Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Noda Hitam, Nada (No Sara)

BIBIT PERTAMA DARI RASA PENASARAN




Sudah beberapa hari ini aku berhasil menentukan jadwal olahragaku. Selang-seling antara yoga maupun senam, lalu keesokan harinya aku melakukan lari pagi. Ini semua mulai berlangsung dari awal minggu ini, karna kemarin aku masih antusias untuk melakukan lari pagi. Jadi 3 hari berturut-turut sebelum awal minggu, aku hanya melakukan lari pagi. Berbagai pilihan rute aku coba-coba, sambil melihat berapa lama waktu yang kugunakan untuk melakukan lari pagi. Kurang lebih waktu yang kubutuhkan adalah 2 sampai 2,5jam, dan kegiatan ini aku lakukan mulai dari jam 5 pagi. Selama 3 hari itu aku benar-benar menikmati aktifitas lari pagiku ini. Dan juga aku teringat oleh kata-kata mang Yono waktu itu, kalau terjadi apa-apa saat aku lari pagi, akan menyulitkan mereka untuk mencariku karna ketidaktahuan mereka rute yang aku pilih. Akhirnya setiap kali aku lari pagi, aku akan mengetuk kamar mang Yono untuk memberitahu aku mau olahraga lari pagi lewat rute yang mana. Kebetulan yang memang tinggal disitu hanyalah mang Yono, mang Joko itu jarang-jarang menginap disitu, apalagi keponakannya yang namanya Bagus. Dia menginap ketika libur sekolah saja, karna pada saat waktu libur itulah dia dapat membantu mang Joko.

Terhitung berarti 3 hari kemarin aku melakukan lari pagi, kemudian esoknya yoga, lalu esoknya lagi lari pagi, dah hari ini aku melakukan senam. Manfaat yang kurasakan pada tubuhku begitu terasa, badan terasa ringan, otot perutku mulai terasa, dan tak ada lemak berlebih dibeberapa bagian tubuhku. Akupun merasa daerah sekitar payudaraku juga jadi terlihat bagus. Jujur saja, aku sendiri sangat suka melihat visual dari dadaku pada saat aku menggunakan sport bra ataupun bra sejenis yang cupnya sedikit uplift. Terasa pas saja di tubuhku.

Hari ini hari Rabu, biasanya pekerjaanku di hari ini tidak terlalu banyak, hanya mengecek beberapa kebutuhan kebun, crosscheck penjualan dan pengiriman, sisanya keliling kebun untuk cek hasil perawatan, setelah itu kembali lagi ke kantor untuk input data dan menulis jurnal. Jam sudah menunjukan pukul setengah 5 sore, biasanya para pekerja dan pegawai sudah pulang, menyisakan hanya penjaga pos saja, juga kadang-kadang masih ada mang Yono ataupun mang Joko. Meskipun mereka dapat tinggal dibelakang rumahku, aku tak pernah pulang bareng bersama mereka. Selain mereka tidak mau karna takut disalah artikan oleh orang yang melihat, papapun juga mengatakan kalau mereka tak perlu menemaniku pulang, kecuali kalau aku yang meminta. Selama ini jadinya aku selalu pulang jalan sendiri, karna sudah terbiasa dan akupun merasa nyaman, bagiku sebagai olahraga kecil sambil pulang aja.


Ahh capeknyaa.
ucapku sambil merenggangkan pergelangan tanganku.

Dah cukup kali ya untuk hari ini.
Pulang deh sekarang sebelum gelap-gelap amat ni langit.”
gumamku.


Kusempatkan untuk diriku pipis terlebih dahulu, setelah itu mengecek apakah masih ada orang didalam gedung ini apa engga. Setelah kurasa sudah tidak ada orang, maka aku keluar dari gedung ini. Pada saat kakiku akan melangkah keluar, kudengar dari samping ada suara beberapa orang yang sedang mengobrol.


Wah iyasih pantatnya non Dania keliatan makin berisi sekarang.
ucap ntah yang aku tak tahu siapa.

Ehh ngomongin aku lagi nih?
Apa ini orang yang sama kayak waktu itu ya?
batinku.

Gimana pak tanggapannya? Kemarin-kemarinkan bapak nginep disitu terus.
tanya seseorang yang aku tak tahu siapa.


*Slrupp*
suara mulut menyeruput kopi


Aah.. gimana ya bilangnya.

Gimana-gimana pak?

Ayo pak kasih tahu!!


Dari suaranya sih itu suara mang Joko, mau bilang apalagi dia? Udah yang kemarin aku gak mendengar jelas dia ngomong apa sama orang-orang yang gak aku lihat wajahnya di ruangan itu, kali ini mereka mau ngomongin apalagi?? Hmm penasaran!!


Halah-halah bud, padahal kamu loh yang ingetin saya kemarin!
Sekarang malah jadi antusias!

HAHAHA
tawa mereka kompak.

Oh jadi salah satu dari mereka itu mang Budi?
Mereka bahas apasih???
batinku penasaran.

Saya sih gak foto lagi, tapi apa yang saya lihat sudah cukup untuk memberi asupan pikiran saya.
Untuk 2 minggu kedepan karna saya tidak bisa menginap disana.

Foto? Asupan pikiran?
batinku bertanya-tanya.

“Wah apa tuh pak! Kasih tahu dong!!!!”

SSSSSSSSSSTT!!!
non Dania kalau gak salah masih di dalam kan!!
Jangan kencang-kencang suaramu ki!

Ya hampura mang Joko, kalau bahas non Dania saya paling seneng.
Ngefans banget sama beliau.

Apa?! mang Diki nge fans denganku?!
batinku lagi saat baru sadar kalau suara satunya lagi itu suara mang Diki.

Hehehe saya sih juga ngefans tapi untuk hal lain.
ucap mang Joko.

Hahaha.”
tawa mereka kompak tapi pelan.

Sini dekatkan kuping kalian, biar gak kedengaran orang lain.
ucap mang Joko meminta mereka berdua mendekatakan kuping mereka.

Ahh lagi-lagi mereka berbisik deh! Aku kan juga penasaran!
Awas yang mang Joko kalau ketawan ngomongin apa!
Kukasih rute ekspedisi jauh-jauh biar kapok!!
batinku menggerutu.

“WAH BANGSAT BERUNTUNG BANGET BAPAK!”
teriak mang Diki.


PLAK!!


Jangan teriak-teriak tolol!
ucap mang Joko yang sepertinya memukul mang Diki.

Eh eh maap pak, abis gimana saya jadi gimana gitu dengernya!
Bapak beruntung banget!!
ucap mang Diki.

Wah wah saya gak percaya pak..
Bener kata Diki bapak beruntung banget!!
sahut mang Budi.

Apa sih apa sih??!
Kenapa mereka responnya gitu?!!!
Dah ah aku keluar aja mau pulang!!
batinku semakin penasaran dan menggebu-gebu.


Baru saja aku mau melangkah keluar...


Udah simpan saja rahasia ini.
Ya tidak bisa dipungkiri, dada non Dania meskipun dari luar keliatan bentuknya cakep banget.
Gak kebayang tangan siapa yang beruntung dapat meremasnya.
ucap mang Joko yang sontak membuatku kaget dan menghentikan langkahku.

Eh dadaku??!!!
langkahku terhenti saat mendengar kalimat itu. Tubuhku seketika terasa panas.


Aku memang tidak pernah peduli jika ada orang lain berbicara soal diriku tapi kali ini aku mendengar langsung pembicaraan mengenai diriku. Terlebih lagi dalam pembicaraan itu, terlontar bagian tubuhku. Ini sudah pelecahan namanya, tak pernah kusangka mang Joko akan membicarakan hal itu.

Tapi kenapa kok aku rasanya deg degan banget seperti orang yang sedang menyukai sesuatu?


Iya dada non Dania emang indah bentuknya.
ucap mang Diki dan mang Budi kompak.


DEG!


Perasaan apa ini yang mengalir ditubuhku?!
batinku mendengar ucapan mereka.

Sudah-sudah obrolan mereka harus dihentikan!
akupun melangkah keluar dengan pasti.

Eh mang Joko, mang Budi, mang Diki belum balik?
ucapku pada mereka yang dibalas dengan tatapan terkejut melihat kemunculanku dari pintu gedung.

Eeh., i.iya non ini mau balik.
ucap mang Diki terbata-bata.

Aanu non abis ngobrol-ngrobrol bentar ini..
ucap mang Budi juga.

Abis ngecek gedung non Dania?
tanya mang Joko.

Iya pak Joko, makanya baru mau balik.
Duluan ya bapak-bapak.
ucapku yang ingin segera pergi dari tempat ini dan menghindari situasi canggung yang lebih lama.

Baik non!
jawab mereka kompak.

Kalian ini kayak maling mau ketangkep aja wajahnya!
bisik mang Joko pelan setelah melihat diriku agak jauh.

Ya gimana atuh, kaget non Dania tiba-tiba muncul..
ucap mang Diki.

Iya mang Joko, semoga non Dania gak sempet denger...
sahut mang Budi.

Ya kalau denger omongan kita mah udah pasti langsung ngomel-ngomel!
Kayaknya sih gak denger ya, semoga aja.
Lagian sih kamu Dik dibilang disuruh pelan-pelan aja ngomongnya malah sempet teriak!
Ucap mang Joko sambil melirik tajam kearah mang Diki.

Eeiaa.. maap mang Joko.. gak lagi-lagi deh bahas beginian..

Haha sudah-sudah, mari kita pulang saja.
balas mang Joko sambil mulai beranjak dari forum kecil bapak-bapak mesum tersebut, yang kemudian diikuti oleh mang Diki dan mang Budi.


Momen singkat itu meninggalkan banyak tanda tanya, rasa khawatir takut ketawan isi obrolan mereka oleh Dania, maupun rasa gelisah yang masih ada pada diri Dani saat dia sedang berjalanan menuju rumahnya.


Hah..hah... pp..perasaan apa ini...
ucap Dania pelan.



=***=



Hari ini aku jadwalku lari pagi lagi, kali ini aku mengambil rute ke perkebunan lalu berakhir di gazebo bukit. Karna hari senin kemarin aku sudah mengambil rute ke bukit, lalu ke perkebunan barulah sampai ke rumah. Seperti yang kubilang, aku suka mengerjakan hal-hal itu seimbang, jadinya rute lari pagipun aku selang seling. Mang Yono dan mang Joko pun sudah kuberitahu sebelumnya, jadi mereka tidak perlu pusing menerka rute mana yang kupilih seandainya aku belum kembali ke rumah sebelum jam semestinya untuk diriku pulang. Jadi mereka bisa segera menyusuri ruteku jika ada apa-apa.

Sesampainya diatas bukit, akupun duduk bersandar di dalam gazebo ku, menikmati pemandangan yang sama setiap kali aku beristirahat disini. Namun kali ini, kenikmatan yang kurasakan sedang terganggu oleh hal lain. Berawal dari percakapan kemarin dan yang sebelumnya, aku yang sama sekali tidak akrab dengan pembahasan seperti itu, merasa terusik. Bahkan aku masih terniang-niang sampai aku sulit tidur.


Memangnya ada apa dengan dadaku?
kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku.


Masih teringat jelas percakapan mereka, mang Joko mang Diki dan mang Budi di kepalaku. Apa selama ini mereka suka memperhatikanku “lebih” dari yang seharusnya ya? Dengan intensi yang berbeda? Pikiran-pikiran seperti itu terus membuatku menerka-nerka.


Kemarin mang Joko membisikan sesuatu ke mereka berdua.
Dan respon mereka berdua itu sangat terkejut..

Jikalau yang mereka bahas berhubungan sesuatu dengan dadaku...
Hmm jangan-jangan...


Aku mencoba mengingat-ingat 3 hari di minggu lalu, dimana aku selama 3 hari berturut-turut itu melakukan olahraga lari pagi. Setiap kali selesai lari pagi itu, aku selalu berpapasan dengan mang Joko di teras rumah itu, dia selalu dengan posisi yang sama. Duduk diteras sambil meminum kopi hitam kesukaannya. Aku sempat bertanya kepadanya, kenapa tumben sekali dia sudah bangun dan terlihat segar. Dia bilang alasannya, karna terbangun mendengar ketukanku terhadap pintu kamar mang Yono, dan mengatakan aku mau olahraga pagi. Makanya mang Joko terbangun dan bersiaga didepan teras rumah kecil itu jika kalau aku mungkin berteriak dari jauh atau apa, dia bisa mendengarnya. Begitulah alasan yang dia lontarkan, demi keamanan diriku lah intinya.

Mendengar penjelasannya seperti itu sih aku percaya-percaya saja, dan tidak memikirkan hal yang aneh-aneh, seperti menaruh rasa curiga padanya. Tapi karna kejadian kemarin aku jadi punya feeling yang berbeda. Jika mang Joko memang benar-benar membahas soal dadaku, apa mungkin di hari ketiga itulah yang jadi salah satu penyebabnya ya?



=***=



Pada hari itu, baju olahraga yang bisa kugunakan adalah yang tinggal model sportbra, karna sisanya masih belum aku cuci (iya aku mencuci baju-baju olahragaku sendiri, karna tak ingin rusak jika dicuci asal-asalan oleh asisten rumah tanggaku yang datang ke rumah setiap 3hari sekali). Aku mengenakan baju itu dan mulai berolahraga seperti biasanya. Karna aku berolahraga di area pribadi rumahku dan karna itupun masih pagi buta, jadi ya aku tidak khawatir jika ada yang melihatku berpakaian seperti ini.






(ilustrasi pakaian Dania saat itu)




Pada saat kembali ke rumah, lagi-lagi aku berpapasan dengan mang Joko yang sedang duduk di teras dan sedang meminum kopi seperti biasanya. Dia sepertinya tidak menyadari ke pulanganku, makanya aku menyapanya dengan maksud dia tahu kalau aku sudah selesai olahraga pagi, jadinya dia bisa melanjutkan aktifitasnya tanpa perlu lama-lama menungguku pulang.


Pagi mang Joko, ngopi terus ya pagi-pagi!
ucapku kepadanya.

Pagi neng Dania..


*Brurshh*


Tiba-tiba dia menyemburkan kopinya

Hihihi kenapa pak? Keselek?
Hati-hati atuh!
ucapku melihat dirinya tersedak.

Aah.ahh... anu non lupa kalau kopinya panas..”
“Main ditegak banyak aja sama saya..

ucap mang Joko beralasan.

Aku bisa melihat kalau dia memberikan tatapan yang berbeda terhadapku.

Huftt.. dasar, kayak baru lihat lawan jenis aja.
kataku dalam hati, sambil berjalan menuju ke rumah.

Hihihi yaudah ya pak, Dania mau kedalam dulu mau siap-siap.

Baik non..


Akupun masuk kedalam rumahku dan bersiap-siap untuk mandi. Saat aku sedang berada di dalam kamar mandi, sekilas aku menyadari sesuatu dari cermin yang aku lewati dalam keadaan menyamping. Aku mundur kembali kearah cermin itu.


Ehh... puting payudaraku nyeplak?
Hngghh sejak kapan? Duh moga mang Joko gak lihat..
Atau jangan-jangan lihat ya??

Arrrgghhh semoga enggak!!



=***=



Jika memang karna kejadian itu yang membuat mang Joko membahas dadaku, berarti mang Joko melihat kalau puting payudaraku menyeplak dong? Huhh lagi kenapa bisa nyeplak ya? Apa karna bajunya yang memang sedikit tipis, kemudian aku berkeringat dan udara dingin pagi itu membuatnya berdiri? Masih dalam keadaan duduk di gazebo itu, aku terus bertanya-tanya akan kejadian yang baru saja kualami.


Gak kebayang tangan siapa yang beruntung dapat meremasnya.


Aku teringat kalimat yang diucapkan oleh mang Joko kemarin, sontak aku melihat kearah kedua payudaraku. Apa memang payudaraku itu sebagus itu sampai bisa dianggap beruntung untuk laki-laki yang dapat meremasnya? Tanpa kusadari, tangan kiriku meremas-remas pelan payudara kiriku. Muncul rasa yang aneh dari dalam diriku.


Apa aku memang semenarik itu kah untuk dilecehkan?
Tapi laki-laki sama saja bukannya? Lihat yang bening dikit pasti pikirannya mesum?
pikirku masih dalam keadaan meremas-remas payudara kiriku.


Aku terus meremas-remas dada kiriku, mulai dari pelan hingga lama-lama sedikit memberi tekanan.


Ngghhh... apa yang??
ucapku setelah tiba-tiba mengerang.

Aku melirik lagi kearah tanganku, mengapa tangan kiriku tidak berhenti meremas payudara kiriku?
Mengapa tiba-tiba puting payudaraku berdiri dan perasaan apa ini disekitar kewanitaanku??

Aku tiba-tiba teringat perkataan sahabat kecilku Sania,


Umur udah 21tahun, udah waktunya cewek itu udah kena kontol!
ucap Sania kala itu di telpon.






(ilustrasi Sania, cerita Sania ada disini> Sania )​





Memang temanku itu sudah sedikit rusak dan tak perlu dibahas banyak, biar nanti pembaca sendiri yang menilainya. Apakah memang sudah seharusnya aku belajar dan memahami soal seks di umurku ini? Apakah memang aku seharusnya sudah tidak perawan? Sania selalu mengatakan kalau seks adalah merupakan sebuah kenikmatan yang tak bisa dijelaskan. Jika bersama pasangan yang tepat, “ketagihan” bukanlah sebuah opsi, melainkan apa yang dicari dari sebuah tindakan seks yang akan selalu membuat ingin melakukan lagi dan lagi. Jika pasangan kita tak mampu memenuhi kebutuhan kita atau bahkan tidak dapat memenuhi standar kebutuhan seks kita, rasanya akan menjadi hambar. Namun dikondisi aku yang seperti ini, tidak punya pasangan, bagaimana aku bisa belajar sehingga aku dapat mendapatkan sebuah seks yang kuinginkan?


Sshhh nghhh....
aku mendesah seiring rasa penasaranku yang terlalu berlebih dalam pembahasan soal seks ini.

Pikiranku sedikit kacau, ditambah lagi dengan udara sejuk pagi hari yang tiba-tiba membangkitkan rasa panas dalam diriku.

Apakah ini yang namanya libido?
Kenapa area selangkanganku terasa aneh?
akupun merapatkan kedua pahaku, rasanya dibawah sana seperti ada sesuatu yang menggelitik keseluruhan tubuhku.

Akupun tiba-tiba memejamkan mataku, pikiranku fokus terhadap tangan kiriku yang sedang meremas payudara kiriku.

Tangan yang beruntung yang dapat meremas dadaku?
Tangan siapakah itu?


Kebuka kedua mataku..


Apa yang sudah kau lakukan Dania???
batinku.


Aku langsung buru-buru menghentikan aktifitasku dan berjalan terburu-buru menuruni bukit. Dadaku masih sedikit sesak karna perasaan tadi ditambah lagi aku sedang menuruni bukit. Masih dengan langkah cepat aku sebentar lagi akan memasuki rumah, tapi ntah karna ada jalan yang sedikit licin karna embun pagi, akupun terpeleset.


Aduhhh!!
akupun berteriak dan hal itu dilihat oleh mang Yono yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Non Dania kenapa non??
Mana yang sakit non??
ucap mang Yono sambil menghampirku.

Barusan jatuh pak, kepeleset.
Kaki kananku sakit pak, ngilu sampe paha.
Kayaknya ada saraf ketarik deh..
ucapku.

Yaudah non saya gendong ya.

Eh mang...


Belom sempat aku memberikan ketidaksetujuanku untuk digendong, mang Yono sudah menggendongku lebih dahulu. Bukannya aku tak mau, tapi mang Yono kan sudah tua, apa gak keberatan gitu menggendong diriku? Dia membopongku bukan kearah rumah kecil, melainkan ke teras rumah utama, kuat sekali pikirku mang Yono bisa menggendongku sejauh itu, meskipun jaraknya sebentar tetap saja ada rasa kagum.

Terlebih lagi, kejadian ini terulang lagi, dimana mang Yono masih dalam keadaan bertelanjang dada karna baru saja selesai mandi, dan lagi aku bisa mencium aroma tubuhnya.


Wanginya mang Yono enak banget..
ucapku dalam hati, aku tak pernah mencium wangi seperti ini sama sekali, makanya aku menyukai aroma ini.


Mang Yono pun mendudukanku di sofa kayu panjang di teras rumah.


Non yang sakit yang mana? Coba mamang periksan non.
ku tunjukan bagian yang sakit dan kemudian mang Yono bersimpuh didepanku dan dia mencoba mengurut bagian yang sakit itu.


Perasaanku berdebar-debar, bukan karna takut untuk menahan rasa sakit karna terpeleset tadi, tapi karna melihat dengan jelas bentuk tubuh mang Yono yang setengah telanjang dihadapanku. Mang Yono pun memulai pijatannya, pijatannya benar-benar enak selayaknya tukang pijit. Pelan-pelan dia mencoba menyembuhkan rasa nyeri di kaki kananku, akupun juga akhirnya menjadi rileks. Namun hal itu hanyalah rasa sementara, karna tiba-tiba aku merasakan hal yang menggelitik lagi dibawah sana.


Nghhh....

Eh non sakit?

Dikit mang..
jawabku beralasan.

Apa yang?? Rasa ini kayak tadi pas di gazebo!!
batinku.


Kupejamkan mata menerka-nerka perasaan apa ini sebenarnya. Aku biasanya dipijit oleh seorang wanita, kayak di spa-spa gitu. Tapi kali ini, pertama kalinya aku merasakan pijitan dari seorang laki-laki. Ya pertama kalinya! Aku baru menyadari hal itu!!!


Apakah badanku terangsang karna baru pertama kalinya diriku disentuh oleh laki-laki?
Padahal inikan hanya dipijit! Ya dipijit!!!!
batinku bergejolak.

Semua gara-gara khayalanku tadi di gazebo!
Semua gara-gara mang Joko!!


Fokus pikiranku terpecah dua, dengan pertanyaan-tanyaan pergulatan batinku dan juga menikmati pijitan mang Yono. Pijitannya memang biasa saja, posisi tangan mang Yono pun juga ditempat semestinya, dia sama sekali tidak bersikap kurang sopan. Tapi karna pikiranku yang sedang kalut ini ditambah rasa yang tiba-tiba muncul dari dalam tubuhku, membuat aku sangat gelisah.


Uhhh gak tahan!!
Aku langsung memegang tangan mang Yono yang sedang memijit kakiku.

Mang...

Ya non..

Dah mijit mang, Dania mau masuk, nanti Dania kasih minyak tawon.
Makasih ya mang Yono.


Akupun langsung buru-buru masuk kedalam rumah meninggalkan mang Yono, aku segera bergegas masuk kedalam kamarku. Sania pernah memberikan aku informasi ini, kali-kali aja aku mau tahu rasanya, memang sudah rusak sekali pikiran anak itu!


Bangsat memang Sania!
ucapku yang tiba-tiba berkata kasar padahal aku jarang sekali mengucapkan kata-kata kotor.

Aku membuka celanaku tanpa peduli dengan rasa nyeri di kaki kananku, kerebahkan tubuhku dan...

Ngghhhhhhhhh
Nnghhhhhhhhh

Aaaaahhhhh
Sshhhh

Aahhh jadi... ini rasanyaa ahhh...shh?


Ya ini pertama kalinya aku bermasturbasi!!


Sshee..eeminggu lagi papa baru pulang..
Daan..aghhh aku masih sendirian dirumah..sshh..

Ssshh..sampai 5 bulan ke depan...


Ngghhh nngggghhhh


Haruss..kah?
Harusshh kah?


Akupun menggigit bantal yang ada disampingku.


NGHHHHMMPHHH
NGHHMMPPPP
NGHHMMP!!!!!






#Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd