Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Nakalnya Senyum Istriku (WARNING : CUCKOLD CONTENT)

Sudah baca?

  • Dibalik teduhnya senyum ibuku

    Votes: 51 75,0%
  • Terjebak hasrat (Lisa dan Labirin)

    Votes: 32 47,1%

  • Total voters
    68
  • Poll closed .
Stories are stories that explain how something happened (events, happenings, etc.), stories have many genres, one of which is adult stories. Adult stories offer more intimate, emotional, and often exciting stories. Don't miss it, visit our website. https://ceritazeks.*************/
 
07 | PRA TAK DIKENAL

Aku menambah menu demi bisa lebih lama untuk duduk di atas meja yang kini mulai kosong, sedang istriku sedang membuatkan minum dari pojok dapur untuk pria tak dikenal, meski pria itu memakai seragam satpam komplek.

Memang ada beberapa satpam yang bertugas pada komplek tempat aku tinggal tapi baru kali ini aku melihat wajah baru. Pria itu duduk dengan menggenggam pentungan berwarna hitam dan topi cokelat yang masih menempel pada kepala.

“silakan diminum pak” ucap istriku yang datang namun kali ini sudah memaki rok panjang meski masih memkai kaus tanpa daleman itu.

“terimakasih bu” balas satpam komplek yang aku baru tahu bernama Dasep saat istriku berkenalan.

“jadi ada apa ya pak?, kebetulan suami saya lagi dirumah kakek – nenek dari anak - anak” lajut istriku.

“Jadi gini bu, saya baru denger dari Pak RW kalo ibu menjadi penanggung jawab ibu-ibu komplek.”

“betul pak”

“Perkenalkan saya Dasep bu, ngegantiin Pak Agus yang pulang kampung.” Lanjut Dasep dengan gigi ompong nya.

“Oalah, saya Elsa. Jadi mau ambil Sepatu ya?” tanya istriku dengan senyuman khas nya.

“iya bu.” Mendengar itu istriku hanya mengangguk dan berjalan kearah belakang.

Dan benar saja mata pria dengan kulit hitam legam itu tak lepas dari gerakan pinggul istriku yang terlihat molek, belum lagi udara yang masih dingin membuat siapa saja akan berpikiran mesum.

Tak lama istirku kembali datang dengan sebuah box berwarna cokelat dan berjlana pelan seblum duduk kembali dan menaruh barang yang ia bawa diatas meja ruang tamu.

“makasih bu, jadi besok langusng kerja saja ya bu?” tanya Dasep yang aku oerhatikan seperti bergerak gelisah karena aku pun paham saat menaruh box diatas meja tubuh istriku merendah hingga terlihat gundukan kenikmatan yang hanya terbungkus kaos tipis.

“Iya pak, oh iya saat ini umur nya berapa?” tanya istriku yang mendorong gelas sebagai isyarat untuk diminum oleh Dasep.

“saya baru 45 tahun bu, hehe” jawab Dasep dengan tawa aneh nya.

“waduh saya kira masih 30 akhir pak” balas istriku yang anehnya membuat aku semakin menikmati obrolan mereka.

Aku mengelus dahi pelan saat basa-basi istriku seperti menahan seseorang agar tetap disampingnya atau mungkin pendengaran ku yang sudah berubah saat tahu dia ada main dengan Pak Soni sejak kemarin.

Lampu tempat aku makan mulai meredup dan dengan cepat aku keluar dan kembali kedalam mobil dengan telinga yang masih terfokus pada aplikasi cctv pada gawai ku.

Aku terpaksa mendengarkan karena berusah fokus pada jalan didepanku, ada rasa ingin menepi untuk bisa melihat secara langsung. Tetapi pesan dari anak-anak ku sebelumnya membuat aku hanya bisa menahan rasa penasaran yang jauh lebih besar dari sebelumnya.

Jalanan tampak sepi saat memasuki jam sepuluh malam sedang mobilku berjalan santai dengan kecepatan stabil. Berusaha meremas stir dan tetap fokus meski telingaku tersumpal earphone yang mengeluarkan suara istriku yang tertawa kecil.

“Bapaknya masih seger ya, kalo boleh tau tinggal dimana?” tanya istriku yang membuat kening ku berkerut.

Apa maksud Elsa menanyakan begitu banyak hal pada satpam jelek jika tujuan nya hanya untuk mengambil sepatu. Aku seperti kehilangan ingatan tentang istriku yang selama ini aku kenal – belum lagi ingatan tentang desahan kerasnya berputar dikepalaku hingga saat ini.

“Kala asli saya dari kampung mba, disini ngerantau setelah istri saya meninggal” jawab Dasep.

“aduh maaf Pak, jadi gak enak” ucap istriku yang tak bisa kulihat posisinya kali ini karena sebentar lagi akan sampai menuju rumah mertuaku.

Setelah ucapan itu telingaku tak lagi bisa mendengar suara apapun yang semakin membuat keningku berkerut dengan rasa penasaran untuk segera membuka gawai. Tetapi kini aku sudah berada di depan gerbang utama komplek mertuaku yang membuat aku mempercepat laju mobilku.

Persetan dengan istriku yang sedang asyik dengan pria baru yang jelas saat ini aku harus menjemput ank-anak ku yang ingin cepat pulang. Hal ini adalah permintaan anak ku yang sama sekali tidak diketahui oleh istriku.

Dan benar saja kedua anak ku sudah berdiri didepan rumah dangan tas lucu yang seang mereka gendong.

“Ayahh” ucap anak keduaku yang langsung berlari sebelum memeluk diriku.

Hangatnya tubuh anak ku membuat pikiranku melayang bahkan bercabang, bagaimana jika saat aku pulang istriku bersama seoarng satpam jelek itu.

“Ayo yahhh” ucap anak pertamaku yang ternyata sudah berada didalam mobil dan membuat aku melepaskan pelukan dan memilih untuk pamit pada mertua ku.

Aku kembali berada dibalik kemudi, berbeda dengan sebelumnya kali ini suasana mobil tampak hening setelah setengah jam perjalan yang membuat kedua anak ku sudah tertidur pulas. Keringat dingin tiba-tiba muncul begitu saja dari sudut dahiku, aku memikirkan tentang apa yang sedang terjadi dirumahku saat ini.

Lampu merah sedang menyala dan kendaraan sudah mengambil posisinya masing-masing. Aku memilih menyalakan gawaiku yang sebelumnya mati tiba-tiba, benar saja ternyata gawai ku butuh daya untuk mengisi baterai yang sudah habis.

Aku hanya melenguh mengeluarkan napas kasar dan semakin kesal saat tak menemukan kabel yang menjadi penghubung antara mobil dengan gawai ku. Kendaraan yang berada dibelakang ku sudah mengeluarkan suara klakson yang membuat aku terpaksa untuk kembali jalan tanpa sempat mengisi daya pada gawaiku.

Aku mengetuk resah stir mobil yang sudah panas setelah aku meremasnya kencang menahan rasa penasaran yang kian menjadi saat membayangkan jika istriku sudah digerayangi oleh tangan hitam milik Dasep si satpam komplek.

Tapi lagi-lagi aku memepertanyakan posisiku sebagai suami yang dengan senang mengharapakan jika istriku kembali bermain dengan pria lain yang sialnya adalah seorang satpam komplek.

Napasku memelan saat sudah berada didepan sebuah gerbang berawarna hitam dengan lampu kuning yang membendar dari arah dalam. Namun, satu hal yang janggal adalah gerbang rumahku yang terbuka setengah dengan motor matic jadul yang terparkir dekat selasar rumahku.

Aku melirik sebentar pada anakku yang masih tertidur dengan mulut yang terbuka, aku kembali menatap isi rumah yang terang. Aku bergerak untuk membuka kaca mobil dan memilih untuk keluar dari mobil tanpa membawa kedua anak ku.

Langkah ku bergerak pelan dan merasa aneh sendiri karena mencoba bersembunyi didalam rumahku sendiri. Mencoba tak emngeluarkan suara Langkah dan berjalan menuju ruang tamu yang tak terkunci.

KRET….

“Ahhhhh”



---



“Ayah!” ucap istriku dengan nada kencang yane memebuat aku terkejut termasuk Dasep yang sedang memegang segelas kopi.

“Ehh, lagi apa ni?” tanya aku dengan cepat.

Istriku tampak membenarkan posisi duduknya yang semula mencondongkan tubuhnya ke arah Dasep yang kali ini hanya bisa tertunduk memeluk box sepatu.

“Ehh, ini kenalin yah satpam baru komplek kita” ucap istriku yang berdiri untuk mendekati ku sedangakan Dasep hanya bisa menganggukan kepala.

Aku pun menyambut tangan istriku yang sudah terangkat untuk salim pada ku, setelah itu aku kembali berjalan menuju mobil untuk menggendong anak ku yang masih tertidur. Istriku ikut membantu dengan menggendong anak keduaku yang sudah lelap dalam tidurnya.

Saat melewati ruang tamu Dasep hanya menunduk seperti menahan rasa canggung terlebih senyum kecilnya yang semakin membuat suasana semakin aneh. Aku membenarkan letak selimut pada anak pertamaku dan memilih untuk kembali pada ruang tamu yang masih di isi Dasep si satpam jelek.

Aku mengulurakan tangan dengan mencoba agar mimik muka ku se ramah mungkin dan Dasep pun menyambut dengan menurunkan box sepatu nya.

“Saya Feri”

“Dasep Pak” jawabnya yang langsung melepaskan genggamanku.

“Udah lama?” tanya ku ambigu.

“maaf Pak, maksudnya?” tanya Dasep yang menunduk.

“Jadi satpam” lanjutku sembari memundurkan tubuhku hingga mengenai sisi belakang dari sofa.

“Oalah, udah lama pak. Sebelumnya saya jaga swalayan di perempatan deket SMA” jawabnya yang membuat aku hanya mengangguk.

Istriku tampak membuka pintu kamar anak keduaku dan berjalan santai menuju arahku, Dia duduk kembali pada posisi semula saat aku datang.

Waktu seakan berjalan lambat saat aku dengan jelas meliat payudara istriku yang tercetak dengan jelas terlebih kausnya berwarna putih yang samar-samar memperlihatkan puting nya yang mengacung. Namun, bukan itu yang aku perhatikan tapi ada mata pria lain yang sejak tadi menunduk kini sudah fokus pada dada istriku.

“EHEMM” Aku berdehem saat suasana menjadi semakin aneh dan aku mengelus pergelangan tanganku yang terlilit jam tangan.

Namun dasar satpam dengan iq rendah, pria itu malah tersenyum dan kembali mengambil gelas yang berisikan kopi. Melihat itu aku hanya bisa menahan rasa gemas dengan menggigit gigi geraham ku bahkan muka ku seperti kepiting rebus saat ini.

Sedang istirku hanya tersenyum dan melanjutkan obralan dengan Dasep tanpa memperhatikan aku yang sudah meremasi tangannya.

“Kang Dasep maaf nih, sudah malam” ucapku memberanikan diri yang langsung mendapatkan tatapan kesal dari istriku.

“ehhh, aduh maaf pak keasikan ngobrol sama Ibu Elsa” ucap Dasep sembari menaruh gelas yang sudah tak berisi.

“Yaudah Saya ijin pamit dulu ya…” ucap Dasep yang langsung berdiri. Bertepatan dengan itu istriku ikut berdiri.

“AYAHHHHH” Aku terkejut tiba-tiba anak pertamaku teriak dan dilanjut dengan tangisan nya yang begitu keras hingga istriku dan Dasep ikut menoleh pada kamar dengan pintu berwarna putih itu.

“Samperin yah” ucap istirku dengan kening berkerut itu. Ada rasa enggan tetapi tangisan anak ku semakin kencang dan memaksa ku untuk berlari kedalam kamar.

Anak ku masih tertutup selimut meski keringat membasahi keningnya dan dengan cepat aku menempelkan telapak tanganku pada kening anak ku itu.

‘panas’ batinku. Aku memilih keluar kamar setelah mengusap pelan tubuh anak ku. Saat sudah berada di depan pintu kamar anak ku, keberadaan istriku dan Dasep tak terlihat.

Jantungku memacu lebih cepat dari biasanya dan memlih untuk masuk kembali kedalam kamar anak ku yang masih meringis itu.

Duduk disampingnya dan menepuk pelan lengan kirinya sedang tangan kaannku mulai memebuka gawai yang tersambung kabael pengisi day aini.

Kini tampilan gawaiku sudah berisi tampilan isi rumah dan aku merasa bodoh saat lupa jika kamera cctv tak menampakan kondisi diluar rumah. Aku bergegeas kearah depan rumahku melewati arah dapur yang tersambung oleh garasi.

Aku berjalan dengan waktu saat ini karena rasa penasaran yang begitu hebat saat tahu istriku keluar bersama dasep tanpa mengjaak diriku. Sial!.

Aku sudah berada di depan pintu garasi yang terutup dan berusah mencari celah agar bisa melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan oleh istriku. Aku melilhat celah dari cahaya yang masuk kearah dalam, namun sayang tak ada satu sinar pun yang masuk bahkan terlalu gelap untuk melihat barang yang ada didalam garasi ini.

Namun, jika kau berjalan kearah ruang tamu maka dengan jelas aku bisa melihat sandiwara istriku yang kembali seperti istri yang aku kenal selama ini. Aku mengangkat pandangan pada ventilasi berbentuk persegi diatas pintu garasi dan menoleh kerah belakang.

Tangga.

Aku segera mengambil tangga berwarna silver itu untuk meniggikan posisi pandangan ku sehingga bisa dengan jelas melihat kondisi diluar rumahku. Membukanya dengan berusaha tanpa membuat suara, kini aku sudah berada pada anak tangga petama dengna lutut yang bergetar.

Memang meski aku seoarang arstiek sampai saat ini aku masih ketakutan pada ketingian terlebih batang tangga yang kunaiki hanya bertumpu pada lantai garasi yang cenderung cukup licin jika menunpu tubuh ku.

Dengan keberanian yang tiba-tiba muncul aku melanjutkan pada anak tangga kedua dan tetap saja rasa nya aku esperti akan mati jika melanjutkan hingga anak tangga kelima. Telapak tanganku mengeluarkan keringat dingin sehingga peganganku pada batang tangga menjadi sedikit lebih licin.

Aku mencoba menarik napas pelan untuk lebih tenang saat ini dan dalam satu hentakan napas besar aku melanjutkan langkah pada anak tangga ketiga, keempat bahkan aku kini sudah berada di anak tangga kelima.

Tanganku sudah bisa menggapai ventilasi dengan mudah dan aku mulai meninggikan posisi kepala agar pandanganku bisa dengan jelas melihat kearah luar.

‘anjing!’

Batinku berteriak saat tahu pandangan pada ventilasi ini terhalang jaring-jaring untuk menyaring serangga yang akan masuk dari luar belum lagi pandanganku hanya bisa melihat mobilku dan gerbang diarah depan. Sedang posisi istriku yang berada didepan gerasi tak bisa terjangkau oleh penglihatan mataku.

Aku mengeratkan genggaman pada ventilasi yang sudah berdebu ini, namun pikiranku seperti kosong dan merasa tak berguna sebagai kepala keluarga yang saat ini malah berharap jika istroiku berseleingkuh dengna prai baru.

Namun dari sini aku bisa mendengar dengan jelas apa yang di obrolkan oleh dua manusia kurang ajar dibawahku ini. Berbeda dengan rencana sebelumnya kini aku memilih untuk mendekatkan telinga kearah ventilasi dan mencoba untuk berfokus pada pendengaranku dengan menutup kedua mataku.

Aku masih ingat pada sebuah tayangan di televisi yang berkata jika kita memfokuskan pada satu indera maka indera itu akan berkerja lebih baik, dan kini dengan suasana yang temaram aku memejamkan mata dan berusaha berfokus pada suara diluar.

“makasih ya bu Elsa kopi nya tadi” ucap Dasep.

“santai aja kali Pak, Cuma kopi aja.” Balas istriku dengna nada yang aku duga dibuat sedikit manja itu.

“emang ada apalagi selain kopi?” balas Dasep yang aku duga sudah tak konsen dengan dada istriku yang sejak tadi mengacung itu.

“susu hihi” sialan, benar saja jika istriku kini lebih berani meski tahu aku tadi kedalam untuk mengurusi anak pertama.

“boleh bu?” aku mengerutkan kening dan berusaha mengimajinasikan apa yang terjadi diluar, mana mungkin istriku kembali ke dalam rumah dan membuatkan segelas susu.

“ahhhhh”

‘anjing!’ batinku saat mendengar lirihan desahan yang keluar dari mulut istriku yang aku tak tahu sedang berbuat apa.

BERSAMBUNG...


 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd