Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Nina (Real Story)

Bimabet
di jak ut dan jakbar mah bebas kos/ngontrak cowok cewek tanpa ikatan nikah hidup bareng...
 
Terima kasih untuk para suhu-suhu semuanya.
Mari kita lanjut Part 2


Ini sedikit tentang gambaran perawakan Nina, tubuhnya langsing, pinggulnya besar, dadanya tidak terlalu besar namun ranum, aku tidak pernah tau ukurannya. Aku selalu membandingan Nina dengan artis Uli Auliani karena hampir mirip hanya saja Nina lebih eksotis.

Setelah aku memberi kabar ke pemilik kost ku sebelumnya bahwa mulai bulan depan aku tidak akan melanjutkan sewa kamar, akhirnya aku kemasi barang-barang ku dan membawanya ke kost Nina. Hari pertama aku masih terasa asing karena aku tidak pernah serumah apalagi sekamar dengan seorang perempuan yang seusia denganku.

Aku jelaskan dulu mengapa akhirnya aku mau tinggal bersama Nina. Aku khawatir karena Nina baru berangkat kerja pukul 10.00 WIB dan baru pulang pukul 04.30 WIB keesokan harinya. Lagipula di jam tersebut sudah lewat dari jam kerjaku. Sesama pejuang pendidikan dari keluarga yang tak mampu maka kami pun sepakat untuk saling membantu demi tercapainya sebuah gelar.

Selama tiga bulan kami tinggal bersama, Nina selalu mengganti pakaian di kamar mandi dan tidak pernah sekalipun memperlihatkan dirinya dalam keadaan tanpa busana bahkan tidak memperlihatkan baju kerjanya. Namun jika tidur atau dirumah Nina hanya memakai tangtop dan celana super mini dan jarang sekali menggunakan bra. Akupun tidak mempermalahkan dan tak pernah penasaran akan hal itu. Entah hubungan seperti apa yang kami jalani, Nina tidak pernah lupa menyiapkan sarapan setiap kali aku mau berangkat kerja entah dia masak ataupun beli. Hanya saja aku tak pernah memberinya uang jika bukan untuk bayar patungan kost dan Nina memang tidak pernah memintanya.

Namun ada sebuah kejadian dimana aku tidak pernah lupa, bahkan dengan detail aku bisa mengingatnya.

Pada saat itu hari Rabu 15 Juni 2005 pukul 04.15 WIB seperti biasa aku bersiap menjemput Nina di club malam tempatnya bekerja. Tiba-tiba ponsel ku berdering ada sebuah panggilan dari nomor yang tak ku kenal

“Hallo…” – suara wanita dewasa dengan nada panic

“Ya, hallo..” – jawabku

“ini Reggy pacarnya Sherly ya?” – Tanya si penelpon

“hah..Sherly? aku ga kenal yang namanya Sherly…tapi benar namaku Reggy” – aku memberi penjelasan.

“Apa kamu tinggal bersama seorang perempuan?” – ia bertanya lagi

“Oh kenapa memangnya?” – aku mulai khawatir

“Si perempuan itu lagi mabuk ga sadar nih, dia lagi di kost ku di Sunter…kamu bisa jemput ga?” – pintanya

Aku mencoba mencerna percakapan barusan dan aku berasumsi Sherly itu adalah Nina yang menggunakan nama samara. Aku segera menuju kost si penelpon tersebut, berusaha secepat mungkin tiba di lokasi yang dimaksud.

Tibalah aku di kost nya setelah memintanya untuk membimbingku karena lokasinya berada di pemukiman padat penduduk. Dan langsung dijelaskan mengapa bisa terjadi.

Ternyata mereka berdua dibawa oleh customer untuk diajak minum dan baru beberapa teguk Nina sudah mabuk tak sadarkan diri. Akupun langsung membawa Nina pulang. Sampai di kost aku biarkan Nina beristirahat karena dia sangat lemah. Aku memutuskan untuk tidak masuk kerja dihari itu. Pukul 11.23 WIB nina sadar dan mengajukan beberapa pertanyaan dan kujelaskan sesuai cerita temannya. Dia tidak ingat semuanya.

Namun ada yang mengganjal di hati mengapa Nina bersedia diajak minum oleh customernya, bukankah ia tidak mau dan selalu menolak jika di booking out oleh customer?? Dan apakah dia berbuat sesuatu dengan customernya? Ah kepalaku kacau seperti perasaan cemburu namun sadar tidak punya hak untuk itu. Namun pertanyaan itu cukup menganggu hingga aku beranikan diri bertanya.

“Kok kamu bisa keluar dengan Customer mu?bukannya ga mau?” – tanyaku

“Aku lagi butuh uang untuk praktek, dan lagi mereka mau ikut syarat yang aku berikan?” – jelas Nina

“mereka minta hanya ditemani minum dan aku minta Siska (nama temannya) ikut denganku” – lanjutnya

“Yakin kalian ga ngapa-ngapain?” – entah darimana keberanian itu dating untuk mengajukan pertanyaan ini.

Nina hanya mengeritkan dahi seakan heran dengan pertanyaanku.

“Kok gitu ngomongnya?aku emang ga ngapa-ngapain kok cuma minum aja!” – nada Nina cukup tinggi

“Buktinya?” – ini yang akhirnya aku sadari dalam hati aku berkata aku cemburu.

Wajah Nina berubah, dan ia tersenyum.

“Kamu cemburu?” – Nina bertanya

Sialan kok dia bisa tau kalo aku cemburu.

Belum sempat aku berpikir untuk menjawabnya Nina mencium bibirku, aku merasakan kehangatan dari bibirnya. Seketika aku menjadi birahi ketika ia memainkan lidahnya di mulutku. Aku hanya mengikuti naluri ku sebagai laki-laki tangan ku ini menyentuh buah dadanya yang masih terbungkus baju. Dari luar aku meremas buah dadanya secara bergantian, kami pun semakin rapat hingga aku kesulitan meremas buah dadanya. Akhirnya kupindahkan tanganku ke bokongnya yang justru membuat ia mendorong dan menindih tubuhku dengan tubuhnya. Cukup lama kami diposisi ini hingga Nina mencoba untuk melepas kaos yang ku pakai, dan aku pun bergerak untuk melepaskan baju yang ia kenakan tanpa melepas ciuman kami.

Akhirnya kami sama-sama tidak mengenakan baju, aku hanya celana dalam yang masih menempel ditubuhku sementara Nina tinggal bra dan g-stringnya. Nina melepaskan ciuman dan beralih ke leher hingga dadaku, satu per satu putingku dicium dan dijilati, kegiatannya ini sungguh membuatku semakin bergairah sampai aku tak bisa melakukan apa-apa selain menikmati apa yang Nina lakukan padaku. Kepala nina meranjak lagi ke leher ku hingga di belakan telinga tak luput dari sapuan lidahnya kemudia ia berbisik manja di telingaku.

“Kamu diem aja ya?” – bisik Nina

Aku menjawab hanya dengan mengganggukan kepala naik turun tanda paham.

Kepalanya turun sampai ke daerah pinggulku, tanpa melepas celana dalamku Nina menggigit pelan kemaluanku sembari tangannya meremas kedua buah zakarku. Aku sungguh menikmati apa yang Nina lakukan, perlahan ia melepas celana dalamku. Aku masih sempat berpikir mengapa Nina lihai sekali melakukan semua ini hingga membuatku tak karuan. Apakah Nina sudah pernah melakukan sebelumnya?? Atau ini memang bagian dari pekerjaannya?? Ah, aku tak peduli, yang saat ini ku lakukan hanya menikmatinya.

Sesaat kemudian aku tersadar celana dalamku sudah menjauh dari tubuhku, dan kemaluanku sudah tegak lurus keatas dan sangat keras, bahkan yang aku ingat kemaluanku tak pernah sekeras ini. Perlahan namun pasti setiap jengkal kemaluanku basah oleh lidahnya, Nina pun tidak merasa jijik saat melumat buah zakarku. Aku tidak tau berapa lama Nina berada disana, sampai akhirnya ia melepas sisa kain yang menempel ditubuhnya. Ini pertama kali aku melihat Nina tanpa sehelai benang, tubuhnya bersih, mulus dan sangat menggairahkan. Ia merangkak ke arahku dengan perlahan dan kembali mencium bibirku, ia menarik tubuhku berbalik agar posisi kami berubah. Saat ini aku diatas tubuh Nina tanpa melepas ciuman, aku berpikir mungkin inilah saatnya untuk memasukan kemaluanku ke lubang kenikmatan duniawi milik Nina. Sebelumnya aku harus meminta kesediannya terlebih dahulu.

“aku masukin, boleh?” – tanyaku

“boleh, tapi pelan-pelan ya...” – jawabnya

Aku berlutut persis di hadapan Nina yang terbaring seraya merentangkan kedua kakinya dengan kedua tangannya menutupi bagian tengah kemaluannya.

“Jangan diliatin, aku malu” – lirih Nina

Hanya senyum yang tersemat di bibirku, tanpa kata aku mengarahkan kemaluanku untuk segera masuk. Samar kulihat miliknya sudah berkilau karena basah, ku tempelkan agar masuk perlahan, Nina menarik nafas panjang tanda siap. Kutekan pinggulku perlahan agar ia tak merasa sakit, sedikit demi sedikit dorongan yang ternyata begitu sulit untuk memasukkannya. Lebih dari lima kali percobaan untuk masuk, setelah dorongan berikutnya setengah batang kemaluanku masuk kedalam. Kulihat Nina menggigit bibirnya sambil mengerang kesakitan, dorongan terkahir membuat seluruh batang kemaluanku hilang tak Nampak yang terlihat hanya bulu-bulu tipis kami saling bertemu. Aku mengatur nafas akibat kelelahan dalam percobaan-percobaan sebelumnya, nafas Nina pun terengah seperti habis dikejar anjing.

Saat kutarik keluar kemaluanku, kulihat ada noda darah yang menempel di batangnya. Oh ternyata Nina masih perawan, apakah ini yang ia maksud bukti bahwa ia tak pernah melakukan hal lain dengan customernya. Aku melihat Nina tersenyum seperti puas, aku pun tersenyum karena ia telah memberikannya padaku. Dan kamipun melanjutkannya, hanya satu posisi kami bercinta aku sudah sampai pada puncakku, tak kuat lagi menahan ada yang ingin keluar akhirnya menyembur seluruhnya ke dalam lubang vagina milik Nina. Kami terkulai lemas tak kuat untuk bangkit walaupun hanya sekedar mengambil air minum.

Lama kami berpandangan saling senyum tanpa sepatah kata. Akhirnya kami memutuskan untuk tidur sambil berpelukan.



Tunggu lanjutan Part 3 nya
 
Terima kasih untuk para suhu-suhu semuanya.
Mari kita lanjut Part 2


Ini sedikit tentang gambaran perawakan Nina, tubuhnya langsing, pinggulnya besar, dadanya tidak terlalu besar namun ranum, aku tidak pernah tau ukurannya. Aku selalu membandingan Nina dengan artis Uli Auliani karena hampir mirip hanya saja Nina lebih eksotis.

Setelah aku memberi kabar ke pemilik kost ku sebelumnya bahwa mulai bulan depan aku tidak akan melanjutkan sewa kamar, akhirnya aku kemasi barang-barang ku dan membawanya ke kost Nina. Hari pertama aku masih terasa asing karena aku tidak pernah serumah apalagi sekamar dengan seorang perempuan yang seusia denganku.

Aku jelaskan dulu mengapa akhirnya aku mau tinggal bersama Nina. Aku khawatir karena Nina baru berangkat kerja pukul 10.00 WIB dan baru pulang pukul 04.30 WIB keesokan harinya. Lagipula di jam tersebut sudah lewat dari jam kerjaku. Sesama pejuang pendidikan dari keluarga yang tak mampu maka kami pun sepakat untuk saling membantu demi tercapainya sebuah gelar.

Selama tiga bulan kami tinggal bersama, Nina selalu mengganti pakaian di kamar mandi dan tidak pernah sekalipun memperlihatkan dirinya dalam keadaan tanpa busana bahkan tidak memperlihatkan baju kerjanya. Namun jika tidur atau dirumah Nina hanya memakai tangtop dan celana super mini dan jarang sekali menggunakan bra. Akupun tidak mempermalahkan dan tak pernah penasaran akan hal itu. Entah hubungan seperti apa yang kami jalani, Nina tidak pernah lupa menyiapkan sarapan setiap kali aku mau berangkat kerja entah dia masak ataupun beli. Hanya saja aku tak pernah memberinya uang jika bukan untuk bayar patungan kost dan Nina memang tidak pernah memintanya.

Namun ada sebuah kejadian dimana aku tidak pernah lupa, bahkan dengan detail aku bisa mengingatnya.

Pada saat itu hari Rabu 15 Juni 2005 pukul 04.15 WIB seperti biasa aku bersiap menjemput Nina di club malam tempatnya bekerja. Tiba-tiba ponsel ku berdering ada sebuah panggilan dari nomor yang tak ku kenal

“Hallo…” – suara wanita dewasa dengan nada panic

“Ya, hallo..” – jawabku

“ini Reggy pacarnya Sherly ya?” – Tanya si penelpon

“hah..Sherly? aku ga kenal yang namanya Sherly…tapi benar namaku Reggy” – aku memberi penjelasan.

“Apa kamu tinggal bersama seorang perempuan?” – ia bertanya lagi

“Oh kenapa memangnya?” – aku mulai khawatir

“Si perempuan itu lagi mabuk ga sadar nih, dia lagi di kost ku di Sunter…kamu bisa jemput ga?” – pintanya

Aku mencoba mencerna percakapan barusan dan aku berasumsi Sherly itu adalah Nina yang menggunakan nama samara. Aku segera menuju kost si penelpon tersebut, berusaha secepat mungkin tiba di lokasi yang dimaksud.

Tibalah aku di kost nya setelah memintanya untuk membimbingku karena lokasinya berada di pemukiman padat penduduk. Dan langsung dijelaskan mengapa bisa terjadi.

Ternyata mereka berdua dibawa oleh customer untuk diajak minum dan baru beberapa teguk Nina sudah mabuk tak sadarkan diri. Akupun langsung membawa Nina pulang. Sampai di kost aku biarkan Nina beristirahat karena dia sangat lemah. Aku memutuskan untuk tidak masuk kerja dihari itu. Pukul 11.23 WIB nina sadar dan mengajukan beberapa pertanyaan dan kujelaskan sesuai cerita temannya. Dia tidak ingat semuanya.

Namun ada yang mengganjal di hati mengapa Nina bersedia diajak minum oleh customernya, bukankah ia tidak mau dan selalu menolak jika di booking out oleh customer?? Dan apakah dia berbuat sesuatu dengan customernya? Ah kepalaku kacau seperti perasaan cemburu namun sadar tidak punya hak untuk itu. Namun pertanyaan itu cukup menganggu hingga aku beranikan diri bertanya.

“Kok kamu bisa keluar dengan Customer mu?bukannya ga mau?” – tanyaku

“Aku lagi butuh uang untuk praktek, dan lagi mereka mau ikut syarat yang aku berikan?” – jelas Nina

“mereka minta hanya ditemani minum dan aku minta Siska (nama temannya) ikut denganku” – lanjutnya

“Yakin kalian ga ngapa-ngapain?” – entah darimana keberanian itu dating untuk mengajukan pertanyaan ini.

Nina hanya mengeritkan dahi seakan heran dengan pertanyaanku.

“Kok gitu ngomongnya?aku emang ga ngapa-ngapain kok cuma minum aja!” – nada Nina cukup tinggi

“Buktinya?” – ini yang akhirnya aku sadari dalam hati aku berkata aku cemburu.

Wajah Nina berubah, dan ia tersenyum.

“Kamu cemburu?” – Nina bertanya

Sialan kok dia bisa tau kalo aku cemburu.

Belum sempat aku berpikir untuk menjawabnya Nina mencium bibirku, aku merasakan kehangatan dari bibirnya. Seketika aku menjadi birahi ketika ia memainkan lidahnya di mulutku. Aku hanya mengikuti naluri ku sebagai laki-laki tangan ku ini menyentuh buah dadanya yang masih terbungkus baju. Dari luar aku meremas buah dadanya secara bergantian, kami pun semakin rapat hingga aku kesulitan meremas buah dadanya. Akhirnya kupindahkan tanganku ke bokongnya yang justru membuat ia mendorong dan menindih tubuhku dengan tubuhnya. Cukup lama kami diposisi ini hingga Nina mencoba untuk melepas kaos yang ku pakai, dan aku pun bergerak untuk melepaskan baju yang ia kenakan tanpa melepas ciuman kami.

Akhirnya kami sama-sama tidak mengenakan baju, aku hanya celana dalam yang masih menempel ditubuhku sementara Nina tinggal bra dan g-stringnya. Nina melepaskan ciuman dan beralih ke leher hingga dadaku, satu per satu putingku dicium dan dijilati, kegiatannya ini sungguh membuatku semakin bergairah sampai aku tak bisa melakukan apa-apa selain menikmati apa yang Nina lakukan padaku. Kepala nina meranjak lagi ke leher ku hingga di belakan telinga tak luput dari sapuan lidahnya kemudia ia berbisik manja di telingaku.

“Kamu diem aja ya?” – bisik Nina

Aku menjawab hanya dengan mengganggukan kepala naik turun tanda paham.

Kepalanya turun sampai ke daerah pinggulku, tanpa melepas celana dalamku Nina menggigit pelan kemaluanku sembari tangannya meremas kedua buah zakarku. Aku sungguh menikmati apa yang Nina lakukan, perlahan ia melepas celana dalamku. Aku masih sempat berpikir mengapa Nina lihai sekali melakukan semua ini hingga membuatku tak karuan. Apakah Nina sudah pernah melakukan sebelumnya?? Atau ini memang bagian dari pekerjaannya?? Ah, aku tak peduli, yang saat ini ku lakukan hanya menikmatinya.

Sesaat kemudian aku tersadar celana dalamku sudah menjauh dari tubuhku, dan kemaluanku sudah tegak lurus keatas dan sangat keras, bahkan yang aku ingat kemaluanku tak pernah sekeras ini. Perlahan namun pasti setiap jengkal kemaluanku basah oleh lidahnya, Nina pun tidak merasa jijik saat melumat buah zakarku. Aku tidak tau berapa lama Nina berada disana, sampai akhirnya ia melepas sisa kain yang menempel ditubuhnya. Ini pertama kali aku melihat Nina tanpa sehelai benang, tubuhnya bersih, mulus dan sangat menggairahkan. Ia merangkak ke arahku dengan perlahan dan kembali mencium bibirku, ia menarik tubuhku berbalik agar posisi kami berubah. Saat ini aku diatas tubuh Nina tanpa melepas ciuman, aku berpikir mungkin inilah saatnya untuk memasukan kemaluanku ke lubang kenikmatan duniawi milik Nina. Sebelumnya aku harus meminta kesediannya terlebih dahulu.

“aku masukin, boleh?” – tanyaku

“boleh, tapi pelan-pelan ya...” – jawabnya

Aku berlutut persis di hadapan Nina yang terbaring seraya merentangkan kedua kakinya dengan kedua tangannya menutupi bagian tengah kemaluannya.

“Jangan diliatin, aku malu” – lirih Nina

Hanya senyum yang tersemat di bibirku, tanpa kata aku mengarahkan kemaluanku untuk segera masuk. Samar kulihat miliknya sudah berkilau karena basah, ku tempelkan agar masuk perlahan, Nina menarik nafas panjang tanda siap. Kutekan pinggulku perlahan agar ia tak merasa sakit, sedikit demi sedikit dorongan yang ternyata begitu sulit untuk memasukkannya. Lebih dari lima kali percobaan untuk masuk, setelah dorongan berikutnya setengah batang kemaluanku masuk kedalam. Kulihat Nina menggigit bibirnya sambil mengerang kesakitan, dorongan terkahir membuat seluruh batang kemaluanku hilang tak Nampak yang terlihat hanya bulu-bulu tipis kami saling bertemu. Aku mengatur nafas akibat kelelahan dalam percobaan-percobaan sebelumnya, nafas Nina pun terengah seperti habis dikejar anjing.

Saat kutarik keluar kemaluanku, kulihat ada noda darah yang menempel di batangnya. Oh ternyata Nina masih perawan, apakah ini yang ia maksud bukti bahwa ia tak pernah melakukan hal lain dengan customernya. Aku melihat Nina tersenyum seperti puas, aku pun tersenyum karena ia telah memberikannya padaku. Dan kamipun melanjutkannya, hanya satu posisi kami bercinta aku sudah sampai pada puncakku, tak kuat lagi menahan ada yang ingin keluar akhirnya menyembur seluruhnya ke dalam lubang vagina milik Nina. Kami terkulai lemas tak kuat untuk bangkit walaupun hanya sekedar mengambil air minum.

Lama kami berpandangan saling senyum tanpa sepatah kata. Akhirnya kami memutuskan untuk tidur sambil berpelukan.



Tunggu lanjutan Part 3 nya
Sehat dan lancar terus RL nya suhu biar mudah cari rejekinya dan update terus
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd