hannaputri
Semprot Baru
- Daftar
- 16 Feb 2017
- Post
- 36
- Like diterima
- 574
Halooo...perkenalkan namaku edo. Umurku sekarang 13 tahun dan duduk di bangku smp. Di rumah aku tinggal dengan mamaku sedangkan ayahku sudah pisah rumah karena perceraian beberapa tahun yang lalu. Otomatis sekarang mamaku menjanda. Usia mama skarang 32 tahun, dulu mama nikah muda. Di usianya yang sekarang mama masih terlihat cantik dan tubuhnya masih terawat indah Selain aq dan mama di rumah juga ada pembantu namanya bi ratih, usianya skitar 38 tahun. Udah hampir 6 tahun bi ratih tinggal dan kerja disini. Sedangkan suami dan keluarganya ada di kampung. Bi ratih punya badan yang langsing dan kulit yang putih.
ilustrasi mama
ilustrasi bi ratih
aku mulai mengenal seks melalui internet. Aku mendapat informai situs2 seks tersebut dari teman sebangku di sekolahku. Dia penggemar bokep sejati, aku yang sebangku dengannya akhirnya ketularan. Aku yang penasaran mencoba membuka situs2 porno tersebut. Setelah pulang sekolah, aku langsung menuju ke kamarku karna sudah penasaran banget. Kunyalakan komputerku dan kubuka situs itu.
Setelah situs terbuka badanku jadi panas dingin. Kuputar movie yang ada d situs itu. Terdengar desahan2 wanita dalam film itu membuatku terangsang. Kontolku pun mengeras. Kata temenku paling enak nonton bokep sambil ngocok. Maka kubuka celanaku dan kukeluarkan kontolku dan kukocok dengan perlahan. Bener katanya nikmat, ini pertamakalinya aku melakukan ini. Aku yang semakin terangsang akhirnya melanjutkan coliku sambil rebahan di atas kasur. Kukocok terus kontolku sambil mendengar desahan wanita dalam film porno itu. Kubayangkan kalau aku sedang berhubungan seks dengan wanita dalam film itu. Bebeapa saat kemudian rasanya ada sesuatu yang mau keluar dari kontolku. Kupercepat kocokanku dan crooooottt.....croooottt... cairan kental putih keluar dari kontolku. Sungguh nikmat rasanya, badanku jadi lemas. Akhirnya aku tertidur.
Jam 6 sore aku bangun, kulihat sperma yang berceceran di selimutku sudah kering. Akupun bergegas mandi. Setelah mandi aku keluar kamar. Aku pergi ke belakang untuk menaruh selimut dan celanaku yan terkena sperma di ranjang cucian. Kulihat di dapur bi ratih sedang menyiapkan makan malam. Bi ratih terlhat sedang menggunakan daster tanpa lengan yang cukup tipis. Sungguh sexy badanya.
“ayo den makan dulu....” kata bi ratih sambil meletakkan makanan di meja makan
Saat membungkuk untuk meletakkan makanan di meja terlihat dengan jelas belahan dada bi ratih yang besar itu. Aku jadi terangsang.
“ Iya bi. Mama belum pulang bi?” kataku sambil terus memperhatikan dada belahan dada bi ratih.
“ Belum den edo” jawab bi ratih tanpa tau kalau aku sedang memperhatikan belahan dadanya.
Setelah menyiapakan makanan bi ratih lalu pergi ke dapur. Saat berjalan kulihat pantat bi ratih yang sexy. Bagian bawah dasternya yang pendek, kira2 15 cm di atas lutut memperlihatkan pahanya yang putih dan mulus.
Setelah sekilas melihat pemandangan indah itu akupun langsung makan tanpa menungu mama pulang. Setelah makan Aku lansung ke kamarku untuk nonton bokep lagi, sepertinya aku gara2 bi ratih tadi aku jadi terangsang. Kunyalakan komputerku dan kunikmati film porno itu. Tak lupa kubuka celanaku untuk coli sambil membayangkan bi ratih. Saat sedang asik2nya tiba2 pintu kamarku ada yang membuka
“Permisi den edo ini bibi bawain cemilan” kata bibi sambil masuk kamarku
Bibi langsung melihatku dan kaget dengan yang kulakukan
“Den edo lagi ngapain??? Itu....itu ...celananya ko di lepas...trus kontolnya di gituin” katanya dengan waja Merah dan terkejut.
“Anu bi...ini..lagi ..anu...bi...” Aku pun menoleh dan bingung harus ngomong apa
“Dan itu kok filmnya film begituan den, den edo Kok nonton film gitu!!!” Tanyanya dengan wajah terkejut
“Anu bi itu.....” Belum selesai kujawab bibi langsung pergi keluar kamar.
Aku bingung apa yang harus kulakukan. Bagaimana kalau bi ratih bilang ke mama, pasti aku dimarahi. Aku harus ngomong sama bibi dan menjelaskannya. Aku pun keluar kamar dan mencari bibi. Kucari di ruang tengah dan dapur tak ada. Mungkin dia ada di kamar.
“Tok...tok...tok.... Bi, bibi ada di dalam?” Panggilku
Setelah kupanggil bibi pun membuka pintu.
“Boleh masuk bentar ga bi? Aku mau jelasin yang tadi” pintaku
Bibi pun hanya mengangguk dan dan mengijinkanku maduk kamarnya. Aku dan bibi kemudian duduk di pinggir kasur. Kuperhatikan wajah dan tubuhnya. Terlihat jelas branya dari balik daster tipisnya. Toketnya terlihat besar. Umur bibi sudah 38 tahun tapi tubuhnya masih terawat dan wajahnya manis.
“Den edo mau bilang apa?” Tanyanya
“Gini lo bi.....” aku pun menjelaskan panjang lebar tentang kejadian beberapa saat yang lalu
“Gtu ya den...” katanya tidak percaya
“Iya bi. Bibi janji ya jangan bilang mama” pintaku memohon
“Iya den bibi janji ga bilang nyonya” jawabnya sambil tersenyum tipis
“Den edo kan masih kecil ga baik nonton gituan” katanya tuk menasehatiku
“Habis aku kan penasaran bi” jawabku membela diri
“Tpi den kalau pingin nanti gmna? Den edo kan belum nikah” katanya
“Ya coli aja bi sampe kluar” jawabku lagi meyakinkan
“coli itu apa den?” Tanyanya penasaran sambil melihat kearahku
“Coli itu gini bi....” aku pun menheluarkan kontolku dan coli disampingnya
“Ihh...den edo kok di keluarin lagi sih itunya!!!” Katanya terkejut sambil memalingkan muka dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
“Katanya bibi pingin tau??” Kataku
“ Iya den tapi g perlu dibuka gitu” jawabnya dan masih sambil menutup wajahnya
“Emang kenapa bi?” Tanyaku sambil trus coli disampingnya tanpa mempedulikannya
“Bibi kan malu den” jawabnya
“Kok bibi malu? Aku aja yang buka celana ga malu” jawabku menantang
“Iya sih den, tapi....” Sambil menoleh k arahku dan melihat kontolku walau masih malu2
“Bibi kalau pingin liat, liat aja bi” tawarku
“Punya den edo gede ya” katanya sambil malu2 dan wajahnya memerah
“Emang segini gede ya bi?” Tanyaku penasaran
“iya den, punya suami bibi aja gak segitu” katanya sambil tersenyum malu
“ini bi pegang aja” aku langsung menarik tangannya dan menaruhnya di kontolku
“Ihhh..den..kok.... bibi kan malu” Katanya terkejut dengan apa yang kulakukan tapi dia tak melepaskan tangannya dari kontolku malah kemudian bibi mengocoknya perlahan.
“Iya bi gtu kocokin....aahhhh....aahhh...enak bi”
“Bibi malu den, den edo nakal” katanya malu
“Bi, rasanya gituan gmna? Bibi kan dah nikah psti tau” tanyaku
“ Ya gtu den” jwabnya malu
“Gtu gmna bi? Ayo critain bi” paksaku
“Y gtu den, awalnya sakit den lama2 enak” jawabnya sambil tersenyum malu
“Kok sakit bi?” Tanyaku penasaran
“Kan pas di prawanin Sakit den, perih gitu” jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya
“Gtu ya bi. Bibi jauh dari suami emang g pingin bi?” tanyaku memancing
“Ya pingin den, pngin bnged malah” jawabnya malu
“Trus bi, lampiasinnya gmna?” mencoba terus memancingnya
“Ya gtuan den” jawabnya dengan wajah yang semakin merah
“Sama siapa bi?” Tanyaku penasaran
“Sama itu....satpam komplek den” jwabnya malu sambil menundukkan wajahnya
“Hah....yang mana bi, pak ujo atau ujang?”
“Dua2nya den” jawabnya sambil menunduk malu
“Enak ga bi?” pancingku lagi
“Enak bnged den, puas bnged” jawabnya dengan antusias
“Bi, ayo gtuan sma edo? Edo jga pingin bi” pintaku memohon
“Jngan den, den edo masih kecil” tolaknya
“Please bi, edo pngin bnged” rengekku
“Bibi g bisa den”
“Bentar aja bi”
seraya kutarik kepalanya hingga wajahnya mendekati kewajahku, kulumat mulutnya dengan rakus kami saling berpagutan, kurasakan lidahnya bermain didalam mulutku, lidah itu mulai menggelitik-gelitik rongga mulutku dan lidahku, air liurnya kurasakan menetes dalam mulutku yg kuhirup dengan rakus dan kutelan.
Puas kami berciuman, kubuka daster tipis bi ratih yg masih membaluti tubuhnya, tampaklah tubuh yg sebelumnya terbalut oleh daster itu, tubuh yg putih, mulus nyaris tanpa noda, kuraba mulai dari leher, bahu, lalu punggungnya, kurasakan kulitnya begitu lembut dan halus. Kini pandanganku tertuju pada buah dada yg masih terbungkus oleh bra, buah dada yg indah walaupun hanya kulihat belahannya saja dari atas, tak sabar aku untuk melihat secara keseluruhan, kubuka kawat pengaitnya sambil bi ratih membantu membukakannya, dan kali ini terpampanglah didepan mataku buah dada yg indah dan lumayan besar, bentuknya itu sangat proporsional, bulat dan padat.
Dengan gemas kuremas payudara itu dengan kedua tanganku, tentu saja masih belum puas, kukulum putting susunya, ku emut dengan rakus, kulihat bi ratih memejamkan matanya menikmati aksi yang aku lakukan, dari mulutnya terdengar desahan yg lembut, puas mengulum putting yang sebelah kiri, kuberalih menikmati putting susu yg sebelah kanan, reaksi bi ratih semakin menjadi, kali ini tangannya merangkul kepalaku, seolah-olah tak ingin kalau aku menyudahi kulumanku pada putting susunya.
" mmmmmpppphhhhh...aaaaahhhh... dennn edoo, aaahhhhh..." gumam bi ratih pelan, seolah hanya berbicara pada dirinya sendiri.
Sekitar lima menit aku menikmati putting susu pembantuku itu, lalu kulepaskan pagutanku dari buah dadanya kukecup bibirnya dengan lembut, dan kubisikan ditelinganya.
" bi, dibuka celana dalamnya ya..? edo, pingin gituan.." bisikku dengan lembut
" jangan den edo, jangan yang itu ya.." jawab bi ratih, agak kaget sepertinya mendengar ucapanku.
Dengan sigap kulepas celana dalam yg masih membungkus selangkangannya, dan terpampanglah vagina bi ratih didepan mataku, memek yg indah, dengan bibir vagina yg tidak terlalu tebal berwarna agak kemerahan, bulu-bulu halus menghiasi bagian atasnya, jembutnya tidak terlalu lebat pikirku, mungkin habis di cukur.
lalu kedua kakinya kurentangkan, dan, wooww sampai menelan ludah aku saat menyaksikan memek bi ratih yang terbuka memperlihatkan betapa lubang memek itu berwarna merah jambu dengan Klentit yg mungil, tak kuasa aku memandangnya untuk berlama-lama, kudekatkan kontolku pada lubang memek yg terbuka lebar itu, kulirik sejenak kewajah bu ratih, kulihat bi ratih menatapku, sepertinya dia masih takut dengan apa yg selanjutnya akan aku perbuat.
dengan bantuan tanganku kubimbing agar ujung kontolku tepat kearah yg kuinginkan, yaitu lubang senggamanya, setelah kurasakan pas, bless..kutekan dengan perlahan, licinnya cairan memek bi ratih mempermudah batang kontolku menembus lubang memeknya, kulihat desahan lembut bi ratih bersamaan dengan proses masuknya batang kontolku untuk yg pertama kalinya.
Saat sedang asik memompa memek bi ratih tiba2 terdengar suara mobil dan pintu garasi yang d buka. Gawat mamaku sudah pulang ternyata, padahal lagi asik asiknya mompa memek bi ratih.
“Den udah den, nyonya udah pulang den nanti ketahuan” kata bi ratih dengan wajah yang takut dan mencoba berusaha untuk melepaskan tubuhnya dari tindihanku
“iya bi” jawabku dengan raut wajah yang kecewa
Kulepas kontolku dari memeknya dan kupakai celanaku. Kulihat bi ratih juga memakai dasternya kembali. Setelah selesai akupun segera keluar dari kamar bi ratih. Sampai di ruang tengah aku pura pura ketiduran sambil nonton tv. Mama kemudian masuk dalam rumah dan berjalan kearahku.
“edo sayang..kok bobo dsini??? Edo...edo...ayo bangun sayang pindah ke kamar” kata mama mencoba membangunkanku yang pura pura ktiduran.
Aku pun bangun dan langsung memeluk mamaku dengan ekspresi pura pura ngantuk. Kupeluk erat mamaku dan kubenamkan wajahku di dadanya yang besar itu. Tubuh mama lebih tinggi dariku sehingga saat memeluk wajahku pas di dadanya. Mamaku tidak risih karena aq sudah sering melakukannya dan mamaku hanya memanggapnya sebagai sikap manjaku.
“Mama kok baru pulang?” Tanyaku Sambil memeluk mama
“Tadi ada meeting sayang. Bobo d kamar sana” jawab mama
“gendong ma????” Pintaku manja sambil terus menguatkan pelukanku dan terasa dadanya yang besar menempel di wajahku.
“Udah gede kok masih minta gendong” jawabnya sambil mengusap usap kepalaku
“mending minta gendong ma daripada minta nyusu ....hehe” godaku siapa tau di kasih
“anak mama mau susu, susu apa?” Tanya mama penasaran
“Susu mama” godaku sambil membenamkan wajahku di dadanya
“Iiihhhh...kamu ini kyak anak bayi aja” jawab mama sambil tersenyum dan memelukku
“Pingin jadi bayi aja biar ga di tinggalin mama terus” jawabku agak ngambek
“Anak mama ngambek ya??!! Maafin mama ya sayang jarang nmenin kamu di rumah. Ya udah bobo k kamar sana besok pagi mama kasih hadiah buat permintaan maaf mama karena sering ninggalun kamu” jawab mama sambil tersenyum manis.
“hadiah apa ma?” tanyaku penasaran
“rahasia dunk sayang” jawab mamaku dan semakin membuatku penasaran.
“Sekarang aja ma hadiahnya biar g penasaran?” Pintaku
“Besok sayang” kata mama sambil memencet hidungku
“Iya deh ma” aku pun langsung menuju kamar. Dikamar aku langsung mengocok kontolku karena aksi yang tertunda dengan bi ratih tadi. Aku membayangkan ngentotin bi ratih sambil coli dan tak lama kemudian spermaku muncrat. Lega rasanya walaupun sedikit kecewa.
Kira2 besok mama ngasih kado apa ya, aku jadi kepikiran. Apa mama mau kasih game baru atau ngajak liburan. Entahlah, karna lelah akupun tertidur.
Keesokan paginya
Aku keluar kamar tapi tampak sepi, mungkin mama masih tidur. Karna haus akupun pergi ke dapur. kudapati bi ratih di dapur sedang mencuci piring-piring dan gelas. Bi ratih menoleh dan tersenyum manis dan malu menyambut kehadiranku, mungkin karna kejadian kemaren malam. Timbul niat isengku menggoda, kurapati bi ratih yang saat itu masih berdiri di depan meja cucian piring, aku langsung memeluk dari belakang mencumbui bi ratih. Mengecupi lehernya sambil kedua tanganku meremasi bukit susunya. Karuan bi ratih menggeliat-geliat dengan muka malu-malu geli, ingin menghindar tapi mana mau kulepas begitu saja. Akhirnya dia diam saja membiarkan aku menggerayangi tubuhnya, dia sendiri tetap meneruskan mencucinya karena dipikirnya mana mungkin aku berani mengajak dia untuk waktu yang senekat ini.
"den edo... jangan den, nanti ketahuan nyonya den..?"
"aman kok bi, mama lagi tidur, kita lanjutin yang kemaren bi?" jawabku sambil mengangkat rok belakangnya, langsung melorotkan celana dalamnya.
Tentu saja bi ratih jadi kaget karena tidak mengira bahwa aku betul-betul serius meminta.
"Heh...den edo! Ngawur ah, ini kan masih di dapur.. nanti aja di kamar den.. kalau di sini nanti ada nyonya liat gimana?"
bi ratih masih coba memperingatkan aku agar mengurungkan kenekatanku tapi aku sudah tidak bisa menahan lagi. Malah sudah kulepas ritsleting celanaku membebaskan kemaluanku langsung menempelkan batangku di selangkangannya.
"Kasih sebentar aja kan bisa bi, dari sini kan kita bisa ngeliat ke sebelah kalau ada mama dateng.." kataku meminta sambil menenangkan dirinya.
"Ahhs dennn..!" bi ratih kontan menjengkit ketika terasa batang kontolku yang menempel di lubang kemaluannya itu sudah mulai naik mengencang.
Sempat bingung dia tapi dari semula ingin berkeras menghindar akhirnya bi ratih jadi pasrah juga, langsung melunak suaranya berbisik.
"Wih, wih den edo.. kok cepet banget sih keras itunya..?"
"Makanya itu.. edo masukin ya?"
"Iya tapi aku belum basah den.."
"Nanti edo basahin sebentar.."
"Tapi jangan lama-lama ya, nanti keburu ada mama dateng malah tambah penasaran.."
Tanpa membuang-buang waktu kupraktekkan semua yang sudah kupelajari di film porno, aku berjongkok di belakang bi ratih dan segera menyosor di lubang kemaluannya yang juga cepat memasang posisi agar lebih mudah, dengan membuka secukupnya kedua pahanya serta menunggingkan sedikit pantatnya. Sambil begitu bi ratih sendiri terpaksa menunda dulu pekerjaannya dan menunggu dengan bertopang kedua tangan di tepi meja cucian sambil pandangannya terus melekat memperhatikan ke sekitar. Niatnya memang semula hanya ingin sekedar memberi buat aku, tapi ketika terasa sedotan dan jilatanku di lubang kemaluannya ditambah lagi dengan satu jariku yang kucucukan menggeseki kecil di lubang itu, yang begini cepat saja membuat gairahnya terangsang naik. Cepat-cepat dia membilas kedua tangannya yang masih penuh sabun karena sewaktu mungkin diperlukan untuk memegangi tubuhku.
Betul juga, tepat saatnya dia selesai membilas bersamaan aku juga selesai mengerjai liang kemaluannya. Segera kubawa kontolku ke depan lubang kemaluannya dan mulai menyesapkan masuk dari arah belakang, langsung saja sebelah tangan yang masih basah itu dipakai untuk memegang pinggulku, sebagai cara untuk mengerem kalau sodokkanku dirasa terlalu kuat. Tapi rupanya tidak. Biarpun sudah dilanda gairah kejantananku, tapi aku masih bisa meredam emosi tidak kasar bernafsu. Selalu hati-hati sewaktu memompa batangku masuk meskipun bi ratih selalu menunggu dengan muka tegang. Dia baru melega setelah kontolku dirasanya sudah terendam habis di lubang kemaluannya.
"Keras sekali rasanya den..?" komentar pertamanya sambil menoleh dengan wajah sayu kepadaku di belakangnya.
Kugamit pipinya dan menempelkan bibirku mengajaknya berciuman.
"Kalau ketemu memeknya bi ratih memang jadi cepet kerasnya.." jawabku berbisik sebelum menekan dengan ciuman yang dalam.
Kami mulai saling melumat sambil diiringi gerak tubuh bagian bawah untuk meresap nikmat gelut kedua kemaluan, aku menarik dan menusuk batang kontolku, sedang bi ratih memutar-mutar pantatnya mengocoki kontolkuku di liang kemaluannya. Inipun niat semula masih sekedar melayaniku saja, tapi ternyata, dia pun dilanda nikmat sanggama yang sama, yang membawanya terseret menuju puncak permainan bersamaku.
Dari semula gerak senggama kami masih berputaran pelan, semakin lama semakin meningkat hangat, karena masing-masing sudah menumpukkan rasa enak terpusat di kedua kemaluan yang saling bergesek, sudah bersiap-siap akan melepaskannya sesaat lagi. Bi ratih tidak lagi bertopang di tepi meja tapi menahan tubuhnya dengan lurus kedua tangannya pada dinding depannya. Di situ tubuhnya meliuk-liuk dengan air muka tegang seperti kesakitan tertolak-tolak oleh sogokan-sogokan kontolkuku yang keluar masuk cepat dari arah belakangnya, tapi sebenarnya justru sedang tegang serius keenakkan sambil membalas dengan putaran-putaran liang kemaluannya yang menungging. Masing-masing sudah menjelang tiba di batas akhirnya, hanya tinggal menunggu kata sepakat saja.
"Aahs yyohh bi ratih.. edo sudah mau samppe.."
"Iya den.. sama-samaa.. sshhah-hhgh.. dduhh.. oohgsshh.. hrrh hheehh bi ayyoo.. dduuh deenn.. aaddussh hrhh.."
orgasme pertama kami berdua ini saling bertimpa mengerang mengaduh dan tersentak-sentak ketika secara bersamaan mencapai batas kenikmatan. Jika dihitung secara waktu maka permainan seks ini relatif cepat namun bisa juga membawa bi ratih pada kepuasannya. Memang hampir saja terlambat, karena baru saja aku mencabut batang kemaluanku sudah terdengar langkah kaki seseorang menuruni tangga. Ternyata mama yang datang. Bi ratih sendiri tidak sempat lagi mencuci lubang kemaluannya, buru-buru dia menaikkan celana dalamnya untuk menyumbat cairan mani bekasku yang terasa akan meleleh ke pahanya dan selepas itu dia pura-pura kembali meneruskan mencuci piring yang sempat tertunda itu.
“edo sayang, lagi ngapain nak?” tanya mamaku
“ini ma lagi ambil minum, haus” jawabku
“owh...mama mau pergi dulu ya ada urusan. Kamu ga kemana-mana kan sayang?” tanya mamaku
“aku di rumah kok ma, mau kerja kelompok sama intan. Mama hari minggu gini mau kemana?” tanyaku penasaran
“urusan kerjaan sayang. Mama pergi dulu ya?”
“iya ma” jawabku sedikit kecewa
Sejak bercerai, mama jadi tulang punggung keluarga. Karena itu mama selalu sibuk kerja dan jarang dirumah. Di hari minggu ini aku janjian kerja kelompok dengan intan temen sekolahku. Kami janjian ngerjain dirumahku. Rumahku dan intan masih satu komplek.
Satu jam kemudian intan pun datang. Intan ini anaknya cantik dan cukup populer di sekolah. Kulitnya putih dan bodynya mulus banged. Kusuruh intan masuk kedalam rumah. Kulihat intan menggunakan kaos tipis dan rok yang cukup pendek sampe terlihat paha mulusnya. Pikiran mesumku timbul, untuk menikmati tubuh temanku ini.
ilustrasi intan
“edo...bengong aja. Jadi ngerjain gak?” bentaknya
“iya...iya jadi kok. Yuk ke kamarku??” aku mengajaknya ke kamarku
Kami punmulai kerja kelompok, dan kami mulai membahas apa yang harus dikerjakan sambil mikirin gimana caranya nikmatin tubuh intan. 2 jam berlalu dan aku belum nama cara buat nikmatin intan. Kami berdua pun sudah mulai jenuh dengan kerjaan ini.
“eh...do capek nih, istirahat dulu yuk?” katanya
“iya..aku juga capek nih. Kamu haus gak aku ambilin minum ya?” tawarku
“ihhh...dari tadi kek ditawarin” jawabnya protes
“iya maaf baru nyadar kalau belum ngasih minum. Ya udah bentar ya aku ambil” aku lansung ke dapur untuk bikin minum.
Aku mencari bi ratih untuk bikinin minum tapi dia tidak ada di dapur, lalu aku cari dikamarnya. Kulihat pintu kamarnya sedikit terbuka, kuintip dan terlihat bi ratih sedang tidur. Akupun masuk kekamarnya untuk membangunkannya. Bi ratih tidur terlentang dan roknya terangkat keatas dan terlihat celana dalamnya, sungguh pemandangan yang indah dan membuatku terangsang. Bi ratih tidur dengan nyenyak, aku jadi tidak tega membangunkannya, mungkin dia lelah habis kukerjai tadi pagi. Akupun tak jadi membangunkannya.
Akupun kembali kedapur untuk membuat minuman. Dan akupun langsung kembali ke kamar. Dikamar kulihat intan sedang rebahan sambil main hp, terlihat paha mulusnya, ingin segera kunikmati.
“tan...ini minumnya” kataku
“lama banged sih bikinya?” dia pun bangkit dari tidurnya
“tadi ke kamar mandi bentar” jawabku
Tiba-tiba Akupun mendapat ide bagaimana untuk menggoda intan. Aku akan mengajaknya nonton film porno siapa tau dia terangsang. Tapi resikonya bukannya terangsang tapi malah marah2. Akupun jadi sedikit ragu. Akhirnya kuberanikan diri untuk melakukannya.
“intan....?” panggilku
“yup” jawabnya sambil menikmati minumnya
“aku punya film bagus, mau nonton gak?” ajakku
“film apaan?” tanyanya
“udah liat aja, bagus kok” jawabku meyakinkan
Kunyalakan kompeterku dan kuputar film panas itu. film-filmnya adalah jenis vivid dengan tema seks yang cukup halus. Tampaknya intan akan sangat menyukainya, ah pucuk di cinta ulam pun tiba. kuamati roman mukanya. Kukatakan tidak usah malu, karena itu hanya film saja (tidak sungguhan). Muka intan tegang, setiap ada adegan orang berpelukan (cuma berpelukan). Sambil duduk bersandar intan tetap memperhatikan film yang tampaknya mulai memanas itu. Kini acara di film mulai ke adegan yang cukup panas, seorang wanita melepas pakaiannya sehingga tinggal pakai celana dan BH dalam saja. Film terus berputar, nafas intan mulai memburu, malah aku khawatir kalau dia sakit, dia tampak pucat entah takut apa bagaimana, aku tidak tahu.
Perlahan aku mulai meletakan tanganku diatas tangan intan yang dia letakan di pahanya. Intan kaget dan menarik tangannya, sehingga tanganku tak sengaja menyentuh pahanya. Dia pun lantas menyingkirkan tanganku dari pahanya. Dia hanya diam saja tidak berucap apa” dan tetap fokus pada film.
Aku pun perlahan kembali meletakan tanganku di kaki intan yang masih tertutup roknya. Aku mengusap perlahan betisnya. Dia tetap berusaha konsentrasi menonton, namun tangannya berusaha menolak elusan tanganku. Tapi aku malah semakin berani dan mulai mengelus pahanya.
“aaah plis edo.. jangan” dia mendesah dan menolak tindakanku. Tapi kali ini tangannya tidak berusaha menyingkirkan tanganku.
Aku pun menarik dagu intan dan mengarahkan wajahnya kearah wajahku. ku tatap matanya dan perlahan ku cium bibirnya. Kunikmati sejenak sensasi yang menjalar diseluruh tubuhku. Bibirku mulai mengulum bibir intan. Sejenak dia nampak menikmati, namu tiba2 dia memundurkan wajahnya dan tampak menitikan air mata.
Sejenak aku merasa bersalah tapi sayangnya nafsu telah menguasai diriku. Aku kembali mencumbunya dan tak ada perlawanan. Intan hanya terdiam dan sedikit terisak. Tanganku mulai meraba payudaranya dari luar kaos putihnya. Yaa benar seperti perkiraanku. Payudara intan tidaklah besar seperti punya bi ratih dan mama, maklum masih 13 tahun. Namun sangat ranum dan kenyal. Aku mulai remas perlahan payudara intan dan lidahku mulai merangsek masuk kedalam mulutnya dan beradu dengan lidah intan. Dia masih mengeluarkan air mata tapi perlahan nafsu mulai menguasai dirinya. Dia mulai melenguh menikmati remasan dan pilinan tanganku terhadap payudara dan putingnya. Dia juga mengimbangi permainan lidahku di mulutnya.
Aku pun lantas melepas kaos yang ia pakai. Tapi dia sempat menolak, namun berhasil aku yakinkan dengan anggukan kecil. Aku pun mengangkat kaosnya ke atas dan melepaskannya. Kini terpampang dua buah payudara yang mungil namun kenyal dan kencang berbalut dengan bra berwana putih. Aku memeluk dan kembali melumat mulutnya. Tanganku mulai bergerak melepas pengait branya dan melepas branya. Aku meremas pelan payudara intan yang terasa sangat kenyal. Aku lepaskan lumatanku dimulutnya. Sejenak aku perhatikan payudaranya yang mungil tapi sangat indah itu.
Lalu aku pun memajukan bibirku dan menciumi payudara intan. Kuhirup perlahan aroma payudaranya sembari lidahku mulai menyapu putingnya. Aku mulai menjilati payudaranya sebelah kanan. Sementara tangan kananku bergerilya di payudaranya yang menganggur.
“aaaah....edooo.... pelan” intan mendesah pelan ketika aku menyedot putingnya yang sudah mengeras. Putingnya yang merah kecoklatan itu masih sangat mungil, sepertinya belum pernah dijamah sebelumnya. Nafasku berhembus lembut ke putting intan. Lalu aku menggigit pelan putingnya yang direspon dengan sedikit aduhan dari intan. Aku sangat menikmati payudara intan. Setelah puas menikmati payudara intan. Aku beranjak untuk melepas celana dan celana dalam yang aku pakai. Terpampanglah penisku yang ukurannya cukup besar untuk seumuranku. intan nampak memalingkan wajahnya.
Perlahan aku turunkan celana pendek dan celana dalamnya bersama hingga Intan sepenuhnya bugil dan ini yang membuat dia malu. Untuk membuat Intan tidak merasa canggung aku mencumbunya lebih ganas lagi sehingga kini Intan mendesah lebih keras lagi dan tangan kanannya meremas kaosku untuk menyalurkan gairahnya yang mulai memuncak. Bibirku kini mulai menjalar kebawah menuju vaginanya yang tertutup kumpulan bulu hitam yang tpis dan jarang, perlahan aku angkat kedua pahanya hingga posisi selakangannya terlihat jelas. Samar-samar terlihat lipatan berwarna merah di vaginanya dan aku tahu baru aku yang melihat surga dunia milik Intan.
Kini bibirku mulai menjilati vaginanya yang mulai banjir dengan halus agar Intan tidak merasa geli dan ternyata rencanaku berjalan lancar, desahan yang tadi menghiasi cumbuanku dengan Intan kini mulai diselingi lenguhan dan jeritan kecil yang menandakan kenikmatan luar biasa yang sedang dirasakan temanku ini. Semakin lama semakin banyak lendir yang keluar dari kemaluannya yang membuatku lebih bergairah lagi.
“edo... aku mau pipis, plis stop dulu.” Intan nampaknya akan mendapatkan orgasme pertamanya. Seperti dia belum pernah mengalami hal tersebut.
“tenang intan, sebentar lagi kamu akan ngerasain kenikmatan yang belum pernah kamu rasain.”
Aku pun semakin liar menjilati dan menyedot klitoris intan, jariku pun mengelus bibir vagina intan.
“aaaaahhh...edo... aku pipisssss.” tiba-tiba seluruh tubuh Intan kejang dan suara lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua tangannya meremas kuat kasurku. Dengan diiringi lenguhan panjang Intan mencapai klimak, tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat sepasang teteknya mengeras sehingga membuatku ingin meremasnya dengan kuat. Setelah kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya yang habis terkuras membuat tubuhnya yang bugil menjadi lunglai, dengan kepasrahannya aku menjadi sangat ingin segera menembus vaginanya dengan penisku yang sedari tadi sudah tegang.
"Intan merasa sangat aneh, bingung aku jelasin rasanya" katanya dengan perlahan.
"Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut kalau terjadi apa-apa," sambil memelukku erat. Sambil kukecup keningnya, aku jawab kekhawatiranya.
"Ini yang disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan sebagian. Intan nggak perlu takut atau khawatir soal ini" sambil kubalas pelukannya.
Setelah nafas intan kembali normal, aku kangkangkan kaki intan dan mengarahkan penisku ke vagina intan.
“edo.. plis aku belum pernah begituan.” Nampak intan kembali meneteskan air mata. Sejenak aku merasa bimbang untuk memasukkan penisku ke vagina intan. Tapi karena memang nafsu ku saat ini sedang superior, membuatku tetap meneruskan aksiku. Intan mulai menangis tapi dia tidak melakukan perlawanan.
Kugesekan penisku ke vagina intan. Dan perlahan kepala penisku mulai menyeruak masuk vagina intan. Ohhhh vagina intan sangat sempit, beda banged sama punya bi ratih. Intan sedikit memekik ketika penisku mulai masuk. Aku melesakan perlahan penisku agar bisa masuk seluruhnya. Intan meringis kesakitan dan mengaduh. Bener kata bi ratih, waktu di perawanin perempuan akan merasakan sakit.
Ketika penisku sudah masuk setengahnya intan kembali mengeluarkan airmata. Namun dengan satu hentakan membuat air mata intan mengalir lebih deras dibarengi teriakan kesakitan intan. Sejenak ku biarkan penisku didalam vaginanya, agar vaginyanya menyesuaikan. Perlahan aku mulai memaju mundurkan penisku. Ooh rasanya sangat nikmat, vagina mungil intan memberikan kenikmatan yang luar biasa. Aku mulai genjot perlahan. intan masih nampak kesakitan, tapi tidak sesakit ketika pertama kali vaginanya dimasuki kontolku. Ketika aku menaikan tempot pompaan, tampak intan mulai menikmati permainanku. Dia mulai mendesah keenakan. Tanganku ikutmerangsang intan dengan memainkan payudaranya. Remasanku di payudaranya membuat dia tidak bisa menahan kenikmatanyang menjalar di sekujur tubuhnya.
Perlahan aku gerakkan penisku keluar-masuk liang vaginanya hingga menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin kencang aku gerakkan penisku hingga memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yang aku dan Intan keluarkan untuk mengekspresikan kenikmatan yang kami alami sudah tidak terkendali lagi, hampir 15 menit aku menggenjot vaginanya yang baru pertama kali dimasuki kontol hingga aku merasa seluruh syaraf kenikmatanku tegang. Rasa nikmat yang aku rasakan saat spermaku keluar dan memasuki lubang vaginanya membuat seluruh tubuhku menegang, aku lumat habis bibirnya yang memerah hingga Intan dan kedua tanganku meremas teteknya yang mengeras. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh Intan yang lama ada dianganku.
Kami berdua tergolek lemah seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk tubuh Intan dengan erat agar dia tidak galau dan setelah tenagaku pulih aku berusaha memakaikan baju padanya karena Intan tidak mampu berdiri lagi. Saat aku hendak mengenakan CD aku lihat sedikit bercak merah dipahanya dan aku bersihkan dengan CD ku agar Intan tidak tahu kalau perawannya sudah aku renggut tanpa dia sadari.
bersambung
ilustrasi mama
ilustrasi bi ratih
aku mulai mengenal seks melalui internet. Aku mendapat informai situs2 seks tersebut dari teman sebangku di sekolahku. Dia penggemar bokep sejati, aku yang sebangku dengannya akhirnya ketularan. Aku yang penasaran mencoba membuka situs2 porno tersebut. Setelah pulang sekolah, aku langsung menuju ke kamarku karna sudah penasaran banget. Kunyalakan komputerku dan kubuka situs itu.
Setelah situs terbuka badanku jadi panas dingin. Kuputar movie yang ada d situs itu. Terdengar desahan2 wanita dalam film itu membuatku terangsang. Kontolku pun mengeras. Kata temenku paling enak nonton bokep sambil ngocok. Maka kubuka celanaku dan kukeluarkan kontolku dan kukocok dengan perlahan. Bener katanya nikmat, ini pertamakalinya aku melakukan ini. Aku yang semakin terangsang akhirnya melanjutkan coliku sambil rebahan di atas kasur. Kukocok terus kontolku sambil mendengar desahan wanita dalam film porno itu. Kubayangkan kalau aku sedang berhubungan seks dengan wanita dalam film itu. Bebeapa saat kemudian rasanya ada sesuatu yang mau keluar dari kontolku. Kupercepat kocokanku dan crooooottt.....croooottt... cairan kental putih keluar dari kontolku. Sungguh nikmat rasanya, badanku jadi lemas. Akhirnya aku tertidur.
Jam 6 sore aku bangun, kulihat sperma yang berceceran di selimutku sudah kering. Akupun bergegas mandi. Setelah mandi aku keluar kamar. Aku pergi ke belakang untuk menaruh selimut dan celanaku yan terkena sperma di ranjang cucian. Kulihat di dapur bi ratih sedang menyiapkan makan malam. Bi ratih terlhat sedang menggunakan daster tanpa lengan yang cukup tipis. Sungguh sexy badanya.
“ayo den makan dulu....” kata bi ratih sambil meletakkan makanan di meja makan
Saat membungkuk untuk meletakkan makanan di meja terlihat dengan jelas belahan dada bi ratih yang besar itu. Aku jadi terangsang.
“ Iya bi. Mama belum pulang bi?” kataku sambil terus memperhatikan dada belahan dada bi ratih.
“ Belum den edo” jawab bi ratih tanpa tau kalau aku sedang memperhatikan belahan dadanya.
Setelah menyiapakan makanan bi ratih lalu pergi ke dapur. Saat berjalan kulihat pantat bi ratih yang sexy. Bagian bawah dasternya yang pendek, kira2 15 cm di atas lutut memperlihatkan pahanya yang putih dan mulus.
Setelah sekilas melihat pemandangan indah itu akupun langsung makan tanpa menungu mama pulang. Setelah makan Aku lansung ke kamarku untuk nonton bokep lagi, sepertinya aku gara2 bi ratih tadi aku jadi terangsang. Kunyalakan komputerku dan kunikmati film porno itu. Tak lupa kubuka celanaku untuk coli sambil membayangkan bi ratih. Saat sedang asik2nya tiba2 pintu kamarku ada yang membuka
“Permisi den edo ini bibi bawain cemilan” kata bibi sambil masuk kamarku
Bibi langsung melihatku dan kaget dengan yang kulakukan
“Den edo lagi ngapain??? Itu....itu ...celananya ko di lepas...trus kontolnya di gituin” katanya dengan waja Merah dan terkejut.
“Anu bi...ini..lagi ..anu...bi...” Aku pun menoleh dan bingung harus ngomong apa
“Dan itu kok filmnya film begituan den, den edo Kok nonton film gitu!!!” Tanyanya dengan wajah terkejut
“Anu bi itu.....” Belum selesai kujawab bibi langsung pergi keluar kamar.
Aku bingung apa yang harus kulakukan. Bagaimana kalau bi ratih bilang ke mama, pasti aku dimarahi. Aku harus ngomong sama bibi dan menjelaskannya. Aku pun keluar kamar dan mencari bibi. Kucari di ruang tengah dan dapur tak ada. Mungkin dia ada di kamar.
“Tok...tok...tok.... Bi, bibi ada di dalam?” Panggilku
Setelah kupanggil bibi pun membuka pintu.
“Boleh masuk bentar ga bi? Aku mau jelasin yang tadi” pintaku
Bibi pun hanya mengangguk dan dan mengijinkanku maduk kamarnya. Aku dan bibi kemudian duduk di pinggir kasur. Kuperhatikan wajah dan tubuhnya. Terlihat jelas branya dari balik daster tipisnya. Toketnya terlihat besar. Umur bibi sudah 38 tahun tapi tubuhnya masih terawat dan wajahnya manis.
“Den edo mau bilang apa?” Tanyanya
“Gini lo bi.....” aku pun menjelaskan panjang lebar tentang kejadian beberapa saat yang lalu
“Gtu ya den...” katanya tidak percaya
“Iya bi. Bibi janji ya jangan bilang mama” pintaku memohon
“Iya den bibi janji ga bilang nyonya” jawabnya sambil tersenyum tipis
“Den edo kan masih kecil ga baik nonton gituan” katanya tuk menasehatiku
“Habis aku kan penasaran bi” jawabku membela diri
“Tpi den kalau pingin nanti gmna? Den edo kan belum nikah” katanya
“Ya coli aja bi sampe kluar” jawabku lagi meyakinkan
“coli itu apa den?” Tanyanya penasaran sambil melihat kearahku
“Coli itu gini bi....” aku pun menheluarkan kontolku dan coli disampingnya
“Ihh...den edo kok di keluarin lagi sih itunya!!!” Katanya terkejut sambil memalingkan muka dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
“Katanya bibi pingin tau??” Kataku
“ Iya den tapi g perlu dibuka gitu” jawabnya dan masih sambil menutup wajahnya
“Emang kenapa bi?” Tanyaku sambil trus coli disampingnya tanpa mempedulikannya
“Bibi kan malu den” jawabnya
“Kok bibi malu? Aku aja yang buka celana ga malu” jawabku menantang
“Iya sih den, tapi....” Sambil menoleh k arahku dan melihat kontolku walau masih malu2
“Bibi kalau pingin liat, liat aja bi” tawarku
“Punya den edo gede ya” katanya sambil malu2 dan wajahnya memerah
“Emang segini gede ya bi?” Tanyaku penasaran
“iya den, punya suami bibi aja gak segitu” katanya sambil tersenyum malu
“ini bi pegang aja” aku langsung menarik tangannya dan menaruhnya di kontolku
“Ihhh..den..kok.... bibi kan malu” Katanya terkejut dengan apa yang kulakukan tapi dia tak melepaskan tangannya dari kontolku malah kemudian bibi mengocoknya perlahan.
“Iya bi gtu kocokin....aahhhh....aahhh...enak bi”
“Bibi malu den, den edo nakal” katanya malu
“Bi, rasanya gituan gmna? Bibi kan dah nikah psti tau” tanyaku
“ Ya gtu den” jwabnya malu
“Gtu gmna bi? Ayo critain bi” paksaku
“Y gtu den, awalnya sakit den lama2 enak” jawabnya sambil tersenyum malu
“Kok sakit bi?” Tanyaku penasaran
“Kan pas di prawanin Sakit den, perih gitu” jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya
“Gtu ya bi. Bibi jauh dari suami emang g pingin bi?” tanyaku memancing
“Ya pingin den, pngin bnged malah” jawabnya malu
“Trus bi, lampiasinnya gmna?” mencoba terus memancingnya
“Ya gtuan den” jawabnya dengan wajah yang semakin merah
“Sama siapa bi?” Tanyaku penasaran
“Sama itu....satpam komplek den” jwabnya malu sambil menundukkan wajahnya
“Hah....yang mana bi, pak ujo atau ujang?”
“Dua2nya den” jawabnya sambil menunduk malu
“Enak ga bi?” pancingku lagi
“Enak bnged den, puas bnged” jawabnya dengan antusias
“Bi, ayo gtuan sma edo? Edo jga pingin bi” pintaku memohon
“Jngan den, den edo masih kecil” tolaknya
“Please bi, edo pngin bnged” rengekku
“Bibi g bisa den”
“Bentar aja bi”
seraya kutarik kepalanya hingga wajahnya mendekati kewajahku, kulumat mulutnya dengan rakus kami saling berpagutan, kurasakan lidahnya bermain didalam mulutku, lidah itu mulai menggelitik-gelitik rongga mulutku dan lidahku, air liurnya kurasakan menetes dalam mulutku yg kuhirup dengan rakus dan kutelan.
Puas kami berciuman, kubuka daster tipis bi ratih yg masih membaluti tubuhnya, tampaklah tubuh yg sebelumnya terbalut oleh daster itu, tubuh yg putih, mulus nyaris tanpa noda, kuraba mulai dari leher, bahu, lalu punggungnya, kurasakan kulitnya begitu lembut dan halus. Kini pandanganku tertuju pada buah dada yg masih terbungkus oleh bra, buah dada yg indah walaupun hanya kulihat belahannya saja dari atas, tak sabar aku untuk melihat secara keseluruhan, kubuka kawat pengaitnya sambil bi ratih membantu membukakannya, dan kali ini terpampanglah didepan mataku buah dada yg indah dan lumayan besar, bentuknya itu sangat proporsional, bulat dan padat.
Dengan gemas kuremas payudara itu dengan kedua tanganku, tentu saja masih belum puas, kukulum putting susunya, ku emut dengan rakus, kulihat bi ratih memejamkan matanya menikmati aksi yang aku lakukan, dari mulutnya terdengar desahan yg lembut, puas mengulum putting yang sebelah kiri, kuberalih menikmati putting susu yg sebelah kanan, reaksi bi ratih semakin menjadi, kali ini tangannya merangkul kepalaku, seolah-olah tak ingin kalau aku menyudahi kulumanku pada putting susunya.
" mmmmmpppphhhhh...aaaaahhhh... dennn edoo, aaahhhhh..." gumam bi ratih pelan, seolah hanya berbicara pada dirinya sendiri.
Sekitar lima menit aku menikmati putting susu pembantuku itu, lalu kulepaskan pagutanku dari buah dadanya kukecup bibirnya dengan lembut, dan kubisikan ditelinganya.
" bi, dibuka celana dalamnya ya..? edo, pingin gituan.." bisikku dengan lembut
" jangan den edo, jangan yang itu ya.." jawab bi ratih, agak kaget sepertinya mendengar ucapanku.
Dengan sigap kulepas celana dalam yg masih membungkus selangkangannya, dan terpampanglah vagina bi ratih didepan mataku, memek yg indah, dengan bibir vagina yg tidak terlalu tebal berwarna agak kemerahan, bulu-bulu halus menghiasi bagian atasnya, jembutnya tidak terlalu lebat pikirku, mungkin habis di cukur.
lalu kedua kakinya kurentangkan, dan, wooww sampai menelan ludah aku saat menyaksikan memek bi ratih yang terbuka memperlihatkan betapa lubang memek itu berwarna merah jambu dengan Klentit yg mungil, tak kuasa aku memandangnya untuk berlama-lama, kudekatkan kontolku pada lubang memek yg terbuka lebar itu, kulirik sejenak kewajah bu ratih, kulihat bi ratih menatapku, sepertinya dia masih takut dengan apa yg selanjutnya akan aku perbuat.
dengan bantuan tanganku kubimbing agar ujung kontolku tepat kearah yg kuinginkan, yaitu lubang senggamanya, setelah kurasakan pas, bless..kutekan dengan perlahan, licinnya cairan memek bi ratih mempermudah batang kontolku menembus lubang memeknya, kulihat desahan lembut bi ratih bersamaan dengan proses masuknya batang kontolku untuk yg pertama kalinya.
Saat sedang asik memompa memek bi ratih tiba2 terdengar suara mobil dan pintu garasi yang d buka. Gawat mamaku sudah pulang ternyata, padahal lagi asik asiknya mompa memek bi ratih.
“Den udah den, nyonya udah pulang den nanti ketahuan” kata bi ratih dengan wajah yang takut dan mencoba berusaha untuk melepaskan tubuhnya dari tindihanku
“iya bi” jawabku dengan raut wajah yang kecewa
Kulepas kontolku dari memeknya dan kupakai celanaku. Kulihat bi ratih juga memakai dasternya kembali. Setelah selesai akupun segera keluar dari kamar bi ratih. Sampai di ruang tengah aku pura pura ketiduran sambil nonton tv. Mama kemudian masuk dalam rumah dan berjalan kearahku.
“edo sayang..kok bobo dsini??? Edo...edo...ayo bangun sayang pindah ke kamar” kata mama mencoba membangunkanku yang pura pura ktiduran.
Aku pun bangun dan langsung memeluk mamaku dengan ekspresi pura pura ngantuk. Kupeluk erat mamaku dan kubenamkan wajahku di dadanya yang besar itu. Tubuh mama lebih tinggi dariku sehingga saat memeluk wajahku pas di dadanya. Mamaku tidak risih karena aq sudah sering melakukannya dan mamaku hanya memanggapnya sebagai sikap manjaku.
“Mama kok baru pulang?” Tanyaku Sambil memeluk mama
“Tadi ada meeting sayang. Bobo d kamar sana” jawab mama
“gendong ma????” Pintaku manja sambil terus menguatkan pelukanku dan terasa dadanya yang besar menempel di wajahku.
“Udah gede kok masih minta gendong” jawabnya sambil mengusap usap kepalaku
“mending minta gendong ma daripada minta nyusu ....hehe” godaku siapa tau di kasih
“anak mama mau susu, susu apa?” Tanya mama penasaran
“Susu mama” godaku sambil membenamkan wajahku di dadanya
“Iiihhhh...kamu ini kyak anak bayi aja” jawab mama sambil tersenyum dan memelukku
“Pingin jadi bayi aja biar ga di tinggalin mama terus” jawabku agak ngambek
“Anak mama ngambek ya??!! Maafin mama ya sayang jarang nmenin kamu di rumah. Ya udah bobo k kamar sana besok pagi mama kasih hadiah buat permintaan maaf mama karena sering ninggalun kamu” jawab mama sambil tersenyum manis.
“hadiah apa ma?” tanyaku penasaran
“rahasia dunk sayang” jawab mamaku dan semakin membuatku penasaran.
“Sekarang aja ma hadiahnya biar g penasaran?” Pintaku
“Besok sayang” kata mama sambil memencet hidungku
“Iya deh ma” aku pun langsung menuju kamar. Dikamar aku langsung mengocok kontolku karena aksi yang tertunda dengan bi ratih tadi. Aku membayangkan ngentotin bi ratih sambil coli dan tak lama kemudian spermaku muncrat. Lega rasanya walaupun sedikit kecewa.
Kira2 besok mama ngasih kado apa ya, aku jadi kepikiran. Apa mama mau kasih game baru atau ngajak liburan. Entahlah, karna lelah akupun tertidur.
Keesokan paginya
Aku keluar kamar tapi tampak sepi, mungkin mama masih tidur. Karna haus akupun pergi ke dapur. kudapati bi ratih di dapur sedang mencuci piring-piring dan gelas. Bi ratih menoleh dan tersenyum manis dan malu menyambut kehadiranku, mungkin karna kejadian kemaren malam. Timbul niat isengku menggoda, kurapati bi ratih yang saat itu masih berdiri di depan meja cucian piring, aku langsung memeluk dari belakang mencumbui bi ratih. Mengecupi lehernya sambil kedua tanganku meremasi bukit susunya. Karuan bi ratih menggeliat-geliat dengan muka malu-malu geli, ingin menghindar tapi mana mau kulepas begitu saja. Akhirnya dia diam saja membiarkan aku menggerayangi tubuhnya, dia sendiri tetap meneruskan mencucinya karena dipikirnya mana mungkin aku berani mengajak dia untuk waktu yang senekat ini.
"den edo... jangan den, nanti ketahuan nyonya den..?"
"aman kok bi, mama lagi tidur, kita lanjutin yang kemaren bi?" jawabku sambil mengangkat rok belakangnya, langsung melorotkan celana dalamnya.
Tentu saja bi ratih jadi kaget karena tidak mengira bahwa aku betul-betul serius meminta.
"Heh...den edo! Ngawur ah, ini kan masih di dapur.. nanti aja di kamar den.. kalau di sini nanti ada nyonya liat gimana?"
bi ratih masih coba memperingatkan aku agar mengurungkan kenekatanku tapi aku sudah tidak bisa menahan lagi. Malah sudah kulepas ritsleting celanaku membebaskan kemaluanku langsung menempelkan batangku di selangkangannya.
"Kasih sebentar aja kan bisa bi, dari sini kan kita bisa ngeliat ke sebelah kalau ada mama dateng.." kataku meminta sambil menenangkan dirinya.
"Ahhs dennn..!" bi ratih kontan menjengkit ketika terasa batang kontolku yang menempel di lubang kemaluannya itu sudah mulai naik mengencang.
Sempat bingung dia tapi dari semula ingin berkeras menghindar akhirnya bi ratih jadi pasrah juga, langsung melunak suaranya berbisik.
"Wih, wih den edo.. kok cepet banget sih keras itunya..?"
"Makanya itu.. edo masukin ya?"
"Iya tapi aku belum basah den.."
"Nanti edo basahin sebentar.."
"Tapi jangan lama-lama ya, nanti keburu ada mama dateng malah tambah penasaran.."
Tanpa membuang-buang waktu kupraktekkan semua yang sudah kupelajari di film porno, aku berjongkok di belakang bi ratih dan segera menyosor di lubang kemaluannya yang juga cepat memasang posisi agar lebih mudah, dengan membuka secukupnya kedua pahanya serta menunggingkan sedikit pantatnya. Sambil begitu bi ratih sendiri terpaksa menunda dulu pekerjaannya dan menunggu dengan bertopang kedua tangan di tepi meja cucian sambil pandangannya terus melekat memperhatikan ke sekitar. Niatnya memang semula hanya ingin sekedar memberi buat aku, tapi ketika terasa sedotan dan jilatanku di lubang kemaluannya ditambah lagi dengan satu jariku yang kucucukan menggeseki kecil di lubang itu, yang begini cepat saja membuat gairahnya terangsang naik. Cepat-cepat dia membilas kedua tangannya yang masih penuh sabun karena sewaktu mungkin diperlukan untuk memegangi tubuhku.
Betul juga, tepat saatnya dia selesai membilas bersamaan aku juga selesai mengerjai liang kemaluannya. Segera kubawa kontolku ke depan lubang kemaluannya dan mulai menyesapkan masuk dari arah belakang, langsung saja sebelah tangan yang masih basah itu dipakai untuk memegang pinggulku, sebagai cara untuk mengerem kalau sodokkanku dirasa terlalu kuat. Tapi rupanya tidak. Biarpun sudah dilanda gairah kejantananku, tapi aku masih bisa meredam emosi tidak kasar bernafsu. Selalu hati-hati sewaktu memompa batangku masuk meskipun bi ratih selalu menunggu dengan muka tegang. Dia baru melega setelah kontolku dirasanya sudah terendam habis di lubang kemaluannya.
"Keras sekali rasanya den..?" komentar pertamanya sambil menoleh dengan wajah sayu kepadaku di belakangnya.
Kugamit pipinya dan menempelkan bibirku mengajaknya berciuman.
"Kalau ketemu memeknya bi ratih memang jadi cepet kerasnya.." jawabku berbisik sebelum menekan dengan ciuman yang dalam.
Kami mulai saling melumat sambil diiringi gerak tubuh bagian bawah untuk meresap nikmat gelut kedua kemaluan, aku menarik dan menusuk batang kontolku, sedang bi ratih memutar-mutar pantatnya mengocoki kontolkuku di liang kemaluannya. Inipun niat semula masih sekedar melayaniku saja, tapi ternyata, dia pun dilanda nikmat sanggama yang sama, yang membawanya terseret menuju puncak permainan bersamaku.
Dari semula gerak senggama kami masih berputaran pelan, semakin lama semakin meningkat hangat, karena masing-masing sudah menumpukkan rasa enak terpusat di kedua kemaluan yang saling bergesek, sudah bersiap-siap akan melepaskannya sesaat lagi. Bi ratih tidak lagi bertopang di tepi meja tapi menahan tubuhnya dengan lurus kedua tangannya pada dinding depannya. Di situ tubuhnya meliuk-liuk dengan air muka tegang seperti kesakitan tertolak-tolak oleh sogokan-sogokan kontolkuku yang keluar masuk cepat dari arah belakangnya, tapi sebenarnya justru sedang tegang serius keenakkan sambil membalas dengan putaran-putaran liang kemaluannya yang menungging. Masing-masing sudah menjelang tiba di batas akhirnya, hanya tinggal menunggu kata sepakat saja.
"Aahs yyohh bi ratih.. edo sudah mau samppe.."
"Iya den.. sama-samaa.. sshhah-hhgh.. dduhh.. oohgsshh.. hrrh hheehh bi ayyoo.. dduuh deenn.. aaddussh hrhh.."
orgasme pertama kami berdua ini saling bertimpa mengerang mengaduh dan tersentak-sentak ketika secara bersamaan mencapai batas kenikmatan. Jika dihitung secara waktu maka permainan seks ini relatif cepat namun bisa juga membawa bi ratih pada kepuasannya. Memang hampir saja terlambat, karena baru saja aku mencabut batang kemaluanku sudah terdengar langkah kaki seseorang menuruni tangga. Ternyata mama yang datang. Bi ratih sendiri tidak sempat lagi mencuci lubang kemaluannya, buru-buru dia menaikkan celana dalamnya untuk menyumbat cairan mani bekasku yang terasa akan meleleh ke pahanya dan selepas itu dia pura-pura kembali meneruskan mencuci piring yang sempat tertunda itu.
“edo sayang, lagi ngapain nak?” tanya mamaku
“ini ma lagi ambil minum, haus” jawabku
“owh...mama mau pergi dulu ya ada urusan. Kamu ga kemana-mana kan sayang?” tanya mamaku
“aku di rumah kok ma, mau kerja kelompok sama intan. Mama hari minggu gini mau kemana?” tanyaku penasaran
“urusan kerjaan sayang. Mama pergi dulu ya?”
“iya ma” jawabku sedikit kecewa
Sejak bercerai, mama jadi tulang punggung keluarga. Karena itu mama selalu sibuk kerja dan jarang dirumah. Di hari minggu ini aku janjian kerja kelompok dengan intan temen sekolahku. Kami janjian ngerjain dirumahku. Rumahku dan intan masih satu komplek.
Satu jam kemudian intan pun datang. Intan ini anaknya cantik dan cukup populer di sekolah. Kulitnya putih dan bodynya mulus banged. Kusuruh intan masuk kedalam rumah. Kulihat intan menggunakan kaos tipis dan rok yang cukup pendek sampe terlihat paha mulusnya. Pikiran mesumku timbul, untuk menikmati tubuh temanku ini.
ilustrasi intan
“edo...bengong aja. Jadi ngerjain gak?” bentaknya
“iya...iya jadi kok. Yuk ke kamarku??” aku mengajaknya ke kamarku
Kami punmulai kerja kelompok, dan kami mulai membahas apa yang harus dikerjakan sambil mikirin gimana caranya nikmatin tubuh intan. 2 jam berlalu dan aku belum nama cara buat nikmatin intan. Kami berdua pun sudah mulai jenuh dengan kerjaan ini.
“eh...do capek nih, istirahat dulu yuk?” katanya
“iya..aku juga capek nih. Kamu haus gak aku ambilin minum ya?” tawarku
“ihhh...dari tadi kek ditawarin” jawabnya protes
“iya maaf baru nyadar kalau belum ngasih minum. Ya udah bentar ya aku ambil” aku lansung ke dapur untuk bikin minum.
Aku mencari bi ratih untuk bikinin minum tapi dia tidak ada di dapur, lalu aku cari dikamarnya. Kulihat pintu kamarnya sedikit terbuka, kuintip dan terlihat bi ratih sedang tidur. Akupun masuk kekamarnya untuk membangunkannya. Bi ratih tidur terlentang dan roknya terangkat keatas dan terlihat celana dalamnya, sungguh pemandangan yang indah dan membuatku terangsang. Bi ratih tidur dengan nyenyak, aku jadi tidak tega membangunkannya, mungkin dia lelah habis kukerjai tadi pagi. Akupun tak jadi membangunkannya.
Akupun kembali kedapur untuk membuat minuman. Dan akupun langsung kembali ke kamar. Dikamar kulihat intan sedang rebahan sambil main hp, terlihat paha mulusnya, ingin segera kunikmati.
“tan...ini minumnya” kataku
“lama banged sih bikinya?” dia pun bangkit dari tidurnya
“tadi ke kamar mandi bentar” jawabku
Tiba-tiba Akupun mendapat ide bagaimana untuk menggoda intan. Aku akan mengajaknya nonton film porno siapa tau dia terangsang. Tapi resikonya bukannya terangsang tapi malah marah2. Akupun jadi sedikit ragu. Akhirnya kuberanikan diri untuk melakukannya.
“intan....?” panggilku
“yup” jawabnya sambil menikmati minumnya
“aku punya film bagus, mau nonton gak?” ajakku
“film apaan?” tanyanya
“udah liat aja, bagus kok” jawabku meyakinkan
Kunyalakan kompeterku dan kuputar film panas itu. film-filmnya adalah jenis vivid dengan tema seks yang cukup halus. Tampaknya intan akan sangat menyukainya, ah pucuk di cinta ulam pun tiba. kuamati roman mukanya. Kukatakan tidak usah malu, karena itu hanya film saja (tidak sungguhan). Muka intan tegang, setiap ada adegan orang berpelukan (cuma berpelukan). Sambil duduk bersandar intan tetap memperhatikan film yang tampaknya mulai memanas itu. Kini acara di film mulai ke adegan yang cukup panas, seorang wanita melepas pakaiannya sehingga tinggal pakai celana dan BH dalam saja. Film terus berputar, nafas intan mulai memburu, malah aku khawatir kalau dia sakit, dia tampak pucat entah takut apa bagaimana, aku tidak tahu.
Perlahan aku mulai meletakan tanganku diatas tangan intan yang dia letakan di pahanya. Intan kaget dan menarik tangannya, sehingga tanganku tak sengaja menyentuh pahanya. Dia pun lantas menyingkirkan tanganku dari pahanya. Dia hanya diam saja tidak berucap apa” dan tetap fokus pada film.
Aku pun perlahan kembali meletakan tanganku di kaki intan yang masih tertutup roknya. Aku mengusap perlahan betisnya. Dia tetap berusaha konsentrasi menonton, namun tangannya berusaha menolak elusan tanganku. Tapi aku malah semakin berani dan mulai mengelus pahanya.
“aaah plis edo.. jangan” dia mendesah dan menolak tindakanku. Tapi kali ini tangannya tidak berusaha menyingkirkan tanganku.
Aku pun menarik dagu intan dan mengarahkan wajahnya kearah wajahku. ku tatap matanya dan perlahan ku cium bibirnya. Kunikmati sejenak sensasi yang menjalar diseluruh tubuhku. Bibirku mulai mengulum bibir intan. Sejenak dia nampak menikmati, namu tiba2 dia memundurkan wajahnya dan tampak menitikan air mata.
Sejenak aku merasa bersalah tapi sayangnya nafsu telah menguasai diriku. Aku kembali mencumbunya dan tak ada perlawanan. Intan hanya terdiam dan sedikit terisak. Tanganku mulai meraba payudaranya dari luar kaos putihnya. Yaa benar seperti perkiraanku. Payudara intan tidaklah besar seperti punya bi ratih dan mama, maklum masih 13 tahun. Namun sangat ranum dan kenyal. Aku mulai remas perlahan payudara intan dan lidahku mulai merangsek masuk kedalam mulutnya dan beradu dengan lidah intan. Dia masih mengeluarkan air mata tapi perlahan nafsu mulai menguasai dirinya. Dia mulai melenguh menikmati remasan dan pilinan tanganku terhadap payudara dan putingnya. Dia juga mengimbangi permainan lidahku di mulutnya.
Aku pun lantas melepas kaos yang ia pakai. Tapi dia sempat menolak, namun berhasil aku yakinkan dengan anggukan kecil. Aku pun mengangkat kaosnya ke atas dan melepaskannya. Kini terpampang dua buah payudara yang mungil namun kenyal dan kencang berbalut dengan bra berwana putih. Aku memeluk dan kembali melumat mulutnya. Tanganku mulai bergerak melepas pengait branya dan melepas branya. Aku meremas pelan payudara intan yang terasa sangat kenyal. Aku lepaskan lumatanku dimulutnya. Sejenak aku perhatikan payudaranya yang mungil tapi sangat indah itu.
Lalu aku pun memajukan bibirku dan menciumi payudara intan. Kuhirup perlahan aroma payudaranya sembari lidahku mulai menyapu putingnya. Aku mulai menjilati payudaranya sebelah kanan. Sementara tangan kananku bergerilya di payudaranya yang menganggur.
“aaaah....edooo.... pelan” intan mendesah pelan ketika aku menyedot putingnya yang sudah mengeras. Putingnya yang merah kecoklatan itu masih sangat mungil, sepertinya belum pernah dijamah sebelumnya. Nafasku berhembus lembut ke putting intan. Lalu aku menggigit pelan putingnya yang direspon dengan sedikit aduhan dari intan. Aku sangat menikmati payudara intan. Setelah puas menikmati payudara intan. Aku beranjak untuk melepas celana dan celana dalam yang aku pakai. Terpampanglah penisku yang ukurannya cukup besar untuk seumuranku. intan nampak memalingkan wajahnya.
Perlahan aku turunkan celana pendek dan celana dalamnya bersama hingga Intan sepenuhnya bugil dan ini yang membuat dia malu. Untuk membuat Intan tidak merasa canggung aku mencumbunya lebih ganas lagi sehingga kini Intan mendesah lebih keras lagi dan tangan kanannya meremas kaosku untuk menyalurkan gairahnya yang mulai memuncak. Bibirku kini mulai menjalar kebawah menuju vaginanya yang tertutup kumpulan bulu hitam yang tpis dan jarang, perlahan aku angkat kedua pahanya hingga posisi selakangannya terlihat jelas. Samar-samar terlihat lipatan berwarna merah di vaginanya dan aku tahu baru aku yang melihat surga dunia milik Intan.
Kini bibirku mulai menjilati vaginanya yang mulai banjir dengan halus agar Intan tidak merasa geli dan ternyata rencanaku berjalan lancar, desahan yang tadi menghiasi cumbuanku dengan Intan kini mulai diselingi lenguhan dan jeritan kecil yang menandakan kenikmatan luar biasa yang sedang dirasakan temanku ini. Semakin lama semakin banyak lendir yang keluar dari kemaluannya yang membuatku lebih bergairah lagi.
“edo... aku mau pipis, plis stop dulu.” Intan nampaknya akan mendapatkan orgasme pertamanya. Seperti dia belum pernah mengalami hal tersebut.
“tenang intan, sebentar lagi kamu akan ngerasain kenikmatan yang belum pernah kamu rasain.”
Aku pun semakin liar menjilati dan menyedot klitoris intan, jariku pun mengelus bibir vagina intan.
“aaaaahhh...edo... aku pipisssss.” tiba-tiba seluruh tubuh Intan kejang dan suara lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua tangannya meremas kuat kasurku. Dengan diiringi lenguhan panjang Intan mencapai klimak, tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat sepasang teteknya mengeras sehingga membuatku ingin meremasnya dengan kuat. Setelah kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya yang habis terkuras membuat tubuhnya yang bugil menjadi lunglai, dengan kepasrahannya aku menjadi sangat ingin segera menembus vaginanya dengan penisku yang sedari tadi sudah tegang.
"Intan merasa sangat aneh, bingung aku jelasin rasanya" katanya dengan perlahan.
"Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut kalau terjadi apa-apa," sambil memelukku erat. Sambil kukecup keningnya, aku jawab kekhawatiranya.
"Ini yang disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan sebagian. Intan nggak perlu takut atau khawatir soal ini" sambil kubalas pelukannya.
Setelah nafas intan kembali normal, aku kangkangkan kaki intan dan mengarahkan penisku ke vagina intan.
“edo.. plis aku belum pernah begituan.” Nampak intan kembali meneteskan air mata. Sejenak aku merasa bimbang untuk memasukkan penisku ke vagina intan. Tapi karena memang nafsu ku saat ini sedang superior, membuatku tetap meneruskan aksiku. Intan mulai menangis tapi dia tidak melakukan perlawanan.
Kugesekan penisku ke vagina intan. Dan perlahan kepala penisku mulai menyeruak masuk vagina intan. Ohhhh vagina intan sangat sempit, beda banged sama punya bi ratih. Intan sedikit memekik ketika penisku mulai masuk. Aku melesakan perlahan penisku agar bisa masuk seluruhnya. Intan meringis kesakitan dan mengaduh. Bener kata bi ratih, waktu di perawanin perempuan akan merasakan sakit.
Ketika penisku sudah masuk setengahnya intan kembali mengeluarkan airmata. Namun dengan satu hentakan membuat air mata intan mengalir lebih deras dibarengi teriakan kesakitan intan. Sejenak ku biarkan penisku didalam vaginanya, agar vaginyanya menyesuaikan. Perlahan aku mulai memaju mundurkan penisku. Ooh rasanya sangat nikmat, vagina mungil intan memberikan kenikmatan yang luar biasa. Aku mulai genjot perlahan. intan masih nampak kesakitan, tapi tidak sesakit ketika pertama kali vaginanya dimasuki kontolku. Ketika aku menaikan tempot pompaan, tampak intan mulai menikmati permainanku. Dia mulai mendesah keenakan. Tanganku ikutmerangsang intan dengan memainkan payudaranya. Remasanku di payudaranya membuat dia tidak bisa menahan kenikmatanyang menjalar di sekujur tubuhnya.
Perlahan aku gerakkan penisku keluar-masuk liang vaginanya hingga menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin kencang aku gerakkan penisku hingga memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yang aku dan Intan keluarkan untuk mengekspresikan kenikmatan yang kami alami sudah tidak terkendali lagi, hampir 15 menit aku menggenjot vaginanya yang baru pertama kali dimasuki kontol hingga aku merasa seluruh syaraf kenikmatanku tegang. Rasa nikmat yang aku rasakan saat spermaku keluar dan memasuki lubang vaginanya membuat seluruh tubuhku menegang, aku lumat habis bibirnya yang memerah hingga Intan dan kedua tanganku meremas teteknya yang mengeras. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh Intan yang lama ada dianganku.
Kami berdua tergolek lemah seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk tubuh Intan dengan erat agar dia tidak galau dan setelah tenagaku pulih aku berusaha memakaikan baju padanya karena Intan tidak mampu berdiri lagi. Saat aku hendak mengenakan CD aku lihat sedikit bercak merah dipahanya dan aku bersihkan dengan CD ku agar Intan tidak tahu kalau perawannya sudah aku renggut tanpa dia sadari.
bersambung