Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG My Story, My experience (Include Q&A, T&T, Pict, Vid) (Update 29 Februari)

Podcast


  • Total voters
    847
Bagus bang cerita nya... Jgn lama lama ya lanjutannya..
 
Keren pool ceritanya... Teringat masa jaya-jayanya Sriwijaya hahahahaaa
 
"Aku pesankan makan ya Ril, mau makan apa?" Rani beranjak berdiri dari pelukan gue di sofa
"Ga usah ran, ngerepotin banget ini" jujur gue ngerasa ga enak karena selama ini Rani yang selalu keluar duit, gue ga pernah sama sekali mau ngedate di luar atau kemanapun Rani yang bersikeras
"Udah ah biarin, tar ya, kamu beres beres dulu sana" Rani dengan badan setengah telanjang, dadanya yang proporsional itu terlihat indah menggantung
"Bareng mau?" gue tarik tangannya sampai badannya ketarik dan gue kecup bibirnya yang mungil
"Ishh, nambah nanti haha" Rani berusaha melepaskan badannya dari dekapan gue, karena gue juga emang cuman niat ngegoda aja, gue lepas badannya perlahan dan Rani cuman bisa senyum kecil aja


Dinda tertidur di sofa disamping gue yang akhirnya gue tutup menggunakan selimut dan gue beranjak dari ruang tamu menuju kamar mandi, HP gue bergetar dan ada WA masuk dari anak anak


"Kemana lu? gue udah dikontrakan nih" -Mamad
"gue ama mamad mau makan diluar, lu mau ikut kagak?" -Ranu
"Ril, bisa ngobrol ber dua ga? ada yang perlu gue obrolin" -Sarah


Tumben si Sarah ngeWA, karena jujur aja gue ga begitu deket selain waktu di tempat hiking tentunya, dan gue jawab besok aja kalau mau ketemu atau ngobrol. sedangkan Ranu mungkin dari gelagat WAnya dia udah "sadar" tapi karena berhubung waktunya ga tepat akhirnya gue terpaksa tolak.


Gue liat jam dinding udah masuk waktu magrib, saatnya berbenah dan bersih bersih sebelum makan malam, pikiran gue meskipun udah sedikit terobati dengan adanya Rani tapi ga bisa begitu aja ngelupain hal yang baru gue alamin kemaren, sosok Kakek tua yang tiba tiba muncul dan seperti marah, apa jangan jangan karena perbuatan gue ama Chelsea kemaren? gue rasa bukan karena gue ga ngerasa sedikitpun disekitar sana, dipikirin pun ga bakalan ada habisnya, biar aja waktu yang ngejawab.


Malam pun tiba, Rani yang seperti biasa memakai kaos biasa berwarna hitam dan kali ini memakai rok jins yang pendek sehingga kakinya yang lumayan jenjang dan putih terpampang jelas sampai ke paha, rambutnya yang dibiarkan terurai kebelakang mempercantik gaya casualnya, sedangkan Dinda yang badannya sedikit lebih berisi memilih kaos senada dan dadanya yang besar seakan menantang siapa saja untuk berkelahi, celana pendek kain berwarna putih seakan kontras dengan pakaian atasnya, gue yang disuguhin pemandangan seperti itu mau ga mau sedikit hilang konsentrasi, Rani dan Dinda pun seakan malah memperlihatkan dan di satu waktu dia memamerkan ketiaknya saat dia mengikat rambutnya.


Tidak ada yang spesial di makan malam kali ini, ngobrol kesana kemari dan ga ada hal khusus yang harus diingat, setelah makan malam, gue pengennya tidur atau istirahat di kamar tamu tapi Rani malahan mengajak buat ke kamarnya, ya mau ga mau ngikut, di ranjang yang sangat luas itu gue diapit 2 orang wanita cantik yang dari gelagatnya ga bakalan ada niatan tidur.


Gue tarik Rani yang ada di samping kanan gue, dan kini posisi Rani menduduki perut gue yang lagi tiduran, Rani menunduk dan gue sambut bibir mungilnya, dari yang awalnya hanya kecupan ringan sampai bibir kami terbuka dan lidah kami bertaut, tangan gue yang pasif kini beranjak ke badannya, gue raba badannya yang ramping dan badan Rani pun menggelinjang kecil, gue tarik baju Rani ke atas kepala yang memaksa ciuman kami berhenti, muka Rani yang memerah pun hanya bisa menurut dan setelah kaos hitam itu lepas dari kepalanya, gue lempar sembarangan.


Bra yang Rani gunakan berwarna hitam berenda, kontras dengan warna kulitnya yang lumayan putih, tanpa membuang waktu, gue buka pengaitnya dan terpampanglah dadanya yang proporsional itu dengan puting yang sudah tegak kedepan, tidak bosan bosannya gue liat payudara Rani, ada beberapa tetes keringat yang seakan menambah keindahan kanvas kulit yang ada di depan mata gue, tanpa berlama lama, jari jemari gue berdansa diatas kedua payudaranya, suara erangan Rani yang semakin menjadi dan mengeras turut serta menjadi sebuah momen dimana adegan panas yang kami berdua lakukan mencapai titik klimaks, gue gigit kecil puting Rani yang berwarna cerah itu dan diiringi dengan gelinjangan badannya, dia mencapai klimaksnya.


"Rilll... ishhh, jago bener sihh... hihi" Rani kini dalam posisi terlentang, melepas penat dan rasa klimaks yang dia alami beberapa saat lalu, gue kecup bibirnya lembut, ciuman gue turun dari mulut, ke lehernya yang mulai berlahan berkeringat, jilatan demi demi jilatan gue keluarkan sampai akhirnya turun ke payudaranya, gue hisap putingnya dan Rani kembali mengerang, gue turunkan ciuman gue di daerah perutnya dan tangan gue pun perlahan melepaskan rok jins pendek miliknya, Rani seperti kerbau yang di cocok hidungnya pun hanya bisa pasrah dan mengikuti ritme permainan yang gue mulai, CDnya yang berwarna hitam dan basah ditengahnya gue lepas begitu saja dan kini terpampanglah ms V kecil yang bersembunyi dan hanya membentuk garis, ada bulu bulu hitam halus di sekitarnya, gue liat ke arah Rani, wajahnya yang memerah karena rasa malu bercampur dengan nafsu pun hanya bisa mengangguk pasrah dan memberikan persetujuannya.


Tangan gue sedikit bergetar karena ini merupakan hal baru dengan Rani sejauh ini, ketika garis itu gue buka perlahan, dan gue menemukan sebuah Ms V yang sangat berbeda dengan milik Chelsea, meskipun waktu itu gue juga ga bisa lihat secara jelas karena gelapnya malam, tapi gue tau bahwa punya Rani ini belum pernah tersentuh, warna ms Vnya pink pucat khas warna daging, ada lendir basah yang keluar di sela selanya, bahkan clitnya yang berada di atas berukuran sangat kecil hampir tidak terlihat, seperti di hipnotis gue dekati ms V itu, saat ujung lidah gue mencoba menyentuh , badan Rani bergetar hebat yang malah membuat kepala gue terdorong lebih masuk ke ms Vnya, tangan Rani memegang erat kepala gue dan mau ga mau akhirnya gue jilat ms Vny, ada rasa yang ga bisa gue deskripsikan, asin, hambar, sedikit manis dan karena gue tau Rani ga bisa nahan lama lagi akhirnya dengan rakus gue jilat seluruh ms Vnya, Rani hanya bisa melenguh dan melenguh, badannya bergerak liar ke kanan dan kiri, dan disaat lidah gue terkena clitnya, badan Rani bergetar hebat dan keluarlah cairan orgasmenya


Gue liat nafas Rani semakin berat dan kadang ga beraturan, ms Vnya basah kuyup terkena ludah dan cairan orgasmenya, matanya sayu menatap ke arah gue, bibirnya tersenyum kecil dan matanya mulai tertutup perlahan, gue alihkan pandangan ke arah Dinda yang ada disampingnya, badannya yang sedikit berisi dibandingkan Rani membuat dadanya juga berukuran lumayan besar, Dinda sudah melepas semua kain yang menempel di tubuhnya, sepasang buah dada dengan aerola yang lebih gelap dibanding Rani dan putingnya yang juga menonjol keras ke depan, ada bulu bulu hitam yang tumbuh lumayan rimbun menghiasi ms Vnya, bibir ms Vnya sedikit keluar dan berwarna lebih gelap tampaknya, tanpa membuang waktu gue tindih badan Dinda dan ciuman kami berdua pun terjadi, bibirnya yg lumayan tebal dan lidahnya yang bergerak lincah seakan ingin melahap bibir dan lidah gue, suara erangan yang tertahan dari Dinda memenuhi ruang kamar, dinginnya AC ga mampu meredam panas birahi kami, peluh keringat mulai muncul di sudut badan gue, tangan gue mulai beraksi menjamah dada empuk dengan puting mengacung tajam, lenguhan demi lenguhan masih terdengar, Dinda yang mungkin kewalahan akhirnya menarik bibirnya dan gue arahkan mulut gue ke dadanya, putingnya yang menantang gue gigit kecil dan lenguhan Dinda semakin nyaring terdengar bahkan tangannya tidak lagi sungkan untuk menarik dan menjambak rambut gue, ciuman gue turun perlahan ke arah ms Vnya, meskipun gue agak keder juga lihat bulu hitam yang lumayan banyak tapi tetep aja ga menutup kesempatan gue menikmati apa yang tersaji di depan mata gue.


Gue buka lipatan ms Vnya dan warna di dalamnya sangat kontras dengan yang ada disekitarnya, cairan berlendir yang mulai banyak keluar dari lubang kecil didepan mata gue, tanpa menunggu waktu lama gue jilat, lidah gue menari dan menyapu semua dinding ms Vnya, bahkan clitnya yang mulai menegang tidak luput dari jilatan, dan beberapa saat kemudian badan Dinda bergerak liar dan cairan yang lumayan banyak mulai keluar dari sela selanya...


Burung gue sudah berdiri tegak dan bahkan hampir terlupakan karena gue terfokus pada 2 bidadari yang ada di depan gue, lumayan sakit juga nahannya, gue berpindah ke arah Rani, Rani yang seakan tau menganggukkan kepalanya, disini gue kalut, apa gue masukin dan masa bodoh dengan apa yang bakalan terjadi kedepannya, kepala burung gue sudah mulai menguak garis ms V Rani yang masih tetap mengeluarkan cairan, seakan ingin memperlancar jalan masuk, Rani mengerang perlahan saat kepala burung gue menyeruak masuk, gue pun mulai terasa yang ga bisa dideskripsikan, seakan burung gue dipijat lembut dan terasa hangat, tapi begitu gue sadar gue tarik keluar burung gue, karena gue teringat dengan mantan Rani, apa jadinya kalau gue perawanin? bukannya gue sama aja akhirnya?, burung gue pun perlahan layu, seakan mengerti, Rani menarik burung gue dan kembali di masukkan ke dalam ms Vnya, gue pun menindih Rani dengan pikiran masih kalut luar biasa, dan akhirnya gue putuskan hanya menggesek dipermukaan, gue peluk Rani dari belakang dan gue gesek permukaan ms Vnya dari belakang dengan posisi burung gue di apit dengan kedua paha Rani, gue cium tengkuknya dan gue perlahan bergerak maju mundur meskipun ada rasa kurang nyaman tapi masih kalah dengan rasa nikmatnya ms V Rani meskipun hanya tergesek di area luar, selang beberapa saat gue mengejan dan Rani juga tampaknya ikut mengejan, badannya tertarik dan berbalik kearah belakang, kepala gue ditarik dan kami pun berciuman, gue rasakan basah di sekitar burung gue, dan gue juga menyemprot hampir secara bersamaan


"Rillll.... ishh banyak banget!!" Rani mencolek sperma yang terciprat di pahanya dan tiba tiba jarinya dikulum, ga habis pikir dengan Rani yang entah kenapa jadi seperti ini, gue hanya bisa tersenyum dan gue cium lembut bibirnya, Dinda yang ga mau kalah memeluk punggung gue dan dadanya ditempelkan ke punggung gue


"Rani ah, lupa ama temennya disini, bagi bagi dong Arielny"
"Hihi, cari sendiri besok weeekkk" Rani masih saja sempat untuk bercanda dengan sahabatnya, gue yang ngeliat Rani seperti anak kecil hanya bisa tersenyum kecil, klopun kondisi ekonomi gue bisa lebih baik, tentu ga bakalan malu gue bersanding dengan Rani, tapi berhubung takdir berkata lain, gue hanya bisa menghela nafas panjang...


Melihat 2 sahabat karib ini bersenda gurau meskipun dalam kondisi tidak berbusana membuat lama kelamaan nafsu gue bangkit lagi dan gue pun melanjutkan pergumulan kami ber 3 meskipun hanya diakhiri dengan petting, setidaknya itu bisa menghilangkan beberapa pikiran yang sedang gue rasain


Entah berapa lama gue bergumul dengan Rani dan Dinda dan terlelap, badan gue penuh dengan peluh keringat, gue lihat jam di dinding menunjukkan pukul 4 subuh, gue bersih bersih dan memutuskan buat ke kontrakan nanti.


Skip, gue dikontrakan ngobrol serius ama Mamad dan Ranu, yang berakhir ga ada jalan keluar meskipun sepertinya si Kakek ini ga menunjukkan wujudnya lagi, sedangkan Ranu ini ga percaya ama yang ghaib ghaib jadi sedikit banyak hasilnya buntu dan kami putuskan buat lupain.


Siangnya gue ketemu ama si Sarah di sebuah cafe, klo dibandingin ama Rani mereka berdua ini punya kelebihan masing masing, meskipun Sarah ini perawakannya lebih kecil, tapi wajahnya yang kearab araban dan kulitnya yang kuning langsat menambah kecantikan alami yang menonjol, dengan hijab pasmina pendek, dadanya lumayan kecil dan terlihat hanya berupa tonjolan kalau dilihat dari luar bajunya, dan namanya mahasiswi pasti fashionnya ga jauh dari kata modis.


"Ril, gue mau ngomong sesuatu serius", Sarah dengan muka serius mulai membuka suara, gue yang mulai menebak nebak arah pembicaraan mulai dapat ide, mungkin ga jauh dari hiking dan pribadinya.
"Ngomong aja sar, santai aja ga usah dibawah serius" jawab gue sambil menyeruput kopi panas
"Lu kan kata anak anak sensitif kan masalah gituan?"
"Gituan gimana maksudnya? banyak artinya nih"
"Ish malah becanda, maksud gue kayak ghaib ghaib gitu"
"Sensitif itu tergantung sih Sar, coba aja cerita ntar klo gue bisa bantu ya gue bantu"
"Jadi gini, entah kenapa setelah hiking gue rasa ada yang berbeda di dalam diri gue" matanya menatap tajam ke arah gue, gue yang yakin klo Sarah ini emang ada sesuatunya ya gue tanggepin serius juga
"Berbeda gimana? elu normal gini kok"
"Sebelumnya jawab jujur Ril, lu ada main kan ama bule waktu itu" dengar Sarah ngomong gini bikin gue kaget juga meskipun gue ada bisa tebak kalau emang Sarah tau sesuatu tapi gue ga sadar segamblang ini
"Gue ga ikut campur Ril, karena kita sama sama dewasa juga, cuman kan katanya klo kita aneh aneh digunung bakalan digangguin kan? dan ini yang gue rasain"
"Jadi elu tau gue main ama bule disana?"
"Iya, dan gue juga ga munafik Ril denger si bule teriak teriak dan gue denger dan liat juga kalian berdua main, tapi yang gue takutin apa karena gue lihat kalian jadi gue bakalan kenapa kenapa?" Raut wajah si sarah mulai berubah sedikit ketakutan
"Engga sih Sar... klo boleh tau knp lu berpikiran sampe berubah, dan berubah gimana spesifiknya?"
"Huft, sebenernya gue malu Ril cerita, tapi berhubung mungkin elu bisa bantu ya udah gue cerita, jadi turun dari gunung, gue ga bisa lupain kalian ML disana, jujur gue juga pernah nonton bokep gitu tapi lom pernah ML sama sekali, dan setelah sampe di kosan, kosan gue kayak kerasa lebih pengap gitu, dan entah kenapa gue jadi gampang naik tiba tiba..." Wajah Sarah memerah mungkin karena malu dan semacamnya, gue cuman bisa bengong karena gue tau jawaban gue ini bakalan nentuin apa yang terjadi kedepannya
"gue juga ga bisa pastiin sih Sar apakah elu nafsu dan ghaib ini ada hubungannya tapi..." entah kenapa gue tiba tiba memfokuskan pandangan gue ke arah leher Sarah yang tertutup jilbab (nanti diakhir cerita bakalan gue ceritain kenapa gue sering kyk gini)
"Udah coba ibadah?" sambung gue
"Iya ril udah, cuman kayak lebih berat aja dan badan gue jadi gerah banget gitu, padahal sebelumnya gue ga pernah kayak gini" Wajah Sarah mulai memerah
"Gue ga bisa bantu banyak sih Sar, cuman mungkin lu perbanyak ibadah kali ya, jujur sih kontrakan gue kedatengan sesuatu juga kemaren tapi akhirnya udah ga ada lagi, mungkin di elu juga kayak gitu, gini deh kalau ada apa apa lu hubungi gue aja, tar gue juga bantu semaksimal mungkin" jawab gue mencoba menenangkan Sarah
"Huft, ya udah Ril, makasih yah, tar gue hubungin dan moga ga ada apa apa"


Disitu kami berdua berpisah, dan akhirnya nambah lagi yang gue pikirin, sesampainya di di kontrakan anak anak lagi ngumpul (kontrakan gue biasanya dijadikan base camp anak anak), btw Ranu ini anak nya aktif organisasi jadi temen medsosnya banyak apalagi yang cewek cewek otomatis banyak yang cakep dan anak anak lagi browsing kayaknya dan karena gue penasaran akhirnya ikut nimbrung juga, waktu itu gue inget di aplikasi "jalan" yang ikon warna merah, pas anak anak browsing scroll followernya, gue liat ada 1 cewek yang beda banget gue rasa, dari profilnya emang keliatan cantik banget, berhijab juga, klo dibandingin ama Rani, Rani itu cantiknya lebih ke arah jawa timuran, sedangkan cewek yang gue liat ini mungkin ada turunan di daerah jawa barat jadi kesan neng gelishnya lebih terasa, nama diprofilnya "Dwi" akhirnya karna penasaran gue tanya tanya ke Ranu, ternyata cewek ini senior, beda satu tahun tapi karena gue juga telat kuliah setahun jadi ya seumuran, kata Ranu ini dulu belum pake hijab dan akhir akhir ini aja dia pake dan karena anak anak ini taunya gue jomblo jadi pas gue ada rasa tertarik anak anak ya dukung tpi berhubung nomernya si Ranu ga punya akhirnya gue hubungin temen cewek gue si Amel, si Amel ini sebenernya angkatan atas tapi cuti setahun jadi akhirnya bareng kelasnya ama anak anak dan kebetulan si Amel ini temen deket si Dwi, tanpa babibu gue minta nomernya bilang mau kenalan tapi si Amel udah ngewanti wanti jangan dekat dekat karena termasuk primadona kampus juga, tapi gue iyain aja karena mungkin emang niat awal iseng dan akhirnya dapat.


Sore itu gue putusin buat ngehubungin si Dwi ini, tapi karena ga ada alasan khusus dan kalau cuman kenalan kayak kurang berasa akhirnya gue terpaksa bumbui dengan kebohongan.


"Assalamualaikum, ini Dwi ya?" gue WA basa basi, lama ga dibales mungkin sampe malem akhirnya ada balasan
"Iya, Waalaikumsalam, siapa ya? dapat nomer darimana?"
"Ah maaf sebelumnya, gue anak Univ ini, dan gue juga rada indigo jadi sedikit banyak sensitif terhadap banyak hal, semalem sebelum gue memutuskan buat ngehubungin kamu, gue ada mimpi gitu jadi kamu kayak ada di lapangan sendirian maen ayunan, kamu pakai pakaian serba putih dan orang orang sebenernya ngeliat kamu tapi karena seperti ngeliat hal yang buruk akhirnya ga ada yang berani mendekat, dan gue coba pegang pundak kamu dan disitu kamu nangis tersedu sedu, maaf sebelumnya ya, dan dpt nomer ini ga usah aku kasih tau ya karena jujur gue kayak ngerasa harus aja hubungin kmu" jujur ini hal terbullshit sepanjang gue hidup (waktu itu) karena gue tau ada sesuatu yang Dwi ini sembunyikan cuman gue ga tau masalahnya dan berakhir bullshit seperti itu, klopun ga dibales ya emng berarti bukan rejeki aja bisa kenalan ama cewek cantik tapi dugaan gue salah tiba tiba HP gue bunyi dan ada nama Dwi yang terpampang jelas sedang melakukan panggilan, gue yang keder takut dilabrak atau diomongin macam macam akhirnya gue angkat aja


"halo, ariel ya?" suara merdu terdengar
"Ah iya, halo, iya gue ariel, maaf tiba tiba nulis gitu" gue agak keder karena takut kenapa kenapa
"Kok kamu bisa nyimpulin gitu Ril?", anjir to the point banget ini cewek, gue pun terpaksa memperpanjang bullshit gue, gue ceritain tentang mimpi itu dan diakhir kata sebelum gue bangun dia bilang tolong, si Dwi yang dengerin secara seksama akhirnya malah nangis!, jujur gue bingung dong baru 5 menit kenal lewat chat udah maen nangis aja
"Hiks, maaf Ril, karena entah kenapa mungkin mimpi kmu bener, aku juga butuh seseorang buat berbagi ril tapi terlalu berat, sampe waktu itu ga tau kenapa tiba tiba ayahku masuk kamar ngeliat aku terus wajahnya tiba tiba jadi sedih dan keluar kamar, aku tanya kenapa dijawab gpp sambil ngelus kepala gue ril, gue bingung, takut, kalut" disitu si Dwi malah cerita panjang lebar padahal ketemu aja belum, tau orang nya aja belum udah cerita bahkan sedetail itu, gue pun mengutuk pernyataan bullshit gue, gimana kalau gue ngaku boong? bisa dihajar gue, gue dengerin ocehannya yang ga berujung itu, dan sampe disatu sisi dia ngaku habis di PERKOSA cowoknya!


To be continued
Dilanjut dong, seru kayak e
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd