Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG My Story, My experience (Include Q&A, T&T, Pict, Vid) (Update 29 Februari)

Podcast


  • Total voters
    845
Mantoeeeelll suhu
SARAH

Hari itu gue putuskan untuk menemani Sarah keliling kota Batu, dengan mengendarai motor matic teman seperjuangan gue saat merantau, cuaca yang mendung juga sangat sangat mendukung, disepanjang perjalanan Sarah tidak ragu ragu melingkarkan kedua lengannya, dari yang awalnya hanya memegang ujung jaket dipinggang kemudian lambat laun melingkar seiring dengan hawa dingin yang semakin terasa saat di puncak

Disepanjang perjalanan entah kenapa wajah Sarah seperti anak kecil yang di ajak liburan, bibirnya tidak berhenti tersenyum, bibir yg terlihat mengkilat dengan entah lipstick atau lipsgloss yang berwarna pink naturan, ditambah bau parfum yang menggelitik hidung gue saat Sarah menyandarkan kepalanya ke bahu

Akhirnya kita sampai ditengah alun alun kota yang terkenal, ramai memang tapi berjalan dengan wanita cantik disamping gue jadi serasa tempat ini hanya untuk kami berdua, memang tidak ada kontak fisik saat berjalan seperti memegang tangan dan sejenisnya, kami hanya berjalan berdampingan dan sesekali berhenti untuk membeli sesuatu

Melihat Sarah dengan riang membuat gue juga bersyukur karena setelah lama tidak bertemu dan ternyata Sarah memendam sesuatu yang sangat sulit untuk dibendung, tidak ada masalah di auranya gue lihat, mungkin karena emang ada sesuatu yang menjadi triggernya dan gue belum bisa memastikan apa itu

Setelah hampir 2 jam berkeliling, kami beristirahat tidak jauh dari kolam air mancur yang terletak di tengah tengah

“Makasih ya Ril buat waktunya” tangannya masih sibuk dengan jajanan yang dia pegang
“Gpp Sar, mayan juga refreshing setelah jenuh di kampus”
“Rencana kedepannya mau kemana Ril?”
“Entah sih, blm ad pikiran, masih capek Sar, mungkin setelah wisuda baru gue pikirin lagi, klo km gimana?”

Sarah terdiam, ada sesuatu yang ditahan entah memang sangat private atau merasa malu mengungkapkan, dan setelah beberapa saat mulutnya terbuka

“Seperti kebanyakan sih ril, dijodohin hehe….” Tangannya yang sedari tadi bergerak mengambil jajanan yang dia pegang kini berhenti, matanya menatap jauh ke depan dan terdengar hembusan nafas sedikit berat

Memang sih, setau gue dan banyak liat dari sekitar, entah kenapa "org keturunan" mayoritas dijodohkan entah untuk menjaga garis keturunan atau semacamnya, dan saat Sarah mengatakan hal itu, gue mendapat "pengelihatan" tentang calonnya,

Ganteng, putih, mapan, tinggi, keturunan, bahkan juga dari keluarga yang "beragama", cukup sempurna dan klopun mau pasti dengan mudah jadi cover boy

Gue hanya mengangguk angguk seakan paham dengan situasinya, dan seperti orang orang good looking pada umumnya tentu ga jauh jauh ama lawan jenis tidak terkecuali calon Sarah, bahkan bisa di bilang hyper. menarik

Gue tatap wajah cantik Sarah dari samping, wajah yang sedari tadi tersenyum bahagia dan pipinya yang merona kini menunjukkan wajah sedihnya, entah keberanian dari mana tiba tiba tangan gue menyentuh dan mengusap kepala yang diselimuti hijab itu, suara gemerisik rambutnya menggelitik saat tangan gue mulai bergerak perlahan, dan Sarah pun terlihat sedikit terkejut saat merasakan telapak tangan gue mengusap kepalanya, matanya terpejam dan kepalanya bersandar di bahu gue

"Seandainya kalau km dijodohkan gimana ril?" Sarah membuka matanya dan melihat ke arah gue

Mendengar hal itu membuat gue berpikir sejenak...

"Tergantung sih Sar..."
"Maksudnya ril?"
"Jujur aja Sar, gue pribadi bisa di bilang average bahkan under, baik dari segi harta, fisik dan lainnya, jadi klo calon pasangan yang mau dijodohin ke gue ga ragu ngeliat itu, gue fine aja, meskipun pada akhirnya calon mertua melihat dari segi lain dan membuat perspektif negatif tentu juga jadi penilaian lain sih..."
"Klo calon km biasa biasa aja ril?"
"Bukan munafik ya Sar, mayoritas pasti liat fisik, tapi karena gue pribadi bisa melihat hal "lain" tentu juga jadi pertimbangan yang paling utama, seandainya gue juga ga punya kelebihan ini pun gue lebih realistis aja, ga pilih pilih klo dia oke ya ayok aja haha..."

Tampak Sarah mendengarkan kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut gue dengan seksama

"Tapi kan ini menyangkut masa depan ril, pernikahan bukannya harus saling mengenal terlebih dahulu?"
"Bener Sar, cuman klo menurut gue pribadi ya, mau sekenal apapun pasangan tetep aja ada titik jenuh, ga sedikit kan yang pacaran bertahun tahun tapi malah pisah dan akhirnya nikah dengan orang lain? status pernikahan ga seenteng status pacaran sih, mungkin kebanyakan menganggap itu hal sama, tapi menurut gue sih engga, meskipun gue juga ga bisa pastikan tapi klo orang udah niatnya menikah pasti sedikit banyak bakalan mempengaruhi pribadinya... dan klo itu orang yang berakhlak pasti bakalan mati matian memperjuangkan"
"Nah, kan ga semua orang berakhlak seperti yang kamu bilang ril?"
"Itulah kenapa, kita menikah dengan orang itu jangan cari yang sempurna, meskipun ga bakalan ad ya, tapi maksud gue setidaknya dengan berpasangan maka mereka akan menjadi sempurna, saling menutupi kekurangan jadi jalaninnya... paling ngga dalam agama kan mengutamakan yang beragama dulu Sar"
"Tapi ril, banyak diluar sana meskipun maaf ya, lulusan pesantren dll tetep aja ada melencengnya"
"Nah berarti mereka belum paham agama Sar..." gue memasang wajah "menang" sambil tersenyum menatap ke Sarah

Melihat gue yang bersikap seperti itu membuat wajah Sarah merona kemerahan

"Kriterianya emang kayak gimana ril? Klo kayak km gini?"
"Klo diliat dari agama sih cukup Sar, cuman klo dari mental kayaknya belum deh, niat juga" gue salah tingkah menanggapi pertanyaan Sarah karena terasa di jebak dan wajahnya yang tiba tiba tersenyum puas seperti berhasil membalas jawaban gue tadi
"Iya iyaa percayaa... hihhi" wajah cantiknya kembali tersenyum, tidak ada lagi rasa kecewa dan sedih seperti yang dia perlihatkan tadi
"Hehe...."
"Yuk Ril, capeekkk pengen rebahannn"

Sarah berdiri dari duduknya dan tidak lupa membuang sisa jajanan yang ia makan tadi, kemudian berjalan mengarah ke parkiran, gue yang merasa kalah hanya bisa menggaruk kepala yang ga gatal

Gue memilih sebuah Villa yang berada di ketinggian agar bisa melihat suasana asri di sekitar, meskipun siang hari suasana dikota ini masih terasa dingin

Mungkin karena bukan waktu liburan membuat suasana disekitar juga lebih sepi dan terasa lebih tenang

Kamarnya seperti layaknya sebuah kamar hotel lengkap dengan kamar mandi dalam dengan shower dan bathub, ranjang queen size yang bersih dan harganya juga lebih lumayan

Gue yang tadinya masih santai tiba tiba merasa gugup karena menyadari tujuan kami berdua di villa, melihat Sarah yang seperti pertama kali memasuki dengan wajah yang tidak terlihat gugup sekalipun membuat gue malu, apa mungkin gue yang overthinking?

“Sar, gue bersih bersih dulu ya, badan lengket ini kena keringet”

Sarah hanya menganggukan kepala
kemudian kembali sibuk dengan sekitarnya

Dikamar mandi, dinginnya air shower setidaknya membuat nafsu gue yang tadinya sedikit tinggi karena berada di kamar berdua dengan Sarah sedikit mereda

Gue berpikir mungkin Sarah hanya butuh seseorang karena banyaknya masalah yang sedang dia rasakan sekarang dan entah apa yang bisa gue lakukan untuk bisa membantu meskipun sedikit

Keluar dari kamar mandi gue lihat Sarah sedang berdiri di dekat meja, pinggulnya bergerak keatas dan kebawah bahkan kakinya jinjit keatas dan gue dengar sedikit erangan

Tanpa merasa bersalah dan ada yang aneh, gue pun memanggil namanya

“Sar? Gue udah nih”
Dan entah kenapa disaat gue memanggil namanya, badannya sedikit bergetar dan kedua tangannya yang bertumpu pada meja juga sedikit bergoyang, setelah beberapa saat nafasnya ikut menderu kencang dan berat

Gue dekati Sarah dan gue tepuk pundaknya, Sarah seperti kelelahan dan badannya bertumpu pada meja didepannya

“Sar? Kenapa?”

Gue lihat dari dekat dan meliat wajahnya kemerahan, matanya menutup dan kemudian dia menjawab dengan suara sedikit parau

“Ehhh, iyaa rill, bentarr… hahh….”

Nafasnya sedikit tidak beraturan tapi gue beranggapan bahwa mungkin dia hanya capek apalagi saat gue tau dia punya masalah yang cukup berat untuk kedepannya

Gue beralih untuk duduk diranjang dengan masih berpakaian lengkap sembari menonton tv, sedangkan Sarah beranjak menuju kamar mandi

Pikiran gue tidak sedikitpun memperhatikan dan menangkap tayangan di tv, melainkan ke hal lain terutama tentang apa yang harus gue lakukan sekarang, apa tidak ada jalan lain selain hal ini untuk membantu Sarah

Gue bermain HP sebentar untuk membalas pesan anak anak dan kemudian gue mendengar suara Sarah yang keluar dari kamar mandi

“Dingin ril”

Pandangan gue masih berada di depan TV sebelum akhirnya menoleh kearah tempat kamar mandi berada, disana gue lihat Sarah dengan tanpa memakai hijabnya, kulitnya kuning langsat rambutnya hitam legam panjang sebahu lebih sedikit, badannya lebih tinggi sedikit dibandingkan Cindy tapi sedikit montok, dia memakai kaos putih dengan celana pendek diatas lutut, kaosnya yang sedikit basah itu tentu seakan memberikan kesempatan untuk mata gue melihat sedikit bra nya yang berwarna biru muda

Gundukan gunung kembar itu terlihat lebih besar dibandingkan saat dia memakai kemeja di kampus, jauh terkesan lebih seksi yang sontak membuat gue sedikit tertegun
Sarah yang melihat kearah gue jadi ikut kaget namun untuk menutupi rasa malunya ia malah mendekat untuk duduk disamping gue diranjang

Gue yang sadar kemudian memalingkan muka kearah tv yang menyala, tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut kami, yang terdengar hanyalah suara berisik dari tv dan sesekali AC yang menghembuskan angina dingin

Entah darimana keberanian itu muncul, tangan Sarah bergerak menuju tangan gue, tangannya yang halus itu kini menimpa tangan gue yang berada di sebelahnya
Gue yang bisa dibilang berpengalaman pun hanya bisa terdiam, bukan apa tapi gue masih merasa apa semua bantuan yang bisa gue berikan ini cuman ddari hal ini?

Bukan dari hal lain? Gue takut ini akan menjadi kebiasaan dan menjadi alasan untuk membantu orang lain hanya lewat bantuan seperti ini bukan yang lain
Melihat gue tidak ada gerakan sama sekali, seperti membuang rasa malunya, Sarah bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kea rah depan gue, menutup pandangan gue yang terfokus di tv

“Ril…” mukanya memerah bahkan gue bisa melihat sedikit getaran kecil sekujur badannya, tampaknya dia terlalu memaksakan diri

Nafsu kembali memenangkan pertarungan, gue tarik perlahan Sarah kepelukan gue sampai gue bisa merasakan hangat dan deru nafasnya yang semakin menggebu
Gue kecup bibirnya, terasa sedikit manis dan ada aroma segar dari mulutnya, setelah gue kecup, gue tarik bibir gue menjauh dan melihat Sarah yang tampaknya sudah pasrah

Rambut basahnya yang menempel di leher jenjangnya dan aroma wangi dari sampo dan sabunnya membuat gue ingin berlama lama memeluknya

Posisi kami sekarang berhadap hadapan sembari duduk di ranjang, dadanya bergerak mengikuti setiap tarikan nafasnya, gue kecup kembali bibirnya dan kali ini Sarah merespon dengan membuka mulutnya, lidahnya mulai mencari dan bergerak seperti sebuah ular yang menari, saat lidah kami bertemu seperti tidak punya rasa sabar Sarah mengait lidah gue

Entah gue merasa bahwa Sarah memiliki cukup banyak pengalaman tapi gue tidak menemukan di pikirannya, tangan gue yang tadinya diam kini merambat menuju kearah dadanya

Dengan perlahan dan pasti tangan gue menyentuh payudaranya yang bisa dibilang besar itu, bahkan saat gue memberikan tekanan, payudaranya memberikan perlawanan dan membuat tangan gue seperti terpantul, meskipun gue belum bisa merasakan secara langsung tapi perbuatan gue membuat Sarah sedikit mempercepat kuluman di bibirnya, lidahnya masih mengait dan bergerak liar seakan ingin mengajak lidah gue menjelajahi mulutnya

Dengan gerakan memutar tangan gue memijat payudaranya, dan perlahan mulai turun kearah perut untuk menyusup masuk di balik bajunya

Tangan gue masuk melalui ujung bajunya dan kemudian lurus ke atas sebelum hinggap di payudaranya yang masih tertutup bra, gue elus sedikit putingnya yang masih tersembunyi dibalik branya, badan Sarah mengejan sampai ciuman kami terpaksa terlepas

"Rillll, ngghhhhh geliiii" tangannya kini memegang lengan gue, rambut basahnya kini semakin tidak beraturan, bibirnya yang lumayan tebal itu sedikit bergetar berusaha mengatur volume erangannya

Dengan cekatan gue dorong branya ke atas dan kini payudaranya yang kenyal itu seperti terpantul dan bergerak bebas, tangan gue melanjutkan aksinya dan kini gue buka kaos putihnya

Dan kini terpampanglah wujud topless Sarah yang belum pernah gue tau sebelumnya, dengan wajah khas wanita arab dengan hidung mancung dan matanya yang tajam membuat proporsi setiap bagian badannya terlihat sempurna, belum lagi butiran keringat yang muncul di beberapa titik, sedangkan kedua payudaranya yang lumayan besar seukuran lebih dari telapak tangan itu bergantung indah, dengan puting berwarna coklat muda dan menegang menambah kesan seksi yang berada di level yang berbeda dibanding wanita wanita lain

Bibir gue beralih kebawah, lidah gue berusaha mengitari aerolanya dan menghindari putingnya

"Rilll, ujungnyaaa issshhh" Sarah hanya bisa bergerak secara liar kesegala arah menahan rasa geli yang menjalar disekujur badannya, sedangkan gue yang mencoba menggodanya akhirnya melahap putingnya, terasa kenyal dan saat gue hisap sedikit keras tidak lupa jari tangan gue juga ikut meremas dan mengelus puting payudara sebelah kirinya

Selang beberapa menit gue bermain di bagian putingnya, badan Sarah kembali mengejan dengan keras, tangannya menjambak rambut gue

"Enggghhhh, ahhh riilllll" badannya melemas sembari memeluk kepala gue yang sedang bermain dibagian dadanya, rasa sedikit manis dari sabun dan asin keringat membuat gue semakin betah berlama lama

Gue tarik kepala gue untuk melihat Sarah, wajahnya memerah, tatapan matanya sendu dengan tarikan nafas yang masih belum stabil, gue baringkan badannya ke arah ranjang, pandangan yang telah lama ga lagi gue saksikan

Tatapan mata kami bertemu dan kemudian gue turunan celana pendeknya ke bawah melewati kakinya yang mulus, Sarah hanya bisa pasrah terhadap apapun yang gue lakukan, mengikuti alur yang entah akan sampai mana ujungnya

Terlihat CD putih yang lembab dibagian luar Ms. Vnya, gue sentuh menggunakan jari telunjuk dan Sarah terlihat kegelian

"Ngghh, rill kamu apaaiinnn" pahanya menghimpit tangan gue yang sedang meraba msVnya
"Rileks aja ya Sar.."

Gue buka kedua pahanya dan menurunkan CDnya yang lumayan basah...

Dan terlihatnya MsVnya, berwarna sedikit gelap dibandingkan sekitarnya, garis msVnya yang masih terlihat rapih tanda bahwa belum ada benda asing yang menjelajah kesana, cairan orgasme nya membuat msVnya terlihat berkilau terkena pantulan lampu meja, bulu kemaluannya yang dicukur rapi membentuk segitiga tepat diatas msVny, gue pun mendekat dan gue julurkan lidah gue ke atas dan kebawah

Sarah yang tampak terkejut atas apa yang gue lakukan hanya bisa menggerakkan kedua pahanya untuk mengapit kepala gue,

"Riilll, kamu apain lagiiii" badannya bergerak ke kiri dan kanan menahan sensasi di bagian msVnya

Entah karena udah lama gue ga "beraktifitas", sensasi yang gue rasakan lebih terasa menggetarkan emosi, disamping gue yang masih berusaha untuk "menolak" bantuan seperti ini, disatu sisi gue ingin melampiaskan nafsu yang belum terpuaskan beberapa waktu ini

Lidah gue masih menari di bagian dalam MsVnya, bau semerbak yang membuat gue kembali merasakan sensasinya, saat lidah gue menyentuh bagian clitnya, gue gigit kecil dan itu membuat Sarah kembali menggelinjang kegelian

"Mphhh, aaahhhhh" Badannya kembali mengejan, kali ini terasa sakit dibagian kepala gue saat pahanya menghimpit sedikit agak keras, dan gue rasakan semburan cairan orgasmenya yang entah kenapa masih sangat banyak meskipun dia sudah keluar sebelumnya, mulut gue dengan rakus menyapu semua bagian msVnya, dan cairannya membasahi mulut gue

Saat jepitan pahanya melemah, gue bangkit dari posisi dan berpindah ke sebelahnya, setelah mengatur nafas beberapa saat, Sarah menggerakkan badannya ke samping hingga kini kami berhadap hadapan

"Pantes Chelsea teriak teriak ya Ril, kamu jago banget" Sarah tersenyum dan tatapan matanya yang masih terlihat tajam itu seolah ingin mengatakan sesuatu

Gue hanya tersenyum mendengarnya, mungkin dengan gue bertindak seperti ini gue ga perlu bertindak lebih jauh lagi tapi...

"Curang ihh, kamu masih pakai pakaian lengkap, siniin"

Sarah bangkit dan melucuti semua pakaian yang melekat, dan saat dia melepas CD gue, dia sedikit terhenyak karena melihat penis gue yang tegang maksimal, bahkan gue sengaja gerakan mengangguk membuat Sarah kembali tertegun

Tangannya tiba tiba memegang, awalnya kaku seperti saat menggenggam sebuah batu

"Aduh...." gue sedikit melenguh merasakan penis gue diremas keras, tapi ada sensasi lain yang gue rasakan, tangan Sarah terdiam tapi masih dalam posisi meremas, melihat gue melenguh dia sedikit berpikir kemudian genggamannya mulai bergerak keatas dan kebawah

Karena terasa masih kering, tiba tiba saja Sarah mengecup penis gue dan kali ini lidahnya menjulur keluar menjilat seluruh bagian penis gue, mulai dari batang sampai kepalanya, cairan pelumas yang muncul di kepala penis gue pun tidak luput dari jilatannya, memang terasa kaku tapi dengan sensasi yang seperti itu membuat gue juga merasakan kenikmatan yang berbeda

Tangannya juga kembali bergerak karena penis gue basah dengan air liurnya, cukup lama sampai gue merasakan klimas dan gue hentikan kegiatan sarah

"Ahh, bentar Sar..." Sarah yang mungkin tau karena gerak gerik yang gue keluarkan malah memasukkan penis gue kedalam mulutnya

Hangat dan basah gue rasakan, bahkan sampai terkena langit langit mulutnya kemudian Sarah terbatuk

"Udah sar ga usah dipaksa" kasian juga gue liatnya karena terkesan dia memaksakan diri

Sarah melihat kearah gue dan kemudian menggelengkan kepalanya, dia kembali mengulum penis gue dan gue meringis kesakitan saat giginya mengenai beberapa bagian

"Bentar sar, pelan pelan aja jangan kena gigi"

Sarah mengangguk kemudian seperti seorang yang berpengalaman kepalanya bergerak naik turun dan terkadang melakukan hisapan, terkadang juga terbatuk karena terlalu dalam hingga akhirnya

Gue pegang erat kepalanya dan

Crrrtttt
Crrrttt
Crrrrttt

5-6x semburan sperma bersarang di mulutnya, sedangkan Sarah yang terkejut menelan sebagian sperma gue sebelum terbatuk dan mengeluarkan sisanya

Gue ambilkan tisu di meja untuk melap semua bagian yang keluar, dan kemudian setelah beradaptasi beberapa saat Sarah memeluk badan gue, mungkin malu dengan apa yang baru saja dia tunjukkan, dan gue pun hanya mengusap kepalanya sampai kepunggungnya, payudaranya yang kenyal itu menempel ke dada gue, sedangkan puting kecilnya seakan ingin berada bergesekan dengan sesuatu

"Gimana Sar?" gue mencoba mencairkan suasana dengan mengusap usap punggungnya
"Hihihi, aneh rasanya ril, tapi entah kenapa masih bisa ketrima ama mulut" Sarah menjulurkan lidahnya meledek
"Pantes ya Chelsea kayak puas banget gitu"
"Emang tau klo puas itu kyk gimana?"
"Ishhh, ya ituu kyk ada beban yang lepas gituh, ga tau ahh" kepalanya dia benamkan di dada gue
"Iya iyaaa"

Gue merasa cukup tapi entah kenapa penis gue kembali membesar dan saat gue berusaha mengendalikan, penis gue menyentuh msVnya yang masih terasa basah

"Ihhh, kok itu kamu gede lagi rill? sakit kah?" tangan Sarah kembali memegang penis gue, awalnya hanya disentuh menggunakan telunjuk kemudian dia genggam perlahan dan dia gesekkan di depan gerbang MsVnya..

"Emmmmhhh, riilll, lanjut yaa?"
"Ta, tapi Sar... kamu yakin?"

Sarah menganggukan kepala dengan mantap dan tanpa ragu ragu

"Aku ingin kamu yang pertama rill....."

To be continued
Mantoeeel suhu @hazriel
 
Bimabet
Uuugh.. Manteeep ceritanya suhuuu.. Bikin badan mengejang menikmatibsetiap sensasi orgasme..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd