Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 3)

Siapa yang akan dinikahi oleh Randy?


  • Total voters
    645
  • Poll closed .
baru baca part 1.
randy harus menikah dan serius dengan icha, karena tanggung jawab dan pengorbanan icha harusnya dihargai,
mengapa mengejar hal yg gak pasti
Setuju , aku sih pengennya randy sama icha , kasihan anaknya
 
Sari Randy... Randy.. Sari Randy... hihihi...

Entahlah kelak Randy bakal nikahnya sama siapa, Anisa atau Icha ? Terserah sajalah, yg slalu ane harap, dgn siapapun istri sah nya Randy, hubungan Sari & Randy akan terus berlanjut. Syukur2 kalo sampai berbuah seorang putra karya Sari x Randy. Sesosok mungil Randy junior yg sangat buat bahagia ustazah Sari, pengobat rindu apabila kangen Randy pejantan mudanya. Dan mereka bahagia membesarkan putra hasil hubungan gelap mereka meskipun masih terikat dengan pasangan sah nya masing²... wiu wiu wiu...
 
Setelah sekian lama dk buka semprot, akhirnya buka dan ada kelanjutan ceritanya, ijin bangun pondok di mari gan.
 
Part 7. Jangan Hina Anakku

Di rumah Sari di hari yang sama.

"Ran, cobain deh," ucap Sari sambil menyendokkan sesendok kuah dari panci ke mulut Randy yang berada di dekat bahunya. Tangan kirinya menengadah di bawah sendok agar kuah itu tidak jatuh ke lantai.

Rasa manis, asin, sedikit asam dan sedikit pedas berkumpul menjadi satu kesatuan di dalam indera pengecap Randy. Lidahnya benar-benar dimanja oleh rasa yang dihasilkan oleh masakan itu.

"Mmmhhh...enak banget mbak. Emang masakan mbak yang terbaik pokoknya. Beruntung banget yah yang bisa jadi suami mbak. Udah pinter masak, pinter melayani suami di atas ranjang juga, hehehe..." puji Randy yang sebelumnya merasakan kepuasan dari pelayanan Sari.

Sontak wajah Sari bersemu merah. "Ini resep baru loh. Baru aja mbak pelajari tadi pagi. Syukurlah kalo rasanya enak."

"Randy yakin sih rasanya lebih enak daripada resep aslinya karena ada satu bumbu rahasia yang gak ada di dalam resep asli," balas Randy yang membuat kening Sari berkerut.

"Emangnya bumbu apa yang gak ada di resep aslinya?" Sari merasa sudah mengikuti semua bahan-bahan yang ia baca, tidak dikurangi ataupun ditambah.

"Bumbu cinta, hehehe..." kata Randy setengah bergurau.

Sari memejamkan mata sejenak lalu menaikkan kedua sudut bibirnya singkat mengatur detak jantung yang mendadak terpacu lebih cepat sebelum kembali melanjutkan memasak. Kenapa dirinya yang sudah banyak makan asam garam kehidupan begitu tersanjung mendengar ucapan Randy yang notabenenya masih bocah kemarin sore.

Tidak heran kalau Annisa begitu mudah berikan hatinya pada lelaki itu. He treats women like a queen dan sepertinya Sari sedang menuju ke arah situ.

Sari menggeleng kecil. Dia tidak boleh sampai jatuh cinta dengan Randy. Sangat sulit menghilangkan rasa itu jika sudah terlanjur tumbuh.

"Ahh...kamu mah bisa aja Ran," protes Sari yang sangat bertolak belakang dengan isi hatinya.

Randy mengukung wanita itu. Tanyanya ia letakkan di meja kompor dengan Sari yang berada di depannya. Dagu Randy di sandarkan di atas bahu Sari sambil memperhatikan perempuan itu memasak.

"Ayok Ran ke meja makan," ajak Sari setengah mematikan kompor.

Randy menurut. Dia mengamati Sari yang sedang menyiapkan makan siang untuk mereka berdua dari mulai meletakkan sayur dan lauk pauk di meja makan sampai mengambilkan nasi untuk Randy. Betul-betul wifeble di mata Randy.

Mereka kemudian makan bersama dalam diam. Randy terlihat sangat lahap memakan masakan Sari. Wanita itu sangat senang, Randy tidak segan-segan memuji Sari setinggi langit atas karya masterpiece yang dibuat olehnya.

Terkadang wanita lebih suka dipuji atas apa yang ia lakukan daripada apa yang dia punya. Mereka lebih tersanjung ketika mereka dipuji masakannya enak atau suaranya bagus dalam bernyanyi daripada dipuji cantik atau seksi. Randy tau akan hal itu.

Setelah selesai Sari membereskan bekas makanan mereka. Randy pergi ke sofa ruang tengah. Tak berselang lama Sari menyusul Randy dan duduk di sebelah pria itu sambil menonton acara televisi bersama.

"Emm...Ran, mbak boleh tanya sesuatu?" ucap Sari seraya merebahkan kepalanya yang tanpa hijab itu di bahu Randy yang sudah melingkar di lehernya.

"Boleh dong mbak. Mau tanya apa?" Randy lalu menempelkan pipinya di puncak kepala sari.

"Tadi kan mbak udah cerita masalah mbak sama kamu. Sekarang giliran kamu dong yang cerita sama mbak."

"Cerita apa?"

"Tentang kamu dan Annisa," ujar Sari semakin mengeratkan posisinya ke tubuh kekar Randy. Dia jadi terlihat begitu kecil.

"Dia masih menghindar dari Randy mbak."

"Sebenarnya ada masalah apa sih antara kamu dan Annisa? Perasaan dulu dia bucin banget sama kamu."

Randy terdiam. Dia meneguk ludahnya dengan susah payah. Sari belum tahu masalah apa yang terjadi antara dirinya dan Annisa. Sepertinya Annisa masih bisa menutup aibnya di masa lalu dan tidak menceritakan kepada siapapun. Randy tidak bisa menceritakan masalah itu pada Sari. Bisa-bisa wanita itu marah dan ikut membenci Randy.

"Maaf mba, kalo hal itu Randy gak bisa bilang. Mungkin kalo mbak tau mbak juga akan benci sama Randy," ungkap Randy dengan sangat menyesal.

"Terus terang Randy menyesal dan ingin memperbaiki semuanya," lanjutnya lagi.

Sari menegakkan badannya menatap wajah Randy yang terlihat murung. Sari tertawa kecil serta mengacak-acak rambut Randy yang terlihat kacau itu.

"Uluh...uluhhh...bocah kaya kamu punya masalah apa sih? Sampe mbak gak boleh tau," ujar Sari gemas lalu mencubit pipi Randy.

Pria itu mendengus kesal. Sudah benar tadi Sari memperlakukannya seperti seorang suami, kini malah dia diperlakukan seperti seorang anak kecil.

Sari tahu dari raut wajah Randy yang berubah bahwa masalah yang dihadapi Randy bukan masalah sepele, maka dari itu dia bersikap santai dan berusaha menjadi pendengar yang baik agar Randy tidak tertekan.

Sari berubah memperlakukan Randy seperti anak kecil agar secara psikologis Randy merasa bahwa kesalahan yang pernah ia lakukan dapat dimaklumi oleh orang lain karena dia masih kecil.

Wanita itu kini memiringkan tubuhnya. Menopang kepalanya dengan tangan yang ia sandarkan di atas sandaran sofa.

"Kalo masalahmu terlalu sensitif buat dibagi sama orang lain, mbak ngerti kok. Mbak gak akan maksa kamu untuk cerita. Tapi kalo kamu percaya dan butuh teman untuk bertukar pikiran, mbak ada di sini," ucap Sari penuh pengertian.

Randy menjadi bimbang. Dia mulai menimbang-nimbang untuk menceritakan tentang hal tersebut. Sari membuat Randy nyaman dan percaya kalau wanita itu tidak akan menghakiminya atas apa yang ia lakukan terhadap keluarganya dulu. Meskipun hal itu tidak bisa dimaafkan.

"Mbak, emm...apa mbak janji kalo Randy cerita mbak gak akan marah sama Randy?" tanya Randy dulu untuk meyakinkan Sari.

"Mbak janji," balas Sari mantap.

Randy mulai menunduk. Seolah-olah memposisikannya sebagai anak kecil yang telah melakukan sebuah kesalahan.

"Mbak sebenarnya Aira itu..." Randy menjeda kata-katanya karena masih ragu dan takut.

"Aira? Anaknya Reza?" celetuk Sari memastikan seseorang yang dimaksud.

Randy hanya mengangguk lalu menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. Kenapa Sari harus menyebutkan anaknya Reza? Kenapa bukan anaknya Icha? Randy jadi kesulitan untuk menjelaskan.

"S...sebenernya Aira itu bukan anak kandung Reza mbak tapi anak kandung Randy," ucap Randy setengah terbata.

Mata Sari sontak membulat. Dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Namun beberapa saat kemudian perempuan itu berusaha menetralkan rasa kagetnya.

"Gimana bisa? Apa kalian pernah kenal sebelumnya? Dan kenapa Icha bilang Reza yang menghamilinya?"

"Jadi begini ceritanya..."

Randy lalu menceritakan kejadian dari awal mula dirinya mengenal Reza sampai rencananya membalas dendam dengan keluarga Reza yang mana itu keluarga Sari juga.

Sari tidak berhenti syok dengan apa yang diucapkan oleh Randy. Ada rasa marah, kecewa, sakit hati. Semuanya campur aduk menjadi satu. Namun Sari sama sekali tidak memotong perkataan Randy. Dia biarkan pria itu menyelesaikan ceritanya.

Sari sama sekali tidak menyangka ternyata Randy berniat jahat terhadap keluarganya. Apalagi dia benar-benar ingin menghancurkan Annisa yang sangat ia sayangi.

Tak terasa air mata Sari pun keluar. Seharusnya saat itu dia sudah memaki-maki lelaki yang ada dihadapannya itu tapi untuk apa? Apakah setelah memakinya semua akan kembali seperti semula? Tidak akan.

Sari mengusap wajahnya kasar. Menyeka air matanya yang terus keluar. "Sekarang gimana perasaanmu?" tanya Sari.

"Gimana perasaanmu setelah berhasil balas dendam kepada orang yang sama sekali tidak terlibat dengan semua ini? Puas kah?" sambung Sari dengan suara dipertegas.

"Enggak sama sekali. Justru Randy merasakan sebaliknya. Randy benar-benar menyesal telah melakukan semua ini. Kalau ada hal yang bisa Randy lakukan untuk menebus semua kesalahan itu, Randy pasti akan melakukannya."

Sari menangkap kesungguhan di wajah Randy. Menandakan dia betul-betul menyesal telah melakukan semua itu.

"Mbak, kalo sekarang mbak berbalik membenci Randy itu wajar kok. Randy memang brengsek. Tapi ijinkan Randy untuk menebus kesahalan Randy."

Pria itu menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Kristal bening keluar dari pelupuk matanya. Ini kali ke berapa Randy kembali menangis.

Sari menepuk pundak Randy pelan. "Ran, apa kamu benar-benar menyesal?"

Randy mengangguk.

"Apa kamu benar-benar ingin memperbaikinya?"

Dia kembali mengangguk.

"Lakukanlah. Tapi kamu harus berusaha lebih keras lagi. Kalo lihat dari apa yang kamu lakukan sudah pasti Annisa gak akan mudah untuk memaafkan kamu."

"Randy bakal melakukan yang terbaik untuk menebus kesalahan Randy." Sari tersenyum. Dia mengangguk percaya kalau Randy tidak akan melakukan kesalahan yang sama.

"Terus gimana sama Icha dan anak kamu?"

"Mereka tinggal di rumah kontrakan. Randy bakalan tetep tanggung jawab kok sama mereka. Mbak Sari gak usah khawatir."

"Syukurlah kalo kamu mau tanggung jawab dan gak menelantarkan mereka. Sekarang kamu fokus apa yang menjadi tujuanmu."

Randy memeluk Sari erat. "Terima kasih mbak udah kasih Randy kesempatan. Randy gak akan menyia-nyiakan kesempatan ini."

Plong. Hati Randy merasa lega telah mengatakan hal yang sangat sensitif seperti ini. Dia memang butuh teman ngobrol dan curhat. Sari tidak menggurui ataupun menatapnya nista. Wanita itu bisa jadi pendengar yang baik.

Randy berani bertaruh tidak ada orang yang sebaik Sari. Randy beruntung bisa mendapatkan bimbingan konseling dengan seseorang yang matang dan dewasa pemikirannya seperti Sari.

Kesalahan yang menghantuinya akhir-akhir ini memang sangat menggangu pikirannya.

Beberapa saat mereka saling memeluk dalam diam. "Mbak, habis ini kita ngapain lagi yah?" tanya Randy memecahkan keheningan.

"Terserah kamu aja."

"Gimana kalo kita lanjut ronde berikutnya?" tawar Randy sambil menaik turunkan alisnya.

"Tapi..." Belum sempat Sari menjawab bibirnya sudah dilumat oleh lelaki itu.

"Mmmhhh...cccppp...sssppp..." Randy mendorong Sari hingga rebahan di atas sofa.

Sari melepaskan tautan di antara mereka berdua. "Oke tapi jangan keluarin di dalem lagi loh ya," peringati Sari.

"Emang kenapa mbak? Kan mbak udah KB?"

"Mbak udah lepas KB sejak mas Pram gak bisa berdiri lagi."

"Tapi tadi udah terlanjur di dalem."

"Gak papa cuma sekali, biasanya beberapa kali baru jadi," balas Sari.

"Ya udah kalo gitu beberapa kali lagi yah, hehehe..."

Sari melotot tajam hendak memprotes sebelum Randy kembali melumat bibirnya ganas.

8CJPP3T3_t.jpg


"Mmmhhh...sssppp...cccppp..." Wanita itu kemudian melingkarkan tangannya di leher Randy sambil membalas serangan lidah nakal milik lelaki itu.

Tangan Randy tak diam begitu saja. Dia meremas payudara Sari sebelah kanan dari luar kaos panjang yang perempuan itu kenakan.

Randy melepaskan tautan di antara bibir mereka. Dia langsung menarik celana training yang dipakai Sari hingga bottomless. Randy juga melepaskan celananya sendiri.

Vagina Sari yang sudah basah mempermudah Randy untuk masuk ke ke menu utamanya. Ia gesek-gesekan sejenak penis besar miliknya yang sudah menegang di sepanjang bibir vagina Sari.

Blesss...

Penyatuan mereka kembali terjadi. Kini posisi Sari berada di bawah kungkungan Randy. Wanita itu melingkarkan kakinya di pinggang Randy.

"Jangan keluarin di dalam, awal loh," ujar Sari sambil menowel hidung Randy yang bangir.

"Hehehe..***k janji." Setelah itu Randy mulai menarik batang kejantanannya sampai batas kepala helm yang berwarna pink lalu ia benamkan lagi dengan sentakan.

"Heghhh...!!!" Sari terpejam menikmati tusukan dari benda tumpul itu.

Randy kemudian beraksi memompa vagina Sari hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras karena tabrakan antara dua kelamin.

Clppp...clppp...clppp...

Sari kini dapat bertahan lebih lama. Dia harus memberikan pria itu pelajaran agar tidak seenaknya saja membuang mani di rahim para wanita. Dulu Icha dan berhasil panen lalu Annisa, kemudian siapa lagi dirinya tidak tahu. Tapi sepertinya masih banyak wanita yang telah merasakan sperma Randy di organ peranakannya.

"Ran, emhhh...lepas dulu Ran," perintah Sari. Randy menurut lalu melepaskan tautan di antara mereka.

"Duduk!" Randy manut. Dia duduk dan bersandar di sofa.

Sari mengangkangi pangkuan Randy, mengarahkan belalainya ke bibir vagina Sari dan...

Blesss...

Dengan mudah mereka kembali bersatu. Sari tersenyum sambil menggoyangkan pinggulnya ke depan belakang membuat penis besar itu mengaduk-aduk isi dalam liang kenikmatan Sari.

Mereka berdua sama-sama menelanjangi masing-masing hingga telanjang bulat. Dengan begitu buah dada Sari yang cukup besar menjadi santapan nikmat di depan mata.

Sari memejamkan mata kenikmatan, tapi bukan ini yang dia maksud. "Ran, uhhh...ssshhh...apa kamu udah mau keluar? emhhh..." tanya Sari diselingi desahan.

"Masih jauh mbak. Kalo mau klimaks ya klimaks aja," balas Randy seperti meremehkan wanita itu.

Sari mendekatkan bibirnya ke telinga Randy seraya berbisik. "Coba rasakan ini Ran." Tiba-tiba Sari mengencangkan otot-otot vaginanya membuat kejantanan Randy seolah sedang diurut.

"Ouhhh...shittt...!!!" Sari tertawa dalam hati melihat Randy blingsatan merasakan jepitan vaginanya yang sempit.

Sari pernah mempelajari teknik ini dari seorang wanita. Katanya pria tidak akan bisa bertahan lebih dari 5 menit kalau teknik ini digunakan.

Namun dia tidak pernah atau jarang mempraktekkannya kepada Pram karena saat dia melakukannya Pram langsung KO. Praktis hanya sekali Sari melakukannya.

Sari semakin gencar memberikan tekanan dan stimulasi kepada senjata Randy yang perkasa. Randy kelimpungan sendiri.

"Ahh...ini persis kaya waktu sama bu Siti. Kenapa mbak Sari bisa melakukannya?!" batin Randy. Dengan sekuat tenaga pria itu bertahan.

Sari yang sama-sama berada pada tensi tinggi memacu dengan kecepatan tinggi. Alhasil empotan otot-otot vaginanya semakin terasa di batang penis Randy.

"Achhh...mbak...mbakkk...stoppp...!!!" pinta Randy tanpa dihiraukan oleh Sari.

"Achhh...Rhannn...khaloo...mauuu...kheluarrrr...bilanggg...yachhh...achhh..." Tubuh Sari melengkung ke belakang.

Dada dan punggungnya banjir keringat, begitupun dengan Randy. Kulit mereka semakin licin saat bergesekan karena cairan asin itu. Sekitar 10 menit kemudian.

"Achhh...mbakkk...!!!"

Crottt...crottt...crottt...crottt...crottt...

Sari terkejut. Dia menghentikan goyangannya seraya menatap Randy dengan tatapan tajam. "Mbak, Randy keluar..." ujar Randy terlambat.

"Telat Ran!" Sari buru-buru bangkit dari pangkuan Randy dan melepaskan penghubung di antara mereka.

Cairan putih kental meluber dari dalam vagina Sari. Wanita itu langsung mengambil tisu di atas meja lalu mengelap sperma Randy. Tidak cukup satu dua lembar namun sampai lima lembar karena jumlahnya yang sangat banyak.

"Uhhh...maaf mbak, Randy udah gak tahan tadi. Habisnya mbak sempit banget sih kayak ngeremas punya Randy," ungkap Randy sambil mengatur nafasnya.

"Jadi cuma segitu kemampuanmu?" ucap Sari diakhir dengan kekehan. Wanita itu hanya bercanda tapi Randy menganggapnya serius.

"Ini belum selesai mbak! Gak inget tadi mbak keluar berapa kali?" kata Randy tidak mau kalah.

Sari berusaha menahan senyum. "Ihh...tadi kan mbak lagi terangsang banget. Wajar aja mbak banyak keluarnya. Tapi kalo keadaan seri begini kamu gak ada apa-apanya, hihihi..."

Randy tidak terima. Dia merasa tertantang oleh Sari. Dirinya yang dijuluki sang Casanova dibilang tidak ada apa-apanya? Jangan bercanda!

"Ayok kita lanjut ronde berikutnya. Untuk kali ini Randy gak akan kalah lagi." Kini tatapan Randy berubah. Senyumnya pun menyeringai tajam seolah siap memangsa buruannya.

Mode rage Activated. Sari bergidik ngeri. Dia beringsut mundur namun lelaki itu tidak membiarkannya. Dalam sekejap wanita itu sudah berada di dalam kungkungan Randy.

"Aaaa....bunda tolong Sari...!!!"

•••​

Seorang wanita yang sedang menggendong anaknya berjalan ke sebuah warung dekat rumah kontrakannya.

"Assalamualaikum," sapa Icha.

"Waalaikumusalam, mau beli apa mba?" tanya seorang ibu penjaga warung yang sudah setengah baya itu.

"Beli sabun mandi, pasta gigi, minyak telon, bedak bayi, sama susu formula untuk batita ya bu."

Ibu penjaga warung itu kemudian mengambilkan pesanan Icha. "Waduh mba, susu formulanya gak jual. Paling kalo mau beli di indoapril ada."

"Oh ya udah itu aja dulu bu." Icha kemudian menghitung uang yang akan ia bayarkan kepada warung itu.

"Ndannn...ndannn..." Suara riang celotehan Aira menarik perhatian ibu Sri sang pemilik warung.

"Halo anak manis, namanya siapa?" tanyanya dengan nada seperti anak kecil.

"Nama saya Humaira ibu," jawab Icha mewakili Aira yang belum bisa bicara.

"Mau gendong sini sama oma." Tanpa diduga Aira menjulurkan kedua tangannya ke arah ibu Sri.

Wanita paruh baya itu sontak girang lalu cepat keluar dari warung melalui pintu samping. Hanya beberapa detik Aira sudah berada di gendongan ibu Sri.

Icha senang karena Aira cepat akrab dan disukai oleh orang lain. Icha menghitung sisa uang belanjaan yang ia dapatkan dari Randy melalui ATM.

"Aku harus hemat, gak mungkin kan aku terus-terusan mengandalkan Randy untuk bertahan hidup. Apalagi kalo dia udah nikah sama orang lain. Pasti dia juga punya kebutuhan sendiri."

Icha menoleh ke arah Aira dan ibu Sri. "Emm...bu apa di sini ada lowongan pekerjaan?"

"Pekerjaan buat siapa?"

"Buat saya bu."

"Loh emangnya suami mbak gak bekerja?"

"Bekerja sih bu, cuma saya pengin bantu-bantu aja biar dia gak terlalu berat," ujar Icha berbohong. Sejujurnya dia tidak memiliki suami.

"Oh gitu. Kalo di sini sih gak ada tapi ibu punya adik laki-laki, dia punya kafe deket kampus xxx. Kali aja ada lowongan di sana."

"Kampus itu kan kampusnya Annisa yah." batin Icha.

"Iya bu, boleh deh nanti tolong kabarin saya ya," pinta Icha. Bagaimanapun juga dia sangat membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi dia dan anaknya.

"Ya sudah, ibu minta nomer kamu deh. Nanti kalo ada info ibu kasih tau."

"Terima kasih bu." Mereka kemudian bertukar nomor telepon.

"Nanti kalo kamu kerja gak ada yang urus Aira, kamu titipin aja di sini yah. Ibu yang akan ngerawat anak kamu. Gratis deh," ucap ibu Sri.

Wanita paruh baya itu sangat suka dengan Aira karena di usianya yang sudah kepala lima dia tidak memiliki anak karena ada kelainan di rahimnya.

"Ehh...nanti ngerepotin bu," balas Icha sungkan. Dia tersenyum canggung.

"Gak papa mba. Lagian Aira pinter kok gak bandel yah?" Aira kembali berjingkrak merasa dirinya dipuji membuat kekehan keluar dari mulut ibu Sri.

"Ya udah makasih bu. Kalo gitu saya permisi dulu." Icha kembali mengambil Aira dari gendongan ibu Sri.

"Hati-hati di jalan." Icha mengangguk santun sambil tersenyum lalu pergi menuju mini market yang letaknya agak jauh dari situ demi mendapatkan susu formula untuk si kecil Humaira.

Saat sedang mencari susu yang ia cari tanpa sengaja Icha menyenggol seorang wanita hingga belanjaannya terjatuh. Perempuan itu mendengus kesal. "Ehh...maaf gak sengaja," ucap Icha seraya membantu wanita itu memunguti belanjaannya yang tercecer.

Selesai memberesi barang-barang itu, kedua mata mereka pun bertemu. Wanita cantik dan seksi itu memicingkan matanya menatap Icha dan anaknya.

Icha membeku bahkan kesulitan untuk bernafas. Perempuan yang ada di hadapannya itu menunjuk menggunakan jari tangannya tepat di depan wajah Icha.

"Lu Icha kan?!"

"R...Ranty?!" jawab Icha dengan terbata.

Mata Ranty bergerak dari atas ke bawah menuju ke atas lagi menginspeksi perempuan berhijab sederhana yang ada di hadapannya itu.

Ranty tersenyum remeh kala menyadari kalau yang sedang ia tatap benar-benar Icha. Seseorang yang dahulu amat dia benci karena telah merebut Reza yang dulu adalah kekasih Ranty.

"Masih hidup lu? Mengenaskan!" ujar Ranty sembari tertawa mengejek.

Terlihat jelas perubahan yang sangat signifikan dari Icha. Terakhir kali mereka bertemu hampir dua tahun yang lalu. Saat itu penampilan Icha sangat modis dengan make up tebal berjalan layaknya jalang di kampus tempat dia menimbang ilmu dan mani.

Sekarang penampilannya bag seorang pembantu rumah tangga. Icha memang memilih keluar tanpa polesan make up serta pakaian yang apa adanya. Padahal Randy sudah membelikan pakaian yang bagus untuk dirinya namun tidak ia pakai.

Pandangan Ranty berpindah ke arah anak kecil yang berada di gendongan Icha. "Ini anaknya Reza? Cih anak haram."

Mata Icha sontak membulat sempurna. Emosinya langsung meledak begitu saja.

Plakkk...!!!

Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi mulus Ranty. "Jaga bicaramu ya! Kamu boleh menghinaku tapi jangan sekali-kali kamu menghina anakku!" Icha memeluk Aira erat, sebisa mungkin jangan sampai anaknya mendengar kata-kata Ranty.

Wanita itu tersenyum sinis. "Kenapa? Emang bener kan? Lagian juga belum tentu anak ini anaknya Reza. Bisa jadi anak orang lain. Kan banyak cowok yang nebar benih di rahim lonte macam lu."

Aira mulai menangis. Icha berusaha menenangkan anaknya dengan cara menepuk-nepuk punggung kecilnya.

"Terserah kamu mau ngomong apa. Orang yang menghina belum tentu lebih baik dari orang yang dihina. Kamu itu yang harusnya ngaca. Penampilanmu itu yang kaya pelacur murahan!" ujar Icha kemudian berjalan pergi ke kasir untuk membayar pesanannya lalu pulang.

"Heh...gue belum selesai ngomong! Dasar lonte murahan!" umpat Ranty yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Icha.

Ranty menatap punggung Icha yang semakin lama semakin menjauh. Sungguh dirinya tidak menyangka bertemu dengan musuh lamanya di sini. Dia senang melihat wanita itu tampak menjalani hidup yang susah.

Dalam hati ia bertanya-tanya apakah Reza juga mengalami nasib yang sama? Tapi itu tidak mungkin karena Reza salah satu pewaris pondok pesantren yang terkenal di Bandung. Ataukah Icha sudah dibuang oleh Reza sehingga hidupnya menjadi seperti ini?

To Be Continue...
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd