Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 2)

Kemana kah cinta Randy benar-benar akan berlabuh? (Menikah)

  • Kak Ranty

    Votes: 297 27,7%
  • Anes

    Votes: 49 4,6%
  • Annisa

    Votes: 403 37,6%
  • Tante Dewi

    Votes: 168 15,7%
  • Lisa (kemungkinan kecil)

    Votes: 49 4,6%
  • Icha

    Votes: 105 9,8%

  • Total voters
    1.071
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Brp episode lagi hu
Gak tau suhu, masih dalam proses nulis.
Bos.. kasih cerita lah dikit2 tentang kondisi Ranty.. kasihan anak itu jadi ga dapat porsi cerita.. lagian aneh juga ci Randy ini, padahal sama Kakak dan pacar sendiri ko ga ada penasarannya sama Ranty..
Memang untuk Ranty sebenarnya gak dapet porsi di season 2 dan akan dibahas di season 3.

Kalo masalah penasaran sebenarnya Randy yang lupa sama Ranty, upsss... Ya sudah dijelasin dari awal kalo Randy punya IQ jongkok dan karena Randy juga punya masalah yang pelik di Bandung jadi gak inget sama Ranty.
Btw,bikin side story suhu. Tentang kak Ranty. Penasaran aja. Apakah disana dia ingkar janji sama Randi?
Saat Randi telepon kak Ranty saja sepertinya ada yg disembunyikan.
1 part aja suhu. Side story tentang kak Ranty.
Kalo cuma 1 part gak bisa menjelaskan semuanya wkwkwk...

Nanti rencana setelah end S2 akan ada ekstra part untuk Ranty ya hu biar gak penasaran. Atau malah bikin tambah penasaran xixixi... 😁
Randy jadinya sama siapaa? Bingung 😔
Di season 3 akan ketahuan suhu 🙏
 
Part 55. Aku Malu!

Pov Icha

Aku terbuai dalam belaian lembut Randy. Awalnya aku sangat kesal dan malu karena Randy menertawakan ku saat aku mengungkapkan perasaan cinta itu.

Namun setelah dia bilang kalau dia juga mencintai ku, rasanya aku seperti melayang ke angkasa. Ternyata cinta ku tidak bertepuk sebelah tangan.

Entah sejak kapan aku mulai mencintai Randy. Padahal aku dulu sungguh sangat membencinya karena dia telah membawa ku ke dalam kehidupan yang merana bersama Reza dan keluarganya.

Tapi setelah melihatnya memperlakukan Aira dengan sangat baik, perasaan benci ku perlahan mulai luntur dan berganti menjadi perasaan cinta.

Aku pejamkan mata seraya menggigit bibir bawah ku merasakan hembusan hangat dan lembut di leher ku oleh mulutnya.

Dia memutar tubuh ku sampai terlentang. Ku buka mata ku, tidak ada Randy di sana. Ku turunkan pandangan ku ke bawah. Kaos yang aku kenakan tampak menggembung besar.

Lalu beberapa saat kemudian terasa sebuah benda kenyal memainkan puting payudara ku layaknya persneling mobil.

"Ouhhh..."

Aku mendesah saking nikmatnya rasa yang timbul merangsang setiap saraf di daerah itu.

Randy kemudian menyedot niple ku sebelah kiri dan meremas buah dada ku sebelah kanan di balik kaos ku.

"Rhann...itu punya Aira...achhh..." kata ku sembari meremas rambutnya yang tertutup kain.

"Minta Cha. Rasa susu mu manis, aku suka. Cppp...sssppp...mmmcppp..."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, dia kembali melanjutkan kegiatannya menyusu pada ku.

Ku tolehkan kepala ku ke kanan menghadap Aira yang belum terusik akan aktivitas penuh kenikmatan yang dilakukan oleh orang tuanya.

Senyum terkulas di wajah ku. Dia adalah alasan ku ada di sini, dia alasan ku jatuh cinta kepada lelaki yang saat ini tengah menjadi bayi.

Lucu memang. Baru pertama kali aku melakukan aktivitas seperti ini dengan adanya Aira di samping ku. Dulu dia selalu berada di box bayi saat aku sedang melaksanakan tugas ku sebagai seorang istri bersama Reza.

Saat sedang melamun memikirkan anak ku yang ada di samping ku tiba-tiba aku merasakan bagian bawah ku dingin. Mata ku terbelalak melihat ke bawah sana. Ternyata celana pendek yang aku kenakan sudah melorot ke bawah sebatas paha.

Celana dalam pink yang aku kenakan sedang diusap-usap bagian tengahnya oleh Randy. Reflek aku mengapit tangan nakalnya dengan paha dalam ku. Namun itu justru membuat jarinya semakin menekan inti tubuh ku.

"Achhh...Rhannn!!!"

Pekikan ku tak mampu membuat Randy bergeming. Dia masih sibuk meminum cairan putih yang seharusnya menjadi milik Aira. Sudah berapa mililiter dia teguk susu yang aku produksi ke dalam tenggorokannya.

Entah kenapa sejak aku tinggal bersama Randy, produksi ASI ku menjadi sangat berlimpah. Kadang payudara ku sampai terasa sakit ketika beberapa saat tidak dikeluarkan.

Mungkin karena faktor susu formula yang rutin diberikan oleh Randy kepada ku dan faktor ketenangan jiwa yang membuat suasana hati ku selalu tenang dan tidak stress seperti saat masih bersama Reza.

Ya, sejak kami tinggal bersama, Randy selalu memperhatikan kesehatan ku, dia selalu memberi ku makanan yang sehat dan bergizi. Dia seolah-olah menjadi suami siaga bagi ku. Jadi dia juga berhak atas ASI yang aku hasilkan.

Nafas ku naik turun. Pertahanan ku di bawah sana mulai mengendur. Tangan Randy mulai lebih leluasa bergerilya di bagian sensitif tubuh ku.

Randy mulai menarik celana dalam ku ke bawah sekaligus celana pendek ku hingga kini tubuh bagian bawah ku sudah polos.

"Ehmm...Rhannn...dingin," ucap ku sambil melipat kedua kaki ku.

Sebenarnya bukan karena kedinginan, tapi lebih karena malu ada Aira di samping ku yang setiap saat bisa saja terbangun.

Rasa khawatir akan Aira yang terjaga mengusik pikiran ku. Meskipun Aira masih kecil dan belum mengerti atas apa yang sedang dilakukan oleh kedua orang tuanya tapi aku tetap malu.

Randy pun keluar dari dalam kaos ku dan menatap ku sambil tersenyum. Namun sepersekian detik kemudian...

"Ooorrrkkk...!!!"

Aku membulatkan mata sesaat ketika melihat Randy bersendawa keras lalu diikuti dengan cegukan.

Ku coba sekuat tenaga untuk tidak tertawa tapi akhirnya aku menyerah.

"Bhahahaha..." tawa ku renyah sembari menutupi mulut dengan kepalan tangan ku.

Aku tertawa lepas melihat tingkah Randy. Benar-benar tidak ada anggun-anggunnya sama sekali aku pada saat itu. Tapi aku seperti tidak peduli. Di hadapan Randy aku tampak lebih lepas untuk mengekspresikan diri ku. Tidak ada rasa jaim seperti saat diri ku bersama keluarga Reza bahkan dengan Annisa yang baik kepada ku.

Randy hanya membalas dengan kekehan pelan seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kenyang Ran?" sindir ku dengan sisa-sisa tawa yang belum sepenuhnya usai.

"Entar nambah lagi ya, hehehe...hekks..." jawab Randy diakhiri dengan cegukan lagi.

Dia lalu menarik selimut yang ada di bawah kaki kami dengan menggunakan jari kakinya kemudian menyelimuti kami berdua.

Aku tarik selimut itu ke depan leher ku. Randy kembali beraksi di dalam kain yang membalut tubuh kami. Aku menengadah ke atas masih sambil menahan ujung selimut agar tidak melorot turun.

Tangan Randy melebarkan kedua paha ku ke kiri dan ke kanan. Aku mengikuti kemauannya tanpa ada penolakan sama sekali.

"Enghhh...shhh..."

Lenguhan ku kembali terdengar kala aku merasakan benda kenyal, lentur, dan basah menyapu area intim ku. Di dalam selimut, aktivitas Randy memang tidak terlihat tapi aku tahu kalau benda itu adalah lidahnya yang bermain-main dengan sebuah kacang di sana.

Desiran birahi benar-benar menguasai ku. Aku sangat membutuhkan pelepasan saat ini juga. Sudah sangat lama gejolak nafsu itu terkubur dalam diri ku dan sekarang bangkit kembali.

"Achhh...Rhannn...therusss...enakkk..."

Di dalam sana paha ku menjepit kepala Randy dan terangkat tinggi ke atas menjemput orgasme ku yang pertama.

Serrr...serrr...serrr...serrr...

Pinggul ku ambruk begitu saja ke permukaan ranjang. Nafas ku naik turun dengan cepat. Lamanya aku berpuasa senggama membuat ku lebih cepat mendapatkan pelepasan.

Randy masih sibuk menyedot dan meneguk cairan kenikmatan yang keluar dari inti tubuh ku.

Beberapa saat kemudian bibir dan lidah Randy mulai naik ke atas menggelitik di sepanjang kulit tubuh bagian depan hingga kepalanya keluar dari ujung selimut yang aku pegang.

Saat itu posisi wajah kami sejajar. Dia tersenyum sambil menaik turunkan alisnya. Beberapa kali dia tersentak karena cegukannya belum reda. Hal itu membuat ku tertawa karena lucu. Gagal keren deh si Randy, pikir ku.

Tak lama berselang aku merasakan seekor ular meliak-liuk di area vagina ku berusaha menyeruak masuk ke lubang basah di sana. Aku pun membulatkan mata ku menatap Randy.

"Jangan!" larang ku kepadanya.

"Hah, kenapa? Bukannya kamu pengin juga?"

Ular Randy hanya menyundul-nyundul lubang milik ku karena belum mendapatkan ijin.

"Aku gak mau kalo gak pake pengaman. Aku gak mau hamil lagi!"

"Aku janji deh gak bakal keluar di dalam," jawab Randy sambil menunjukkan jari tengah dan jari telunjuknya di samping wajahnya.

"Gak percaya!"

Aku menggeliat mundur agar tongkat milik Randy menjauh dari goa lendir ku. Randy tampak kecewa, aku juga sebenarnya sangat menginginkan hal itu tapi aku tidak boleh hanyut dalam nafsu semata tanpa menimbang akibat yang akan terjadi.

"Ya udah tapi sepongin aku ya. Udah tegang parah," sahut Randy kemudian.

Aku mengangguk menyetujuinya lalu posisi kami berbalik, Randy merebahkan diri di atas ranjang dan aku berada di dalam selimut itu.

Suasana sangat pengap dan panas. Aku hampir kesulitan bernapas. Aku buka sedikit celah di sebelah kanan ku agar pasokan oksigen dapat masuk ke ruang sempit itu tanpa terlihat dari arah Aira yang tertidur.

Ku tatap benda besar panjang nan kokoh di hadapan ku itu. Ouh, aku meringis. Betapa gagahnya kejantanan milik Randy yang tengah menegang itu. Aku merasa benda itu jauh lebih besar dan panjang daripada saat dia masih SMA. Kalau saat di rumah Reza aku tidak terlalu memperhatikan karena aku melakukannya dengan terpaksa.

Kembali aku perhatikan benda itu. Aku ingin tongkat saktinya masuk berpetualang di dalam goa milik ku.

Namun aku tetap harus menahan diri. Bagaimana pun juga konsekuensinya adalah seumur hidup. Jika aku gegabah sehingga membuat ku kembali hamil, maka hidup ku akan tambah runyam. Cukup Aira, ya hanya Aira.

Aku mulai memegang menara itu. Besar dan panjang, beda jauh dengan milik Reza yang berukuran standar.

"Oughhh...Chaaa...iya terusss..."

Randy mulai mendesah ketika lidah ku bermain menginspeksi seluruh kulit yang membungkus kemaluan Randy. Aku lalu memasukkan kontol milik Randy ke dalam mulut ku bergetar naik turun.

Ku lakukan apapun yang aku bisa untuk membuat Randy mencapai pelepasan. Aku bukanlah orang yang awam mengenai hal semacam ini. Aku dulu sudah sangat berpengalaman dalam hal memuaskan nafsu lelaki, namun Randy berada dalam pengecualian.

Sudah beberapa menit aku melakukan itu tapi belum juga menemui tanda-tanda Randy akan klimaks. Biasanya pria lain yang pernah tidur bersama ku selalu mencapai pelepasan pertama dengan oral ku hanya dalam waktu beberapa menit.

Leher ku sampai pegal karena terus mengangguk-angguk tidak selesai-selesai. Aku juga tidak mendapati respon apapun dari Randy setelah itu. Hanya kemaluannya saja yang menegang tapi dirinya diam saja layaknya patung.

Aku jadi penasaran apa yang terjadi dengan Randy. Apakah dia tertidur? Tapi masa tidur sambil ngaceng?

Ahh daripada aku bingung lebih baik aku mengintip saja. Aku kemudian mengangkat ujung selimut bagian atas untuk melihat Randy.

Mata ku membulat sempurna. Bukannya wajah Randy yang aku lihat pertama kali saat ku singkap selimut itu namun justru sebuah punggung mungil yang berada tepat di hadapan ku.

"Aira!" batin ku memekik.

Aku tutup kembali selimut itu dan ku bungkam mulut ku sendiri agar tidak mengeluarkan suara yang tidak perlu.

Entah sejak kapan anak ku bangun. Aku tidak mendengar suaranya atau aku yang terlalu fokus dengan pekerjaan ku dalam memuaskan nafsu ayahnya sampai-sampai aku tidak mendengar Aira bangun.

Anak kami tiba-tiba sudah duduk di leher Randy sambil memukul-mukul wajah ayahnya seolah-olah sebuah gendang.

Pantas saja Randy diam membeku. Ternyata Aira sedang bermain dengannya. Baru sekarang aku dengar Aira tampak bergumam sambil sesekali tertawa renyah.

Aku bingung harus bagaimana dalam posisi ku saat ini. Tubuh ku sudah berkeringat aku ingin keluar tapi pasti Aira menyadari itu. Atribut di tubuh kami sudah tidak lengkap. Bagaimana kalau Aira melihat ketelanjangan kami?

Aku malu!

Aku juga geram dengan sikap Randy yang tidak melakukan apapun untuk terlepas dari situasi ini. Seakan dia sengaja membiarkan ku tersiksa di dalam sini. Dia malah asik bermain dengan Aira.

Ahh apa aku kerjai saja dia. Biar dia tahu rasa!

Di dalam selimut aku kembali melancarkan aksi ku. Aku masukkan batang milik Randy yang masih kokoh lalu aku sedot hingga aku gigit agak keras.

"Awww...awww...awww...!!!" sergah Randy di sana.

Aku tertawa jahat. Aku melanjutkan lagi pekerjaan ku. Tidak hanya itu aku juga tusuk lubang anus Randy dengan jari tengah ku yang sebelumnya aku lumasi dengan air liur ku.

"Aduhhhh...sshhh..." desah Randy sambil menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan.

Aku semakin bersemangat untuk menyiksanya. Tangan yang lain aku buat untuk meremas kedua biji pelernya, dia lagi-lagi menjerit ngilu. Aku semakin asyik dengan kegiatan ku saat ini.

Lalu beberapa saat kemudian aku terkejut bukan kepalang. Randy tanpa rasa bersalah menyibakkan selimut itu ke atas.

"Tuh Aira, mamah lagi ngapain tuh nakal banget!" ujar Randy dengan santainya.

Aku pun membeku tidak berani bergerak sedikitpun bahkan hanya sekedar bernafas saja aku tak berani.

Aira memiringkan kepalanya di atas dada Randy dan menengok ke dalam selimut dengan ekspresi tatapan datar. Dia memang tidak mengerti apa yang sedang dilakukan oleh ku di sana, tapi tetap saja,

AKU MALU!

Sontak aku keluar dari selimut itu lalu secepat kilat berlari menuju kamar mandi dengan bagian bawah tubuh ku telanjang bulat.

Aku sayup-sayup mendengar Randy tertawa dengan disusul Aira juga tertawa karena melihat ayahnya yang tertawa akhirnya mereka tertawa bersama-sama.

Arkhhh...!!! Gak tau lah! Pokoknya aku kesal! kesal! kesal!!!

To Be Continue...
 
Part 55. Aku Malu!

Pov Icha

Aku terbuai dalam belaian lembut Randy. Awalnya aku sangat kesal dan malu karena Randy menertawakan ku saat aku mengungkapkan perasaan cinta itu.

Namun setelah dia bilang kalau dia juga mencintai ku, rasanya aku seperti melayang ke angkasa. Ternyata cinta ku tidak bertepuk sebelah tangan.

Entah sejak kapan aku mulai mencintai Randy. Padahal aku dulu sungguh sangat membencinya karena dia telah membawa ku ke dalam kehidupan yang merana bersama Reza dan keluarganya.

Tapi setelah melihatnya memperlakukan Aira dengan sangat baik, perasaan benci ku perlahan mulai luntur dan berganti menjadi perasaan cinta.

Aku pejamkan mata seraya menggigit bibir bawah ku merasakan hembusan hangat dan lembut di leher ku oleh mulutnya.

Dia memutar tubuh ku sampai terlentang. Ku buka mata ku, tidak ada Randy di sana. Ku turunkan pandangan ku ke bawah. Kaos yang aku kenakan tampak menggembung besar.

Lalu beberapa saat kemudian terasa sebuah benda kenyal memainkan puting payudara ku layaknya persneling mobil.

"Ouhhh..."

Aku mendesah saking nikmatnya rasa yang timbul merangsang setiap saraf di daerah itu.

Randy kemudian menyedot niple ku sebelah kiri dan meremas buah dada ku sebelah kanan di balik kaos ku.

"Rhann...itu punya Aira...achhh..." kata ku sembari meremas rambutnya yang tertutup kain.

"Minta Cha. Rasa susu mu manis, aku suka. Cppp...sssppp...mmmcppp..."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, dia kembali melanjutkan kegiatannya menyusu pada ku.

Ku tolehkan kepala ku ke kanan menghadap Aira yang belum terusik akan aktivitas penuh kenikmatan yang dilakukan oleh orang tuanya.

Senyum terkulas di wajah ku. Dia adalah alasan ku ada di sini, dia alasan ku jatuh cinta kepada lelaki yang saat ini tengah menjadi bayi.

Lucu memang. Baru pertama kali aku melakukan aktivitas seperti ini dengan adanya Aira di samping ku. Dulu dia selalu berada di box bayi saat aku sedang melaksanakan tugas ku sebagai seorang istri bersama Reza.

Saat sedang melamun memikirkan anak ku yang ada di samping ku tiba-tiba aku merasakan bagian bawah ku dingin. Mata ku terbelalak melihat ke bawah sana. Ternyata celana pendek yang aku kenakan sudah melorot ke bawah sebatas paha.

Celana dalam pink yang aku kenakan sedang diusap-usap bagian tengahnya oleh Randy. Reflek aku mengapit tangan nakalnya dengan paha dalam ku. Namun itu justru membuat jarinya semakin menekan inti tubuh ku.

"Achhh...Rhannn!!!"

Pekikan ku tak mampu membuat Randy bergeming. Dia masih sibuk meminum cairan putih yang seharusnya menjadi milik Aira. Sudah berapa mililiter dia teguk susu yang aku produksi ke dalam tenggorokannya.

Entah kenapa sejak aku tinggal bersama Randy, produksi ASI ku menjadi sangat berlimpah. Kadang payudara ku sampai terasa sakit ketika beberapa saat tidak dikeluarkan.

Mungkin karena faktor susu formula yang rutin diberikan oleh Randy kepada ku dan faktor ketenangan jiwa yang membuat suasana hati ku selalu tenang dan tidak stress seperti saat masih bersama Reza.

Ya, sejak kami tinggal bersama, Randy selalu memperhatikan kesehatan ku, dia selalu memberi ku makanan yang sehat dan bergizi. Dia seolah-olah menjadi suami siaga bagi ku. Jadi dia juga berhak atas ASI yang aku hasilkan.

Nafas ku naik turun. Pertahanan ku di bawah sana mulai mengendur. Tangan Randy mulai lebih leluasa bergerilya di bagian sensitif tubuh ku.

Randy mulai menarik celana dalam ku ke bawah sekaligus celana pendek ku hingga kini tubuh bagian bawah ku sudah polos.

"Ehmm...Rhannn...dingin," ucap ku sambil melipat kedua kaki ku.

Sebenarnya bukan karena kedinginan, tapi lebih karena malu ada Aira di samping ku yang setiap saat bisa saja terbangun.

Rasa khawatir akan Aira yang terjaga mengusik pikiran ku. Meskipun Aira masih kecil dan belum mengerti atas apa yang sedang dilakukan oleh kedua orang tuanya tapi aku tetap malu.

Randy pun keluar dari dalam kaos ku dan menatap ku sambil tersenyum. Namun sepersekian detik kemudian...

"Ooorrrkkk...!!!"

Aku membulatkan mata sesaat ketika melihat Randy bersendawa keras lalu diikuti dengan cegukan.

Ku coba sekuat tenaga untuk tidak tertawa tapi akhirnya aku menyerah.

"Bhahahaha..." tawa ku renyah sembari menutupi mulut dengan kepalan tangan ku.

Aku tertawa lepas melihat tingkah Randy. Benar-benar tidak ada anggun-anggunnya sama sekali aku pada saat itu. Tapi aku seperti tidak peduli. Di hadapan Randy aku tampak lebih lepas untuk mengekspresikan diri ku. Tidak ada rasa jaim seperti saat diri ku bersama keluarga Reza bahkan dengan Annisa yang baik kepada ku.

Randy hanya membalas dengan kekehan pelan seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kenyang Ran?" sindir ku dengan sisa-sisa tawa yang belum sepenuhnya usai.

"Entar nambah lagi ya, hehehe...hekks..." jawab Randy diakhiri dengan cegukan lagi.

Dia lalu menarik selimut yang ada di bawah kaki kami dengan menggunakan jari kakinya kemudian menyelimuti kami berdua.

Aku tarik selimut itu ke depan leher ku. Randy kembali beraksi di dalam kain yang membalut tubuh kami. Aku menengadah ke atas masih sambil menahan ujung selimut agar tidak melorot turun.

Tangan Randy melebarkan kedua paha ku ke kiri dan ke kanan. Aku mengikuti kemauannya tanpa ada penolakan sama sekali.

"Enghhh...shhh..."

Lenguhan ku kembali terdengar kala aku merasakan benda kenyal, lentur, dan basah menyapu area intim ku. Di dalam selimut, aktivitas Randy memang tidak terlihat tapi aku tahu kalau benda itu adalah lidahnya yang bermain-main dengan sebuah kacang di sana.

Desiran birahi benar-benar menguasai ku. Aku sangat membutuhkan pelepasan saat ini juga. Sudah sangat lama gejolak nafsu itu terkubur dalam diri ku dan sekarang bangkit kembali.

"Achhh...Rhannn...therusss...enakkk..."

Di dalam sana paha ku menjepit kepala Randy dan terangkat tinggi ke atas menjemput orgasme ku yang pertama.

Serrr...serrr...serrr...serrr...

Pinggul ku ambruk begitu saja ke permukaan ranjang. Nafas ku naik turun dengan cepat. Lamanya aku berpuasa senggama membuat ku lebih cepat mendapatkan pelepasan.

Randy masih sibuk menyedot dan meneguk cairan kenikmatan yang keluar dari inti tubuh ku.

Beberapa saat kemudian bibir dan lidah Randy mulai naik ke atas menggelitik di sepanjang kulit tubuh bagian depan hingga kepalanya keluar dari ujung selimut yang aku pegang.

Saat itu posisi wajah kami sejajar. Dia tersenyum sambil menaik turunkan alisnya. Beberapa kali dia tersentak karena cegukannya belum reda. Hal itu membuat ku tertawa karena lucu. Gagal keren deh si Randy, pikir ku.

Tak lama berselang aku merasakan seekor ular meliak-liuk di area vagina ku berusaha menyeruak masuk ke lubang basah di sana. Aku pun membulatkan mata ku menatap Randy.

"Jangan!" larang ku kepadanya.

"Hah, kenapa? Bukannya kamu pengin juga?"

Ular Randy hanya menyundul-nyundul lubang milik ku karena belum mendapatkan ijin.

"Aku gak mau kalo gak pake pengaman. Aku gak mau hamil lagi!"

"Aku janji deh gak bakal keluar di dalam," jawab Randy sambil menunjukkan jari tengah dan jari telunjuknya di samping wajahnya.

"Gak percaya!"

Aku menggeliat mundur agar tongkat milik Randy menjauh dari goa lendir ku. Randy tampak kecewa, aku juga sebenarnya sangat menginginkan hal itu tapi aku tidak boleh hanyut dalam nafsu semata tanpa menimbang akibat yang akan terjadi.

"Ya udah tapi sepongin aku ya. Udah tegang parah," sahut Randy kemudian.

Aku mengangguk menyetujuinya lalu posisi kami berbalik, Randy merebahkan diri di atas ranjang dan aku berada di dalam selimut itu.

Suasana sangat pengap dan panas. Aku hampir kesulitan bernapas. Aku buka sedikit celah di sebelah kanan ku agar pasokan oksigen dapat masuk ke ruang sempit itu tanpa terlihat dari arah Aira yang tertidur.

Ku tatap benda besar panjang nan kokoh di hadapan ku itu. Ouh, aku meringis. Betapa gagahnya kejantanan milik Randy yang tengah menegang itu. Aku merasa benda itu jauh lebih besar dan panjang daripada saat dia masih SMA. Kalau saat di rumah Reza aku tidak terlalu memperhatikan karena aku melakukannya dengan terpaksa.

Kembali aku perhatikan benda itu. Aku ingin tongkat saktinya masuk berpetualang di dalam goa milik ku.

Namun aku tetap harus menahan diri. Bagaimana pun juga konsekuensinya adalah seumur hidup. Jika aku gegabah sehingga membuat ku kembali hamil, maka hidup ku akan tambah runyam. Cukup Aira, ya hanya Aira.

Aku mulai memegang menara itu. Besar dan panjang, beda jauh dengan milik Reza yang berukuran standar.

"Oughhh...Chaaa...iya terusss..."

Randy mulai mendesah ketika lidah ku bermain menginspeksi seluruh kulit yang membungkus kemaluan Randy. Aku lalu memasukkan kontol milik Randy ke dalam mulut ku bergetar naik turun.

Ku lakukan apapun yang aku bisa untuk membuat Randy mencapai pelepasan. Aku bukanlah orang yang awam mengenai hal semacam ini. Aku dulu sudah sangat berpengalaman dalam hal memuaskan nafsu lelaki, namun Randy berada dalam pengecualian.

Sudah beberapa menit aku melakukan itu tapi belum juga menemui tanda-tanda Randy akan klimaks. Biasanya pria lain yang pernah tidur bersama ku selalu mencapai pelepasan pertama dengan oral ku hanya dalam waktu beberapa menit.

Leher ku sampai pegal karena terus mengangguk-angguk tidak selesai-selesai. Aku juga tidak mendapati respon apapun dari Randy setelah itu. Hanya kemaluannya saja yang menegang tapi dirinya diam saja layaknya patung.

Aku jadi penasaran apa yang terjadi dengan Randy. Apakah dia tertidur? Tapi masa tidur sambil ngaceng?

Ahh daripada aku bingung lebih baik aku mengintip saja. Aku kemudian mengangkat ujung selimut bagian atas untuk melihat Randy.

Mata ku membulat sempurna. Bukannya wajah Randy yang aku lihat pertama kali saat ku singkap selimut itu namun justru sebuah punggung mungil yang berada tepat di hadapan ku.

"Aira!" batin ku memekik.

Aku tutup kembali selimut itu dan ku bungkam mulut ku sendiri agar tidak mengeluarkan suara yang tidak perlu.

Entah sejak kapan anak ku bangun. Aku tidak mendengar suaranya atau aku yang terlalu fokus dengan pekerjaan ku dalam memuaskan nafsu ayahnya sampai-sampai aku tidak mendengar Aira bangun.

Anak kami tiba-tiba sudah duduk di leher Randy sambil memukul-mukul wajah ayahnya seolah-olah sebuah gendang.

Pantas saja Randy diam membeku. Ternyata Aira sedang bermain dengannya. Baru sekarang aku dengar Aira tampak bergumam sambil sesekali tertawa renyah.

Aku bingung harus bagaimana dalam posisi ku saat ini. Tubuh ku sudah berkeringat aku ingin keluar tapi pasti Aira menyadari itu. Atribut di tubuh kami sudah tidak lengkap. Bagaimana kalau Aira melihat ketelanjangan kami?

Aku malu!

Aku juga geram dengan sikap Randy yang tidak melakukan apapun untuk terlepas dari situasi ini. Seakan dia sengaja membiarkan ku tersiksa di dalam sini. Dia malah asik bermain dengan Aira.

Ahh apa aku kerjai saja dia. Biar dia tahu rasa!

Di dalam selimut aku kembali melancarkan aksi ku. Aku masukkan batang milik Randy yang masih kokoh lalu aku sedot hingga aku gigit agak keras.

"Awww...awww...awww...!!!" sergah Randy di sana.

Aku tertawa jahat. Aku melanjutkan lagi pekerjaan ku. Tidak hanya itu aku juga tusuk lubang anus Randy dengan jari tengah ku yang sebelumnya aku lumasi dengan air liur ku.

"Aduhhhh...sshhh..." desah Randy sambil menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan.

Aku semakin bersemangat untuk menyiksanya. Tangan yang lain aku buat untuk meremas kedua biji pelernya, dia lagi-lagi menjerit ngilu. Aku semakin asyik dengan kegiatan ku saat ini.

Lalu beberapa saat kemudian aku terkejut bukan kepalang. Randy tanpa rasa bersalah menyibakkan selimut itu ke atas.

"Tuh Aira, mamah lagi ngapain tuh nakal banget!" ujar Randy dengan santainya.

Aku pun membeku tidak berani bergerak sedikitpun bahkan hanya sekedar bernafas saja aku tak berani.

Aira memiringkan kepalanya di atas dada Randy dan menengok ke dalam selimut dengan ekspresi tatapan datar. Dia memang tidak mengerti apa yang sedang dilakukan oleh ku di sana, tapi tetap saja,

AKU MALU!

Sontak aku keluar dari selimut itu lalu secepat kilat berlari menuju kamar mandi dengan bagian bawah tubuh ku telanjang bulat.

Aku sayup-sayup mendengar Randy tertawa dengan disusul Aira juga tertawa karena melihat ayahnya yang tertawa akhirnya mereka tertawa bersama-sama.

Arkhhh...!!! Gak tau lah! Pokoknya aku kesal! kesal! kesal!!!

To Be Continue...
Terimakasih update suhu
 
Part 55. Aku Malu!

Pov Icha

Aku terbuai dalam belaian lembut Randy. Awalnya aku sangat kesal dan malu karena Randy menertawakan ku saat aku mengungkapkan perasaan cinta itu.

Namun setelah dia bilang kalau dia juga mencintai ku, rasanya aku seperti melayang ke angkasa. Ternyata cinta ku tidak bertepuk sebelah tangan.

Entah sejak kapan aku mulai mencintai Randy. Padahal aku dulu sungguh sangat membencinya karena dia telah membawa ku ke dalam kehidupan yang merana bersama Reza dan keluarganya.

Tapi setelah melihatnya memperlakukan Aira dengan sangat baik, perasaan benci ku perlahan mulai luntur dan berganti menjadi perasaan cinta.

Aku pejamkan mata seraya menggigit bibir bawah ku merasakan hembusan hangat dan lembut di leher ku oleh mulutnya.

Dia memutar tubuh ku sampai terlentang. Ku buka mata ku, tidak ada Randy di sana. Ku turunkan pandangan ku ke bawah. Kaos yang aku kenakan tampak menggembung besar.

Lalu beberapa saat kemudian terasa sebuah benda kenyal memainkan puting payudara ku layaknya persneling mobil.

"Ouhhh..."

Aku mendesah saking nikmatnya rasa yang timbul merangsang setiap saraf di daerah itu.

Randy kemudian menyedot niple ku sebelah kiri dan meremas buah dada ku sebelah kanan di balik kaos ku.

"Rhann...itu punya Aira...achhh..." kata ku sembari meremas rambutnya yang tertutup kain.

"Minta Cha. Rasa susu mu manis, aku suka. Cppp...sssppp...mmmcppp..."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, dia kembali melanjutkan kegiatannya menyusu pada ku.

Ku tolehkan kepala ku ke kanan menghadap Aira yang belum terusik akan aktivitas penuh kenikmatan yang dilakukan oleh orang tuanya.

Senyum terkulas di wajah ku. Dia adalah alasan ku ada di sini, dia alasan ku jatuh cinta kepada lelaki yang saat ini tengah menjadi bayi.

Lucu memang. Baru pertama kali aku melakukan aktivitas seperti ini dengan adanya Aira di samping ku. Dulu dia selalu berada di box bayi saat aku sedang melaksanakan tugas ku sebagai seorang istri bersama Reza.

Saat sedang melamun memikirkan anak ku yang ada di samping ku tiba-tiba aku merasakan bagian bawah ku dingin. Mata ku terbelalak melihat ke bawah sana. Ternyata celana pendek yang aku kenakan sudah melorot ke bawah sebatas paha.

Celana dalam pink yang aku kenakan sedang diusap-usap bagian tengahnya oleh Randy. Reflek aku mengapit tangan nakalnya dengan paha dalam ku. Namun itu justru membuat jarinya semakin menekan inti tubuh ku.

"Achhh...Rhannn!!!"

Pekikan ku tak mampu membuat Randy bergeming. Dia masih sibuk meminum cairan putih yang seharusnya menjadi milik Aira. Sudah berapa mililiter dia teguk susu yang aku produksi ke dalam tenggorokannya.

Entah kenapa sejak aku tinggal bersama Randy, produksi ASI ku menjadi sangat berlimpah. Kadang payudara ku sampai terasa sakit ketika beberapa saat tidak dikeluarkan.

Mungkin karena faktor susu formula yang rutin diberikan oleh Randy kepada ku dan faktor ketenangan jiwa yang membuat suasana hati ku selalu tenang dan tidak stress seperti saat masih bersama Reza.

Ya, sejak kami tinggal bersama, Randy selalu memperhatikan kesehatan ku, dia selalu memberi ku makanan yang sehat dan bergizi. Dia seolah-olah menjadi suami siaga bagi ku. Jadi dia juga berhak atas ASI yang aku hasilkan.

Nafas ku naik turun. Pertahanan ku di bawah sana mulai mengendur. Tangan Randy mulai lebih leluasa bergerilya di bagian sensitif tubuh ku.

Randy mulai menarik celana dalam ku ke bawah sekaligus celana pendek ku hingga kini tubuh bagian bawah ku sudah polos.

"Ehmm...Rhannn...dingin," ucap ku sambil melipat kedua kaki ku.

Sebenarnya bukan karena kedinginan, tapi lebih karena malu ada Aira di samping ku yang setiap saat bisa saja terbangun.

Rasa khawatir akan Aira yang terjaga mengusik pikiran ku. Meskipun Aira masih kecil dan belum mengerti atas apa yang sedang dilakukan oleh kedua orang tuanya tapi aku tetap malu.

Randy pun keluar dari dalam kaos ku dan menatap ku sambil tersenyum. Namun sepersekian detik kemudian...

"Ooorrrkkk...!!!"

Aku membulatkan mata sesaat ketika melihat Randy bersendawa keras lalu diikuti dengan cegukan.

Ku coba sekuat tenaga untuk tidak tertawa tapi akhirnya aku menyerah.

"Bhahahaha..." tawa ku renyah sembari menutupi mulut dengan kepalan tangan ku.

Aku tertawa lepas melihat tingkah Randy. Benar-benar tidak ada anggun-anggunnya sama sekali aku pada saat itu. Tapi aku seperti tidak peduli. Di hadapan Randy aku tampak lebih lepas untuk mengekspresikan diri ku. Tidak ada rasa jaim seperti saat diri ku bersama keluarga Reza bahkan dengan Annisa yang baik kepada ku.

Randy hanya membalas dengan kekehan pelan seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kenyang Ran?" sindir ku dengan sisa-sisa tawa yang belum sepenuhnya usai.

"Entar nambah lagi ya, hehehe...hekks..." jawab Randy diakhiri dengan cegukan lagi.

Dia lalu menarik selimut yang ada di bawah kaki kami dengan menggunakan jari kakinya kemudian menyelimuti kami berdua.

Aku tarik selimut itu ke depan leher ku. Randy kembali beraksi di dalam kain yang membalut tubuh kami. Aku menengadah ke atas masih sambil menahan ujung selimut agar tidak melorot turun.

Tangan Randy melebarkan kedua paha ku ke kiri dan ke kanan. Aku mengikuti kemauannya tanpa ada penolakan sama sekali.

"Enghhh...shhh..."

Lenguhan ku kembali terdengar kala aku merasakan benda kenyal, lentur, dan basah menyapu area intim ku. Di dalam selimut, aktivitas Randy memang tidak terlihat tapi aku tahu kalau benda itu adalah lidahnya yang bermain-main dengan sebuah kacang di sana.

Desiran birahi benar-benar menguasai ku. Aku sangat membutuhkan pelepasan saat ini juga. Sudah sangat lama gejolak nafsu itu terkubur dalam diri ku dan sekarang bangkit kembali.

"Achhh...Rhannn...therusss...enakkk..."

Di dalam sana paha ku menjepit kepala Randy dan terangkat tinggi ke atas menjemput orgasme ku yang pertama.

Serrr...serrr...serrr...serrr...

Pinggul ku ambruk begitu saja ke permukaan ranjang. Nafas ku naik turun dengan cepat. Lamanya aku berpuasa senggama membuat ku lebih cepat mendapatkan pelepasan.

Randy masih sibuk menyedot dan meneguk cairan kenikmatan yang keluar dari inti tubuh ku.

Beberapa saat kemudian bibir dan lidah Randy mulai naik ke atas menggelitik di sepanjang kulit tubuh bagian depan hingga kepalanya keluar dari ujung selimut yang aku pegang.

Saat itu posisi wajah kami sejajar. Dia tersenyum sambil menaik turunkan alisnya. Beberapa kali dia tersentak karena cegukannya belum reda. Hal itu membuat ku tertawa karena lucu. Gagal keren deh si Randy, pikir ku.

Tak lama berselang aku merasakan seekor ular meliak-liuk di area vagina ku berusaha menyeruak masuk ke lubang basah di sana. Aku pun membulatkan mata ku menatap Randy.

"Jangan!" larang ku kepadanya.

"Hah, kenapa? Bukannya kamu pengin juga?"

Ular Randy hanya menyundul-nyundul lubang milik ku karena belum mendapatkan ijin.

"Aku gak mau kalo gak pake pengaman. Aku gak mau hamil lagi!"

"Aku janji deh gak bakal keluar di dalam," jawab Randy sambil menunjukkan jari tengah dan jari telunjuknya di samping wajahnya.

"Gak percaya!"

Aku menggeliat mundur agar tongkat milik Randy menjauh dari goa lendir ku. Randy tampak kecewa, aku juga sebenarnya sangat menginginkan hal itu tapi aku tidak boleh hanyut dalam nafsu semata tanpa menimbang akibat yang akan terjadi.

"Ya udah tapi sepongin aku ya. Udah tegang parah," sahut Randy kemudian.

Aku mengangguk menyetujuinya lalu posisi kami berbalik, Randy merebahkan diri di atas ranjang dan aku berada di dalam selimut itu.

Suasana sangat pengap dan panas. Aku hampir kesulitan bernapas. Aku buka sedikit celah di sebelah kanan ku agar pasokan oksigen dapat masuk ke ruang sempit itu tanpa terlihat dari arah Aira yang tertidur.

Ku tatap benda besar panjang nan kokoh di hadapan ku itu. Ouh, aku meringis. Betapa gagahnya kejantanan milik Randy yang tengah menegang itu. Aku merasa benda itu jauh lebih besar dan panjang daripada saat dia masih SMA. Kalau saat di rumah Reza aku tidak terlalu memperhatikan karena aku melakukannya dengan terpaksa.

Kembali aku perhatikan benda itu. Aku ingin tongkat saktinya masuk berpetualang di dalam goa milik ku.

Namun aku tetap harus menahan diri. Bagaimana pun juga konsekuensinya adalah seumur hidup. Jika aku gegabah sehingga membuat ku kembali hamil, maka hidup ku akan tambah runyam. Cukup Aira, ya hanya Aira.

Aku mulai memegang menara itu. Besar dan panjang, beda jauh dengan milik Reza yang berukuran standar.

"Oughhh...Chaaa...iya terusss..."

Randy mulai mendesah ketika lidah ku bermain menginspeksi seluruh kulit yang membungkus kemaluan Randy. Aku lalu memasukkan kontol milik Randy ke dalam mulut ku bergetar naik turun.

Ku lakukan apapun yang aku bisa untuk membuat Randy mencapai pelepasan. Aku bukanlah orang yang awam mengenai hal semacam ini. Aku dulu sudah sangat berpengalaman dalam hal memuaskan nafsu lelaki, namun Randy berada dalam pengecualian.

Sudah beberapa menit aku melakukan itu tapi belum juga menemui tanda-tanda Randy akan klimaks. Biasanya pria lain yang pernah tidur bersama ku selalu mencapai pelepasan pertama dengan oral ku hanya dalam waktu beberapa menit.

Leher ku sampai pegal karena terus mengangguk-angguk tidak selesai-selesai. Aku juga tidak mendapati respon apapun dari Randy setelah itu. Hanya kemaluannya saja yang menegang tapi dirinya diam saja layaknya patung.

Aku jadi penasaran apa yang terjadi dengan Randy. Apakah dia tertidur? Tapi masa tidur sambil ngaceng?

Ahh daripada aku bingung lebih baik aku mengintip saja. Aku kemudian mengangkat ujung selimut bagian atas untuk melihat Randy.

Mata ku membulat sempurna. Bukannya wajah Randy yang aku lihat pertama kali saat ku singkap selimut itu namun justru sebuah punggung mungil yang berada tepat di hadapan ku.

"Aira!" batin ku memekik.

Aku tutup kembali selimut itu dan ku bungkam mulut ku sendiri agar tidak mengeluarkan suara yang tidak perlu.

Entah sejak kapan anak ku bangun. Aku tidak mendengar suaranya atau aku yang terlalu fokus dengan pekerjaan ku dalam memuaskan nafsu ayahnya sampai-sampai aku tidak mendengar Aira bangun.

Anak kami tiba-tiba sudah duduk di leher Randy sambil memukul-mukul wajah ayahnya seolah-olah sebuah gendang.

Pantas saja Randy diam membeku. Ternyata Aira sedang bermain dengannya. Baru sekarang aku dengar Aira tampak bergumam sambil sesekali tertawa renyah.

Aku bingung harus bagaimana dalam posisi ku saat ini. Tubuh ku sudah berkeringat aku ingin keluar tapi pasti Aira menyadari itu. Atribut di tubuh kami sudah tidak lengkap. Bagaimana kalau Aira melihat ketelanjangan kami?

Aku malu!

Aku juga geram dengan sikap Randy yang tidak melakukan apapun untuk terlepas dari situasi ini. Seakan dia sengaja membiarkan ku tersiksa di dalam sini. Dia malah asik bermain dengan Aira.

Ahh apa aku kerjai saja dia. Biar dia tahu rasa!

Di dalam selimut aku kembali melancarkan aksi ku. Aku masukkan batang milik Randy yang masih kokoh lalu aku sedot hingga aku gigit agak keras.

"Awww...awww...awww...!!!" sergah Randy di sana.

Aku tertawa jahat. Aku melanjutkan lagi pekerjaan ku. Tidak hanya itu aku juga tusuk lubang anus Randy dengan jari tengah ku yang sebelumnya aku lumasi dengan air liur ku.

"Aduhhhh...sshhh..." desah Randy sambil menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan.

Aku semakin bersemangat untuk menyiksanya. Tangan yang lain aku buat untuk meremas kedua biji pelernya, dia lagi-lagi menjerit ngilu. Aku semakin asyik dengan kegiatan ku saat ini.

Lalu beberapa saat kemudian aku terkejut bukan kepalang. Randy tanpa rasa bersalah menyibakkan selimut itu ke atas.

"Tuh Aira, mamah lagi ngapain tuh nakal banget!" ujar Randy dengan santainya.

Aku pun membeku tidak berani bergerak sedikitpun bahkan hanya sekedar bernafas saja aku tak berani.

Aira memiringkan kepalanya di atas dada Randy dan menengok ke dalam selimut dengan ekspresi tatapan datar. Dia memang tidak mengerti apa yang sedang dilakukan oleh ku di sana, tapi tetap saja,

AKU MALU!

Sontak aku keluar dari selimut itu lalu secepat kilat berlari menuju kamar mandi dengan bagian bawah tubuh ku telanjang bulat.

Aku sayup-sayup mendengar Randy tertawa dengan disusul Aira juga tertawa karena melihat ayahnya yang tertawa akhirnya mereka tertawa bersama-sama.

Arkhhh...!!! Gak tau lah! Pokoknya aku kesal! kesal! kesal!!!

To Be Continue...
Entah kenapa paling seneng kalo dah ada scene Randy x Icha + Aira di season 2 ini dah :klove:
Makasih updatenya om Ts :mantap:
Gak usah hiraukan kemauan aneh reader Hu, sesuai rencana awal om Ts aja :beer:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd