Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 2)

Kemana kah cinta Randy benar-benar akan berlabuh? (Menikah)

  • Kak Ranty

    Votes: 297 27,7%
  • Anes

    Votes: 49 4,6%
  • Annisa

    Votes: 403 37,6%
  • Tante Dewi

    Votes: 168 15,7%
  • Lisa (kemungkinan kecil)

    Votes: 49 4,6%
  • Icha

    Votes: 105 9,8%

  • Total voters
    1.071
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Akhirnya yang ditunggu bakalan update juga
Pasti panjang dan gak kentang ini mah, kan udh semedi sebulan xixixixi
 
Part 50. Saksi Bisu Malam Itu

Randy mulai melancarkan aksinya. Ia belai wajah Sari yang masih tersisa bekas air mata yang mengering. Rasa sakit hati dan kecewa yang dirasakan Sari membuatnya menerima segala perlakuan Randy.

Bibir mereka kembali bertemu. Randy menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulut wanita itu. Sari menyambut dengan membuka bibirnya lebar-lebar memberi akses benda lunak itu untuk mengeksplorasi rongga mulutnya.

"Achhh...sssppp...cccppp...mmphhh..."

Sari mendesah di sela-sela ciuman mereka. Dia memang sering melakukannya bersama Pram. Lelaki itu hobi sekali mengulum lidahnya namun yang dilakukan Randy jauh berbeda.

Ada rasa yang menjalar di seluruh tubuh Sari. Rasa yang belum pernah ia rasakan bersama suaminya. Rasa yang menuntutnya untuk merasakan lebih dalam lagi.

Sambil berciuman, Randy melepaskan kancing baju Sari dari atas sampai ke bawah. Sari menuruti tanpa banyak protes. Randy sibakkan ke kanan dan ke kiri hingga buah dada Sari yang masih dibalut bra warna krem terpampang di hadapannya.

"Indah sekali punya mbak. Om Pram bener-bener bodoh meninggalkan mbak untuk wanita lain."

Ucapan Randy sontak membuat wajah Sari bersemu merah. Namun tidak dipungkiri hal itu membuat dadanya menghangat.

"Boleh dilepas mbak?" tanya Randy yang langsung mendapatkan anggukan dari wanita itu.

Randy lalu menuntunnya untuk bangkit. Mereka berdiri saling berhadapan. Sari melepaskan sendiri baju yang ia kenakan sedangkan Randy bergerak menurunkan celana panjang Sari hingga kini di tubuh Sari hanya tersisa bra dan celana dalam.

Mata Sari sayu, bibirnya merekah mengharapkan sebuah sentuhan dari Randy. Mereka kembali berciuman mesra. Sari melingkarkan tangannya di leher Randy dan Randy di pinggang Sari.

"Dilepas jilbabnya juga ya?" pinta Randy lagi.

Sari mengangguk lalu melepaskan jilbabnya sendiri. Randy melihat Sari tanpa penutup kepala. Rambutnya sedikit ikal berbeda dengan Annisa yang lurus namun hal itu justru membuat Sari terlihat imut.

"Mbak cantik banget. Randy suka sama mbak."

Pria itu kemudian mengangkat tubuh Sari ala bridal style. Sari reflek melingkarkan tangannya di leher Randy. Direbahkannya tubuh matang itu di atas ranjang.

Sari sudah tidak malu-malu lagi. Dia justru menarik leher Randy saat pria itu merebahkannya hingga Randy terjatuh di atas tubuh Sari.

"Ran! Berikan sama mbak! Mbak sangat menginginkannya," mohon Sari dengan ekspresi wajah yang dipenuhi dengan birahi.

Randy tersenyum seraya mengangguk pelan.

"Baiklah Randy akan melakukannya."

Mereka berdua sama-sama melucuti pakaian masing-masing hingga keduanya telanjang bulat.

Sari terbelalak melihat batang kejantanan Randy yang begitu besar dan panjang. Ukurannya melebihi milik suaminya.

Tanpa menunggu lama Sari kemudian memasukkan benda panjang itu ke dalam mulutnya.

"Ouhhh...nikmat mbak!" desah Randy merasakan kulit kontolnya dibelai oleh lidah Sari.

Wanita itu sudah mahir melakukannya. Itu adalah salah satu posisi favorit suaminya. Pram tidak jarang jebol dan klimaks di dalam mulut Sari.

Dengan Randy, Sari memberikan kemampuannya yang terbaik namun Randy belum juga mengalami tanda-tanda akan muncrat.

Sari merasa heran dengan kekuatan Randy dalam hal menahan klimaks. Mungkin itu karena batang kemaluan Randy yang tidak seluruhnya masuk ke dalam. Masih ada jarak beberapa senti namun di dalam sana kepala kontolnya sudah mentok di tenggorokan.

Beberapa saat kemudian Sari menyerah. Dia lepaskan kuluman di kontol Randy. Sari sudah tidak sabar ingin dilayani juga. Wanita itu lalu telentang sambil merentangkan pahanya hingga vagina Sari yang bersih tanpa bulu terpampang jelas.

Randy terkekeh saat Sari melakukan gerakan itu. Sari yang sudah sangat menginginkannya hanya mengernyitkan dahi heran dengan Randy.

"Mbak udah gak tahan ya?" goda Randy.

"Huh?!" respon Sari yang pikirannya tidak fokus.

Namun saat berhasil mencerna kata-kata Randy tiba-tiba wajahnya memerah bagaikan kepiting rebus.

Randy kemudian mulai melancarkan aksinya dengan mencumbui lubang kenikmatan Sari yang merekah dan basah.

"Oughhh...enghhh...Rhannn...emphhh..."

Desahan Sari keluar. Dia jambak rambut pria itu lalu menekannya ke memeknya yang sudah sangat gatal. Randy dengan semangat terus mencumbui area itu.

Sari memang sudah sering melakukannya bersama Pram. Itu adalah salah satu favorit Sari. Dulu saat pertama kali melakukannya, Sari hanya menggelinjang kegelian. Namun lambat laun dia mulai terbiasa dan menikmatinya.

Sari sudah tidak dapat berpikir jernih. Sapuan lidah Randy di lubang peranakannya membuat sekujur tubuhnya seperti dialiri listrik tegangan rendah.

Sari melingkarkan kakinya di leher Randy, pinggangnya diangkat hingga menekan wajah Randy dengan kuat. Dan beberapa saat kemudian lubang kencing Sari berkedut hebat.

Serrr...serrr...serrr...serrr...

Pelepasan yang pertama berlangsung dengan dahsyat. Tubuh Sari sampai mengejang-ngejang beberapa kali sebelum lunglai. Sari kesulitan mengatur nafas.

Randy tersenyum puas saat melihat wanita itu tampak menikmati gelombang orgasme barusan. Vagina Sari mengeluarkan lendir berwarna putih bening. Randy tak menyia-nyiakannya dan langsung meneguk sampai habis.

Setelah nafas Sari mulai teratur, Randy kemudian merangkak di atas tubuhnya. Sesaat pandangan mereka bertemu. Sari menggigit bibir bawahnya dengan mata sayu.

Ia sudah meregangkan pahanya lalu dengan lembut menyentuh batang kejantanan Randy. Dia urut sebentar kemudian mengarahkannya ke lubang kenikmatan miliknya.

Setelah posisi kontol Randy pas di mulut goa Sari, Randy menekan sedikit namun karena celah itu sangat sempit membuat menaranya terpeleset keluar.

Berkali-kali Randy melakukan itu. Dia sengaja agar Sari yang memintanya langsung dari mulut dia sendiri. Randy tersenyum melihat wajah Sari yang mupeng.

"Ouhhh...Rhannn...jangan godain mbak terus napa."

"Kenapa mbak?" tanya Randy pura-pura tidak tahu.

"Masukin!" pinta Sari dengan sedikit memelas.

Pinggulnya bergoyang dengan sendiri berharap kontol Randy merangsek ke dalam, namun Randy lebih pintar dalam hal 'menyiksa wanita'. Dia tidak serta merta mengabulkan permintaan tersebut.

"Tapi gimana dengan Annisa mbak?"

Perlahan mata sayu itu menatap Randy. Dibelainya pipi mulus Randy yang tidak ditumbuhi jerawat sedikitpun.

"Ran, kalo kamu gak mau kenapa kamu memulainya?"

Raut wajah Sari tampak sedikit kecewa.

"Randy bukan gak mau. Randy cuma mastiin aja mbak gak akan menyesalinya nanti."

"Ran, mbak sadar apa yang mbak lakuin kok. Kamu masih tetap milik Annisa. Kita melakukannya atas dasar kebutuhan sebagai orang dewasa aja. Yah, mbak tau kalo ini dosa besar, tapi mbak gak munafik mbak menginginkannya. Ini kebutuhan yang gak bisa ditunda-tunda lagi."

Randy tersenyum mendengar pengakuan Sari. Dia seorang yang jujur tanpa topeng, kalau dia menginginkannya dia akan berbicara terus terang. Itu yang membuat Randy mengagumi sosok wanita yang ada di bawah tindihannya itu.

"Ya udah, Randy masukin ya?"

Sari hanya mengangguk pelan lalu perlahan Randy kembali mengarahkan batang kejantanannya di mulut vagina Sari. Saat posisinya tepat, dia pegang batang itu agar tidak terpeleset lagi kemudian menekannya sedikit hingga membelah celah sempit itu.

"Ahhh...aww...Rhannn pelan-pelan!"

Sari meremas otot tricep Randy saat lubang miliknya dipaksa meregang lebih lebar dari biasanya. Randy menurutinya untuk mendorong secara pelan. Sari menarik nafas merasakan sensasi yang menjalar ke seluruh tubuh.

Dia merasakan geli di dalam perutnya kala kepala kontol Randy merangsek ke dalam mulut rahimnya. Itu adalah benda terjauh yang pernah masuk ke dalam lubang peranakan Sari.

"Achhh...Ran udah mentok!"

Sari melirik ke bawah. Dia takjub melihat masih ada beberapa senti batang kontol Randy yang belum bisa masuk. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kalau benda itu dipaksakan masuk seutuhnya, mungkin rahimnya akan robek.

"Randy goyang yah?!"

"Pelan-pelan ya Ran. Mbak masih agak ngilu."

Randy mengangguk lalu mulai memompa memek Sari secara pelan. Wanita itu menikmati setiap gesekan antara dinding goa miliknya dengan torpedo Randy.

Semakin lama semakin cepat. Nafsu Sari semakin meningkat. Dia merasa Randy sedang mentransfer energinya ke dalam tubuhnya lewat penyatuan itu yang nantinya akan diledakkan secara bersama-sama.

"Enghhh...Rhannn...mbakkk...nyhampee."

Serrr...serrr...serrr...serrr...

Beberapa kali memek Sari berkedut-kedut saat orgasme itu tiba. Dia berada sedang terbang di atas awan. Sari memejamkan matanya dan berusaha menormalkan deru nafas yang tersengal-sengal.

Randy tersenyum sambil membelai pipi Sari. Kontol yang masih tertancap di memek Sari didiamkan. Randy memberikan kesempatan Sari untuk menuntaskan klimaksnya.

"Ran, ini seks ternikmat yang pernah mbak rasakan, makasih ya," ungkap Sari jujur.

"Gimana perasaan mbak sekarang? Mbak gak menyesal kan?"

Sari mengernyitkan dahinya.

"Kenapa mesti menyesal?"

"Dulu waktu sama Annisa, dia bilang nyesel. Kali aja mbak juga sama."

"Ran, mbak ngelakuin ini atas kesadaran penuh. Jujur mbak punya nafsu yang besar. Kadang mbak suka pusing kalo suami gak ada di rumah. Maaf kalo kamu jadi merasa seperti alat seks buat mbak," ungkap Sari sambil menunduk sebelum Randy mengangkatnya lagi.

"Mbak, Randy gak pernah merasa begitu kok. Randy juga menikmati ini."

"Emm...kamu mau janji satu hal gak sama mbak?"

"Janji apa?"

"Janji kamu bakal nikah dan bahagiain Annisa. Besarkan anak kalian yang ada di perut Annisa sekarang."

"Iya mbak Randy janji. Terus mbak gimana?"

"Mbak akan baik-baik aja kok Ran."

"Maksudnya, apa mbak gak pengin mengulang apa yang sedang kita lakukan sekarang?"

Sari tertawa kecil. Dia tahu lelaki di hadapannya masih menginginkannya lagi, begitu juga dengan dirinya.

"Ran, mbak akui kalau rasa ini sangat nikmat, jauh lebih nikmat daripada saat melakukannya bersama mas Pram. Tapi ini semua salah. Mbak berharap ini untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya."

Tampak raut wajah kecewa dari Randy. Sari tahu apa yang dirasakan oleh pemuda itu. Sari membelai pipi Randy dengan lembut.

"Hey, jangan sedih gitu. Kita masih punya kesempatan malam ini. Hanya malam ini, mbak akan melayani kamu seperti suami mbak sendiri, jadi jangan sia-siakan waktu lagi."

Randy menatap mata Sari dalam. Sebenarnya dia masih ingin melakukannya lagi dengan wanita hebat itu, tapi dia harus menghargai keputusannya.

Lagipula itu belum keputusan mutlak kan? Bagaimana kalau malam ini Randy bisa membuat Sari merasakan surga dunia yang jauh lebih dalam dari yang pernah ia raih bersama suaminya?

Tampaknya membuat wanita yang ada di bawah tindihannya itu ketagihan tidak lah buruk. Dia akan mengeluarkan kemampuan yang pernah diajarkan oleh guru seksnya dahulu yaitu bu Siti.

"Baiklah, malam ini kita suami istri. Randy akan melakukan yang terbaik untuk membuat mbak puas."

Sari menarik sudut bibirnya seraya menowel hidung mancung milik Randy.

"Terus tunggu apalagi? Udah kelamaan barang mu diem di dalam tubuh mbak. Nanti keburu lengket lagi."

Tanpa Randy sadari, selama obrolan mereka berlangsung batang keperkasaannya masih tegang bersemayam di dalam lubang kemaluan Sari.

"Terus maunya diapain?" goda Randy seraya tersenyum nakal.

"Gerakin...enghhh..."

Belum sempat Sari menyelesaikan kata-katanya, Randy sudah beraksi dengan menarik kontolnya lalu kembali membenamkan sampai mentok. Sari menggigit bibir bawahnya sembari menengadah ke atas.

Rasa gatal yang nikmat itu kembali muncul. Dia tidak rela rasa itu berakhir begitu saja, maka dia lingkarkan kakinya di pinggang Randy dan tangannya di leher Randy.

"Achhh...terus mas! Aku nikmat banget. Punya mas gede...awhhh..."

Desahan kembali terdengar melalui bibir manis Sari. Randy tersenyum senang mendengar Sari memanggilnya mas seperti dia memanggil suaminya. Mereka langsung meningkatkan intensitas pergumulannya.

Malam itu milik mereka berdua. Pikiran Sari terhadap suaminya sudah menguap entah kemana. Yang dia inginkan sekarang hanya mencapai singgasana puncak kenikmatan yang hakiki bersama orang yang dia kasihi.

"Mas, coba rasain ini!"

Tiba-tiba Sari mengencangkan otot-otot pinggulnya. Kontol Randy yang sedang berada di goa basah Sari merasa diremas dengan kuat.

"Ouhhh...nikmat sayang, kamu pintar banget puasin suami."

Randy pernah merasakan sensasi dijepit seperti itu. Itu adalah teknik yang pernah digunakan oleh bu Siti untuk memuaskan dirinya.

Meskipun skill Sari masih belum sepadan dengan guru seksnya, tapi Randy benar-benar merasakan sensasi yang teramat sangat nikmat.

Randy pun kembali menyerang Sari dengan menciumi bagian sensitif di puncak gunung kembar miliknya.

Sari sudah berani menantang Randy untuk beradu mekanik. Dia akan tunjukkan skillnya yang sebenarnya. Akan dia buat savage Sari di dalam rengkuhan tubuhnya.

Sari memeluk Randy dan melingkarkan kakinya di pinggang Randy dengan begitu erat. Ia fokuskan seluruh energinya pada satu titik di inti tubuhnya.

"Enghhh...masss...achhh...nikmat masss..."

Remasan dinding vagina Sari di batang kemaluan Randy semakin lama semakin ketat, itu membuat kontol Randy seperti diurut dengan suatu benda yang kenyal dan berlendir.

Pria itu sampai merem melek mendapati serangan yang begitu hebat. Dia semakin mirip dengan guru seksnya, ternyata Sari sangat pandai dalam hal memuaskan pasangan.

"Arkhhh...memek mu sempit banget sayang...kontol mas serasa dijepit..."

Desahan mereka saling bersautan. Malam semakin panas, mereka semakin tidak berjarak lagi. Kedua payudara Sari sudah basah oleh air liur Randy di sekitar putingnya.

"Achhh...masss..." panggil Sari manja.

Keduanya saling bertatapan dengan ritme naik turun yang bersamaan.

"Kenapa sayang?"

"Akhuu...mau dari belakanggg!" pinta Sari frontal.

Randy mengangguk lalu berhenti sejenak. Kaki kiri Sari ia gerakkan ke sebelah kanan tubuhnya tanpa melepaskan penyatuan mereka kemudian Sari mengambil posisi merangkak.

Randy dapat melihat punggung polos Sari yang basah berkeringat. Bongkahan pantat yang besar dan kenyal itu diremasnya. Sari menoleh sambil menggigit bibir bawahnya mengharapkan Randy kembali melancarkan aksinya.

Kontol Randy yang berhenti menggaruk dinding vagina Sari mulai bergerak lagi. Sari memejamkan matanya sembari meremas seprai merasakan nikmat tiada tara di inti tubuhnya.

"Ouhhh...mas cepetin mas...enakkk..."

Randy terus memompanya semakin cepat. Dia meremas dua benda kenyal yang menggantung di dada Sari.

"Iya...ouhhh...jepitan memek kamu kenceng banget..."

Ditariknya tubuh Sari hingga setengah tegak. Mula-mula Randy mencium tengkuk Sari, lalu saat Sari menoleh dia langsung memagut bibir mengkilap milik Sari yang begitu menggoda.

Sambil berciuman, Sari meremas rambut Randy yang agak basah karena keringat. Mereka sudah hampir mencapai puncaknya, maka Randy kembali membaringkan Sari karena dia ingin fokus terhadap satu titik tempat dimana dirinya menanamkan benih putih miliknya.

Posisi kembali ke missionary. Sari juga memusatkan seluruh energinya di satu titik yang menyatu dengan milik Randy.

Plokkk...plokkk...plokkk...plokkk...

Bunyi peraduan mereka terdengar semakin keras. Sari meringis menahan sesuatu yang akan jebol di bawah sana.

Randy terus melakukan pompaan secara totalitas. Mereka benar-benar sudah mencapai limit. Gerakan Sari sudah menggila menyambut gerakan pinggul Randy. Dan ketika waktu itu tiba, tubuh Sari seolah tersengat listrik beribu-ribu volt. Wanita itu menahan nafas dan...

Srroooottt...srroooottt...srroooottt...

"Arrrkkkggghhh...!!!"

Tubuh Sari mengejang-ngejang, kakinya kelojotan ke sana kemari, tangannya berusaha mencengkeram apapun yang bisa diraihnya termasuk punggung Randy yang menjadi sasaran cakarannya. Sari akhirnya meraih singgasana puncak kenikmatan yang hakiki.

Sari panik karena merasakan tubuhnya tidak berhenti berkontraksi. Inti tubuhnya seolah layaknya pistol yang menembakkan peluru yang begitu cepat.

"Achhh...masss, tolong masss...aku kenapa ini, achhh...!!!"

Randy yang sedikit lagi mencapai klimaks masih terus bergerak di atas tubuh Sari, membuat wanita itu terseret oleh gelombang orgasme yang tidak kunjung usai.

"Awhhh...mas sampai!"

Randy tekan batang itu sedalam-dalamnya hingga membelah lubang rahim Sari.

Crottt...crottt...crottt...crottt...

Benih subur Randy yang tersimpan cukup lama di dalam kantungnya ia masukkan seluruhnya ke dalam rahim Sari yang terbuka lebar. Itu adalah benda terdalam yang pernah masuk ke inti tubuh Sari.

Tubuh Sari melengkung ke belakang saat mencapai titik limitnya sebelum terkulai lemas di bawah kungkungan tubuh Randy. Nafas mereka tersengal-sengal seolah sedang berlomba mengisi paru-parunya dengan oksigen.

Randy mencabut benda yang telah memberikan pengalaman baru bagi Sari. Dia ikut terkulai di samping Sari yang sedikit bisa menguasai dirinya.

Bersama Pram, Sari merasa puas saat mereka melakukan hubungan seksual, tapi dengan Randy, Sari seperti dibawa ke sebuah lembah birahi yang tak bertepi.

Sari benar-benar tidak berdaya menghadapi kekuatan Randy. Itu adalah pengalaman luar biasa yang pernah ia alami. Dia tengok ke arah bawahnya, basah kuyup. Bahkan ada genangan air di permukaan ranjang yang sedikit demi sedikit menyerap masuk.

"Mbak ngompol Ran!" ucap Sari reflek menutup pahanya.

Itu adalah hal yang memalukan. Kenapa bisa dirinya bisa ngompol saat berhubungan badan. Dia tidak merasakan ingin buang air kecil tapi dia ingat kalau tadi dia merasa ada yang menembak keluar dari tubuhnya saat mencapai orgasme terhebat dalam hidupnya.

"Itu bukan pipis kok mbak, tapi squirting. Memangnya mbak baru pernah ngalamin?"

Sari mengangguk pelan, badannya ia putar menyamping ke arah Randy.

"Belum pernah sama sekali. Apa gak papa Ran? Aduh...mbak sampe lemes banget."

"Gak papa kok mbak, kata orang itu surga dunia yang paling tinggi dari seorang wanita. Mbak gimana perasaannya? Puas?"

Kini giliran Randy yang memutar badannya ke arah Sari sehingga kini mereka saling pandang. Sari menutupi payudaranya dengan lengannya. Setelah kesadarannya pulih, rasa risih dan malu kembali hadir, namun tidak sepenuhnya.

"Jangan tanya puas atau enggak. Mbak sampai hampir lepas kendali tadi. Punggung kamu gak papa? Maaf tadi mbak cakar kamu."

"Gak usah dipikirin, itu tanda bentuk kasih sayang, hehehe..."

Wajah Sari bersemu merah, senyum tercetak di wajah manisnya. Walaupun badannya terasa hampir remuk tapi dirinya puas mendapatkan pengalaman baru bercinta dengan Randy.

Dalam hati dia bertanya-tanya bagaimana Randy bisa sejago itu dalam hal bercinta. Apakah diusia yang masih sangat muda dirinya memiliki jam terbang yang tinggi, kalau begitu dia sudah sering bermain dengan wanita lain?

Ahh pikirannya malah terusik. Ingin bertanya tapi Sari takut kalau Randy tersinggung. Dia hanya bisa berpikir positif tentang pria yang baru saja memberikan kenikmatan luar biasa kepada dirinya.

"Mau lanjut apa udahan?" tanya Randy yang langsung membuyarkan lamunan Sari.

"Ehh...emm...maaf Ran, tapi kayaknya mbak udah gak kuat lagi, bahkan pinggul mbak waktu digerakin kerasa ngilu."

Randy mengangguk kecil. Raut wajahnya tampak kecewa. Padahal Sari sudah berjanji kalau malam itu Randy dapat dapat sepuas-puasnya menikmati malam yang panas bersama Sari.

"Ya udah gak papa mbak," jawab Randy lalu beranjak berdiri sebelum ditahan oleh Sari.

"Kamu mau kemana?"

"Mau pulang mbak," respon Randy singkat.

Sari menyatukan kedua alisnya seraya menggigit kecil bibirnya.

"Udah malem. Apa gak sebaiknya kamu nginep aja di sini Ran? Mas Pram gak akan balik, dan mbak emm..."

Sari tampak menggantung kata-katanya.

"Mbak kenapa?" ujar Randy memastikan.

"Mbak kesepian," jawab Sari sambil menundukkan kepalanya.

Randy tertawa kecil tanpa suara. Sari mengatakan itu dengan tubuh bugilnya sungguh sangat lucu dan imut. Randy jadi tidak tega melihatnya.

"Ya udah Randy nginep di sini."

Sari mengangkat wajahnya dengan wajah berseri-seri. Wanita itu tampak menahan senyumnya yang membuat lesung pipi tercetak jelas di kedua pipinya.

"Ya udah kita pindah kamar aja ya. Kasurnya basah soalnya."

Sari bangkit lalu memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai.

"Apa kita satu kamar?" tanya Randy dengan maksud menggoda.

Deggg...

Sari diam mematung dengan posisi masih berjongkok. Benar juga apa yang dikatakan Randy. Dia menginap bukan berarti satu kamar. Sejenak dia berpikir alasan yang masuk akal agar dia dan Randy dapat tidur dalam satu ranjang.

Setelah mendapatkan ide, Sari kemudian berkata, "emm... kamarnya cuma ada tiga. Kamar yang satu belum dibersihin soalnya jarang dipake."

"Kalo kamarnya Keelan?"

"Di sana ranjangnya kecil, pasti badan mu gak muat deh," alasan Sari.

Randy terkekeh melihat Sari yang salah tingkah ketika menjawab pertanyaan sederhana itu. Dia tahu kalau Sari berbohong tapi dia memilih menyetujuinya saja karena niat awal memang hanya menggoda Sari saja.

Setelah kedua belah pihak setuju, mereka pun tidur di kamar tamu yang jarang dipakai tapi keadaan bersih. Mereka tidur bersebelahan, setelah Randy terlelap Sari diam-diam menyelip di pelukan Randy dan ikut tertidur.

Randy lagi-lagi lupa untuk mengabari istri tidak sahnya di apartemen. Bisa dipastikan saat pulang besok Icha akan menghukumnya lagi.

To Be Continue...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd