Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Nina (Real Story)

Sekali lagi terima kasih kepada suhu-suhu semuanya yang rela menunggu dan memberikan respon positif.

Part 4


Hari berganti, aku dan Nina menjadi semakin intens perasaan pun lambat laun semakin dalam. Sebagai pria kadang muncul sisi egois yang kerap kali membayangkan Nina sedang melakukan performe di depan customernya, walaupun aku sudah diyakinkan bahkan sempat benar-benar yakin Nina tak akan pernah mau melakukan lebih dari sekedar menari striptease. Namun tetap saja rasa penasaran dan rasa ingin tahu selalu muncul saat sendiri dimalam hari. Akhirnya kuputuskan untuk memenuhi rasa penasaranku, hanya saja aku tak tahu darimana aku mendapatkan informasi jika bukan datang ke tempat ia bekerja.

Sebut saja club malam tersebut bernama “XXX”. Suatu malam aku memberanikan diri untuk datang ke tempat tersebut, dengan minim pengalaman mengunjungi club malam aku pun bingung bagaimana cara untuk masuk, apalagi mencari informasi tentang Nina. Seperti anak kecil yang tersesat aku hanya melihat-lihat di depan pintu masuk, dan datang seorang pria berbadan besar menghampiriku bertanya.

“cari seseorang atau mau masuk pak?” – seorang pria dengan nada berat

“saya mau masuk pak…” – dengan mengumpulkan nyali menyampaikan niat

“Oh, silahkan membeli tiket dulu” – jawab pria itu

“berapa tiket masuknya pak?” – Tanya ku penasaran

“langsung saja Tanya ke bagian tiket” – pria tadi mengarahkan ku ke bagian tiket

Saat aku berada di bagian tiket aku terkejut, untuk sekedar masuk saja dan tidak mendapat apa-apa kita dikenakan tarif Rp 50.000. Pada masa itu harga segitu cukup mahal buat ku, sekedar informasi di tahun 2005 di Bekasi harga mie ayam keliling di komplek hanya Rp 5.000 per porsi lengkap dengan pangsit gorengnya. Tapi karena rasa penasaran ku sangat besar aku tetap membeli tiket tersebut dan masuklah aku ke dalam. Di dalam cahayanya remang dan musik cukup keras terdengar di telinga, aku hanya berdiri di antara laki-laki dan perempuan yang memakai seragam rapi terlihat wara-wiri membawa minuman. Lalu aku memberanikan diri bertanya kepada salah satu dari mereka tentang striptease, dan aku mendapat gambaran seperti ini.

“Terkadang striptease ada di panggung utama namun hanya di hari-hari tertentu, namun jika ingin private bisa booking room yang disediakan hanya saja harus membayar room sekitar Rp 350.000 dan mendapatkan beberapa gelas minuman belum tips. Jika ingin penari striptease melakukan pelayanan yang lain maka dikenakan tarif Rp 500.000 untuk fee, dan disediakan juga ruangan di lantai atas. Jika ingin mengajak penari keluar tarif yang dikenakan Rp 1.000.000.”

Aku lupa ketentuan lain yang diceritakan pria tadi, yang kuingat hanya harga dan garis besarnya saja.

Jadi kurungkan saja niatku untuk masuk lebih dalam, aku putuskan untuk menunggu Nina pulang karena tinggal beberapa jam lagi. Setelah menghisap beberapa batang rokok akhirnya Nina menghubungiku memastikan apakah aku sudah menjemputnya, aku membalasnya bahwa aku sudah ada di depan. Nina keluar bersama seorang teman seksinya lalu berjalan ke arahku.

“Udah lama nunggunya?” – sambil tersenyum nina bertanya padaku

“enggak kok, baru beberapa menit” – jawabku berbohong.

Lalu kami pulang ke Kost seperti biasa, sampai di kost aku akhirnya berbicara jujur kepadanya bahwa aku masuk kedalam karena rasa penasaran.

“ngapain kamu masuk?” – Tanya Nina kebingungan

“ya aku penasaran aja, gimana sih suasana didalam” – jawabku

“trus kamu liat cewek-cewek seksi yaa” – goda Nina

“ya emang banyak yang model begitu” – jawabku seadanya

“tergoda ga sama yang kaya gitu” – Nina semakin menggoda

Bagaimana aku bisa tergoda dengan yang lain jika di hadapanku ada sosok yang sangat seksi, bahkan aku bisa begitu bergairah walaupun ia menggunakan pakaian lengkap sekalipun.

Aku lupa bagaimana kejadiannya sampai kami bergumul di atas kasur, berciuman mesra saling melucuti pakaian masing-masing dan gairah sudah berada ditempat yang semestinya. Perlahan namun pasti kami saling memberikan rangsangan agar permainan semakin panas. Kali ketiga permainan kami ini tak banyak yang ku ingat bagaimana kami memulai, namun ada satu hal yang tak mungkin kulupakan. Ketika Nina memintaku untuk memberikan rangsangan terhadap vaginanya, menggunakan lidahku. Aku pun dengan senang hati menuruti permintaannya.

Pelan kujilati seluruh bagian vaginanya, sedikit kuangkat kepalaku terlihat berkilau manis di bagian yang sangat sensitive milik Nina. Seperti sedang menyeruput kerang yang berusaha mengambil isi dagingnya, setiap kali menyentuh gigiku nina mengerang dengan mengangkat kepalanya sambil meremas rambutku. Lama aku berada disana sampai nina mengangkat pinggulnya mendorong mulutuku, hampir sesak nafasku karena tak ada ruang untuk bernafas.

“Stop, gentian” – suara Nina mengehentikan kegiatanku

Nina mengambil tissue dan membersihkan cairan di sekitar mulutku lalu diciumnya mesra.

Ia memintaku berbaring karena ingin memberikan ku oral, lidahnya menari dari ujung sampai pangkal. Habis seluruh batang kemaluanku dilahap nina, ia sangat mahir membuatku semakin gila. Kali ini aku dikalahkan oleh lidahnya, hanya dengan lidah Nina bisa membuatku ejakulasi. Entah berapa kali menyembur didalam mulutnya, aku menekan kepala Nina agar jangan sampai lepas.

Terasa lemas kedua kaki ini, belum juga reda Nina sudah menaiki tubuhku. Dimasukkannya batang kemaluanku amblas di dalam vaginanya, dengan posisi jongkok nina menggoyang tubuhnya maju mundur, ke kiri dan kekanan. Aku hanya berinisiatif meraba dan meremas kedua payudara Nina yang bergoyang tak karuan. Aku pun merasa kali ini tak mudah dikalahkan, sampai kami merubah posisi menjadi “Doggy Style”. Di posisi ini aku dengan jelas melihat punggung Nina yang halus dan bersih, sambil menggenggam kedua sisi pinggulnya ku hentakkan pinggangku agar keluar masuk batang kemaluanku. Setelah beberapa kali gerakan kedua kaki Nina bergetar, badannya pun tak bisa ia kendalikan. Yang paling dahsyat ada sesuatu yang menjepit batang kemaluanku dari dalam, saat merasakan hal tersebut aku pun tak kuasa menahan laju sperma yang sudah memberontak ingin menyembur.

Kami terkulai lemas sampai akhirnya tertidur.

Saat membuka mata aku melihat jam di dinding

“oh shit, aku telat” – aku terkejut melihat jam pukul 07.55 WIB

Aku mandi dan bersiap, sementara Nina masih terbaring tanpa busana. Hanya ditutup oleh selimut saja. Ini kali pertama Nina tak menyiapkan ku sarapan.

Sampai di kantor benar saja aku terlambat, sialan bulan nanti aku tidak akan mendapat bonus absensi dalam hatiku mengumpat. Namun dalam sekejap rasa kecewaku hilang saat mengingat apa yang baru aku alami hari ini.

“Reggy, tumben kamu terlambat?” – suara wanita dewasa memecah lamunanku.

“Oh bu Helen, iya bu semalam bergadang ngerjain tugas” – tentu saja kau berbohong.

Bu Helen adalah atasanku, ia berusia 40 tahun lebih namun belum pernah menikah. Karena patah hati hubungannya dengan kekasihnya dahulu tak di restui oleh kedua pihak keluarga, mereka berbeda keyakinan. Bu Helen ini sangat cantik, karena setiap minggu ia melakukan perawatan di salon. Aku tau informasi ini dari asistennya Mba Dewi, bahkan menurut mba Dewi biaya untuk perwatan tubuh Bu Helen mencapai jutaan rupiah untuk sekali treatment.

“eh hari sabtu ini kamu ga kemana-mana kan? – Tanya Bu Helen

“kalo ga ada acara, temenin saya ya. Saya mau ke butik temen” – lanjut Bu Helen

Padahal aku ada rencana pergi dengan Nina. Tapi aku juga tak enak hati menolak mengantarkan Bu Helen.

“Oke bu, nanti kabarin aja klo jadi” – jawabku

Akhirnya akhir pekan ini tak kuhabiskan waktu bersama Nina, dan Nina juga memahami keadaanku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd