Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 3)

Siapa yang akan dinikahi oleh Randy?


  • Total voters
    645
  • Poll closed .
Duhh, idaman banget ya punya keluarga kecil kyk Randy dan Icha..
Udh lahh, Hu, Randy sama Icha sbg istri oertama, annisa istri kedua, biarin Ranty jadi lonT beneran..
Hadeuhh..🤦
Wkwkwk kemungkinan besar masih 1 yang bakal dinikahi resmi sama Randy. Kalo siri mungkin bisa jadi
Haha bener, dlu respect sama ranty tapi entah knp sekarng jijik.. Lebih respect sama icha.. boleh lah icha istri pertama Annisa kedua. Sama sari nikah siri sebagai kepuasan bathin aja.. Haha
Pusing deh Randy ngaturnya 😅
Ranty yg dulu bermetamorfosis menjadi Ranty yg binal.. :mantap:
Apakah ada lanjutan sesion ke 4 tentang kilas balik kisah Ranty...??? :coli:
Belum ada rencana sih hu bikin storynya Ranty pas ditinggal Randy
Minta donk infonya Until I Found U dpt in nya gmn...? :panlok1:
Nanti dikabarin lagi. Paling cepet setelah cerita ini tamat.
Yuk Hu di up scene bikin adiknya Aira :pandaketawa:
Nanti yah tapi gak sama Randy, sama laki-laki lain wkwkwk. *Ketawa jahat
 
Penasaran sbnernya sih bgaimana kehidupan ranty pas d tinggal randi.. di bikin flashback dari pov ranty kyanya menarik..
 
suka bagian ekse Ranty, untuk sebagai pasangan Randy, pilihan tetep Sari :papi:
 
Saya salah satu yg gak akan baca pov ranti,..karena udh gk suka sama karakternya yg skrang..,
Salut sama suhu,..di kasih tau dlu, biar pada gk kecewa, bagi yg gk suka smaa karakter ranti yg skrang
 
Part 9. Kebinalan Ranty
Note : Bagi yang gak suka sama Ranty boleh diskip!

Ranty berjalan ke sebuah gedung bertingkat tempat dia melamar pekerjaan kemarin. Kini penampilannya lebih casual berbeda dengan kemarin yang terlihat formal.

Setelah mengkonfirmasi janji temu kepada resepsionis Ranty langsung menuju ke ruangan Suherman. Tidak bisa dibohongi kalau dirinya kini tengah dirundung keraguan.

Keputusannya semalam yang menerima tawaran dari agensi tersebut adalah bentuk emosinya semata, namun dirinya sudah terlanjur mengiyakan tawaran itu jadi dia tidak bisa mundur lagi.

"Hufhhh...semoga keputusanku tepat." Ranty mencoba menyemangati dirinya sendiri. Walaupun sebenarnya dia menyesal atas keputusan itu.

Ranty masuk ke dalam sebuah ruangan kerja layaknya kantor pada umumnya. Di sana sudah ada seorang pria paruh baya yang mengenakan jas abu-abu dengan kemeja putih serta dasi.

"Sudah siap?" Ranty hanya mengangguk.

"Ikut saya!" perintah Suherman yang dipatuhi oleh Ranty. Mereka keluar gedung. Di depan lobby sudah ada mobil yang terparkir siap untuk mengantar mereka ke suatu tempat.

Ranty harap-harap cemas. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Dalam perjalanan pikiran Ranty benar-benar tidak karuan. Di kepalanya selalu terbayang Randy yang teramat dia cintai.

Apakah dengan semua ini mimpi mereka berdua akan hancur? Bagaimana kalau tidak ketahuan? Bukankah itu jauh lebih baik. Ranty bisa mendapatkan keuntungan dari pekerjaan ini dan dia tidak kehilangan Randy. Ranty juga tidak berencana untuk melakukan pekerjaan ini selamanya.

Ini juga upaya Ranty untuk tetap bertahan di jaman sekarang yang semakin lama semakin mahal.

"Randy, maafin kakak yang udah ambil keputusan ini. Kamu jangan marah ya. Ini semua kakak lakukan demi kita berdua," monolog Ranty sambil memandang ke arah luar jendela mobil.

Mobil mengarah ke sebuah hotel bintang lima yang cukup mewah. Ranty pun turun bersama Suherman. "Santai, jangan tegang gitu," ujar pria itu yang melihat kegugupan Ranty.

"Iya iya..." Ranty menarik nafas dalam lalu menghembuskannya. Ia sapukan keringat yang keluar dari dahinya. Itu bisa merusak makeupnya yang sudah ia persiapkan.

Dengan akses kartu yang dibawa Suherman, mereka masuk ke dalam sebuah kamar tipe presidential suite yang sangat mewah. Ranty pun sampai takjub karenanya.

"Ehemm...permisi bos. Saya sudah bawa orangnya seperti yang bos minta."

Pria tambun yang terungkap di atas kasur hanya mengenakan selembar handuk pun menoleh. Seorang wanita yang berada di atas lelaki itu menghentikan aktifitasnya saat memijat.

Ranty menatap laki-laki itu. Pria yang ia taksir berusia lebih dari lima puluh tahun itu bangkit dan berjalan mendekat ke arah mereka berdua. Rambut lebat menghiasi dada lelaki itu.

Seperti sedang memilih-milih mobil yang akan dibeli di showroom, Baskoro memandang dari puncak kepala sampai ujung jari kaki Ranty sambil mengitarinya.

"Umur kamu berapa?" Itu pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Baskoro.

"Du...dua puluh tiga pak," jawab Ranty gugup. Suherman yang biasanya tenang dan santai pun tampak tegang saat berhadapan dengan Baskoro. Itu sudah menjadi sinyal bagi Ranty bahwa Baskoro bukan pria sembarangan.

"Masih lebih mudaan Cindy," ujar Baskoro pada Suherman. Sepertinya ada perintah khusus untuk mencarikan wanita yang lebih muda lagi.

"Walaupun usianya sedikit di atas Cindy tapi saya yakin perempuan ini servisnya jauh lebih baik, dia punya pengalaman lebih dalam hal memuaskan laki-laki," sanggah Suherman dengan yakin.

Baskoro kembali menatap Ranty tak yakin. Gestur tubuh Ranty seperti belum pernah berhubungan dengan laki-laki atau hanya karena dia gugup?

"Oke, ayo kita buktikan." Baskoro lalu menyuruh Suherman membawa wanita tukang pijat keluar kamar hingga hanya menyisakan dirinya dan juga Ranty.

"Ganti bajumu dengan yang ada di lemari!" suruh Baskoro.

Ranty menurut. Dia lalu membuka lemari pakaian tersebut. Di sana hanya ada setelan-setelan lingerie dan beberapa pakaian yang bisa dikategorikan sangat kekurangan bahan.

Akhirnya pilihan jatuh pada kemeja putih panjang tanpa ada celananya. Baiklah dia akan memakainya dan dengan bawahan celana dalam yang ia pakai sendiri. Itu adalah pakaian paling layak di situ.

Ranty pun memakainya tanpa bra jadi payudaranya murni hanya tertutup oleh kemeja putih nan tipis yang terlihat kebesaran di tubuhnya.

Wanita itu kembali dengan perasaan dag dig dug. Dirinya tidak menyangka akan kembali ke dunia yang ingin ditinggalkannya. Dengan satu tarikan nafas panjang Ranty berusaha merilekskan otot-otot di tubuhnya.

Baskoro dengan menggunakan kimono tanpa dalaman duduk di kursi menunggu Ranty. Dia meletakkan kedua tangannya merentang di atas sandaran sofa.

"Sekarang coba kamu layani saya. Tempat ini sepenuhnya milikmu. Jangan buat saya kecewa atau kontrak batal," celetuk Baskoro santai sambil menyesap rokok Malioboro yang ada di jarinya.

Sejenak Ranty terdiam untuk berpikir. Dirinya tidak pernah diberikan kuasa atas tempat yang dijadikan untuk bersenang-senang. Sekarang dirinya dituntut untuk berinisiatif dalam melayani bosnya itu.

Dia tidak akan mendapatkan nilai tambahan jika langsung pada intinya untuk menggoda dan mengajak bersenggama dengan dirinya. Itu pasti sangat monoton. Ranty harus melakukan sesuatu yang beda dan tidak boleh bermain aman.

Sekilas pandang Ranty tertuju pada kulkas yang berada di ruang itu. Dia pun mencoba mencari sesuatu yang bisa di minum. Benar saja, di sana ada sebotol wine. Ranty kemudian mengambil dua gelas kosong untuk disajikan di atas meja.

Wanita itu menuangkan wine ke dalam dua gelas tersebut. Baskoro masih memasang ekspresi wajah datar menandakan ia belum terlalu terkesima dengan apa yang dilakukan Ranty.

Hampir semua wanita yang menjalani tes itu melakukan hal yang sama. Ranty bingung apa yang harus dilakukannya lagi. Apakah dia langsung duduk di sampingnya dan menawarkan minuman itu atau apa?

"Ehemmm..." Deheman Baskoro memberikan isyarat bahwa Ranty membuang waktu terlalu lama hanya untuk berpikir.

"Sial! Sepertinya ini gak baik. Aku harus melakukan sesuatu!" batin Ranty.

"Do or die." Ranty mengangkat salah satu gelas itu lalu memposisikan diri di depan Baskoro.

Dengan kurang ajar Ranty menuangkan segelas wine tersebut di kepala Baskoro. Sontak pria itu terkejut bukan main dengan apa yang dilakukan Ranty.

Selama ini belum ada talent yang berani sebegitu kurang ajarnya kepada dia. Semuanya penurut dan terkesan takut kepadanya.

Tapi Ranty berbeda. Saat hendak mengumpat, Ranty tiba-tiba sudah duduk di atas pangkuan Baskoro. Dia pegang kedua pipi pria paruh baya itu lalu ia julurkan lidahnya ke hidung besar Baskoro.

Sambil memejamkan mata Ranty menjilati lelehan wine yang mengalir dari atas kepala Baskoro.

Lelaki itu terdiam. Dia tampak surprise namun membiarkan Ranty berbuat sesuatu yang dia mau.

Saat biasanya Baskoro membuat para wanitanya terlihat seperti hewan peliharaan yang menurut disuruh ini itu, sekarang seolah berbalik. Dia seperti tidak memiliki kuasa atas wanita yang ada di hadapannya, justru sebaliknya, Ranty lah yang memiliki kuasa atas dirinya.

Sensasi yang baru pertama kali dia alami namun Baskoro sangat menikmati bertukar peran ini. Ranty menyapu seluruh kulit wajah Baskoro hingga wine yang semula mengalir di mukanya berganti dengan air liur Ranty.

Dengan kerlingan genit Ranty mengambil satu gelas lagi yang masih utuh. Di depan Baskoro, Ranty memasukkan setengah cairan wine itu ke dalam mulutnya namun tidak ia telan.

Ranty turunkan dagu Baskoro agar mulutnya terbuka, lalu Ranty mencium bibir lelaki itu.

Serrr...

Wine yang terkumpul di mulut Ranty mengalir masuk ke dalam kerongkongan Baskoro. Pria itu dengan rakus menjilat dan menyedot-nyedot lidah Ranty untuk memastikan tidak ada cairan itu yang tersisa.

Ranty membuka mulutnya lebar-lebar serta menjulurkan lidahnya untuk disesap oleh Baskoro. Laki-laki tambun itu menyedotnya dengan sangat bernafsu hingga bibirnya tertelan ke dalam mulut Ranty.

Setelah itu Ranty turun dari pangkuan Baskoro. "Gantian sayang," ujar Ranty dengan nada manja.

Wanita itu meminumkan sisa winenya ke mulut Baskoro, tampak paham Baskoro menahannya di dalam mulut. Ranty kemudian berlutut di depan pria paruh baya itu lalu membuka mulutnya lebar dan...

Currr...

Baskoro memuntahkan cairan itu ke mulut Ranty yang mungil. Bukan hanya itu bahkan Baskoro sampai meludah hingga wine tersebut bercampur dengan salivanya. Ranty meneguknya dengan sekali tegukkan.

"Nikmat, mau lagi sayang?" Ranty mengangguk dengan senyum genitnya. Tidak ada yang tahu apa isi hati Ranty namun perempuan itu terlihat begitu menikmati dengan aktivitas yang mereka lakukan.

Baskoro lalu kembali menuangkan wine di dua gelas mereka. Kini mereka meminumnya dengan cara normal. Pengaruh alkohol mulai terasa di tubuh mereka.

"Kita lanjut sayang?" goda Ranty sambil menggigit bibir bawahnya di bagian samping.

"Lakukanlah semaunya sayang. Aku sepenuhnya milikmu," balas Baskoro yang percaya sepenuhnya kepada Ranty.

Hal itu membuat Ranty tersenyum girang. Matanya ia turunkan ke tubuh bagian bawah Baskoro. Saat itu Baskoro hanya memakai kimono mandi tanpa ada selembar benangpun di balik itu.

Maka ketika Ranty melebarkan paha Baskoro langsung nampak senjata pria itu yang sudah dalam keadaan ereksi maksimal.

"Uhh...i like it. Ini yang aku cari-cari," ungkap Ranty senang seperti menemukan harta karun.

Baskoro duduk pasrah bersandar dengan mata tertutup menikmati lidah Ranty yang bergerak memainkan batang kemaluannya dengan lembut.

Benda itu tertelan di mulut Ranty. Lidahnya menyapu seluruh permukaan kulit yang membungkus daging lonjong itu. Tak terkecuali lubang kecil yang sering dipakai untuk pipis.

"Arghhh...ssshhh...nikmat sayang." Baskoro mendesah kala lubang anusnya dimasuki oleh benda panjang. Ternyata itu adalah jari tengah Ranty.

Ia menggerakkan jarinya keluar masuk lubang kotoran Baskoro sambil menjilat-jilat penisnya hingga ke buah zakarnya.

Baskoro bergidik seperti tersengat listrik aliran rendah yang sangat nikmat. Lagi-lagi baru pertama kali dirinya merasakan hal demikian, dan itu berasal dari Ranty.

Tidak sia-sia dia mempekerjakan Suherman yang pandai memilih talenta-talenta yang berbakat seperti Ranty.

"Sekarang nungging dong sayang," pinta Ranty. Seperti kerbau dicucuk hidungnya Baskoro menurut tanpa syarat.

Kini pria itu sudah menungging di atas sofa dengan berpegangan pada sandaran. Disibukkannya kimono itu ke atas. Baskoro dapat melihat Ranty dari sela-sela selangkangannya.

Tanpa diduga Baskoro merasakan duburnya disapu oleh benda kenyal yang basah.

"Umm...achhh...sssppp...cccppp..." Ranty menjilati lubang itu tanpa rasa jijik. Tangannya berperan mengocok penis pria itu.

Baskoro mendesah kenikmatan. "Uhhh...achhh...sayang...nikmat banget. Lelaki itu merem melek merasakan sensasi yang teramat sangat nikmat yang baru pertama kali dia alami.

Dengan telaten Ranty menginspeksi seluruh sudut anus Baskoro hingga kedua bokongnya. Tangan Baskoro terulur ke belakang untuk memegang kepala Ranty agar semakin lekat di antara dua gumpalan daging itu.

Tidak tahan dengan sensasi itu Baskoro akhirnya menyerah. Dengan menengadahkan kepalanya ia sampai pada puncak kenikmatan.

Crottt...crottt...crottt...

Cairan putih keluar deras dari lubang kencing Baskoro dan mendarat di atas sofa hotel tersebut.

Mengetahui pasangannya telah orgasme Ranty menghentikan aktifitasnya. Dia meludah ke lantai kemudian menuangkan segelas wine lalu buru-buru meminumnya untuk menetralisir rasa tidak nyaman di lidahnya setelah menjilati lubang yang tidak seharusnya dijilati.

Baskoro membalikkan badannya sambil mengatur nafas yang tersengal-sengal. "Aku puas sayang dengan servismu." Ranty tersenyum lalu mengangguk.

Ranty merasa lega karena bisa memuasi bosnya tanpa harus adanya persenggamaan. Ketika Ranty mengira semua telah usai, Baskoro kembali menyeletuk. "Kita istirahat dulu. Nanti kita lanjut lagi ke ronde berikutnya."

Saat itu Ranty merasa kecewa tapi buru-buru ia tutupi dengan sebuah senyuman palsu. Walau bagaimanapun dirinya harus tampil seolah-olah begitu menikmati apa yang mereka lakukan. Nyatanya semua itu hanya akting belaka.

"Sekarang kita pesan makanan dulu. Aku akan menghubungi Suherman untuk memesankan makanan."

Setelah itu Baskoro memulai panggilan dengan orang di luar. Ranty memutuskan untuk pergi ke toilet untuk buang air kecil. Untung dia belum begitu mabuk setelah menegak lebih dari dua gelas wine.

Tiba-tiba dirinya teringat Randy. Sedang apa dia sekarang? Dimana? Dengan siapa? Semalam berbuat apa? Berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya.

Setelah menyelesaikan hajatnya, Ranty kembali bergabung dengan Baskoro duduk di sofa sambil berpelukan. Tentu saja setelah membersihkan sisa sperma yang menempel di sofa tersebut.

Tangan Baskoro yang nakal menjelajahi bagian-bagian tubuh Ranty yang belum sempat terjamah olehnya.

Tak berselang lama bel pintu kamar hotel itu berbunyi. Ranty berdiri untuk membukakan pintu. Ternyata makanan itu diantar langsung oleh Suherman.

"Sepertinya kamu melakukan pekerjaanmu dengan baik. Bos sampe membatalkan pertemuan dengan salah satu klien penting," bisik Suherman.

"Itu bukan urusanmu!" Ranty langsung menutup pintu itu dengan sedikit keras.

Berada di atas angin karena berhasil menaklukkan bos besarnya membuat Ranty kini tidak takut kepada Suherman. Tidak seperti kemarin dirinya tampak takut dengan sosok lelaki itu.

Ranty kembali dengan membawa makanan di tangannya. Mereka berdua makan dengan lahap.

"Apa kamu punya pasangan?" tanya Baskoro sambil menyesap rokok Malioboro.

Sejenak Ranty berpikir. Kemudian dia memutuskan untuk menjawab. "Tidak. Saya tidak memiliki pasangan."

"Tapi kamu kelihatan sangat mahir. Dari mana kamu mempelajarinya?"

"Otodidak," jawab Ranty singkat, santai, dan terlihat acuh.

Baskoro hanya mengangguk paham. Dalam hati dirinya berpikir Ranty adalah satu-satunya wanita yang menjawab pertanyaannya hanya dengan satu kata. Yang lain pasti tidak akan berani melakukannya.

Ranty mengambil sebatang rokok milik Baskoro tanpa meminta izin terlebih dahulu lalu menyulutnya dengan korek gas.

Ranty menghembuskan asap rokok itu ke udara. Dirinya begitu menikmati saat nikotin itu menghampiri paru-parunya. Saat ini mereka sedang beristirahat untuk mengembalikan tenaganya. Jadi Ranty merasa tidak perlu untuk berakting bermanja-manjaan seperti yang mereka lakukan tadi.

Ranty kemudian mematikan rokok itu di dalam asbak ketika hanya menyisakan filternya saja. Wanita itu menatap Baskoro sembari mengedipkan matanya. Ranty memberikan kode untuk lanjut ke ronde berikutnya.

Baskoro mengangguk. Ranty kemudian berlutut di depan lelaki itu. Dimainkan batang kejantanan yang masih dalam keadaan lemas itu hingga berdiri tegak.

Ranty lalu duduk dipangkuan Baskoro. Dengan gerakan sensual dia melepaskan satu per satu kancing kemeja putih miliknya. Baru dua kancing terlepas Baskoro menahannya.

"Biar saya yang lanjutkan." Ranty menurut. Kini kedua tangannya bertumpu pada sandaran sofa sedangkan Baskoro yang mengambil alih untuk melepaskan sisa kancing tersebut hingga menampilkan apa yang tersembunyi di dalamnya.

Dua gumpalan daging yang mencuat di puncaknya terlihat sangat sekal. Baskoro tidak tahan untuk mulai menjamahnya pertama kali.

"Ummm...sssppp...cccppp...sssppp..." Dengan rakusnya mulut Baskoro menyusu pada kedua puting payudara Ranty yang sudah mengeras.

"Ouhhh...enak...sayang...iyahhh...terusss...sedot yang kuat, ouhhh..." racau Ranty seraya meliak liukan badannya seperti cacing kepanasan karena rangsangan yang diterima dari lelaki itu.

Ketika payudara kirinya dicaplok oleh mulutnya, payudara kanan di remas-remas dengan menggunakan tangan. Begitu juga sebaliknya.

Setelah puas Ranty kemudian berdiri. Dia melemparkan kemeja putih itu ke sembarang arah dan hanya menyisakan celana dalam miliknya sendiri.

Dia lalu berbalik memunggungi Baskoro. Dengan gerakan menggoda Ranty perlahan menurunkan penutup terakhir di tubuhnya.

Sambil membungkuk Ranty melepaskan celana dalam itu dari kakinya sehingga posisinya kini menungging menampakkandua lubang sempitnya.

Baskoro yang melihat pemandangan indah itu langsung menyeret pinggul Ranty mendekat.

"Ouhhh...sayang...iya jilatin bagian itunya. Masukin lidahmu sayang, masukin jarinya." Baskoro menuruti semua permintaan Ranty. Ia julurkan lidahnya masuk ke lubang anus Ranty sedangkan jari tengah dan manisnya mengobok-obok vagina perempuan itu.

"Ouhhh...ssshhh..." Sambil memejamkan mata Ranty mencengkeram pinggiran meja dengan kepala yang menengadah ke atas.

Kali ini nikmatnya tidak bohong. Ranty benar-benar terangsang dengan aksi Baskoro. Bukan akting semata. Itu membuat dirinya lupa kalau ingin cepat-cepat selesai dan pulang.

Baskoro menyudahi aksinya. "Sekarang ayo kita mulai ke intinya. Saya gak mau kamu keluar duluan sayang."

Ranty kemudian mengambil alat kontrasepsi yang tersedia di bawah meja tersebut, wanita itu lalu membalikkan badannya. Di pasangnya alat tersebut membungkus senjata Baskoro. Ranty kemudian merangkak duduk di atas pangkuan Baskoro lagi.

Inisiatif Ranty mencium dan memagut bibir Baskoro. Mereka berciuman sangat panas. Lidah mereka saling bertukar saliva. Tangan Ranty memegang kejantanan pria itu lalu mengarahkannya ke inti tubuhnya.

Blesss...

Baskoro merem melek merasakan jepitan otot vagina Ranty yang begitu menggigit. Hanya sesaat mereka saling beradaptasi dengan ukuran masing-masing.

Ranty langsung beraksi menaik turunkan pinggulnya agar senjata Baskoro bergesekan dengan dinding vaginanya. Ranty mulai keracau. "Ouhhh...yahhh...enak sayanggg..."

"Emhhh... punyamu juga enak, sempittt...ouhhh...goyang terusss..."

Plakkk...!!!

Baskoro menampar pantat semok Ranty. Wanita itu semakin semangat menggoyang pinggulnya. Dada Ranty sudah basah oleh keringat dan air liur Baskoro yang tidak henti-hentinya mencumbui payudaranya.

"Achhh...sayang aku mau nyhampeee..." desah Ranty yang hampir mencapai puncak kenikmatan.

"Achhh...keluarkan sayang. Keluarkan semuanya..."

Dua kelamin mereka semakin cepat dan semakin kuat saat bertubrukan. Ranty yang sudah di ujung tanduk tidak bisa menahan ledakan orgasmenya lagi dari dalam tubuh.

Serrr...serrr...serrr...

"Awnghhhhhh...!!!" Ranty ambruk di atas tubuh Baskoro dengan nafas tersengal-sengal. Meskipun belum mendapatkan pelepasannya, Baskoro puas karena berhasil membuat wanitanya orgasme duluan.

"Kita pindah ke kasur yuk!" ajak Baskoro.

Dia kemudian mengangkat tubuh Ranty. Wanita itu reflek melingkarkan kakinya di pinggang Baskoro. Mereka terlihat seperti ibu monyet yang sedang membopong anaknya.

Sesampainya di ranjang, Baskoro langsung mendorong Ranty hingga jatuh di atas benda empuk itu. Ranty mundur dengan hanya menggerakkan siku dan kakinya.

Dengan jari telunjuknya Ranty mengundang Baskoro untuk mendekat. Lelaki itu lalu merangkak di atas kasur hingga sampai tepat di atas Ranty.

Baskoro langsung membabi-buta mencumbui bibir Ranty serta meremas-remas payudaranya yang menggoda.

"Ummm...ssscccppllpp...ssssppp..." Dengan satu tangannya Baskoro memasukkan kejantanannya ke goa lendir yang sudah sangat basah itu.

Blesss...

Kedua kelamin mereka kembali berinteraksi. Baskoro memompa vagina Ranty dengan cepat. Sambil berciuman Ranty mendekap leher Baskoro dengan erat.

Kedua kaki Ranty diangkat sampai ke bahu Baskoro yang membuat pinggul Ranty terangkat beberapa senti ke atas.

Gesekan-gesekan antara kedua kulit mereka menambah sensasi nikmat. Apalagi dada Baskoro yang berbulu lebat menggelitik tubuh Ranty bagian depan.

"Emmm...ssshhh...enak sayanggg..." desah Ranty yang diselimuti birahi yang kuat.

"Iyesss...nikmat sekali sayang...huhhh..." Baskoro semakin mempercepat pompaannya membuat Ranty menggelinjang keenakan.

Hanya berkisar 10 menit badai orgasme kembali menerpa Ranty. "Ouhhh...aku mau nyhampeee lagiii sayanggg..."

"Uhhh...keluarkan aja sayanggg...sembur kontolku dengan cairan cintamu!" Ranty mengangguk lalu berkonsentrasi untuk mendapatkan pelepasannya yang kedua.

Wanita itu meremas rambut belakang Baskoro. Badai orgasmenya datang. Ia mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi.

"Awnghhhhhh...!!!"

Serrr...serrr...serrr...

Cairan cinta Ranty menyembur keluar hingga membasahi sprei kasur yang sedang mereka tiduri. Baskoro menghentikan gerakannya memberikan Ranty kesempatan untuk memulihkan tenaganya atau sekedar menormalkan deru nafasnya.

Ranty merasa sangat lelah namun juga puas. Ternyata lelaki paruh baya itu masih mampu untuk membuatnya kenikmatan.

Semua yang awalnya hanya sandiwara belaka kini Ranty perlahan mulai nyaman dengan peran itu.

Setelah Ranty pulih, Baskoro lalu membalikkan tubuh perempuan itu dalam posisi nungging. Dengan bertumpu pada kedua lututnya Baskoro kemudian menyelipkan batang penisnya ke dalam inti tubuh Ranty sekali lagi.

Baskoro langsung bergerak dengan cepat. Kini ia mulai fokus untuk mendapatkan kenikmatannya sendiri setelah berhasil memukul telak wanita itu dengan dua kali orgasme.

Kepala Ranty kini menjadi tumpuan depan ketika kedua tangannya terulur ke belakang untuk melebarkan dua bokong semoknya ke samping sehingga Baskoro dapat melihat lubang dubur Ranty kembang kempis.

"Ouhhh...ahhhhhh...uhhh...ssshhh..." desah Ranty nikmat.

Wajah Baskoro sudah memerah. Mulutnya terbuka sambil meracau. "Ouhhh...sayang... nikmat bangettt..." Baskoro lalu berdiri. Itu membuat pinggang Ranty semakin terangkat ke atas.

Baskoro sudah hampir mencapai puncak maka dia semakin mempercepat pompaannya di gua lendir milik Ranty.

Ranty pun juga sedang berjuang meraih puncaknya yang ketiga. Apalagi posisi ini membuat penis Baskoro terasa semakin dalam di vaginanya.

"Ouhhh....sayanggg...mau keluar sayanggg..."

"Iyaaa...sayang...aku jugaaa...tambah lagi kecepatannya..."

Mereka berdua berteriak-teriak sakng nikmatnya. Kalau ruangan itu tidak kedap suara pasti sudah terdengar jelas dari luar.

Ranty dan Baskoro semakin liar. Mereka merengkuh kenikmatan seolah-olah besok sudah tidak ada lagi. Ranty menggigit bibir bawahnya. Tubuh mereka menegang bersamaan.

Crottt...crottt...crottt...

Serrr...serrr...serrr...


Mereka orgasme secara bersamaan. Baskoro yang kedua dan Ranty yang ketiga kalinya.

Tubuh Baskoro ambruk di atas Ranty. Mata Ranty membulat karena badan pria itu terlalu berat untuknya. Dia hampir tidak bisa bernafas.

Baskoro justru malah mencumbui leher Ranty sama sekali tidak memperdulikan tubuh mungil itu hampir saja penyek karena terhimpit oleh tubuh besarnya.

"Be...berattt...!!!" pekik Ranty sambil memukul-mukul paha Baskoro.

Akhirnya laki-laki itu ngeh juga lalu menggulingkan badannya ke samping yang membuat kelaminnya terlepas dari vagina wanita itu.

"Anjirrr...hampir mati akuuu! Dasar babi gulinggg...sialan...!!!" umpat Ranty dalam hati.

Mereka terdiam beberapa saat. Ranty merasakan tubuhnya remek seperti ayam geprek.

Baskoro lalu bangkit dari ranjang. Ranty sama sekali tidak memperdulikannya. "Terima kasih atas layanan yang sangat luar biasa. Saya akan menghubungi Suherman untuk menyiapkan kontrak untukmu."

Setelah itu Baskoro masuk ke kamar mandi untuk membersihkan hasil persenggamaan mereka. Ranty memutuskan untuk sejenak menutup mata dengan keadaan telanjang bulat.

CEO agensi model itu akan pergi dari hotel karena masih ada urusan bertemu dengan klien. Sebelumnya dia sudah membatalkan satu klien demi menghabiskan waktu bersama Ranty. Dia tidak boleh melewatkan klien yang lain.

Sebelumnya meninggalkan kamar hotel itu, dia menghubungi Suherman untuk datang ke ruangan itu. "Dia gadisku, jangan berani sentuh yang satu ini," ungkap Baskoro pada Suherman. "Baik pak!" jawab Suherman. Baskoro menepuk pundak lelaki itu lalu pergi.

Suherman kemudian berjalan ke tempat Ranty tertidur. Dirinya langsung membuang muka ketika melihat tubuh mulus nan menawan Ranty tergeletak tanpa busana.

Dia sudah diperingati oleh bosnya agar tidak menyentuh aset berharga itu. Baginya perintah Baskoro adalah mutlak. Maka dari itu Suherman tidak mau tergoda oleh tubuh molek Ranty itu.

"Woy, bangun!" seru Suherman sedikit keras. Ranty langsung membuka matanya.

"Apa?" respon Ranty singkat.

"Mau di sini terus apa gimana? Bos udah pergi," ucap Suherman tanpa melihat ke arah Ranty.

"Kalo ngomong liat sama orang yang diajak ngomong dong." Ranty protes namun Suherman seolah acuh. Dia sekuat tenaga menahan diri.

Ranty bangun lalu berjalan di depan Suherman tanpa busana. Dengan iseng wanita itu sempat menepuk serta meremas kejantanan Suherman yang masih terbungkus celana kain sebelum benar-benar melewatinya.

Rambutnya disugar ke belakang kemudian diikat. Ranty masuk ke kamar mandi. Membersihkan badannya lalu bersiap meninggalkan hotel tersebut.

Suherman mengelus dada. Ingin sekali dia merasakan milik perempuan itu juga namun kata-kata Baskoro menahannya untuk melakukan hal itu.

Mereka berdua kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Suherman menyetir dan Ranty berada di sebelahnya.

"Sepertinya kamu bakal jadi gadis favoritnya bos," celetuk Suherman membuka pembicaraan.

Ranty sontak menoleh. "Oh ya? Kok bisa?" tanya Ranty balik.

"Sebelumnya gak ada talent yang gak dibolehin untuk disentuh. Baru kamu, bos gak ngebolehin orang lain buat sentuh."

"Oh jadi karena itu bapak gak mau liat aku tadi." Suherman tidak menjadi namun bola matanya bergerak ke arah Ranty.

"Bagus deh kalo gitu." Tiba-tiba Ranty memegang tangan Suherman yang berada di persneling mobil lalu mengangkatnya ke bagian payudaranya.

Sontak Suherman terkejut. Buru-buru dia menarik tangannya lagi. Ranty tertawa geli melihat wajah Suherman yang memerah. "Hahahaha... mukanya biasa aja dong!" canda Ranty.

"Dasarrr...!!!" seru Suherman seraya meneguk ludahnya dengan susah payah.

Tak berselang lama muncul notifikasi dari ponsel Ranty. Saat melihat pemberitahuan itu mata Ranty membulat sempurna.

Suherman tahu apa yang membuat perempuan itu terkejut. "Ditransfer berapa sama si bos?" tanya Suherman kalem.

"Seratus juta."

"Hahhhh...?!" Kini giliran Suherman yang terkejut. Ponsel Ranty nyaris jatuh karena pekikan lelaki di sampingnya.

"Kagetnya biasa aja dong!" protes Ranty.

"Iya kaget. Biasanya talent paling banyak ditransfer empat puluh juta paling banyak. Tapi kamu dua kali lipat lebih."

"Ya bagus dong," jawab Ranty santai.

"Ehemmm..***k lupa kan sama yang promosiin kamu?" ujar Suherman seraya bersiul sambil melihat ke arah spion tengah karena mobil mereka akan berbelok.

Merasa disindir Ranty pun membalas. "Pasti bapak juga dapet bonus kan dari si bos. Jangan boong!"

"Ya dapet. Tapi gak sebesar kamu."

Ranty mengangkat kedua alisnya kemudian melipat tangannya di dada. "Mau makan siang dulu? Ayok deh aku yang traktir," tawar Ranty kepada Suherman. Walau begitu juga Ranty masih tau dengan yang namanya balas budi.

"Serius kamu?"

"Serius lah, masa boong."

"Tapikan kamu udah makan tadi di hotel."

"Udah aku muntahin lagi di toilet."

Suherman hanya mengangguk paham. Mungkin ada sesuatu yang Ranty dan Baskoro lakukan tadi yang membuat wanita itu merasa mual. Suherman tidak mau berspekulasi.

"Mau makan dimana?" tanya Suherman.

"Terserah."

"Di deket kampus xxx ada kafe baru buka. Katanya sih makanannya enak-enak," saran Suherman.

"Gas lah. Yok!" Ranty mengiyakan saja saran dari lelaki paruh baya itu. Mereka lalu meluncur ke lokasi.

To Be Continue...
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd