Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Noda Hitam, Nada (No Sara)

RASA ITU TUMBUH DITENGAH PENCARIAN





Malu bangeettt!!!


Ntah sudah berapa jam berlalu, aku melakukan sesuatu yang gila untuk diriku, benar-benar gila. Lenguhan dan desahan mewarnai suasana dini hari di kamarku. Sekarang aku duduk di ruang tamu, mengemil cemilan sambil mengingat-ingat apa yang sudah aku lakukan. Kegiatan itu membuatku lemas tersengal-sengal dengan mata terpejam, kepalaku tertengadah dan rasanya wajahku basah dan kaku. Samar-samar tercium bau amis yang aneh. Lalu kutundukkan wajah dan membuka mata, memandang kebawah.

Tak pernah kubayangkan dapat melihat sesosok tubuh perempuan dengan cairan warna putih, meleleh dari sumbernya. Wajahnya pun terlihat berseri, dengan riasan merah selayaknya atlit lari meraih kepuasan digaris akhir. Hari yang kuanggap tak akan datang, kali ini terpatahkan oleh bibit-bibit yang sama sekali aku tak tahu dimana keberadaannya. Dan nyatanya, tanpa perlu diinginkan, bibit itu perlahan mulai memunculkan tanda-tanda pertumbuhannya. Kata pertama yang baru pertama kalinya aku pelajari hari ini, “birahi”.


Kenapa rasanya seenak itu?
Dan bisa-bisanya aku otodidak seperti ini hihi...”

Entah harus beruntung atau enggak sempat diberikan informasi itu oleh Sania.
Malu banget kalau sampe dia tahu hari ini aku empat kali masturbasi.

Malu bangeettt!!!

Aku sama sekali gak membayangkan bermain dengan siapa-siapa..
“Hanya benar-benar menikmati rasa nikmat dari klitorisku yang dimainkan oleh jari-jariku sendiri.”

Ternyata ketika bagian sensitif kewanitaan itu dimainkan seperti tadi.
Benar-benar melayang rasanya, nagih...

Itu baru dengan jariku sendiri..
Apalagi kalau...


Nghhssshhh..


Dah ah, harus tidur udah jam 1 pagi ini..
Olahraga gak ya nanti...

Lihat nanti deh bisa bangun apa engga kalau tidur 3 jam..
Akupun langsung menuju kamarku dan langsung rebahan.

Hihihi...
Gak usah dikancinginlah ya bajunya.

Gak ada siapa-siapa ini.





(ilustrasi baju Dania malam ini)​





=***=



Semua orang pasti suka jika berbicara berhadap-hadapan, tapi tidak denganku kali ini. Aku sudah menyadari bahwa ternyata diriku memiliki daya tarik yang dapat menarik perhatian laki-laki. Karena memang aku mengakui bahwa diriku memiliki kecantikan natural, tanpa memakai make-up yang berlebihpun, aku percaya diri bahwa diriku ini menarik. Akan tetapi, kejadian-kejadian baru-baru inilah membuatku jadi lebih waspada, tak hanya terhadap sikap orang lain terhadap diriku, namun juga sikapku terhadap orang lain.

Cara berdandan dan berpakaian yang kulakukan, sesopan apapun atau bahkan senyaman apapun untuk aku kenakan, ternyata membuat laki-laki tua(saat ini) disekitarku mencuri pandang padaku, tanpa sepengetahuanku. Terlebih lagi untuk mamang yang satu itu. Dia sudah beberapa kali melihatku menggunakan pakaian olahragaku. Aku sih tak tahu dengan mamang yang satunya lagi gimana, tapi mamang yang satu ini, yang sudah diam-diam bergosip dibelakangku, sungguh membuatku geleng-geleng kepala. Gara-gara dia pula, aku jadi memikirkan keadaanku pada saat menggunakan pakaian olahraga.

Seragam yang dipakai olehku memang sungguh pas dengan bentuk tubuhku. Pinggangku terlihat ramping, legging yang memperlihatkan bentuk pantatku yang cukup berisi. Atasan yang terkadang bahannya terbuat dari kain khusus halus yang mengikuti bentuk tubuhku, bahkan pada bagian dadanya tidak membuatnya terlalu menonjol sama sekali. Namun apakah karna hal itu, akhirnya menampilkan daya tarik keindahan seorang wanita pada tubuhku?

Pertanyaan yang muncul sedari kemarin sampai hari ini, benar-benar mengusikku. Rasanya kepalaku ingin pecah, bukan karna stress, melainkan karna aku benar-benar penasaran. Apakah mereka memiliki rasa nafsu pada diriku? Apakah memang aku semenarik itu untuk berada dalam pikiran-pikiran mereka? Tak dapat dipungkiri bahwa ada sebuah kepribadian baru dalam diriku yang sedang merangkak ke permukaan untuk dapat menyambut dunia barunya, namun aku masih tetap waras untuk dapat menahan itu semua. Meskipun tadi pagi aku lagi-lagi kecolongan untuk melakukan masturbasi lagi.

Aku memang terbiasa mendapatkan pujian akan keindahan tubuhku, namun baru kali ini aku mendengar pujian pada bagian tertentu di tubuhku.


Apa mang Joko mencuri pandang kepadaku lagi ya?
Apa dia diam-diam menatap pandang kearah dadaku lagi?
ucapku dalam hati dan memang kebetulan aku sedang berdiri disebelahnya karna dia sedang memberikan laporan kerjaannya dia hari ini.

Nah makanya non si Bapak sempet bilang....
aku sama sekali tak konsen mendengar ucapannya karna aku masih berkutat dengan pikiranku.

Saya sudah bilang ke mang Budi buat...
Apa mang Budi juga diam-diam hari ini melirik kepadaku?
batinku lagi.

Sayangnya, hari ini bukan shiftnya si mang Diki. Jadinya...
lanjut mang Joko masih memberikan penjelasan.

Ohh mang Diki gak masuk? Jadi dia gak melihat diriku dong hari ini?
lanjutku dalam hati.

Ehh!!!
ucapku kelepasan dan langsung menutup mulutku.

Ngg kenapa non?
tanya mang Joko yang sama sekali tak tahu kalau sedari tadi aku tidak konsen.

Gapapa pak Joko, lanjutin aja, tadi saya cuma keinget sesuatu.
Oke non, nah jadi...
baru saja aku meminta mang Joko melanjutkan, sedetik itu pula aku sudah kembali kedalam akal pikiranku sendiri.

Dania kamu kenapa sih?
Semenjak kemarin kamu jadi gak sehat gini pikirannya.

Fokus Dania! Fokus!!!
geramku dalam hati.

Kenapa pula kamu harus mikirin mereka melihatmu apa engga.
Harusnya kamu marah kalau mereka melirik kearah dadamu!
Kenapa kamu malah seneng?

HAH SENENG???!!!
batinku kaget.

Apakah aku memang seneng??


Pikiranku benar-benar kalut kali ini, aku tak tahu sebenarnya apa yang sedang aku inginkan, reaksi apa pula yang sedang aku inginkan. Baru saja kemarin mendengar gosip soal diriku dan berlanjut untuk diriku melakukan masturbasi untuk pertama kalinya, mengapa pikiranku saat langsung bertumpuk dengan pertanyaan dan tindakan yang membutuhkan solusi.

Kepala dan badanku terasa panas, tanpa sadar tanganku bergerak menuju kancing kemejaku yang paling atas, membuka satu, dua...

Akupun tiba-tiba melirik kearah jemariku dan aku benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Sama halnya dengan mang Joko yang ternyata pandangannya sedang melihat kearah jari tangan kananku.


Dan..Dania kepanasan mang Joko..
ucapku asal-asalan.

Ee.eeh iya non.
respon mang Joko yang kutahu juga asal-asalan.


Selama percakapan singkat yang tiba-tiba itu, mata kami saling bertemu. Dapat kupastikan pasti mang Joko sedang bertanya-tanya dalam hati, apa yang sedang dilakukan oleh anak dari Bos nya ini. Akupun juga sama, bertanya-tanya apakah yang sebenarnya sedang aku lakukan!! Membuka ketiga kancingku kemejaku ini dan menyampingkan belahan kemejaku ini. Seakan-akan berkata..


Tatap ini! Tatap ini!!

Akal sehatku mencoba mengambil alih, aku harus mengakhiri situasi canggung ini.

Mang Dania mau pulang ya..
Dania mau mandi, badan Dania kepanasan..
tanpa menunggu balasan jawaban darinya aku langsung berbalik badan, berjalan kearah rumahku.

Ii..iyaa non...
terdengar ucapannya.


Jantungku berdetak keras dan cepat akan situasi ini, irama-irama yang belum pernah kurasakan mengiringi langkahku. Pikiranku kosong namun senyum tipis muncul disudut bibirku.


Apa yang baru saja kulakukan?





(ilustrasi pakaian Dania yang terbuka)




=***=



Karna kemarin aku tak olahraga lari pagi, maka hari ini aku melakukan lari pagi. Meskipun jadwal harian aktifitasku bolong satu, maka tetap harusku ganti harinya. Aku tak mau perencaan jadwal harian olahragaku yang selang-seling ini terganggu. Sebagai hukumannya, aku mengambil lagi rute menuju perkebunan lalu berakhir di gazebo bukit. Biasanya di gazebo nanti, selama kurang lebih 15menit aku bermeditasi pikiranku. Mencari jawaban atau solusi untuk kebutuhan yang menjadi tugasku untuk diselesaikan hari itu juga, baik dari masalah di hari yang lalu atau untuk kebutuhan hari-hari mendatang.

Setelah akhirnya berkeliling perkebunan, aku sampai juga di gazebo bukit. Akupun duduk dan menarik nafas perlahan sambil menikmati sejuknya udara pagi. Kubuat tubuhku serileks mungkin. Kupejamkan mata untuk memulai meditasiku. Baru saja berjalan selama 2 menit, lagi-lagi pikiranku sedikit terusik oleh hal-hal personal yang baru saja aku alami. Memang sebenarnya ini menjadi masalah untukku.

Pelecehan secara verbal yang pertama kali aku alami dari menguping, masturbasi pertamaku, dan apakah itu bisa dibilang aksi ekshib saat aku membuka ketiga kancing dihadapan mang Joko? Aku mengetahui semua kalimat-kalimat aktivitas seksual ini dari Sania. Tak pernah aku mencoba mencari tahu akan hal ini, karna aku sama sekali tidak tertarik, bahkan pada saat pacaranpun, mantanku tidak pernah ada yang bersikap kurang ajar padaku. Kuputuskan untuk memusatkan meditasiku ini untuk pencarian awal mula kegelisahanku atas kejadian-kejadian ini.

Setelah kutelusuri dalam pikiranku, akhirnya aku menemukan kata kunci yang menjadi awal mula kejadian ini adalah kata “Dada”.


Payudara, Dada, Toked, Tete, Bulat, Kotak... kata-kata itu muncul dalam pikiranku, sampai kata “Kotak” muncul.


Kotak?
Apakah maksudnya itu dada mang Yono?


Sebelum ada kejadian aku menguping pembahasan yang kurasakan melecehkan diriku, aku mengalami kejadian dimana aku bertatap pandang oleh mang Yono. Kala itu dia baru selesai mandi dan aku terkesima oleh bentuk badannya. Aku menyadari baru kali aku mengagumi bentuk tubuh pria dari pandanganku terhadap dada bidang mang Yono. Diusianya yang sudah cukup tua, dirinya masih bisa memiliki badan sebagus itu. Apakah itu yang menjadi penyebabnya? Kekagumanku akan bentuk sebuah dada?

Akupun membuka kedua mataku dan melihat kearah dadaku. Kedua tanganku perlahan menggenggam kedua tanganku.


Apakah itu juga yang menyadarkan aku akhir-akhir ini?
Kalau aku memiliki bagian tubuh yang indah?

Terutama dibagian dadaku?

Ataukah itu kekagumanku akan bentuk sebuah dada seorang pria dan dan dada seorang perempuan?
Apakah standarku seperti itu? Dada laki-laki yang bidang dan dada perempuan yang buat sempurna?
Sambil tetap menatap kearah kedua gunung kembarku, akupun mulai meremas mereka secara perlahan.

Mungkin..

Mungkin karna aku kagum karna melihat, maka jika miliku dilihat oleh orang lain..
Ada rasa kagum juga yang tumbuh?

Apakah karna hal itu pula, kemarin pada saat kejadian itu...
Ada rasa senang ketika kedua payudara ini dilihat seperti itu?


Aku melihat ke kanan dan ke kiri, tak mungkin ada orang yang kesini karna tempat ini adalah lahan pribadi. Mang Yono tak mungkin juga tiba-tiba kesini, jika tidak mendengar teriakanku meminta tolong ataupun mang Joko karna dia sedang tidak menginap disini. Aku tak peduli apa yang akan kulakukan ini benar atau salah, bagiku ini adalah salah satu cara untuk mencari sebuah jawaban. Kutarik ke kanan dan ke kiri tali sport braku, lalu kukeluarkan sport bra ku melalui lenganku secara bergantian. Ntah mengapa aku merasa beruntung menggunakan sport bra model yang ada talinya. Kulipat sport braku dan kemudian aku menurunkan kedua lengan kaos oblong olahraga yang kukenakan, lalu kutarik bagian tengahnya kebawah. Tanpa perlu melepaskan pakaianku, kini sudah terpampang kedua payudaraku tanpa penghalang.

Dapat kurasakan secara langsung semilir udara pagi dipermukaan kedua dadaku. Aku hanya menatap kosong kepada mereka.


Apakah aku suka?
akupun memejamkan kedua mataku, menarik nafas perlahan sambil berkonsentrasi.

Kupusatkan pikiranku pada kedua dadaku,

Dania, apakah kamu suka jika ada orang mencuri pandang kearah dadamu?
pertanyaan itu kumunculkan untuk mencari sebuah pembenaran.


Aku terus mengulang-ulang pertanyaan itu sebanyak 3 kali tapi aku tidak merasakan perasaan yang selama ini kurasakan, akhirnya aku mencoba mengganti pertanyaan itu, untuk lebih memastikan sumber rasa yang kualami itu dikondisi seperti apa..


Dania, apakah kamu suka, jika belahan dadamu tak sengaja terlihat?

Nghshh.. apa yang?!!
tubuhku mulai merespon.

Apakah ini jawabanya?
akupun berusaha mencari tahu lagi,

Dania.. apakah kamu suka jika seandainya dadamu disentuh orang lain?

Deg deg deg

Jantungku berdetak cepat seketika.

Dania, jika kamu mendengar atau menangkap tanpa sengaja situasi yang kau anggap itu sebuah pelecehan.”
“Terutama tertuju pada dadamu?

Apakah kamu merasa puas dikagumi?

Deg deg deg

Ahhh kenapa tu..tubuhku panas...
desahku lepas.


Ahh...Ahhh...


Apakah ini jawaban yang membuatku merasakan gairah seksual? Apakah ternyata aku lebih suka kondisi diam-diam atau tanpa sepengetahuanku daripada terang-terangan? Kondisi “ketidaktahuan” ku inikah yang menjadi trigger hasrat libidoku? Aku mencoba flashback lagi kejadian-kejadian lalu. Aku merasakan deg deg degan pertama kali pada saat mendengar obrolan pelecehan diriku oleh mang Joko dan lainnya karna aku benar-benar tidak tahu dan akhirnya penasaran. Kemudian dilanjutkan oleh kejadian berikutnya yang aku dengar dari mulut mereka sendiri mengagumi tubuhku ntah dari kapan. Lalu hal yang membuatku melakukan masturbasi pertama kali, akibat pijitan tangan mang Yono terhadap diriku.


Jadi rasa penasaran untuk pertama kali kan yang membuatku seperti ini.
“Pertama kali melakukan, dilakukan, dan sebagainya.”

Seperti halnya aku kali ini..
Pertama kalinya bertelanjang dada di alam terbuka ini..


Aku tak menyangka akan melakukan hal seperti ini hanya untuk mencari jawaban atas perasaan birahi yang baru muncul diusiaku saat ini. Apakah terlambat menyadari atau tidaknya, aku tak tahu akan hal ini. Aku hanya dapat mengingat kata-kata Sania, bahwa...

kegiatan aktifitas seksual merupakan sebuah kenikmatan yang tak bisa dijelaskan, “ketagihan” bukanlah sebuah opsi, melainkan apa yang dicari dari sebuah tindakan seks yang akan selalu membuat ingin melakukan lagi dan lagi.


Akupun membayangkan jika seandainya saat ini ada seseorang yang melihatku dalam keadaan seperti ini. Jika aku diserang sehingga aku tak berdaya dan hanya bisa pasrah. Aku akan merelakan orang itu untuk melakukan apapun terhadap diriku. Untuk akhirnya aku mendapatkan jawaban atas aktifitas seksual seperti apa yang kucari.


Aku suka rasa yang bervariasi...
ucapku dengan pasti.


Tapi jika aku terangsang akibat sebuah tindakan yang “pertama kali” akankah yang berikutnya membuatku tidak terangsang? Saat mastrubasi kemarin, memang keesokan paginya aku bermastrubasi lagi, namun sampai hari ini aku belum pernah melakukannya lagi. Bahkan pada saat kejadian aku membuka ketiga kancingku, sesampainya di rumah aku sama sekali tidak ada keinginan untuk bermasturbasi lagi. Hanya memeluk gulingku dengan erat untuk meredam rasa gelisahku.

Apakah aku harus membuat suatu percobaan lagi?
Pandangan mataku teralih kepada kedua pakaianku, sportbra yang sudah kulepas dan juga kaos oblong olahraga yang berada tersanggah di perutku.


Haruskah ini kujadikan sebuah percobaan?
ucapku pelan.

Hihihi..Apakah mang Yono akan beruntung ya?





(ilustrasi pakaian olahraga Dania saat ini)​


=***=



Saat ini aku sedang menuruni bukit dan berjalan menuju rumahku. Dengan langkah penuh berdebar-debar dan juga rasa keyakinan untuk menemukan jawaban yang kucari. Dari jauh aku sambil menerka-nerka kondisi yang akan terjadi. Akankah keberada mang Yono saat nanti berpapasan denganya, dapat menguntungkanku untuk melakukan uji cobaku itu? Hatiku saat ini sangat berdebar-debar sampai tak terasa langkah kakiku saat ini sudah memasuki halaman belakang rumahku.

Akupun melirik-lirik mencari dimana keberadaan mang Yono, sampai pada akhirnya aku mendengar sebuah siulan dari arah teras rumah. Ternyata mang Yono sedang memotong rumput didekat kursi yang kemarin mang Yono memijat kakiku.


Apakah ini sudah ditakdirkan ya? Hihihi..
ucapku dalam hati.

Secara perlahan-lahan ku dekati mang Yono.

Mang Yono rajin amat pagi-pagi dah motongin rumput?
Dah daritadi mang motongnya?
tanyaku saat berada di dekatnya.

Eh pagi non, iya mamang dah daritadi kok motongnya.
Mungkin gak lama dari non keluar kayaknya.
Soalnya saya lihat udah agak tinggi rumput-rumput di teras rumah non.
Jadi saya inisiatif buat motongin daripada nunggu Bapak yang minta nanti.
ucapnya sambil tetep memotong rumput tanpa menoleh sedikitpun kearahku.

Melihat responnya seperti itu, malah membuat diriku semakin deg deg degan dan gelisah.

Kenapa sih mang Yono gak noleh?
Kan aku jadi keki gini....
batinku.


Hmm.. aku melirik kearah kursi yang kemarin mang Yono memijit kakiku ketika aku terpeleset.
Badanku seperti bergerak dengan sendirinya menuju bangku itu. Akupun duduk dan kemudian melirik kearah mang Yono.


Mang Yono..

Ya non?

Saya boleh minta tolong pijitin lagi kaki saya yang kemarin nda?

Oh boleh non, emangnya masih sakit non?

Pengen tahu aja pak, kali aja udah mendingan.
Soalnya Dania takut kalau Dania sendiri yang pijit.
jawabku beralasan.

Oke non, nanggung, bentar lagi bapak selesai.
ucapnya yang masih belum noleh juga kearahku.


Jantungku semakin berdebar, serasa seorang anak kecil yang tak sabar ingin membuka kadonya. Bedanya, situasiku kali ini adalah kuingin mang Yono memijatku dan mencuri pandang kearahku. Menerka-nerka apakah nona majikanya ini menggunakan dalaman atau tidak. Yang pastinya, jika dia berdiri dan mengintip belahan dadaku yang sedikit rendah ini, dia akan sadar bahwa aku sama sekali tidak mengenakan sportbraku. Satunya-satunya pengahalang payudaraku untuk dilihat hanyalah kain kaosku ini.


Mang cepet pijitin!
ucapku tidak sabar dalam hati.


Tak lama, mang Yono akhirnya selesai juga memotong rumput teras rumahku. Setelah ia merapihkan alat pemotong rumput, diapun berjalan kearahku. Dadaku semakin bergemuruh, tak sabar melihat reaksinya. Saat dia sudah berada dihadapanku, rasanya aku ingin menerkam kedua tangannya untuk segera memberikan pijatan-pijatan kepada diriku.


Mau dimulai dari bagian yang mana non?

An..annu terserah mang Yono mulai darimana.
jawabku terbata-bata karna aku sedang fokus kepada pikiranku sendiri.

Hahaha ya ampun non, masa terserah bapak?
Kalau bapak salah megang gimana? Nanti malah kaki non gak sembuh?
ucapnya.

Rasa penasaranku pak yang sembuh tapinya.
jawabku dalam hati.

Yaudah bapak mulai dari telapak kaki ya non..

Ii.iyya pak.
jawabku sedikit bergetar.


Akupun memejamkan mata, mencoba meresapi rasa sentuhan-sentuhan mang Yono di kaki kananku. Semakin lama, perasaan yang ku tunggu tak kunjung datang. Padahal aku sudah memfokuskan perasaanku untuk menikmati setiap gesekan tangan mang Yono dikulitku. Apakah ini tidak berhasil? Apakah aku tidak bergairah? Aku menjadi sedikit frustasi, padahal aku sangat menantikan rencana dadakan ini memberikanku pencerahan. Padahal jika memang tubuhku tidak bereaksi ini sudah menjadi jawaban, tapi mengapa aku tidak puas?

Tubuhku menjadi gelisah, mang Yono pun menyadari hal itu?


Kenapa non? Pijitan mamang gak enak ya?

Bbbuk..bukan mang...
Kayak gak berasa aja..
Dania bingung, ini dania masih sakit atau engga ya..

Loh kalau sudah tidak berasa, berarti sudah sembuhkan non?

ENGGAK PAK!
tiba-tiba aku berteriak. Tentu saja hal ini mengagetkanku dan mang Yono, karna aku tak pernah menggunakan nada tinggi ini kepadanya.

Eee.. anu maaf non kalau gitu.

Gapapa mang, gak seharusnya aku berteriak..
Mungkin karna memang aku yakin saja kalau belum sembuh...
Hhmmm.. apa coba aku rebahan ya mang Yono?
tanyaku menawarkan, ntah apa yang sedang aku lakukan.

Rebahan?
tanya mang Yono balik, terlihat agak ragu-ragu.

Iya mang rebahan, coba pijitin aku dalam keadaan rebahan.
aku langsung berdiri dan berjalan kedalam.

Kau yang memulai Dania! kau harus bisa mengakhiri!
gumamku dalam hati.


Akupun langsung bangkit dan masuk ke dalam rumahku. Di ruang tengah terdapat sofa yang dapat diubah menjadi kasur, kadang papa juga suka memanggil tukang pijit dan diurutnya disitu. Setelah kuubah bentuknya menjadi mode kasur, aku pun langsung rebahan disana dan meminta mang Yono untuk kembali memijatku. Mang Yono yang mendengar panggilanku masih tetap planga plongo sampai aku memanggilnya berkali-kali barulah dia bergerak kedalam rumahku. Aku tak tahu apa yang ada dipikirannya, mungkin dia terheran-heran mengapa nona majikannya terlihat sangat antusias untuk dipijit. Padahalkan sedang kakinya sakit.

Mang Yono yang terlihat gugup mendekatiku,


Ayo mang cepet pijit~! Gimana aku mau sembuh kalau gak segera mang pijit~!
ucapku menekankan dengan sedikit nada manja, ntah kenapa aku bisa bernada seperti itu.


Aku tak tahu seperti apa ekspresi mang Yono saat mendengarku berkata seperti itu, karna aku benar-benar hanya menunggu dirinya untuk segera menyentuhku. Pelan-pelan dapat kurasakan tangan mang Yono mulai menyentuh kakiku. Tiba-tiba aku merasakan perasaan girang saat tahu tangan mang Yono mulai memijitku lagi. Sekilas aku terpikirkan sesuatu. Kuingat-ingat lagi bagaimana kondisi yang dibutuhkan oleh diriku untuk mengeluarkan rasa “birahi” itu. Mungkin karna sudah ada kejadian pertama kali mang Yono menyentuhku, makanya aku tidak merasakan apa-apa. Namun jika aku tidak menghadapnya seperti ini, akankah perasaan “birahi” itu muncul?

Aku memejamkan mata, mencoba menikmati setiap sentuhan mang Yono di kaki kananku. Pijatanya lembut, tidak terlalu keras, diapun meletakan tangannya pada posisi yang tepat. Pelan-pelan rasa nyaman menyelimutiku dan tak berselang lama, rasa “itu” akhirnya muncul juga.


Nghh.. akhirnya muncul juga..
gumamku dalam hati.


Ya perasaan yang kunantikan akhirnya muncul juga, jadi memang harus seperti ini caranya, aku tahu sekarang. Saat ini aku merasakan perasaan senang, nyaman sekaligus terangsang. Perasaan ini bercampur aduk menggelitik diseluruh tubuhku. Dapatkan kurasakan perasaan itu menjalar dan ujung kakiku, ia naik, naikk, naikk,

naikk..kkngghh


Eh kenapa non? Sakit?

Gak mang! Enak!
“Terusin mang! Berasa agak mendingan kaki kananku!”

Bbaik non.
ucap mang Yono terbata-bata.

Aku tak sadar kalau aku mulai mengerang.

Iyah... rasanya...
Senikmat saat bermastrubasi pertama kali.
ucapku dalam hati.

Rasa nikmat ini...
Aku mau bisa terus menikmati rasa ini!

Sesaat aku sedang berkutat dengan pikiranku, aku melotot karna sentuh mang Yono yang tiba-tiba menyentuh bagian paha atasku..

NGHHKK MANG!!!
erangku lepas.

Kk..kerasan kah non?

Gak mang! Lanjutin!!


Aku tak peduli lagi apa yang akan mang Yono pikirkan tentangku. Perasaan yang sedang kucari jawabannya sedari pagi tadi akhrinya muncul. Meskipun yang kuinginkan hanyalah mencari sebuah jawaban, tapi aku sama sekali tak ingin berakhir. Desah-desahan kecil tak kuasa keluar dari mulutku, meskipun intensitasnya tidak banyak, tapi kuyakin desahanku itu mungkin cukup untuk menggoda telinga seorang lelaki.


Eh menggoda telinga laki-laki?
batinku.


Akupun menoleh kearah mang Yono, untuk memastikan apakah dia konsen memijatku atau tidak. Kuperhatikan matanya tak lepas dari kaki kananku, wajahnya pun terlihat biasa saja. Apakah mang Yono diam-diam terangsang? Apakah ini hanya perasaanku yang memang menginginkan mang Yono terangsang?”

Sambil tetap memijitku, mang Yono berucap..


Sudah dipijitnya non?
ucapnya sambil melirik kearahku.

Belum mang.. tolong lebih kencengan dikit pijitnya..
Terus gapapa mang mijitinya sampai atasan dikit dibawah pantat aku.
aku tak peduli lagi, mataku menatap sayu kepadanya pada saat kita bertatap pandang.

Ngg.. bb..aaik non..
balasnya ragu, apakah benar non majikannya ini sedang meminta dipijit atau ada hal lain? Begitulah pikiranku kepadanya.


Pijitan-pijitan yang sedang merayap disegala penjuru kaki kananku benar-benar terasa memabukan.
Dan jika sesuatu semakin memabukan itu semakin berbahaya bukan?



Aaarrghhh mang!
teriakku tiba-tiba.

Eeehh ya non? Kesakitan ya?!
ucap mang Yono yang kaget melihatku.


Orang yang sedang mabuk terkadang suka sekali berbuat hal-hal yang tak masuk akal, dimabuk asmara contohnya. Tapi apa yang akan terjadi pada seseorang yang sedang dimabuk birahi?

Akal sehatku sudah tak terkendali, ini semua adalah hasil buah tanganku sendiri. Rasa penasaranku yang sedari tadi untuk mencari sebuah jawaban membuatku berbalik badan dari posisiku. Kutarik tangan mang Yono sehingga dia terjatuh diatas pahaku. Kujambak rambut mang Yono dan kutarik kedalam pahaku sambil memposisikan kedua pahaku menjepit kepalanya.


Mang yono! Dania mohon..."
"Jilat memek Dania mang!!



Ya akal sehatku hilang, saat ini aku ingin mencari jawaban yang lain..




#Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd