Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 2)

Kemana kah cinta Randy benar-benar akan berlabuh? (Menikah)

  • Kak Ranty

    Votes: 297 27,7%
  • Anes

    Votes: 49 4,6%
  • Annisa

    Votes: 403 37,6%
  • Tante Dewi

    Votes: 168 15,7%
  • Lisa (kemungkinan kecil)

    Votes: 49 4,6%
  • Icha

    Votes: 105 9,8%

  • Total voters
    1.071
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Tangan Icha yang sudah bebas dari kungkungan tangan Randy menangkup kedua pipi laki-laki itu lalu mengangkatnya ke depan wajahnya.

Di sana Icha mampu melihat bulir bening yang menggenang di pelupuk mata Randy yang kemudian mengalir turun di pipinya.

"Kamu kenapa? Jangan nangis. Aku ada di sini buat kamu," ucap Icha seraya menghapus jejak air mata itu dari pipi Randy.

disini terlihat bahwa sesungguhnya icha lebih dewasa daripada ibu ibu PKK Harapan Kasih..
icha semakin didepan seperti kata Yamaha..
icha sungguh bisa menjadi sandaran bagi seorang randy dengan penis nya yg liar..
karena pada akhirnya seorang lelaki hanyalah manusia biasa yg pasti punya hati walaupun penisnya sering berkeliaran..


good job icha..
semoga bisa menjadi istri tua bagi randy dan menerima annisa sebagai istri muda randy.. ;););)
 
oh iya ketinggalan satu lg hu.. bilangin ke tante dewi.. jangan main ke diskotik dan minum alkohol ketika galau melanda.. mainlah ke kosan aa walau hanya minum jahe merah AMH.. :):):)
 
Part 58. Pagi Yang Nikmat

Randy masih memandangi wajah Icha yang berasal tepat di bawah wajahnya. Wanita itu membelai pipi Randy dengan lembut dan penuh pengertian.

Randy tersadar dengan apa yang baru saja dia lakukan. Dia lalu melemparkan tubuhnya ke samping. Ia tutupi mukanya dengan kedua telapak tangan.

Icha bangkit terduduk seraya menarik lengan kaosnya yang turun akibat perbuatan pria itu. Ditatapnya wajah Randy yang masih tertutup tangan itu. Entah kenapa hatinya juga ikut sakit melihat keadaan Randy saat itu. Dia tepuk bahu bahu Randy pelan membuat lelaki itu menoleh.

"Mau cerita?" tutur Icha.

Randy menggeleng.

"Mau cium aja!" ujar Randy berusaha tegar.

Untuk apa dia menangisi seorang Dewi kalau dia punya malaikat tak bersayap yang selalu menemani hari-harinya.

Permintaan itu sontak membuat Icha terkejut. Namun saat bibir Randy mulai menghampiri bibirnya, dia sama sekali tak melawan. Hingga pada akhirnya kedua benda lunak itu saling bertemu.

Mereka berciuman dengan penuh perasaan. Rasanya berbeda dari sebelumnya. Kini Icha mulai merasakan ketulusan dari apa yang mereka perbuat sekarang.

Saat mereka sibuk bertukar air liur tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara panggilan.

"Pa!"

Sontak kedua bibir mereka berpisah dan sama-sama menoleh ke arah sumber suara.

"Aira."

Randy berdiri dan menghampiri anaknya yang berada di dalam box bayi. Humaira tengah dalam posisi duduk sembari mengangkat kedua tangannya minta dibopong.

Randy secara naluriah meletakkan Aira ke dalam pelukannya. Anak itu tertawa girang sambil meremas-remas hidung ayahnya yang mancung.

"Aira udah ada kemajuan lagi. Kemarin baru bisa bilang 'ja' sekarang udah bisa bilang 'pa'," ungkap Randy senang.

Perasaan hati Randy menjadi tenang melihat tumbuh kembang si kecil. Dia sadar ada tanggung jawab yang harus diperhatikan olehnya daripada memikirkan mantan majikannya itu.

"Besok bilang 'ma' ya Aira," sambung Icha seraya melingkarkan tangannya di lengan kekar Randy dan menaruh dagunya di atas bahu Randy.

"Huuu...mama iri Aira bilang 'pa' duluan ketimbang 'ma'," ledek Randy kemudian diselingi tawa.

Icha lantas memajukan bibirnya beberapa senti ke depan. Humaira lalu beringsut ke pelukan sang ibu. Dia mengusap-usap pipi Icha yang sedang menggendongnya di depan.

"Ma!" celetuk Aira membuat wanita itu tersenyum lebar.

"Yee...Aira bilang 'ma'," dekap Icha kepada anaknya sambil memasang wajah mengejek pada Randy.

Suami tidak sahnya itu berkacak pinggang sambil terkekeh dan menggelengkan kepalanya beberapa kali melihat interaksi antara ibu dan anak.

Randy mendekap Aira dari belakang. Alhasil posisi mereka kini Randy tengah memeluk Icha dengan Aira yang berada di antara mereka.

"Papa sayang Aira," "Mama juga sayang Aira," ungkap Randy yang diikuti oleh Icha.

Bibir Randy dan Icha pun mendarat tepat di kedua pipi mungil nan menggemaskan milik anak mereka. Humaira benar-benar beruntung memiliki dua orang tua yang sangat menyayanginya.

•••

Hari esok yang cerah pun tiba. Sejak pagi ponsel Randy tidak bosan-bosannya mengganggu acara tidurnya yang nyaman sambil memeluk guling bernyawa.​

"Arkhhh...sapa sih pagi-pagi ganggu!"

Saat itu masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Dengan malas Randy beringsut mengambil ponsel yang ia letakkan di atas nakas.

Pelukannya dari Icha terlepas. Wanita itu beralih memunggungi Randy dan kembali terlelap tidur. Randy mengucek matanya seraya melihat nama di layar ponsel tersebut.

"Tante Dewi? Mau apalagi dia?"

Sebenarnya Randy enggan untuk menerima telepon itu, tapi melihat mantan majikannya telah mencoba melakukan panggilan lebih dari sepuluh kali akhirnya membuat Randy menekan tombol power. Ashiapppp...

Setelah ponsel non-aktif, Randy kembali memeluk guling bernyawa itu dari belakang. Ia tempelkan hidungnya di tengkuk Icha. Bau Icha belum mandi membuat tongkatnya turn on.

Ia sapukan lidahnya di permukaan kulit Icha yang membuat perempuan itu kegelian. Tidak sampai di situ, tangan nakal Randy mulai beraksi berpetualang di bagian depan tubuh Icha dari balik pakaian tidurnya.

Tangannya menangkup gumpalan kenyal yang tidak dibungkus dengan bra. Hal itu membuat desahan Icha keluar juga. Tangan Icha menahan paha Randy yang menumpang di atas pahanya.

Masih dalam setengah sadar tubuh Icha diputar hingga telentang. Dengan satu tangan Randy mengeluarkan kancing baju tidur Icha dari tempatnya semula.

Setelah seluruh benik terlepas, Randy menyingkap bagian baju Icha ke kanan dan kiri sehingga kini dua gunung kembar Icha terpampang jelas di hadapan Randy.

Tanpa menunggu lama pria dewasa itu langsung mencaplok salah satu puting payudaranya dan memiliki puting payudara yang lain.

Icha kembali mendesah merasakan sensasi pagi yang menggairahkan meskipun dia belum mengerti apa yang sedang terjadi saat itu.

Dengan mata setengah terbuka setengah terpejam, Icha mengedarkan pandangannya di sekitar kamar. Tatapannya berhenti pada benda hitam nan bulat yang berada di atas dadanya.

"Hah? Kayaknya aku tidurnya kelamaan deh. Bangun-bangun Aira udah gede aja."

Tanpa berpikir lebih panjang lagi karena masih mengantuk, Icha membiarkannya begitu saja. Tapi dalam lelap tidurnya dia berpikir, sejak kapan Aira berubah jadi laki-laki mesum?

Sontak mata Icha kembali terbuka. Dia mendengus kesal karena tebakannya benar. Ternyata yang sedang menyusu itu adalah pria dewasa yang kurang asupan ASI.

"Aduh Ran! Masih pagi loh. Nanti aja kenapa, masih ngantuk!" ucap Icha memprotes.

Namun Icha memejamkan matanya lagi. Dia taruh salah satu tangannya di belakang kepalanya sebagai bantalan. Wanita itu membiarkan Randy melanjutkan aktivitasnya.

"Biar sehat Cha. Pagi-pagi minum susu."

Diam-diam Icha merasakan sensasi nikmat yang menjalar di sekujur tubuhnya. Cairan bening sudah keluar dari inti tubuhnya.

Icha kemudian menarik celana yang merupakan setelan baju tidurnya ke atas sehingga dari arah pandangan Randy, area segitiga bermuda milik Icha tersuguh di hadapannya.

"Habis minum susu sarapan apem."

Tanpa sadar kata-kata itu keluar dari mulut Icha. Randy hanya tersenyum geli mendengarnya.

Setelah mendapatkan undangan dari Icha, tanpa pikir panjang Randy langsung menghadirinya. Ia masukkan tangan kirinya ke celah celana yang dibuka oleh wanita itu.

"Enghhh..."

Lenguhan keluar dari bibir manis Icha kala jari jemari Randy mendarat di area itu. Icha menggigit bibir bawahnya.

Dengan gerakan jari Randy yang lihai, Icha tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai pelepasan yang pertama.

Serrr...serrr...serrr...serrr...

Sejenak Icha merasa plong. Randy tarik keluar tangannya yang dipenuhi lendir kenikmatan milik Icha. Dengan jahil, Randy mengusap jari basahnya ke pipi Icha tanpa disadari perempuan itu.

"Hehehe..." tawa Randy yang membuat Icha membuka mata.

"Apa?" tanya Icha penasaran.

"Gak papa. Sekarang gantian dong, masa kamu doang yang enak."

"Hmm..." gumam Icha seraya menganggukkan kepalanya.

Randy tersenyum senang. Dia kemudian melorotkan celananya hingga bagian tubuh bawahnya telanjang bulat. Tidak lupa dia juga menarik celana Icha hingga terlepas juga.

Randy berbalik posisi menjadi enam sembilan dalam posisi miring. Icha malah kembali memejamkan mata dengan tangan kiri sebagai bantalan.

Tongkat keras Randy di tekannya masuk ke mulut Icha. Perempuan itu lantas membuka lebar mulutnya menerima kejantanan Randy.

Setelah masuk, mereka mulai melakukan gerakan mereka masing-masing. Randy kemudian menyantap apem yang disuguhi oleh Icha.

Birahi Icha kembali naik. Dia remas pantat Randy sambil mendorong ke arahnya agar batang kejantanan Randy keluar masuk di mulutnya.

Beberapa menit kemudian mereka mencapai klimaks secara bersamaan.

Serrr...serrr...serrr...serrr...

Crottt...crottt...crottt...


Icha menjepit kepala Randy dengan kedua pahanya. Randy menyemburkan spermanya ke dalam rongga mulut Icha yang langsung tertelan. Mereka berdua terkulai lemas. Icha melingkarkan tangannya di pinggang Randy dengan kejantanan pria itu masih berada di mulutnya.

"Bisa-bisanya tidur posisi kaya gitu, ckckck..." ungkap Randy sambil geleng-geleng kepala.

Randy menyangga kepalanya dengan tangan sembari menatap ke bagian bawah tubuhnya. Dia tidak menyangka bahwa Icha kembali tertidur. Semalam memang wanita itu tidak tertidur lelap. Itu karena Aira yang selalu merengek di dalam box bayi.

Alhasil dia terjaga hingga pukul dua pagi barulah dia bisa tertidur dengan nyenyak. Padahal kenapa Aira tidak tidur dengan mereka saja. Dengan begitu Icha bisa menyusui sambil tidur. Tapi, terserah lah. Wanita memang ribet.

Tiba-tiba timbul ide jahil di pikiran Randy. Dia mengambil ponselnya tapi dia baru ingat kalau benda itu dalam posisi non-aktif. Kemudian Randy ambil ponsel milik Icha. Polanya masih sama ketika dia meminjamnya beberapa waktu yang lalu. Jadi dengan mudah dia mengoperasikannya.

Dengan seringai Randy diam-diam memotret Icha dalam posisi yang masih sama seperti sebelumnya. Kemudian dia jadikan wallpaper layar depan wanita itu.

Setelah selesai Randy cabut adik kebanggaannya itu dari mulut Icha. Tampak lelehan cairan benih yang Randy keluarkan mengalir di samping bibir wanita itu.

Icha merubah posisi menjadi terlentang dengan kedua tangannya ia tumpuk di atas perutnya dalam keadaan bajunya terbuka. Satu lagi foto yang berhasil diabadikan oleh Randy sebelum ia turun dan pergi mandi untuk bersiap-siap pergi latihan.

•••​

Randy tengah berganti baju di dalam locker room. Sesaat dia tatap pantulan dirinya di cermin. Beberapa kali dia berpose memamerkan otot-otot tubuhnya yang tumbuh begitu cepat.

Randy memang terlahir memiliki hormon testosteron yang baik sehingga tidak terlalu sulit untuk memperbesar masa otot.

"Randy!" panggil seseorang dari belakang agak keras.

Randy sontak menoleh ke arah sumber suara.

"Hai Pril!" sapa Randy.

Prilly tidak sendirian. Dia bersama sepupunya yang saat ini sedang berada di gendongannya.

"Hai Rei!"

Randy melambaikan tangan sambil tersenyum. Tapi anak itu justru memanyunkan bibirnya sambil berekspresi kesal.

"Papa hat!" (Papa jahat!)

Senyum di bibir Randy langsung luntur berganti dengan ekspresi heran.

"Tadi pagi-pagi Tante Dewi ke rumah gue minta tolong suruh bawa Reihan ke tempat latihan. Katanya anak ini ngerengek terus minta ketemu sama 'papanya'," jelas Prilly dengan menekankan kata 'papanya'.

Pandangan Randy kembali berpindah ke Reihan. Dengan menarik sudut bibirnya, dia mengangkat kedua tangannya ke atas.

Meskipun Reihan sedang merajuk tapi dia tidak bisa menolak uluran tangan Randy kepadanya. Reihan kemudian berpindah ke gendongan Randy.

"Eyan angen ma papa!" (Reihan kangen sama papa!)

"Iya, papa juga kangen sama Reihan."

Anak itu kemudian melingkarkan tangannya di leher Randy dengan pipinya ia rebahkan di bahu Randy.

Prilly yang melihat adegan itu pun mengernyitkan dahinya heran. Dia penasaran dengan hubungan antara mereka berdua.

"Lu..***k punya hubungan apa-apa kan sama Tante Dewi?" udah Prilly menelisik.

"Hmm?" balas Randy sambil menaikkan sebelah alisnya.

Randy menatap Prilly dengan ekspresi wajah datar. Tidak ada rasa gugup sama sekali di mukanya.

"Gue keponakannya om Ginanjar jadi hubungan gue sama Tante Dewi ya sebatas Tante dan keponakan."

"Emang kenapa?" tanya Randy balik ketiak melihat Prilly tampak berpikir sejenak.

"Gak papa, aneh aja. Gue kira Reihan anak kandung lu, soalnya gue lihat kalian bener-bener kaya anak dan bapak."

"Pfffft..." Randy menahan tawa.

"Jadi maksudnya gue sama Tante Dewi selingkuh terus punya anak Reihan, gitu?"

Randy terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Prilly menunduk malu. Apa yang dikatakan Randy itu benar tentang apa yang ada di kepala Prilly. Wanita itu memang sempat berpikir bahwa Reihan adalah anak kandung Randy dan tantenya. Mengingat sebelumnya dia pernah mendapatkan rumor bahwa Ginanjar memiliki tingkat kesuburan rendah.

"Emangnya muka kita sama?" ujar Randy lagi.

Prilly memperhatikan wajah mereka berdua.

"Ya mukanya gak mirip sih tapi sifatnya mirip!"

"Hah?!" Randy dan Reihan saling berpandangan.

"Iya mirip. Sama-sama ngeselin!" sergah Prilly seraya menjulurkan lidahnya lalu berbalik pergi.

Setelah kejadian di locker room itu, Reihan bersama Prilly menonton para pemain GB berlatih di tribun penonton. Reihan terlihat sangat antusias melihat permainan mereka. Suatu saat dia ingin menjadi pemain basket juga seperti Randy.

Selesai latihan Randy menghampiri Prilly dan Reihan yang ada di pinggir lapangan, melambaikan tangan.

"Papa!" sebut Reihan minta digendong.

Prilly pun memberikan anak itu pada Randy. Sejenak Prilly celingak-celinguk.

"Justin mana? Gak keliatan dari tadi?"

Randy sontak mengikuti apa yang dilakukan Prilly meski dia tahu kalau orang yang dicari memang tidak ada.

"Dia ijin gak ikut latihan. Kenapa? Kangen ya?" goda Randy sambil tertawa kecil.

"Ishhh...najisss..***k! Cuma nanya aja."

"Awas ati-ati loh. Entar benci bisa jadi cinta, wkwkwk..."

Bughhh...

"Adawww...!!!" pekik Randy saat tiba-tiba kakinya mendapat tendangan dari wanita yang ada di depannya.

Ternyata benar apa kata Justin. Perempuan itu tidak ada lembut-lembutnya sama sekali.

"Ngaco aja! Mana mungkin gue suka sama cowok sok ganteng macam dia," kilah Prilly sambil mengibaskan tangannya.

Meskipun mulutnya berkata tidak tapi perubahan warna dan ekspresi wajahnya mengatakan hal sebaliknya. Tapi Randy diam saja. Dia merasa itu bukan kapasitasnya untuk ikut campur terhadap perasaan seseorang.

"Ya udah kalo gitu gue mau pulang dulu. Nih Reihan bawa pulang. Besok ajak lagi dia ke sini," perintah Randy.

"Enak aja! Emang gue babysitter apa? Lu aja yang anter Reihan pulang," tolak Prilly setengah membentak.

"Dasar cewek. Baru disinggung soal Justin aja langsung badmood," batin Randy sambil menggelengkan kepalanya.

Akhirnya setelah perdebatan yang cukup lama dan panjang, Prilly mau mengantar Reihan pulang. Randy yang enggan untuk pergi ke rumah Dewi terus mencari alasan.

Saat akan membuka ponselnya, dia ingat kalau sedari tadi dia belum mengaktifkan benda pipih itu. Dia pun menyalakannya.

Benar dugaannya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Dewi, Sari, dan Icha. Pesan chat wa pun berondongan masuk ke HP-nya.

Dewi : Tante tau kamu benci dan gak mau berurusan sama Tante lagi, tapi tolong! Reihan terus merengek minta ketemu kamu.

Sari : Ran! Kamu sekarang bisa ke rumah mbak gak? Penting!

Randy tertegun membaca pesan itu. Otaknya berpikir hal penting apa yang akan dibicarakan oleh Sari?

Saat dia sedang membalas pesan dari Sari tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan ada seseorang yang menelpon. Kontak dengan nama 'ibunya anak gue' tertera di layar sentuh miliknya.

Randy pun menunda mengetik balasan lalu mengangkat telepon itu.

"RANDY...!!!"

Suara keras nan menggelegar terdengar memekikkan telinga Randy, membuat benda pipih itu nyaris jatuh kalau saja Randy tidak sigap untuk menangkapnya lagi.

"Anjirrr...Cha! Nyebut Cha! Nyebut!" ucap Randy sambil mengelus-elus dadanya yang berdetak kencang karena kaget.

"Apa ini yang ada di layar hp ku?! Kamu sengaja ya foto ku diem-diem! Ahh...rese banget sih jadi orang!" protes Icha menggebu-gebu.

"Hehehe..***k papa Cha. Kamu cantik kok, manis banget kalo lagi posisi kaya gitu," timpal Randy sambil terkekeh.

"Arkhhh...Randy...!!!" geramnya lagi.

Randy langsung menjauhkan ponselnya dari telinga lalu menekan tombol merah untuk mengakhiri panggilan tersebut.

"Hehehe...ada-ada aja lu Cha! Bikin gue gemes aja," monolog Randy.

Randy tiba-tiba mengingat kalau tadi dia sedang membalas pesan Sari.

"Ahh...daripada lama mending langsung ke sana aja."

Pria itu pun kemudian pergi ke rumah Sari setelah membersihkan diri dan ganti di markas Garuda Bandung.

Sesampainya di rumah Sari, Randy memarkirkan motornya di depan pintu garasi. Randy berjalan menuju pintu kemudian mengetuknya.

Tokkk...tokkk...tokkk...

Tak berselang lama pintu pun terbuka. Randy mendelik melihat siapa yang membukakan pintu.

To Be Continue...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd