Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[nabirongx] Kisah Winda 1

Keren abis, jarang dapat cerita dewasa dalam bahasa daerah sumatera barat ... top karyanya ... manteng nunggu lanjutan kisah si uda ...
 
Ini adalah thread pertamaku.

Cerita ini adalah tulisanku. mudah-mudahan ada yang masih ingat dengan id yang aku gunakan ini, id yang sama yang ku gunakan di forum yang kini telah alm. Cerita ini pernah di muat pada forum yang telah alm. Aku mencoba menyajikan cerita ini kembalai dengan melakukan perbaikan-perbaikan di sana-sini.Semoga dapat di terima dan memuaskan pembaca sekalian.

Terima kasih

nabirongx




Cerita lainnya...

# # # # # # # # # # # #

KISAH WINDA 1
(Eps : kenikmatan terbalut guna-guna)
(RENEW VERSION)

Kisah ini di mulai saat Winda seorang ibu muda, 26 tahun yang telah bersuami dan mempunyai seorang anak berumur 1 tahun di tempatkan di Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman. Kabupaten ini terletak di Propinsi Sumatera Barat. Demi karirnya di sebuah Bank swasta pemerintah, ia terpaksa bolak balik Padang - Lubuk Sikaping tiap akhir minggu mengunjungi sang suami yang menjadi dosen pada sebuah Perguruan Tinggi di kota Padang.

Awal Winda mengenal Johan sejak Winda kost di rumah milik kakak perempuannya. Winda tidak begitu mengenal, Winda hanya menganggukkan kepala saja saat bertemu dengannya. Diapun begitu juga pada Winda. Jadi mereka belum pernah berkomunikasi langsung. Yah, sebagai adik pemilik rumah tempat kostnya, Winda harus bisa menempatkan diri seakrab mungkin. Apalagi sifatnya yang suka menyapa dan memberi senyum pada orang yang Winda kenal. Winda tahu diri sebab Winda adalah pendatang di daerah yang cukup jauh dari kota tempat Winda bermukim.
[/FONT]
Begitu juga dengan latar belakang Johan Winda tidak begitu tahu. Mulai dari statusnya, usianya juga pekerjaannya. Perkenalan mereka terjadi di saat Winda akan pulang ke Padang. [/URL]
Saat itu hari jumat sore sekitar jam 17.30. Winda tengah menunggu bis yang akan membawanya ke Padang, maklum di depan rumah kost nya itu adalah jalan raya Lintas Sumatera, jadi bis umum yang dari Medan sering melewatinya. Tak seperti biasanya meskipun jam telah menunjukan pukul 17.50, bis tak kunjung juga lewat. Winda jadi gelisah karena biasanya bis ke Padang amatlah banyak. Jika tidak mendapat yang langsung ke Padang, Winda transit dulu di Bukittinggi, dan naik travel dari Bukittinggi.

Kegelisahannya saat menunggu itu diperhatikan oleh ibu pemilik kost Winda. Ia lalu memanggil Winda dan mengatakan bahwa adiknya Johan juga akan ke Padang untuk membawa muatan yang akan di bongkar di Padang. Dengan berbasa basi Winda berusaha menolak tawarannya itu, namun mengingat Winda harus pulang dan bertemu suami dan anaknya, maka tawaran itu Winda terima. Yah, lalu Winda naik truknya itu menuju Padang.

Selama perjalanan Winda berusaha untuk bersikap sopan dan akrab dengan lelaki adik pemilik kostnya itu yang akhirnya Winda ketahui bernama Johan. Usianya saat itu sekitar 45 tahun. Lalu mereka terlibat obrolan yang mulai akrab, saling bercerita mulai dari pekerjaan Winda juga pekerjaan Johan sebagai seorang sopir truk antar daerah. Iapun bercerita tentang pengalamannya mengunjungi berbagai daerah di pulau Sumatera dan Jawa. Winda mendengarkannya dengan baik. Dia bercerita tentang suka duka sebagai sopir, juga tentang stigma orang-orang tentang sifat sopir yang sering beristri di setiap daerah. Windapun memberikan tanggapan seadanya, dapat dimaklumi karena Winda yang di besarkan dalam keluarga pegawai negeri tidak begitu tahu kehidupan sopir.

Windapun bercerita juga mengenai pekerjaannya di dunia perbankan, suka dukanya dan lain sebagainya. Johan sempat memuji Winda yang mau di tempatkan di luar daerah, dan rela meninggalkan keluarga di kota Padang. Ya Winda tentunya memberikan alasan yang bisa diterima dan masuk akal.

Winda juga memujinya tentang ketekunannya berkerja mencari sesuap nasi dan tidak mau menggantungkan hidup kepada keluarga kakaknya yang juga termasuk berada. Iapun berkata bahwa truk yang ia sopiri itu milik kakaknya itu, setelah ia dan suaminya pensiun dari guru. Sedangkan anak-anak kakaknya itu sudah bekeluarga semua, juga bekerja di beberapa kota di Sumatera juga Jakarta.

Selama perjalanan itu mereka semakin akrab. Winda sempat bertanya tentang keluarga Johan. Ia tampak sedih, menurutnya sang istri minta cerai dengan membawa serta 2 orang anaknya. Johan memberi tahu dirinya sebab musabab ia bercerai dengan lengkap, istrinya meminta cerai karena ada hasutan dari keluarganya bahwa seorang sopir suka menelantarkan keluarga. Padahal bagi Winda, hal itu tidaklah begitu penting, namun sebagai lawan bicara yang baik selama di perjalanan lebih baik mendengarkan saja. Hingga akhirnya Winda sampai di dekat rumahnya di Padang.
Winda di jemput suaminya di perempatan jalan by pass itu, Winda sempat mengenalkan Johan pada suaminya, dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Tak lupa Winda menawarkan singgah untuk makan kerumahnya, namun Johan dengan sopan menolaknya dengan alasan barang muatan truknya harus di bongkar secepatnya. Dan mereka pun berpisah di perempatan by pass itu.
Sejak saat itu, Winda akhirnya sering menumpang truknya ke Padang. Winda jadi tidak kuatir lagi jika tidak ada bis umum yang akan ke membawanya ke Padang. Sejauh itu, keakraban Winda dan Johan, mereka masih dalam batas - batas yang ada dalam norma-norma masyarakat Minang. Ya kadang dalam perjalanan jika perut lapar, mereka singgah untuk makan. Winda selalu berusaha untuk membayar, sebab sebagai seorang wanita selalu ada perasaan tidak enak, jika semuanya menjadi tanggungan Johan. Winda tidak mau terlalu banyak berhutang budi pada orang. Itulah prinsip yang dianutnya dari kecil. Masa selama ke Padang udah gratis, makan gratis pula??

Kejadian pulang ke Padang seolah telah biasa bagi Winda bersama Johan. Kadang dia tidak ke Padang, hanya ke Bukittinggi, Winda juga ikut menumpang, lalu dari Bukittinggi Winda naik travel atau bis. Winda pun akhirnya telah menganggap Johan seperti kakaknya sendiri. Itu karena ia sering memberinya petuah tentang hidup, misalnya harus banyak sabar jika jadi istri, juga sikapnya yang baik dimata ibu kost kakaknya itu. Terkadang Winda sering membawakan oleh-oleh untuk ibu kostnya jika pulang, terkadang Winda menyisihkan buat Johan, ya meski harganya tidak seberapa namun membuatnya senang.

Selama 2 bulan itu Winda selalu bersama Johan jika ke Padang. Mulailah Johan bersikap aneh. Kini dia jadi sering bicara jorok dan mesum. Juga ia mulai berani bertanya tentang gimana Winda berhubungan dengan suami, berapa lama suaminya bisa bertahan dan berapa kali Winda berhubungan selama seminggu... Pertanyaan-pertanyaannya ini tentu saja membuatnya merasa risih dan tidak enak hati. Winda tidak menanggapinya, dan berlalu seperti angin lalu saja Winda kadang berusaha pura-tidur tidur jika ia mulai berbicara tentang hal-hal yang tidak pantas itu.. Winda bersyukur meskipun Johan mulai aneh dan bicara tentang hal-hal yang mesum itu, namun hingga saat ini Johan tidak macam macam kepadanya. Winda menyadari mungkin Johan sedang kalut karena hidupnya yang sendiri itu.

Hingga sampailah saat Winda pulang bersama untuk kesekian kalinya. Tanpa di mengertinya tiba-tiba Johan berusaha memegang jemari tangannya. Winda tentu saja terkejut dan merasa cemas, sekaligus takut. Winda langsung menarik tangannya dari genggaman Johan.

"...Da jaan da, Winda alah balaki dan punyo anak ketek, apo uda ndak ibo membuek Winda kecewa (bang jangan bang.., Winda punya suami dan anak yang masih kecil, apa abang tega membuat Winda kecewa)?" ucap Winda. Winda juga mengancam akan mengadukan perlakuan itu kepada kakaknya. Johanpun lantas menarik kembali tangannya yang menggenggam jemarinya. Winda sempat berkata padanya.
"...Cukuik sampai disiko sajo da, Winda indak ka manumpang oto uda lai (Winda tidak akan menumpang truk abang lagi)". Sesampai di Padang Winda hanya berucap terima kasih lalu diam. Winda merasa kesal. Johanpun terlihat agak takut. Namun Winda mampu mengerti apa yang membuat Johan melakukan hal seperti tadi.

Ya, Winda seakan dilanda rindu berat
Hari Jumat sore itu dengan masih mengenakan pakaian kerja dan penutup kepala, Winda menurut saat diajak berangkat bersama Johan yang akan mengantarkan muatan truknya ke Padang. Mereka berangkat jam setengah lima sore.
Lalu dalam perjalanan lelaki berbadan tegap tersebut kembali bicara, tentang hubungan laki-laki dan perempuan, serta kodrat perempuan yang memiliki libido tersembunyi. Juga kehebatannya dalam berhubungan badan dengan lawan jenis. Winda malah mendengar dengan seksama dan sesekali memberi komentar. Mungkin saja karena lama tidak tersalurkan atau laki - laki itu punya kemampuan lebih dalam hubungan badan, juga mungkin bantuan obat penambah perkasaan pria, komentar Winda. Sepertinya wanita muda tersebut tidak peduli lagi akan pembicaraan mesumnya Johan.

Hingga senja, sekitar jam 7-an mereka singgah pada sebuah rumah makan di pinggiran kota Bukittinggi untuk beristirahat sejenak sambil mengisi perut. Anehnya Kini Winda membiarkan tangannya di gamit Johan saat mereka berjalan beriringan. Mereka makan dengan lahapnya. Dan setelah selesai mereka langsung berkemas untuk melanjutkan perjalanan.

Truk itu bergerak meninggalkan rumah makan. Saat melewati daerah Bukit Ambacang. Mungkin dikarenakan perut yang kenyang dan disertai dinginnya udara malam yang berembus melalui celah jendela truk, Winda menjadi mengantuk. Winda menyandarkan kepalanya ke kaca jendela truk, tetapi dikarenakan jalan yang tidak rata, kepala Winda sering terantuk. Lalu Johan menawarkan kepada Winda supaya tidak terantuk kaca, untuk Winda mendekat kearahnya, dan bersandar di bahunya.

"...Win...daripado adiek ndak bisa lalok, labiah elok cubo sanda an kapalo di bahu uda (Win, daripada ga bisa tidur , lebih baik rebahkan kepalamu di bahu abang)" tawar Johan.
"...Ndak usahlah da, kan uda sadang manyopir, beko malah mambuek uda ndak bisa manyopir elok elok, apolagi iko kan lah malam (nggak usahlah bang.., kan abang sedang nyetir, nanti malah bikin abang tidak bisa nyetir dengan baik, apalagi ini malam bang)" tolak Winda dengan halus, tidak ingin mendekat walaupun saat itu Winda telah sangat mengantuk.

Dengan sebelah tangannya Johan meraih tangan wanita muda itu dan menariknya supaya mendekat, dan makin mendekat hingga duduk mereka menjadi bersinggungan bahu.

Winda akhirnya beringsut dan merebahkan kepalanya pada bahu lelaki tersebut. Meski saat itu hati kecil Winda membisikkan bahwa hal itu sangat tidak boleh dan merupakan suatu kesalahan besar. Namun di sisi lain Winda juga merasakan dorongan keinginanyang jauh lebih kuat agar membiarkan hal tersebut terjadi. Winda terlelap sesaat.

Saat terpejam dan dalam keadaan setengah tertidur itu tanpa Winda menyadari, tiba - tiba sebuah kecupan ringan menerpa pipi dan bibirnya. Wanita muda itu kaget dan langsung bereaksi. Serta merta ia menolakkan wajah Johan dengan tangannya. Johan pun menghentikan kecupannya meskipun tangan kirinya tetap merangkul bahu Winda agar tetap rapat menempel disisinya. Winda berusaha melepaskan tangan Johan pada bahu kirinya dan mengingatkan agar ia lebih konsentrasi kepada jalan.

"...Da sadarlah da, iko kan di jalan raya bisa cilako beko, caliak tu mobil lain kancang kancang (Bang sadar bang ini jalan raya nanti bisa kecelakaan, mobil lain pada ngebut tuh)" terang Winda mengingatkan. Johan pun menurut dan kembali berkosentrasi mengemudikan truknya..

Namun, tak lama kemudian saat truk tersebut berjalan perlahan karena macet di daerah Padangpanjang, Winda yang tengah merebahkan kepalanya pada bahu Johan terkejut saat saja bibir berkumis Johan kembali menyambangi bibir tipisnya dan mengecupnya sekilas dengan tiba tiba. Winda langsung terbangun dan menegakkan tubuhnya sambil bergeser menjauh dari Johan. Hatinya sangat dongkol, namun anehnya is tak mampu berkata kata apalagi berbuat kasar

"...Eh da Johan ko ndak mangarati juo, Winda mintak jaan di ulangi, badoso da, apo kato urang beko kalau mancaliak tadi (Eh bang Johan ini tidak juga ngerti, Winda mohon jangan di ulang lagi, dosa bang apa nanti kata orang lain jika melihat kita saat itu tadi)?". Namun, Johan sang sopir tetap santai-santai saja, seakan akan Winda telah mengizinkan Johan untuk berlaku demikian.
"...Abihnyo Winda mambuek uda galigaman (habis Winda bikin abang gemas)" jawabnya sambil meminta maaf. Kembali wanita muda tersebut diam membisu selama perjalanan, tidak menggubris apapun yang Johan ucapkan.
Kembali tangan kiri Johan merengkuh bahu Winda agar kembali rebah pada bahunya. Kali ini Johan tidak lagi menciumi Winda selama perjalanan itu, hanya meremas remas jari lentiknya dan mengecupi kepalanya yang mengenakan penutup kepala. Rasa hangat dan nyaman mengisi perasaan Winda saat itu.
Tiba tiba...
Selarik cahaya lampu mobil dari arah berlawanan menyambar ke arah mereka... Terkejut, Johan langsung menghentikan aksinya dan kembali pada posisinya semula. Mengemudikan truk tersebut hingga rumah wanita muda tersebut.
Sesampainya di rumah, Winda masih terbayang-bayang pada perlakuan Johan atas dirinya, sungguh melenakan. Untungnya saat itu suaminya tengah berada di Jakarta sehingga takkan mengetahui perubahan sikapnya tersebut.
Sewaktu tidur pada malam itu Winda bermimpi. Bercumbu dan bermesraan dengan Johan, bahkan hingga melakukan sebuah persetubuhan yang bergelora. Di dalam mimpi tersebut, dirinya amat sangat terpuasi. Kepuasan yang sangat mencanduinya, tak terbandingkan dengan kepuasan yang pernah diraihnya bersama suaminya...

Kembali kini Winda ke Pasaman, dan bekerja seperti biasanya. Telah 3 minggu ini ia tak bertemu Johan. Menurut kakaknya, Johan sedang mengantar muatan ke Pematang Siantar. Winda sangat berharap untuk bertemu. Dirinya dilanda rindu yang sangat merajam perasaannya. Winda seolah olah menjadi seorang remaja putri yang amat merindui kekasihnya saat itu. Membuat ingatannya hanya kepada Johan seorang.
muantaaaaaaap
 
Tak lama berselang Johan kembali dengan sebotol air putih beserta 2 gelas beling. Menuangkan air putih tersebut dan memberikannya segelas kepada Winda. Winda menerima dan langsung meneguk air tersebut. Begitu juga Johan. Tubuh yang tadi menghangat dan berkeringat oleh percumbuan mereka membutuhkan penawar menyegarkan...

Lalu Johan bangkit, bergerak melangkah menuju pintu, menutup dan sekaligus menguncinya dari dalam... kemudian menghampiri Winda yang masih duduk dan menggamitnya untuk berdiri. Winda menurut, seakan menjadi manusia idiot yang tak punya kuasa mengendalikan dirinya. Baik menghindar ataupun menolak saat di tuntun lelaki gagah tersebut melangkah beriringan menuju kamar tidurnya sendiri.

Sesampainya didalam kamar, Winda dituntun untuk duduk pada pinggiran ranjang besi bermodel antik yang berlapiskan sprei putih..., Lalu Johan beranjak menutup pintu kamar dan menghidupkan lampu tidur yang bersinar temaram. Dalam posisi berdirinya, Johan melucuti kaos putih berlengannya hingga hanya menyisakan celana pendek saja....

==========​

Aku menghampiri wanita muda ini..., menggamit dagu lancipnya dengan tangan kananku seraya menjatuhkan kecupan pada bibir tipisnya. Kecupan itu dengan cepat ku rubah menjadi lumatan dan kuluman yang intens bergairah... Aku hisap-hisap kelopak bibirnya sehingga membuatnya seakan hampir kehabisan napas dan mau tak mau bereaksi mengimbangi, karena lidahku kini juga telah menyelusuri bagian dalam mulutnya.., Aku berhenti..., memberikan waktu baginya guna mengatur napasnya yang tersengal sengal.​
Kemudian, jemariku meraih kancing kemeja tidur wanita berkulit putih ini. Menjentikkan kaitannya dengan perlahan satu demi satu. Tangan Winda menggenggam pergelanganku berusaha mencegah. Namun aku tak mengindahkannya dan tetap melanjutkan tindakanku tanpa merasa itu sebuah gangguan. Setelah kancing tersebut lepas semuanya, aku menyibakkan kemeja tidur tersebut dari bahu hingga bahan tersebut meluncur turun... lepas dari tubuh molek pemakainya.. dan tergolek di lantai. Praktis dari pinggang ke atas tubuh mulusnya telah terbuka telanjang...! hanya menyisakan sebuah kalung yang biasa dipakainya dan dua cup membungkus bongkahan padat yang membusung di dadanya... Kulit bahu dan dadanya yang putih terlihat berkilau karena keringat yang mulai terbit Hmm.. bersih dan mulus.​

==========​

Johan mulai mengecupi bahu telanjang wanita berkulit putih itu.

==========​

"...Uuhh......!" Aku mengeluh, namun tetap duduk diam di pinggir ranjang dengan tangan yang terpaku pada pinggiran ranjang... Bingung, ragu, geli dan gelisah..., dan berbagai macam rasa disertai lecutan-lecutan gairah yang datang silih bergantian menderaku melalui ciuman ini. Ciuman uda Johan merayapi leher jenjangku, terus meluncur ke bawah menyusuri belikat hingga menemukan lembah di antara bukit dadaku yang telah mengkilat berkeringat.​
Lalu tangan uda Johan merayap ke belakang, ke punggungku.., meraih kait pengikat benda pembungkus dadaku ini. Satu jentikan kecil jarinya menyebabkan kait benda ini lepas dan meluncur turun perlahan meninggalkan tubuhku, tergolek menemani kemeja tidur yang telah lebih dulu berada disana. Aku merasa jengah dan berusaha memiringkan tubuh agar tak terekspos frontal di hadapan lelaki gagah ini... Namun kedua tangannya yang berada di balik lengkung punggungku menghentikan gerakanku ini...​
Wajah lelaki gagah ini mendekati dadaku. Lidahnya menyambangi bukit padat di dadaku dan mulai menjilati permukaan licinnya. Bergantian bagian yang kiri dan kanan tak terhentikan lagi olehku..., dan akhirnya bibir berkumis nya berlabuh pada puncak bukit padatku. Sontak kepalaku terlontar rebah kebelakang...!​
"....Ahh....udaa..!" erangku memanggil dirinya spontan terlontar begitu saja dari bibirku tatkala uda Johan menghisap dan mengulum disana dengan intensnya... Kadang ia menggigit kecil... Aku merasakan geli-nikmat yang tengah melecut gairah ini melambung makin tinggi... Tubuhku terasa menghangat dan mulai berkeringat. Tubuhku mulai menggeliat-geliat dalam dekapan uda Johan, merefleksikan letupan birahi yang melandaku tak dapat di bendung lagi, mendera segenap penjuru tubuh ini...​
Tubuhku melunglai dan seiring dengan itu uda Johan merebahkan dan membaringkan tubuh ini perlahan diatas ranjang bersprei putih. Sedangkan kedua kakiku masih terjuntai menjejak lantai.​
Aku terbaring di ranjangku sendiri..., dengan peluh yang memercik dari setiap pori-pori, tersengal-sengal dalam gemuruh rindu yang menderu, seakan mempersiapkan diriku untuk turut menggiring nafsu...!​
Uda Johan merebahkan dirinya diatas tubuhku, diantara kedua kakiku yang terbalut celana tidur yang tanpa ku perintah membuka diri memberi ruang seiring gerakan turun tubuh tegapnya mendekapku. Sebentuk batang yang mulai mengeras terasa diatas permukaan perutku.​
Kembali bibir dan lidah lelaki ini mencumbui bukit padatku yang makin mengeras di sulut nafsu... Tak ketinggalan wajah..., bibir..., dan leher jenjangku mendapat kecupan..., lumatan yang bertubi-tubi... Terkadang kedua tangan uda Johan menggantikan aksi bibirnya pada dadaku.​
"...Ouhhh......Ugh..!" Aku semakin sering terdengar melenguh. Lenguhan yang terlontar dalam interval pendek-pendek. Rasa nikmat yang timbul oleh perlakuan uda Johan terhadap tubuhku melambungkan nafsu ini pada titik yang takkan mungkin lagi surut... Aku hanya mampu merangkul dan mencengkeramkan kedua telapak tangan pada bahu berkeringat lelaki gagah ini... Ku rasakan betapa tubuhku telah basah disana sini..., termasuk pada kewanitaanku yang mulai berdenyut liar seakan ingin mendapatkan lebih lagi dari yang tengah ku alami saat ini...​
Uda Johan bergerak lagi.. Tubuhku yang telah telanjang hingga pinggang ini di dekapnya... menggusurnya keatas hingga kedua kakiku yang tadinya terjuntai kini terhampar sempurna di atas ranjang bersprei putih ini.​
Setelah dia turut berbaring pada sisi kiriku, telapak tangan kiri uda Johan meluncur ke bawah, menyambangi karet pinggang celana tidurku. Mencoba menariknya. Aku terkejut dan tersadar dari keterlenaan..! Seketika timbul keinginanku untuk berusaha mencegah.., namun reaksiku telah terlambat.. Pinggang celana tidurku telah turun hingga lutut... dan terus digusur lepas hingga hanya menyisakan sehelai kain tipis berbentuk segitiga putih yang telah basah menutupi pertemuan pahaku ini. Bulu romaku berdiri di dera nafsu yang berkesangatan..., Aku terpana entah terpesona atas setiap tindakan uda Johan yang perlahan namun pasti secara bertahap mampu menggiring diriku terhanyut, seolah-olah diriku membiarkan dan menyetujui semuanya ini, seperti yang tengah kualami saat ini...​
Tangan kiri uda Johan mulai meraba bagian kewanitaan ku yang masih terbalut dengan jemarinya..., menekan belahan lepitan yang basah disana diatas bahan pembungkusnya... Walaupun kedua tanganku hanya dapat mendekap kepala uda Johan, aku masih tetap berusaha merapatkan kedua batang paha. Namun tangan uda Johan bergerak ke arah lain, meraih karet kain tipis pembalut pertemuan pahaku dan menggusurnya perlahan.., dengan mudah pula kain berbentuk segitiga tersebut lolos dari tubuhku dan meninggalkan tubuh pemakainya mengikuti jejak pakaian lainnya yang telah lepas terlebih dahulu. Segalanya berjalan mudah dan lancar seakan-akan aku tak berupaya menghindari ataupun mencegah setiap tindakan uda Johan.​

==========​

Kini semuanya telah terpampang terbuka. Telanjang..! Tak secuilpun bagian tubuh mulus Winda yang masih tertutup... Dirinya terbaring telanjang dengan tubuh yang mengkilat oleh peluh disanasini dengan napas yang tersengal-sengal memburu...! Dadanya taik turun seiring tarikan napasnya. Begitu juga puncak bukit padat dadanya terlihat makin tegak menantang, mengkilat berpeluh di timpa sinar temaram lampu kamar.

Winda merasa heran dan tak mengerti pada dirinya sendiri..., ada sebentuk dorongan kehendak yang amat kuat mengelora dari dalam tubuhnya... menghendaki penuntasan terjadi sesegera mungkin

==========​
end part 5
 
Terakhir diubah:
Kemudian aku berdiri, melepaskan celana pendek sekaligus pakaian dalam terakhir... Kini tubuhku juga telanjang. Ku perhatikan tatapan Winda menyelusuri sosokku yang berbulu lebat di bagian dada dan tangan.., terlihat raut mukanya berubah, seakan timbul sebersit rasa takut didalam dirinya yang tergolek di ranjang putih ini. Mungkin terbit perasaan cemasnya..., apalagi saat pandangannya tertumbuk pada batang kejantanan milikku ini..! Dari raut mukanya muncul kekaguman. Kurasa batinnya mengakui bahwa milik suaminya tak berarti apa-apa di bandingkan dengan milikku.​
Dapat ku liat di wajahnya ada sekelumit penyesalan pada air mukanya atas kejadian yang tengah dialaminya kini. Mungkin ini adalah kejadian pertama kali dalam hidupnya... berbaring telanjang di hadapan lelaki yang bukan suaminya. Namun sepertinya gairah..., nafsu..., dan bermacam rasa yang tak dimengertinya telah membutakan logikanya saat ini.​
Saat aku merayap naik ke atas tubuhnya. Winda tak mempunyai pilihan lain. Kedua paha lenjangnya naluriah membuka, memberikan ruang pada pinggulku tersebut untuk merapat.​

==========​

Lalu Johan mengecup bibir Winda dengan gemas, amat bernafsu. Sementara tangannya kembali singgah pada bukit padat di dada Winda. Meremasnya berkali-kali.., terkadang menggesek gemas dengan menggunakan kumisnya... Windapun terpicu untuk menimpali, menyambut bibir dan mulut lelaki itu dengan tak kalah lincahnya mengikuti dorongan kehendak birahi dari dalam dirinya...

==========​

"...Owhh Udaa..!" erangku. Tubuhku menggeliat-geliat bak cacing kepanasan, tak dapat ku kendalikan lagi rasa ini... aku merasa semakin melayang melambung tinggi ke awang-awang.​
Kedua tangan uda Johan tak jua berhenti meremas dan memilin bukit membusung di dadaku ini hingga kedua bukit padat ini menegang dengan putik yang mengeras, menjulang menantang tegak..., meninggalkan jejak memerah di atas permukaan licinnya. Dapat pula kurasakan betapa hangat dan tegapnya batang pejal kejantanan uda Johan... sesaat bersentuhan dengan bagian bawah pusarku.​
Lalu uda Johan turun dan berlutut dan bertumpu pada kasur ranjang. Meraih kedua betis putihku yang sedari tadi telah terbuka dan mengangkat keduanya keatas. Aku mengikuti saja semua tindakannya, karena aku tak mengerti harus bagaimana.​
Kurasakan lidah uda Johan meluncur disepanjang kedua kakiku, mulai dari ujung kaki hingga ke pangkal paha bagian dalam tanpa ada yang terlewatkan sedikitpun... Lidah kasapnya terasa kasar, kesat dan basa... Aku hanya dapat memejamkan matanya menikmati gelombang geli-nikmat yang makin lama makin membuncah-buncah mengaduk-aduk perasaan ini... Aku tergolek kalah... Rasa pasrah menggiring tubuhku seakan mencandui setiap perlakuan uda Johan saat ini...​
Uda Johan terus turun.., merundukkan wajahnya dan menyambangi kewanitaanku di bawah. Kepalanya masuk diantara kedua pahaku...!​
"...Awwh... 'Da.." Aku melenguh keras saat merasakan lidah lelaki ini mulai menjilati sebentuk lepitan basah dibawah sana. Timbul rasa hangat dan geli yang disebabkan oleh setiap jilatan lidahnya meruyak saat lidahnya menghisap dan mengulum sebentuk tonjolan kecilku di bawah sana.​
Aku tak mampu lagi berucap ataupun berkata-kata, selain hanya mendesah dan mengerang mengiringi setiap kelejat-gelinjang tubuhku... Tak pernah selama hidupku aku mendapatkan pengalaman rasa yang sedemikian hebat ini, tak pernah pula terbayangkan sebelumnya bahwa jilatan dan permainan bibir dan lidah lelaki gagah ini sangat memabukkan dan memanjakan birahiku... Aku sangat kagum kepada uda Johan. Tak sedikitpun dia memperlihatkan rasa jijik saat melakukan ini padaku..​
Telapak tanganku menggerumas rambut dikepala lelaki ini dengan gemas.... untuk menemukan tempat berpegang.. Kedua kakiku berusaha kurapatkan namun terganjal oleh kepala uda Johan dan juga rasa geli yang melanda...​
Lidah dan bibir kasap milik uda Johan tak lepas sedetikpun dari lepitanku di bawah sana, Aku hanya dapat menggeliat-geliatkan tubuh terkadang melenting... Rasa hangat yang terbit dari episentrumku berputar-putar mulai merambat membulak-bulak dan mengalir menyebar ke seluruh tubuhku diikuti rasa basah yang mulai mengalir menggelegak dan seakan siap untuk meledak...​
"...Aaaakhhhh.....Daaa!" Aku memekik lalu meregang-menggelinjang... mengejang dan tersentak-sentak dalam interval kejut pendek-pendek.!. Aku meraih klimak...! Tubuhku terasa melayang kosong seakan seringan kapas. Pinggulku berkelejat-kelejat tanpa mampu kuhentikan. Aku basah dan terkulai lemas...​

==========​

Johan berhenti lalu bangkit dan turun, melangkah menuju tempat air minum diluar kamar, dan kembali masuk dengan gelas dan botol minuman tadi. ia pun meneguknya, namun tidak menawari Winda...

Lelaki tegap itu kembali merangkak naik keatas ranjang. Membaringkan dirinya pada sisi kiri Winda yang masih terbaring lemas dan tengah menarik napas dalam-dalam, menghirup udara sebanyak-banyaknya guna meredakan gairahnya. Dirasakannya daerah kewanitaannya telah basah dan lengket tak ubah tubuhnya yang juga basah oleh peluh bercucuran pada sekujur tubuh telanjangnya dari ujung kaki, paha, perut, dada dan wajahnya.

Wajah Winda memerah muda memancarkan sumringah kepuasan, bahagia saat menyadari dirinya meraih kembali klimaks yang telah sekian lama tak di alaminya. Rasa klimaks seperti yang pernah diraihnya saat awal pernikahannya hingga menjelang bulan ke lima, saat dirinya mulai hamil...

==========​
end part 6
 
Terakhir diubah:
"...Win, Adiek pueh.. (Win, kamu puas)?" Aku bertanya pada Winda, berupaya memecah kebisuan diantara kami. Dia diam saja tak menjawab. Hanya tersenyum mengangguk lemah mengungkapkan rasa puas-bahagianya melalui tatapan pada bola mataku. Sinar matanya menyiratkan terimakasih sekaligus kekaguman...​
Kini sepertinya Winda memahami di kedalaman mataku ada percikan kilatan birahi yang sangat membara bergelora, menyiratkan bahwa ini belumlah berakhir. Agaknya dia kini menyadari bahwa aku amat menginginkan bersetubuh bersamanya, mengarungi samudera nafsu dan menuntaskan hubungan ini dalam ikatan kelamin...​
Aku kembali meremas dan memilin bukit padat dada Winda yang telah memerah disana sini. Gairahnya yang tadinya mulai surut kembali membubung dengan cepat. Aku perlakukan tubuhnya dengan lincah, ku ciptakan rangsangan-rangsangan yang dapat menaikkan kembali suhu birahinya dengan cepat...​

==========​

Johan mengulumnya bibir tipis itu... Winda yang awalnya berdiam kini terpicu menyambut dan tak sungkan lagi untuk mengimbangi. Bibir mereka saling lumat, saling kulum.., diatas ranjang besi yang berderit-derit riuh. Tangan kanan Johan menjalar turun menuju kewanitaan Winda. Jari tengahnya menyelusup masuk...! Mengorek-korek kebasahan di dalam sana sehingga pinggul Winda terlonjaklonjak meningkahi deraan geli yang luarbiasa nikmat melandanya. Kewanitaannya kembali basah seakan mempersiapkan diri untuk permainan sesungguhnya yang akan segera di mulai...

Johan bergerak untuk berlutut, memposisikan pinggulnya diantara kedua batang paha wanita muda itu, lalu mengangkat kedua paha Winda, menggenggam dan menahan bagian belakang lututnya. Kedua tangannya membuka kedua kaki itu ke samping tubuh pemiliknya.

Winda mengatupkan kelopak mata, timbul rasa malunya menyadari apa yang akan dilakukan Johan.., sekaligus berusaha mencegah dengan merapatkan kedua pahanya sekaligus menutup pertemuan paha dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Terbersit perasaan kuatir Winda terhadap batang kejantanan Johan yang kini telah tegak kaku tersebut dapat menyakiti dirinya, karena dilihatnya tadi betapa luarbiasanya ukuran batang pejal tersebut saat belum berada pada ketegangan penuh, apalagi kini

==========​

"...Apo nan diek Winda takuik-an (apa yang dik Winda kuatirkan)?", tanya uda Johan padaku.​
"...Itu da, Winda Takuik jo punyo uda tu (itu bang Winda takut pada milik abang)", jawabku.​
"...Diek Winda jan takuik jo punyo uda, ndak ka sakiek do (Dik Winda tak perlu takut dengan milik Abang, Tidak akan sakit ko)", jelasnya mencoba memberikan pengertian kepadaku.​
"...Kan Winda.., alah pernah malahiakan.. (Bukankah dik Winda pernah melahirkan)?", Tambah uda Johan lagi.​
"...Jadi punyo diek Winda pasti bisa (Jadi milik dek Winda pasti mampu)", katanya lagi berusaha meyakinkanku.​
"...Winda indak malahiaan normal da, Jo badah sesar, iko ado jajaknyo... (Winda ga melahirkan dengan cara normal da, dengan bedah sesar, ini bekasnya)", terangku sambil menunjukkan bekas jahitan operasinya. Uda Johan terdiam.​
Aku memahami keinginan uda Johan..., tak beda pula dengan diriku yang juga sangat merindukan persetubuhan yang sesungguhnya, namun rasa takut terbit dan meredakan keinginanku saat ini.​
"...Baiko sajolah.., baa awak cubo dulu jo gesekan, indak ka mambuek diek Winda kasakik-an mah (Begini sajalah, bagaimana kalau kita coba dengan gesekan, mudah-mudahan ga akan membuat dik Winda kesakitan)" pungkas uda Johan.​
"...Uda bajanji ndak ka mamaso diek Winda do (Abang ga akan memaksakan pada dik Winda ko)", Tambahnya lagi.​
"...Beko kalau taraso sakiek, doroangkan sajo badan uda (kalau nanti terasa sakit, dorong saja tubuh abang)", imbuhnya terdengar memohon. Aku diam, iba, ragu sekaligus penasaran bergantian saling berlomba menggayuti perasaanku ini. Namun itu tak lama berselang...​

==========​
end part 7
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Dalam diam dan bimbangnya Winda memilih menyerah pasrah. Mengalah pada kehendak Johan.. takluk pada tuntutan nafsunya sekaligus menepis rasa kuatirnya terhadap batang kejantanan Johan yang persis seperti yang pernah dilihatnya dalam film film semasa bersama gengnya saat kuliah dulu. Yang tersisa hanyalah keinginan untuk menuntaskan semua yang telah mereka mulai...

==========​

Dalam gerakan lambat ku lihat wanita muda ini menarik kedua telapak tangannya dari pertemuan pahanya dan beralih mencekal pinggangku dengan kedua tangannya.., mencengkramkan jarinya disana....! Hmmm. Sepertinya dia setuju ataupun menginginkannya juga​
Aku kembali berlutut di hadapan pinggulnya yang terbentang telanjang...! Ku buka kedua paha lenjangnya lalu menekuknya disamping tubuh pemiliknya..., aku mengambil ancang-ancang memposisikan pinggul... Dari raut wajah tegangnya kurasa jantung Winda pasti tengah berdentam-dentam, berdegup keras.., menantikan saatsaat pertemuan kelamin kami ini.​

==========​

Johan menempelkan lalu mengesekkan batang liatnya mengikuti alur belahannya.

==========​

"...Ooughh... 'Daa" eranganku terlontar begitu saja, diiringi kejut-kejat tubuhku tak kuasa meredam nikmat yang di timbulkan gerakan pinggul uda Johan saat persentuhan perdana kelamin kami.​

==========​

Aku berulangkali menggerakkan pinggul supaya batangku tetap menggerus permukaan lembut basah miliknya. Berusaha menciptakan gesekan-gesekan yang menimbulkan kegelian dan gatal yang sangat pada gerbang kewanitaannya... Pastilah ada rasa lengket dan hangat pula..., sehingga Winda terlihat terlena dan larut menikmati arus menggila yang mengalir makin lancar makin besar... Sesekali aku menggerakkan ujung membola batang ini seakan 'tak sengaja' terpeleset dan menyelusupi lepitan kewanitaan wanita muda ini.​

==========​

"...Ud daa ndehhh....!" Aku memekik tersebut seraya menggeliatkan tubuh saat ujung membola batang kejantanan uda Johan terasa menyeruak masuk... Meskipun hanya kurang lebih dua sentimeter ke dalam liangku, namun sontak pinggulku seakan terpaku diam, menggigil menggeletar... Nikmat yang tak terkira seketika membanjiri seluruh pembuluh yang ada pada tubuhku ini....​
Kini, uda Johan malah menggerakkan pinggulnya menggosok di selingi mendorong maju batangnya dengan perlahan, bergantian. Sedikit demi sedikit.., ujung membola batang miliknya itu mulai menyibakkan kelopak lepitan kewanitaanku yang telah basah, seakan melumasi dan menyediakan keleluasaan kelancaran laju masuknya...! Kini batang pejal tersebut tak lagi menggosok, justru ujung membolanya makin mendesak masuk, ...menarik lagi, lalu masuk kembali guna meretas jalan.. Terus menyesaki..! menyeruak makin dalam lagi...! Aku telah tak mampu lagi menghindar ataupun mencegah masuknya... Aku merasakan kulit yang bergesekan ketat di bawah sana saat diriku serasa mulai dirajam, terpanggang...!​
"...Oughh......!" Aku melenguh, merasakan tubuhku ini seakan terbelah mulai dari pangkal pahaku. Kedua pahaku terasa menggeletar, entah rasa sakit atau rasa nikmat yang tak terperi yang tengah merajam pertemuan pahaku ini, aku tak paham...​
Secara bertahap batang milik uda Johan itu terus masuk ke dalam tubuhku, di lumasi oleh kebasahan yang terbit dari sana.​

==========​

Wàlaupun telah terlambat, Winda segera tersadar dari keterlenaannya karena terasa sempit-sesak..., penuh sekali sekaligus rasa nyilu terbit dari kewanitaannya....!.

Seketika kedua tangannya bergerak sigap menahan gerakan pinggul Johan, meskipun kini Winda tahu bahwa seperempat panjang batang kokoh milik Johan itu kini telah menjejal ke dalam dirinya...!.

Kembali Johan bergerak mendesakkan pinggulnya dengan gigih berusaha mendorong agar masuk makin dalam lagi...

==========​

Aku melepaskan genggaman tanganku pada bagian belakang lutut kedua kaki Winda, dan meletakkan kaki tersebut di atas kasur. Aku beralih meraih bukit padat yang membusung di dadanya... Memilin dan meremasnya... Namun kedua tangan wanita bertubuh padat ini tak jua bergeming dari pinggulku... tetap bertahan, bersiaga penuh untuk segera menolakan pinggangku apabila terasa sakit dan nyeri sekaligus mencegah batang pejalku masuk lebih dalam lagi...​
Aku menjangkau bantal yang tergeletak tak jauh dari tubuh kami tanpa melepaskan tautan kami di bawah. Ku raih dan kuangkat pinggul padat Winda guna menempatkan bantal itu di bawahnya..., Ku lihat dari wajahnya ekpresi nyaman telah muncul. Ku rasa pinggang dan pinggulnya yang tersangga bantal menjadi lebih rileks dan rasa sakit nyilunya sejenak mereda.​
Entah kenapa kemudian Winda menarik kedua tangannya dan beralih mencengkeram sprey, mungkin merasa tak perlu lagi mempertahankan kedua tangannya di pinggulku... Aku bergerak kembali.​

==========​

Winda menundukkan wajahnya, melirik ke arah pertemuan pahanya, demi memuaskan rasa ingin tahu yang besar atas apa yang tengah terjadi di bawah sana yang sedemikian hebat rasanya. Dengan kelopak mata yang disipitkan Winda menyaksikan betapa batang berotot lelaki tersebut kembali bergerak dan melesak..! Berusaha dengan gigih membenam masuk mili demi mili Merasa tak ada gunanya lagi mencegah lajunya, entah karena Johan telah berhasil membobol pertahanan kehormatannya ataupun demi memuaskan kepenasarannya Winda menggigit bibirnya, memilih membiarkan saja. Karena kini batang tegar lelaki tersebut telah berhasil memasuki dirinya. Disamping rasa geli gatal, timbul pula penasaran terhadap rasa yang akan timbul nanti saat batang kokoh luarbiasa tersebut terbenam keseluruhannya.

==========​

Namun, saat batang pejal itu hampir masuk semuanya, kira kira tinggal seperempat panjang lagi, Aku merasa tersengat, merasakan otot-otot lingkar di dalam milikku berdetus laksana cincin karet yang diregangkan paksa sehingga sengatan ngilu terbit kembali Seketika aku kembali berusaha menahan laju gerakan maju pinggul uda Johan dengan kedua tanganku. Namun uda Johan juga tak berhenti menyerah begitu saja dan tetap gigih mendorong Aku juga bersikeras menahan dengan kedua tangan. Alhasil posisinya tetap tak berubah.​
"...Ondeh Daaalah ma (...duh bang sudah cukuplah).?" Aku mengeluh lirih memohon kepada uda Johan untuk tidak meneruskan gerakannya lebih lanjut. Aku mendongakkan wajah menatap silih berganti pada wajahnya dan pada pertemuan pahaku. Berharap cemas agar uda Johan berhenti.​
"...Ndak ka lamo lai diek Win (ga akan lama lagi dik)..," ucap uda Johan sambil tetap bergerak mendorong. Aku meringis dan mengernyitkan kening...! Aku tidak memperdulikan dan tak mau terpengaruhi oleh ucapannya dan bertahan dengan tanganku karena rasa ngilu dan nyeri tengah merajam pertemuan pahaku ini...​
Lalu uda Johan bergerak merubah posisi tubuhnya, yang tadinya posisi seolah push-up, kini beralih menindih dan merapatkan tubuhnya diatas tubuhku. Sebelah lengannya merangkul kebelakang punggungku.​
Diremasnya kembali dada membusungku dan tak ketinggalan pula melumat-kulum bibirku dengan gemas dan bernafsu sekali... Hmm kurasa uda Johan mencoba beralih pikirku. Aku menyambut dan mengimbangi kuluman tersebut dengan sukacita. Kedua lidah kami saling pilin.. saling hisap dengan lincah.​
Aku mengira uda Johan merasa telah cukup dengan kondisi yang tercapai seperti saat ini. Kemudian aku menggerakkan tanganku untuk merangkul ke belakang punggungnya setelah menarik peganganku dari pinggulnya.​
Aku kembali dibuai dan hanyut dalam deraan nikmat yang membuatku lengah, terlena dari rasa ngilu dan nyeri sehingga tak ingat lagi untuk menahan pinggul uda Johan.​

==========

Johan menarik pinggulnya, lalu kembali menurunkan pinggulnya perlahan sebatas jarak yang telah tercipta. Awalnya sedikit seret... Berulang-ulang gerakan tersebut di lakukan Johan.., makin lama makin lancar...!

"...Ouwhhhh Da" Erang Winda saat Johan mendorong batang tegarnya lebih dalam. Serasa bunyi krek dirasakan kembali oleh Winda sewaktu sebuah otot lingkar di dalam liangnya berderik seakan di regang paksa oleh desakan batang Johan. Sontak kedua tangannya beralih kembali kepada pinggang Johan. Kukunya mencengkeram lelaki itu...!

Johanpun berhenti sejenak... Winda menatap wajah gagah lelaki berkumis ini dengan harap haru cemas yang bercampur baur dengan penasaran.

==========​

'Ondeh baiko bana rasonyo 'da' batinku. Uda Johan kembali bergerak...​

==========​

"...UdaaaOhhhh!" Pekik wanita sintal ini membahana saat merasakan sebuah otot lingkar di dalam liang kewanitaannya kembali berderik.., teregangkan...! Tubuhnya berkelejat... menggigil...! Kelopak bibirnya kini terbuka dengan lidah mengambang diantaranya. Matanya melotot tajam merefleksikan segenap rasa yang bercampur. Sebuah proses penggenapan penyatuan kedua kehendak birahi kami kini tengah kulakukan kepadanya...​
Batangku kini semakin dalam terbenam. Aku menarik pinggulku kemudian menurunkannya kembali sebatas jarak yang telah tercipta tadi. Berulang-ulang... Semakin berulang semakin lancar disebabkan adanya kebasahan yang timbul melumasi persinggungan kulitnya. Aku bergerak berbeda dengan tibatiba. Pinggulku kugoyang kekiri dan kekanan beberapa kali, kemudian ku tarik keatas dengan pelan lalu turun menekan... mendorong... dan mendesak... menghenyak dengan kuat....!​

==========​

"...Auwkkhhs, ondeh Daaaaa!", Aku melolong. Suaraku terdengar laksana tercekat di kerongkongan dengan bibir yang terbuka. Aku merasa seakan tak sanggup menerima ini. Seketika itu pula aku gigit pundak lelaki gagah ini melampiaskan rasaku seiring rasa sakit yang datang menyengat... saat detusan beberapa otot lingkar halus terakhir di dalam sana teregangkan paksa...​

=============​

"...Arrgh..." geramku merasakan betapa ketatnya milik Winda.​

=============​

Kini seluruh batang pejal milik uda Johan amblas tuntas ke dalam diriku, terbenam seutuhnya hingga menumbuk dasar kewanitaanku..!. Aku mendelikkan kedua bola mataku hingga hanya bagian putihnya saja yang terlihat dalam tatapan mata uda Johan. Kemudian aku terpejam menikmati sensasi luarbiasa yang saat ini. Aku melentingkan tubuh menikmati... kemudian menggeliat kekiri ke kanan seraya mengeluh pendek-pendek...! Rasa sakit dan nikmat berkesangatan secara bersamaan kini tengah merajam pertemuan pahaku...!​
Aku merasakan pangkal paha kami telah rapat saling bertaut. Kini keseluruhan panjang lantang batang berotot milik uda Johan yang berada di dalam diriku tidak menyisakan jarak kedua tubuh kami lagi.., panas berdenyut menimbulkan lecutan-lecutan nikmat di sepanjang dinding-dinding lembut kewanitaanku... Tuntas pula proses awal dari tahapan persetubuhan ini....​

==========​

Johan berdiam sejenak., memberikan waktu untuk membiasakan keberadaan perdana kejantanannya bagi tubuh sintal itu. Winda merasa nafasnya berat tersengal-sengal.., seolah batang pejal itu menyesak menyodok hingga ke ulu hati.

============​

Lamat-lamat aku membuka kedua kelopak mata, menatap lekat-lekat bergantian pada kedua bola mata uda Johan. Ada ragu haru bercampur padu ingin kuungkapkan dengan segenap perasaa kepada uda Johan. Makin timbul kagumku yang sangat terhadap uda Johan. Kagum atas cara lelaki gagah ini memandu diriku menapaki setiap tahapan persetubuhan ini, amat sabar membimbing.., menggiring dengan perlahan.., kemudian menyempurnakannya dalam satu gerakan pamungkas yang cepat, kuat dan bertenaga, memaksa..., tak tergesa-gesa, pengertian sekali namun tuntas... menegaskan uda Johanlah sebagai lelaki defacto atas diriku saat ini. Sebuah proses yang tadinya ku perkirakan akan menyakiti namun ternyata amatlah mengesankan bagiku... sehingga mampu membuat sisi wanitaku terlena dan berserah diri kepada uda Johan pejantanku ini....​
Aku meraih wajah uda Johan dengan kedua telapak tangan, menariknya lebih dekat dan dengan cepat menjatuhkan ciuman yang bertubi-tubi pada bibir, wajah dan pipi lelaki gagah ini...​
"...Ondeh daa, ba iyo-an bana mah(duuh abang bukan main)" Aku berbisik lirih mengungkapkan segenap rasa membuncah di dadaku sambil mengecup cuping telinganya. Sungguh aku memuja lelaki gagah ini atas caranya mengkongkritkan ikatan badani ini. Sangat berbeda namun sangat membahagiakanku. Sepertinya aku takkan mampu menyesali apa yang terjadi.​
Aku merangkul leher uda Johan dengan erat. Mengungkapkan rasa kagum dan apresiasiku atas tahapan penyempurnaan yang di lakukannya. Amat dramatis dan sangat berkesan...​
"...Indak sakik kan diek Win (Tidak sakit kan dik Win)?", Tanya uda Johan menyunggingkan senyum. Aku tak menjawab, hanya memiringkan wajahnya ke samping, terbit rasa maluku dipandangi uda Johan seperti itu.​

==========​

Aku kembali meraih wajahnya dan menciumi Winda, wanita sintal di bawahku ini. Terkadang aku menggigit gemas bukit padat membusung di dadanya yang telah memerah.​
Kini aku mulai bergerak.., menarik pinggulku perlahan-lahan hingga batang pejalku yang kokoh tertarik keluar sedikit demi sedikit.., perlahan sekali... Terlihat dia mengernyit. Ku kira sepertinya masih terasa ngilu sekaligus geli bagi Winda...!​
"...Ough... "lenguh Winda sambil menggeliatkan tubuh.​
Kembali aku mendorong masuk.., bergerak pelan. Aku merasa batangku seakan terjepit dalam liang yang sempit, namun nikmat... Berulang-ulang aku melakukan gerakan ini. Beberapa saat kemudian.., aku bergerak lebih cepat menaik-turunkan pinggul menghujamkan batangku. Kini gerakan keluar masuk batangku pada liangnya makin lancar membuat seluruh tubuh Winda turut berguncang guncang karena gerakanku menghujaminya...​

==========​

Johan kembali berlutut. Kini tangan Winda telah lepas dari punggung dan kini hanya mencengkeram kain selimut.., dengan kelopak mata tetap memejam.. Ya.., Winda ingat, dan merasa malu saat itu karena terdengar kecipak kecipuk suara akibat benturan pangkal paha mereka..,

============​

"...Oughhh....!" Aku mengerang berulangulang.​

==========​

Aku merasakan tubuh Winda ini tak bisa diam. Pinggulnya bergerak gelisah mendesak keatas seirama mengimbangi gerakan tubuhku, naluriah sekali,....! Menyambut setiap hujaman batangku pada liangnya seakan menyempurnakan rasa nikmat yang kini menggempur dirinya saat tumburan ini terjadi... Kadang pinggul padatnya bergerak berotasi laksana kincir seakan-akan mencoba memilin milikku yang berada di dalamnya... Pastinya Winda mulai merasakan sebuah gelombang sedikit demi sedikit mulai menyesakinya dengan perlahan, bersiap untuk meledak dari dalam tubuhnya​

==========​

"...Ouugghh... Ah 'da..'uda..!" Tiba tiba aku merasa pandanganku menjadi gelap.., Aku mengejang dan pinggulku tersentak-sentak ritmis dengan punggung yang melenting keatas seakan semuanya adalah sebuah sistem otomatis yang tak dapat dikendalikan oleh otakku...​

==========​

"...Udaaaaa Hegh...!" Pekik Winda lenyap saat aku menyaksikan dia menggigit bibir bawah seraya menjepitkan kedua kaki ke belakang pinggangku bak tang raksasa. Kurasa gelombang klimaks kali ini datang lebih dahsyat menggulungnya... melambungkannya ke awang awang. Tubuh sintalnya tersentak-sentak dalam setiap kejut-kejut klimaks. Otot peristaltik di dalam liangnya terasa berdenyut-denyut liar seakan memeras dan mencekal gerakan batang liat milikku...!​

==========​
end part 8
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd