar mandi kemudian kami mengeringkan badan masing-masing.

Ketiga perempuan itu berjalan di depanku, dengan Terri diapit di antara Kim dan Jenna, menuju tempat tidur king size kami. Mereka naik ke tempat tidur lalu merangkak sebelum menelentangkan tubuh mereka di atas kasur. Ketiganya pun melebarkan kaki mereka selebar-lebarnya sehingga aku bisa melihat ketiga vagina cantik mereka. Tiba-tiba, Kim meletakkan handuk terlipat di bawah pantat Terri. Aku menyaksikan sambil berdiri di ujung tempat tidur. Aku mengambil waktu untuk menikmati pemandangan luar biasa indah yang tersaji di depanku.

Akhirnya keheningan pecah ketika Kim berkata, "Daniel ... Menurutku ada seseorang yang menunggumu untuk membuatnya merasakan hal terbaik yang pernah dia rasakan."

Aku mulai merangkak dari ujung tempat tidur. Tiba-tiba Kim dan Jenna mencondongkan tubuh mereka dari kedua sisi dan menangkap puting kecil milik Terri dengan areola merah muda yang paling dekat dengan bibir mereka. Aku menyaksikan sebentar ketika mereka menarik puting susu dengan bibir mereka sebelum menjilatnya dengan lidah mereka.

Mataku kini menatap pangkal paha Terri yang terbuka. Tampak gundukan vaginanya yang masih rapat dan di sana terlihat suatu celah serupa garis vertikal tipis di antara daging menandakan alangkah rapatnya kemaluan gadis cantik ini. Aku pun bergerak membubuhkan jariku di garis vertikal yang tidak berbulu itu. Kutarik daging yang menyusun garis vertikal tersebut ke kiri dan ke kanan. Perlahan belahan bibir kemaluannya terkuak tidak banyak dan secara bersamaan pula aku dapat menyaksikan isi di dalam belahan keintiman gadis belia cantik ini yang begitu tiada cacat dan celanya, belahan bibir kemaluannya masih sempit memerah.

Terri menggeliat resah ketika merasakan belahan bibir vaginanya mulai merekah, bibirnya mendesah-desah. Tak lama, Terri menjerit kecil merasakan sapuan lidahku pada sela-sela lubang vaginanya. Teri semakin melebarkan paha, membuat bibir vaginanya semakin merekah. Pinggulnya pun sedikit terangkat mengundang lidahku untuk mengecap aroma khas dari cairan birahinya yang mulai menetes. Lidahku terus menyapu labia mayora yang menebal, membuat pinggulnya melonjak, lalu berputar-putar di tepinya. Terri pun tersentak dan mendesah cukup keras saat lidahku mendarat di klitorisnya. Tak lama, Terri mengerang keras sebelum dia memohon, "Tolong daddy, tolong buat saya cum. saya tidak tahan digoda seperti ini!"

Untuk beberapa alasan aku tidak bisa menerima permintaan Terri karena bagiku dia sedang dalam keadaan setengah sadar karena dia berada di tepi rasionalitas dan ekstasinya. Aku terus menyikat klitoris Terri dengan ujung lidahku yang aku tahu ini akan mengirimkan gelombang kenikmatan ke seluruh tubuhnya. Terri nampak sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat aku gigit klitorisnya dengan lembut, lantas aku masukkan lidah aku ke liang kenikmatannya.

Selama tujuh menit, aku lakukan aktivitas ini, sampai dia menghimpit kepalaku dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas. Terri berusaha mati-matian untuk menjauhkan wajahku dari vaginanya. Tiba-tiba Terri mengerang keras. Terri menyemprotkan cairan kewanitaannya. Aku melanjutkan aktivitasku di vaginanya untuk satu menit lebih. Terri memohon padaku untuk berhenti karena klitorisnya sangat sensitif. Aku pun melepaskan klitorisnya. Lidahku turun sedikit dan menyapu ke dalam vaginanya yang berair panas sehingga aku merasakan jus wanitanya. Aku tetap berada di antara paha Terri. Lidahku masih terus meniduri vaginanya yang manis, lembut, panas, dan basah saat dia menenangkan diri dari orgasmenya.

"OMG!" Seru Terri. "Saya tidak percaya betapa enaknya tubuhku saat ini." Katanya lagi.

Aku bangun dengan posisi merangkak dan bergerak ke atasnya. Aku menatap mata Terri dan bertanya, "Apakah kamu ingin mencicipi dirimu sendiri?”

Terri mengulurkan tangan dan meletakkan kedua tangan di belakang leherku dan menarik wajahku ke wajahnya. Dengan sedikit ragu, Terri menjulurkan lidahnya dan menjilat bibirku. Kemudian dia menjilat lebih agresif sampai Terri akhirnya berkata, "Daddy ... Inilah saatnya bagimu untuk menjadikanku wanita yang seutuhnya. Aku ingin daddy mengubur penismu jauh ke dalam vaginaku dan mengambil keperawananku. Aku ingin kamu menjadi yang pertama. Tolong bercinta denganku, sekarang."

Perasaan bergemuruh penuh campuran antara nafsu dan sayang membuatku serasa buta dan tuli. Penisku yang tegang sempurna, menunjuk tepat ke arah vaginanya yang basah kuyup. Terri mengulurkan tangannya untuk Kim dan Jenna. Masing-masing memegang salah satu tangan Terri saat aku meletakkan penisku di pintu masuk vagina Terri yang panas. Aku menatap Terri dan bertanya padanya, "Apakah kamu benar-benar yakin ingin aku yang mengambil keperawananmu?"

Terri melihat ke kanan padanya pada Kim dan kemudian ke kiri ke Jenna kemudian ke arahku. Mata Terri yang lembut dan sayu menatapku. Dengan suara pelan hampir seperti bisikan, Terri berkata, "Aku mencintaimu, aku mencintai Kim dan aku mencintai Jenna. Aku mempercayai kalian bertiga."

Dengan air mata bercucuran di matanya, Terri berkata, "Kalian semua telah menunjukkan kepadaku cinta keluarga sejati seperti yang dulu aku rasakan sebelum kecelakaan yang menewaskan orangtuaku. Aku tidak membuat keputusan ini dengan mudah. Jadi, aku ingin memberimu keperawananku untuk semua yang telah daddy dan keluarga ini lakukan untukku."

Baik Kim dan Jenna meneteskan air mata saat aku mulai mendorong penisku perlahan hingga kepala penisku mulai membelah celah vagina Terri. Sengaja aku mendorongnya perlahan untuk memberi Terri kesempatan untuk mengatakan berhenti. Apa yang kupikirkan ternyata salah sama sekali. Terri malah melenguh nikmat saat penisku sampai di batas selaput daranya. Aku berhenti di sana dan berkata, “Penisku sampai di pembatas selaput daramu ... Terri, aku sangat tidak menginginkan kamu merasa harus memberikan keperawananmu kepadaku karena alasan aku sudah berlaku baik kepadamu. Aku hanya akan mengambil keperawananmu kalau kamu bisa meyakinkanku bahwa kamu benar-benar ingin aku menjadi kekasih pertamamu dan kamu menginginkanku. Apa kamu mengerti maksudku?"

Terri menatapku dan berkata, "Ya daddy ... Kumohon ... Aku mencintaimu dan aku ingin daddy bercinta denganku dan menjadikanku seorang wanita. Vaginaku adalah milikmu dan aku memohon padamu jadikan aku milikmu."

Aku melihat ke arah Kim dan kemudian ke Jenna, keduanya menganggukkan kepala tanda setuju. Aku melihat dari sudut mataku, Terri mengencangkan cengkeramannya pada tangan Kim dan Jenna. Aku kembali menatap Terri dan berkata, "Aku mencintaimu ..."

Setelah mengatakan itu, aku dorong penisku lebih dalam dengan hentakan yang agak kuat. Dan tak ayal, selaput daranya robek, penisku benar-benar masuk lebih dalam lagi ke vaginanya. Wajah Terri berkerut dan dia menahan nafas sambil rasa sakit. Tapi, Terri tidak bersuara atau bahkan menjerit kesakitan saat selaput daranya robek. Untuk sementara penisku tetap di tempatnya menunggu rasa sakit gadis itu mereda.

Terri tersenyum penuh pengertian jadi aku mengulurkan tangan ke bawah dan memelukku lalu duduk berlutut membawanya bersamaku dan penisku masih terkubur jauh di dalam dirinya. Aku membalikkan kami dan kemudian aku berbaring membawa Terri bersamaku jadi dia duduk di atas penisku. Perlahan, raut kesakitan itu berubah menjadi tenang. Kemudian Terri pun tersenyum padaku sambil berkata, "Daddy, terima kasih ... Aku sangat senang saat daddy mau melakukannya untukku."

Aku memandang Terri bertanya, "Apakah kamu masih merasa sakit?"

Terri menjawab dengan mengatakan, "Hanya sedikit ... Aku yakin sebentar lagi sakitnya akan hilang dan pasti akan menjadi enak."

Jenna ikut menimpali, “Lakukan pelan-pelan saja, daddy ... Sampai rasa sakitnya benar-benar hilang.”

Aku tersenyum dan memulai lagi mencangkul vagina Terri dengan penisku. Penisku bergerak pelan menyesuaikan lobang kecilnya di sana. Aku sepenuhnya berniat untuk memberi Terri pengalaman yang mengesankan dan tak terlupakan. Step by step, torpedoku menjelajahi lorong vaginanya dengan irama ayun maju mundur sangat lembut dan berulang kali, sampai akhirnya Terri mulai bisa tersenyum bahkan dia sudah mulai menikmati irama birahi kami. Aku senang, kini Terri mulai menikmati permainan ini.

“Oh, daddy ... Ini indah sekali ...” Terri berkata mendesah dan pelan.

“Daddy kita memang ahli memperlakukan wanita ...” Jenna menimpali.

Kami terus berpacu dalam birahi. Memberi kami rasa nyaman yang membuat kegiatan percintaan kami semakin bergelora. Menit demi menit berlalu, dan percintaan kami semakin memanas saja. Desahan demi desahan mengiringi deru-deru nafas kami yang berirama. Kami merasakan gelombang birahi menyala dan semakin menyala di dalam tubuh kami. Dan kulihat Terri pun terhanyut kembali dalam gelombang birahinya. Desahan dan pekikan kenikmatannya kembali keluar dari mulutnya. Akhirnya, Terri tak mampu menahan gelombang birahinya sendiri, cairan kenikmatannya keluar berkali-kali. Hanya dalam hitungan detik, kurasakan ada yang mendorong keluar dari penisku, secepatnya kucabut penisku supaya spermaku tidak tumpah di dalam, “Aahhkkk ….! Pekikku sambil memuntahkan spermaku di bagian bawah perutnya. Aku sangat meresapi klimaks itu dengan memeluk tubuh Terri, merasakan kehangatan tubuhnya.

Setelah reda rasa nikmat orgasme, aku cium bibir Terri. Kami berciuman beberapa saat lalu bangkit dari atas tubuhnya. Kim dan Jenna segera menyerbu Terri dan mencandainya. Sementara aku duduk di sisi ranjang sambil memperhatikan penisku yang dilumuri jus cinta Terri yang berwarna pink. Ya, jus cintanya bercampur darah.

Setelah beberapa saat, kami memutuskan bahwa hari sudah larut. Kim dan Jenna membawa Terri ke kamar mandi untuk membersihkannya. Aku melihat tiga wanita cantik dan seksi berjalan ke kamar mandi dan aku pun mengikuti mereka tak lama kemudian. Sementara Kim memandikan Terri di bawah shower. Tiba-tiba, Jenna mengambil tanganku dan membawaku ke wastafel dan mengeluarkan kain lap lalu dia berlutut dan mulai mencuci penisku. Setelah dia selesai, Jenna berdiri dan berkata, "Aku mencintaimu daddy dan aku akan selalu begitu."

Mataku menatap mata Jenna sambil berkata, "Aku tahu itu sayang, aku akan selalu mencintaimu juga."

Aku dan Jenna segera bergabung di bawah shower bersama Kim dan Terri. Saat itu Kim membasahi dan menyabuni vagina Terri. Jenna dan aku melihat saat Kim menyuruh Terri melebarkan kakinya, Kim sangat berhati-hati saat menggunakan lap untuk membersihkan vagina Terri. Setelah membersihkan dan membilasnya, Kim mengeringkannya dengan handuk sebelum dia berdiri dan memeluk Terri dan berkata, "Aku mencintaimu Terri, kamu mungkin tidak pernah tahu seberapa besar, tapi aku mencintaimu."

Dengan air mata mengalir di matanya, Terri menjawab, "Mummy, aku juga mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Terima kasih atas semua yang telah kamu lakukan untukku."

Kim menoleh ke arahku dan bertanya, "Sayang, apa menurutmu kita berempat akan muat di tempat tidur itu malam ini?"

Aku tersenyum sambil berkata, "Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya, tetapi siapa yang akan kita taruh di tengah?"

Kedua gadis itu terkikik seperti gadis sekolah sebelum Terri berkata, "Daddy ... Kau harus selalu menempatkan gadis kecil yang tidak bersalah di tengah-tengah."

Aku bertanya setengah bercanda, "Tidak bersalah? Di mana ada gadis kecil yang tidak bersalah?" Tiba-tiba aku dipeluk Jenna dan Terri di masing-masing sisiku.

Kim tertawa berkata, "Ikutlah gadis-gadis kecil yang lugu, ini waktunya tidur."

Kami berempat berjalan ke tempat tidur. Aku dan Kim naik duluan ke atas ranjang. Kami segera menarik selimut saat tempat tidur kami diserbu oleh gadis-gadis yang penuh kegembiraan. Mereka merangkak ke tengah. Kini aku dan Kim tidur di setiap sisi. Aku meletakkan tangan di bawah kepalaku sambil memejamkan mata lalu berkata, "Selamat malam keluargaku tercinta." Sekali lagi sebuah paduan suara terdengar menjawab salamku.​

******​

Keesokan paginya aku merasakan tempat tidur bergerak. Aku mendongak dan melihat Terri turun dari tempat tidur. Aku melihat dengan mata setengah tertutup saat tubuh indah telanjangnya menghilang di balik pintu kamar kami. Aku melihat ke jam dan masih setengah jam sebelum alarm berbunyi, jadi aku memutuskan untuk tidur kembali. Rasanya aku baru saja menutupkan mata, tapi terdengar alarm berbunyi. Aku mengulurkan tangan dan mematikan sakelarnya. Aku pun melihat Jenna dan Kim yang masih terlelap tidur. Kemudian, aku menepuk bahu Kim dan ketika dia mengangkat kepalanya, aku berkata, "Selamat pagi sayang, sudah waktunya lagi."

Setelah beberapa menit berada di atas kasur, kami berdua turun dari tempat tidur dan berjalan bersama ke kamar mandi untuk bersiap-siap membersihkan diri dan meninggalkan Jenna tidur di tempat tidur kami. Berdiri di bawah shower menikmati air panas yang mengalir di tubuh kami. Kim memelukku dan berkata, "Aku wanita paling bahagia di dunia."

Aku memandangnya sambil berkata, "Aku tahu maksudmu sayang. Aku juga merasa menjadi pria paling bangga di dunia ini karena memiliki dua gadis cantik yang memanggilku daddy."

"Itu karena kamu adalah ayah paling penting di dunia!" Kata Jenna sambil berjalan mendekati kami dan bergabung di bawah shower.

Kim dan aku sama-sama membuka tangan kami untuk Jenna. Saat dia berada di bawah shower, kami saling berpelukan. Ketika pelukan berakhir, Jenna melihat kami berdua sebelum berkata, "Aku benar-benar ingin berterima kasih karena telah membawa Terri ke dalam hidup dan keluarga kita. Aku tidak yakin bagaimana itu dimulai tapi aku tidak peduli, sekarang aku punya saudara perempuan yang selalu aku inginkan."

Kim berkata lembut, "Mummy tahu Jenna ... Mummy tahu ..."

Kami selesai membilas satu sama lain dan keluar dari kamar mandi lalu mengeringkan tubuh. Kim dan aku pergi ke wastafel masing-masing dan Jenna keluar kamar mandi tempat semua barang pribadinya berada. Aku adalah orang pertama selesai berpakaian. Aku pun berjalan menuruni tangga dan inderaki langsung mencium aroma kopi yang baru diseduh. Sesampainya di ruang makan, Terri menyapaku dengan pelukan, ciuman penuh gairah, dan senyum lebar sebelum berkata, "Selamat pagi daddy ... Apakah tidurmu nyenyak?"

Aku menatap mata Terri dan berkata, "Ya sayang, aku tidur nyenyak. Bagaimana tidurmu?"

Terri menatap jauh ke dalam mataku dan berkata, "Aku mendapatkan tidur malam terbaik yang pernah kualami sejak tragedi yang merenggut orangtuaku. Aku merasa sangat nyaman semalam dikelilingi oleh orang-orang yang sangat mencintaiku." Terri mencium bibirku, lalu melanjutkan ucapannya, “Aku harap daddy suka wafel karena itulah yang aku sajikan untuk sarapan pagi ini."

"Bolehkah aku memesan wafel dengan telur di atasnya?" aku bertanya sambil mempererat pelukanku.

Sambil tersenyum Terri bertanya, "Haruskah aku membuat pesanan sebanyak itu?"

Aku berpikir sejenak lalu tersenyum dan berkata, "Lebih baik buat empat jadi kita semua bisa duduk dan makan sarapan bersama."

Aku melihat Terri tersenyum lalu berbalik dan pergi untuk menyiapkan sarapan. Aku bangkit dan berjalan ke dasar tangga dan berteriak ke atas, "Hei kalian berdua ... Cepatlah! Aku sudah memesan sarapan untuk kalian berdua dan itu akan siap hanya dalam beberapa menit!"

Baik Jenna dan Kim berjalan ke dapur pada saat yang sama dan keduanya berjalan ke arah Terri dan masing-masing bergantian memeluknya dan menciumnya selamat pagi sebelum mereka berjalan kembali dan duduk di meja makan. Terri menghentikan pekerjaannya sebentar dan menuangkan secangkir kopi untuk Kim dan Jenna sebelum kembali ke kitchen set. Tak lama Terri berkata, "Sarapan untuk empat orang segera datang."

Kami semua duduk dan sarapan bersama. Kami berbincang-bincang santai sampai Kim berkata kepada Terri, "Aku pergi ke bank kemarin dan menyiapkan rekeningmu. Aku mentransfer sepuluh ribu dolar ke rekening itu. Aku juga sudah memesan cek dan dua kartu kredit untukmu. Kamu gunakan rekening itu untuk apa pun yang kamu butuhkan untuk keperluan rumah. Jika ada tagihan listrik atau air atau apa saja, tolong jangan menunggu sampai akhir bulan. Kalau kamu menemukan bahwa sepuluh ribu tidak cukup maka kami akan menambahkannya. "

Terri mendengarkan Kim saat dia berbicara dengan seksama. Ketika Kim selesai Terri langsung bertanya, "Apakah itu rekening yang sama, yang akan kita gunakan untuk pekerjaan taman?"

Aku angkat bicara, "Tidak ... Aku sudah membuat rekening tersendiri buat mereka." Terlihat Terri menganggukan kepala dan tersenyum.

Kim langsung beralih ke topik berikutnya dengan nada seriusnya, "Terri sayang ... Aku dan Daniel telah bicara serius. Kami memutuskan untuk menguliahkan kamu supaya kamu bisa mempunyai gelar. Dan keahlian kamu akan sangat kami butuhkan nantinya. Aku akan mendaftarkan kamu ke salah satu universitas di sini. Selain itu, nanti malam kita akan pergi ke dealer. Kami akan membelikanmu mobil. Setelah itu, kita akan makan malam di restoran, jadi malam ini kamu tak perlu memasak untuk makan malam.”

Terri duduk di kursinya memandangi Kim dengan mulut terbuka lebar dan air mata mengalir di pipinya. Aku mengulurkan tangan mengambil tisu dari kotak lalu menyerahkannya kepada Jenna dan memberikannya kepada Terri. Terri mengusap matanya sambil menangis. Jenna yang paling dekat dengan Terri adalah orang pertama yang menariknya ke dalam pelukannya dan berkata, "Terri ... Mum dan daddy benar. Kami semua sangat mencintaimu. Kehadiranmu membuat keluarga ini semakin semarak. Dan itu memang yang kami inginkan sejak dulu.”

Kim berjalan ke sisi lain Terri dan nadanya berubah menjadi suara keibuan saat dia menjelaskan kepada Terri bahwa dia sekarang adalah bagian dari keluarga kami, jadi dia lebih baik membiasakan diperlakukan seperti bagian dari keluarga. Akhirnya air mata Terri mengering dan masing-masing wanita berpelukan sebelum kembali duduk dan menyelesaikan sarapan mereka. Ketika tiba waktunya untuk aku, Kim, dan Jenna berangkat kerja, pelukan dan ciuman kami menjadi lebih intim dan penuh gairah daripada sebelumnya. Terri tidak bisa berhenti mengungkapkan rasa terima kasihnya atas apa yang kami lakukan untuknya.​

-----ooo-----

Thanks for reading ... Sorry for typo ...

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd