Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 2)

Kemana kah cinta Randy benar-benar akan berlabuh? (Menikah)

  • Kak Ranty

    Votes: 297 27,7%
  • Anes

    Votes: 49 4,6%
  • Annisa

    Votes: 403 37,6%
  • Tante Dewi

    Votes: 168 15,7%
  • Lisa (kemungkinan kecil)

    Votes: 49 4,6%
  • Icha

    Votes: 105 9,8%

  • Total voters
    1.071
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
πš‚πšžπš πš˜πš— π™·πšž πšžπš™πšπšŠπšπšŽ..
πšπš• πšžπšπšŠπš–πšŠπš”πšŠπš— πš‘πšžπšž
 
Part 13. Bersama Tante Dewi

Setelah sarapan bersama Tante Dewi, kami bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kursus mengemudi.

Raihan anak Tante Dewi dititipkan kepada bi Lastri. Kami pun berangkat dengan mobil Tante Dewi dengan dirinya berada di belakang kemudi dan aku berada di sampingnya.

Sesaat setelah berangkat kami sama-sama terdiam di dalam mobil. Situasi canggung terjadi di antara kita karena kejadian tadi pagi saat Tante Dewi mendapati ku sedang telanjang bulat di dalam kamar.

Wajahnya masih fokus ke jalan yang ada di depannya. Saat itu dia mengenakan blouse berwarna krem dan celana jeans tampak cantik berseri dengan make up yang tidak terlalu tebal.

Untuk mencairkan suasana, maka aku beranikan diri untuk membuka percakapan.

"Maaf Tan?"

Dia menoleh sesaat.

"Iya?" jawabnya singkat.

Otak ku berusaha untuk mencari topik pembicaraan.

"Emm... Randy mau tanya nih."

"Mau nanya apa?"

"Itu, bi Lastri kok kayaknya gak suka gitu sama aku ya? dari kemarin jutek Mulu."

Tante Dewi mengulum senyum manis saat mendengar perkataan ku, namun matanya masih berada di jalan.

"Masa sih? perasaan mu aja kali," cetus Tante Dewi sembari memindahkan persneling.

"Gak ahh, Randy yakin banget kalo bi Lastri sebel sama aku dari cara dia bersikap."

"Hmm...mungkin karena dia trauma sama masa lalunya," ujarnya membuat aku bingung karena tidak tahu apa-apa.

"Trauma gimana Tan?" timpal ku.
"Jadi tiga tahun yang lalu, bi Lastri pernah menjalin hubungan dengan lelaki yang jauh lebih muda dari dia, usianya mungkin hampir sama seperti kamu tapi lebih tua sedikit," jelasnya.

Aku hampir tak percaya, bi Lastri yang ku taksir berumur sekitar lima puluh tahun ke atas menjalin hubungan dengan seorang yang usianya sama dengan ku.

"Sejauh apa hubungan mereka?" tanya ku penasaran.

"Yah, dulu bi Lastri pernah mengundurkan diri sebagai pembantu rumah tangga Tante buat menikah sama dia dan memilih untuk pulang ke kampung halamannya, tapi setelah menikah ternyata pemuda itu pergi ninggalin bi Lastri sambil bawa seluruh tabungan bi Lastri," ungkapnya panjang lebar.

Sekarang aku tahu kenapa perlakuan bi Lastri kepada ku begitu buruk. Aku jadi bersimpati kepadanya. Aku tidak boleh membalas perlakuannya dengan perlakuan yang sama pula.

"Terus kenapa bi Lastri bisa kerja di rumah Tante lagi?"

"Itu karena Tante kasihan, bi Lastri dateng ke rumah sambil nangis-nangis mohon biar diterima kerja lagi di rumah Tante."

Aku hanya manggut-manggut paham atas penjelasannya.

"Apa bi Lastri punya anak dari pernikahan itu?"

Tante Dewi menggelengkan kepalanya.

"Dia udah mencapai tahap menopause, jadi udah gak bisa punya anak."

"Kalo anak yang sebelumnya?" tanya ku kembali.

"Ada enam, yang dua ada di kampungnya masih sekolah SMA, yang empat merantau tapi Tante kurang tau kemana."

Aku kembali mengangguk paham.

"Emang kampungnya dimana Tan?"

"Di Purwokerto," jawabnya singkat yang membuat aku terkejut.

"Lah, sama kaya Randy juga dari Purwokerto hehehe..." balas ku sembari tertawa kecil.

Tante Dewi menoleh dengan mulut melongo. Masih ada banyak perbincangan yang belum tersampaikan namun mobil sudah keburu sampai di tujuan.

Setelah memarkirkan mobil, Tante Dewi menyentuh punggung tangan ku yang berada di atas paha ku seraya berkata.

"Nanti kita lanjut lagi, sekarang kamu latihan nyetir dulu."

Aku hanya mengangguk kemudian keluar dari mobil. Dengan gold membership, aku dapat langsung berlatih menyetir tanpa harus mengatur jadwal latihan terlebih dahulu. Langsung saat itu juga atau saat aku siap.

Tanpa membuang-buang waktu aku langsung praktek bersama instruktur. Sebelumnya dia menjelaskan tentang teori-teori menyetir yang membuat ku bingung.

Aku memang tidak diciptakan untuk mempelajari tentang teori namun diciptakan untuk praktek. Yang penting aku sudah mengetahui pedal-pedal seperti gas, kopling, rem, dan cara mengoperasikan persneling.

Memang dasar diri ku yang terlalu percaya diri, aku langsung tancap gas sehingga beberapa kali aku menabrak pembatas.

Untung saja saat itu aku masih berlatih di area lapangan kosong dan bukan di jalan umum. Aku dimarahi habis-habisan oleh instruktur tapi aku hanya cengengesan saja menimpalinya.

Setelah berlatih cukup lama, aku sudah agak lancar mengendarai mobil itu bahkan aku sudah bisa ngedrift, gak gitu konsepnya Bambang!?

Hari pertama latihan ku dipenuhi oleh suara omelan dari instruktur. Entah bagaimana besok saat aku mencobanya di jalanan, mungkin aku akan membunuh seseorang.

"Eh Randy gimana tadi latihannya? lancarkan?" tanya Tante Dewi kepada ku.

"Ah gampang ternyata sih, cuma gitu-gitu doang," jawab ku sambil menjentikkan jari ku tanda hal itu sangat mudah.

Bapak instruktur yang tadi mengajari ku pun melotot sinis kepada ku, namun aku tak memperdulikannya.

"Hah serius? pulang nanti bisa dong kamu yang bawa mobilnya," ujar Tante Dewi sembari menggantungkan kunci mobilnya di jari telunjuknya.

"Hehehe belum lah Tante, entar nabrak orang malah repot."

Tante Dewi tergelak sembari menjulurkan bibir bawahnya.

"Ya udah,, eh habis ini mampir makan siang yuk!" ajaknya.

"Dimana Tan?"

"Udah ikut aja, kita cari yang deket sekalian Tante masih pengin tau banyak tentang kamu."

Aku pun hanya mengiyakan saja tawarannya. Setelah masuk ke dalam mobil, kami melaju ke sebuah rumah makan yang biasa saja, tidak terlalu mewah dan tidak terlalu kumuh.

Tante Dewi masuk ke restoran itu dengan menggandeng tangan ku layaknya sepasang kekasih. Aku jadi merasa tersanjung saat itu, jantung ku berdegup kencang tak menentu.

Padahal aku sudah pernah menjalin hubungan dengan wanita yang bahkan jauh lebih tua darinya, tetapi hal itu tidak pernah diperlihatkan di hadapan publik seperti ini.

"Tante," panggil ku seraya menatap matanya meminta penjelasan atas sikapnya itu.

"Kenapa Ran? kamu malu yah jalan sama Tante?"

Dia menaikkan alisnya.

"Enggak bukan gitu, aneh aja tiba-tiba Tante bersikap gini, hehehe..." respon ku sambil tertawa ringan.

"Ehemm...itu!"

Tante Dewi mendehem lalu menunjuk ke sebuah papan bertuliskan 'Datang bersama pasangan diskon 50%'.

Aku kemudian tersenyum kepadanya lalu mengangguk pelan. Sebenarnya aku masih belum yakin kalau Tante Dewi yang begitu kaya tertarik dengan diskon receh semacam itu. Tapi aku tidak ambil pusing karena ini permintaan darinya.

Kami lalu duduk di salah satu meja yang kosong, hanya terdapat dua bangku yang saling berhadapan sedangkan dipisahkan oleh sebuah meja.

Setelah kami memesan makanan, Tante Dewi mulai membuka cerita yang terputus saat di dalam mobil tadi.

"Lanjutin dong cerita mu yang tadi waktu di mobil," ucap Tante Dewi sembari memangku dagunya dengan tangan sambil menatap mata ku.

"Yang mana Tan? soal bi Lastri?"

Aku ikut menatap matanya, alhasil mata kita saling bertemu.

"Bukan tapi soal kamu, ceritain gimana asal usul mu."

Tante Dewi terlihat begitu excited.

"Hmm,, jadi Randy asalnya dari Purwokerto, tapi setelah papah kandung Randy meninggal, sekitar sebulan kemudian mamah menikah lagi dan pindah ke Jakarta tinggal sama suami barunya," jelas ku.

Kisah yang diceritakan adalah kisah yang diketahui oleh Randy menurut sudut pandangnya. Di balik itu semua ada sebuah rahasia yang belum diketahui oleh Randy yang faktanya berbeda dari apa yang ia ceritakan.

Dia tampak sedikit terkejut.

"Cepet juga yah cuma sebulan, ayah sambung mu ada hubungan kerabat dengan keluarga mu sebelumnya?"

"Kurang tau juga sih, soalnya dulu aku masih kecil."

"Kamu gak nanya gitu?"

Aku menggelengkan kepala dan berkata "Sungkan."

"Terus kamu ditinggal di kampung?" tanya Tante Dewi kemudian.

"Enggak Tan, aku juga dibawa bareng kakak ku ke Jakarta, yah meski pun ayah tiri tapi dia baik kok," jawab ku apa adanya.

"Kakak mu sekarang dimana?"

"Masih kuliah di Jakarta."

"Loh kamu gak kuliah juga?"

Tante Dewi masih terus bertanya seolah HRD yang sedang menginterview calon pegawainya.

"Keluarga ku bukan keluarga yang bergelimang harta, kakak ku kuliah karena dapet beasiswa, kalo aku sih gak minat, hehehe," ucap ku sambil tertawa kecil.

"Kamu punya adik?"

Aku menggelengkan kepala ku.

"Setelah mamah menikah lagi, mamah belum punya anak sampai sekarang, papah sambung aku juga duda cerai tanpa anak," lanjut ku.

Tante Dewi mengangguk tanda paham apa yang aku katakan.

Tak berapa lama pesanan kami pun tiba, pelayan yang membawakan pesanan kami tersenyum ramah.

"Silahkan dinikmati hidangannya."

"Terimakasih mba."

Pelayan itu pun pergi meninggalkan kami. Kami kemudian menyantap makanan makanan itu dalam diam, namun mata kami tidak lepas satu sama lain.

Kalau dilihat-lihat Tante Dewi usianya masih tergolong muda, aku perkirakan belum mencapai kepala tiga sedangkan suaminya, bapak Ginanjar aku perkirakan sudah lebih dari empat puluh tahun.

Setelah selesai makan, kami pun kompak meminum jus alpukat yang kami pesan bersama-sama. Barulah aku kembali menyeletuk.

"Kalo Tante sendiri gimana?"

Tante Dewi yang sedang mengelap bibirnya dengan tisu lalu menatap ku.

"Maksudnya?"

"Tentang Tante, Tante umur berapa sekarang?"

Tiba-tiba wajahnya memerah kala aku menanyakan perihal umur.

"Udah tua kok Ran, hehehe..." balas Tante Dewi terkekeh.

"Berapa?" Aku coba memastikan lagi.

"27 tahun, bentar lagi 28, tepatnya 13 hari lagi hehehe."

"Wah masih muda dong gak jauh beda sama Randy."

"Emang umur mu berapa tahun?" tanyanya balik.

"19 tahun, hehehe."

"Hmm...beda jauh lah," balasnya sembari mencebikkan bibirnya.

"Gak terlalu jauh untuk jadi pasangan hehehe," ujar ku bercanda.

Tante Dewi hanya tersenyum tersipu malu, kemudian kembali menyeruput jus alpukatnya sampai habis.

"Eh,, lanjut ngobrol di tempat lain yuk, kita pindah tempat," ajaknya.

"Yuk!"

Ku lihat Tante Dewi membuka tas yang ia pakai, mungkin akan mengambil dompet untuk membayar makanan kami.

Dengan inisiatif aku berdiri dan berjalan ke kasir meninggalkannya yang belum sadar kalau aku sudah tidak berada di dekatnya.

"Meja nomer 16 mba," pungkas ku sembari merogoh dompet yang ada di saku belakang celana ku.

Kasir itu terlihat sedang mengetik jumlah pesanan kami di mesin kasir itu.

"Totalnya Rp. 394.800,00 kak."

Aku melotot melihat nominal yang begitu besar. Ada rasa tak rela, rasa ingin menangis dihari merutuki kelakuan ku yang sok jagoan. Uang yang aku dapatkan dari kejadian tak terduga harus tersisihkan cukup banyak. Tetapi aku mencoba peruntungan.

"Loh mba, tapi saya datang bersama istri saya," pungkas ku sembari menunjuk ke arah Tante Dewi yang sedang berjalan ke arah ku.

"Maaf kak, tapi itu hanya berlaku di hari Sabtu."

Kasir itu lalu menunjuk ke papan yang bertuliskan 'Datang bersama pasangan diskon 50%' namun ada sebuah tulisan kecil di bagian pojok kanan bawah.

Aku mengernyitkan dahi ku saat membaca tulisan yang mungkin hanya bisa terbaca menggunakan kaca pembesar, 'khusus weekend'.

Aku mengatupkan gigi ku rapat, kesal akan sikap restoran itu dalam hal mencari keuntungan yang secara tidak langsung telah menipu pelanggannya.

Tetapi aku tidak bisa mundur lagi. Aku punya harga diri sebagai seorang lelaki. Dengan terpaksa aku membayar dengan uang Rp. 400.000,00.

"Yang 5.200nya boleh didonasikan?"

"Enak aja, buat parkir anjir!" timpal ku sedikit emosi.

Kasir itu tidak lagi menimpali, dia mengeluarkan laci mesin kasir tersebut dan mengambil uang kembalian untuk ku."

Setelah menerima kembalian, aku menoleh yang ternyata Tante Dewi sudah berada di belakang ku.

Aku kemudian merangkul punggungnya dan tersenyum singkat untuk menutupi kekesalan ku. Dia membalasnya dengan melingkarkan tangannya ke pinggang ku, lalu kami berjalan keluar restoran itu.

"Seumur hidup gue gak akan masuk lagi ke restoran ini!" kata ku dalam hati.

Saat berada di mobil, Tante Dewi kemudian melajukan mobilnya.

"Harusnya Tante aja tadi yang bayar," celetuknya tiba-tiba.

Aku pun menolehkan.

"Gak papa lah, gak seberapa juga kok."

"Mahal sekali Tante!" batin ku bertolak belakang dengan ucapan ku.

"Berapa tadi totalnya? biar Tante ganti," ujarnya menawarkan diri.

"Aih gak usah Tante, Tante udah banyak bantu Randy jadi itung-itung balas budi."

Dia tidak menjawab, hanya fokus ke jalanan.

"Kita mau kemana Tante?"

"Maunya kemana?"

Tante Dewi memberi tawaran.

"Terserah Tante aja, aku gak tau tempat di Bandung sih."

"Ke taman ku aja ya."

"Hah,, taman ku?"

Aku tidak tahu sama sekali tempat itu.

"Taman Dewi Sartika, hehehe..."

Tante Dewi melontarkan candaan yang menurut ku agak garing namun ku paksakan tertawa.

"Hahaha, Tante bisa aja."

Akhirnya aku menyetubuhi eh menyetujui sarannya itu. Hari sudah siang, suasana sudah sangat terik, entah kenapa Tante Dewi tidak mengajak pulang saja, malah mengajak ke tempat orang pacaran, apa dia tidak kangen dengan anaknya yang dititipkan ke Bu Lastri.

Di sana suasananya sepi, maklum saat itu masih jam kerja dan bukan akhir pekan. Kami lalu memilih duduk di salah satu bangku panjang di taman itu. Tante Dewi duduk dengan menyilangkan kakinya.

Tiba-tiba raut wajah Tante Dewi berubah agak murung, dia menatap kosong area depan matanya tampak sedang memikirkan sesuatu.

"Kenapa Tan? kok tiba-tiba jadi murung gitu?" tanya ku tanpa basa-basi.

"Ran, Tante boleh curhat gak?"

Aku mengangguk cepat.

"Boleh dong Tante," jawab ku singkat.

Dia menghirup nafas dalam lalu menghembuskannya.

"Tante sebenarnya di rumah merasa kesepian loh," akunya kepada ku.

"Kesepian gimana Tante?"

Aku sedikit memiringkan badan ku ke arahnya agar lebih enak untuk mendengarkan ceritanya.

"Suami Tante itu orangnya super sibuk, jarang ada waktu buat keluarga, kemarin aja waktu dia ambil cuti sorenya ditelpon suruh berangkat lagi, katanya ada masalah yang harus diselesaikan dan gak bisa diwakilkan," jelasnya panjang lebar.

Aku mengerti, diusianya yang masih relatif muda pastilah butuh perhatian yang lebih dari seorang lelaki.

"Kan ada Raihan sama Bu Lastri Tan."

"Iya Ran, beruntung saat ini Tante punya Raihan, lima tahun usia pernikahan Tante sama suami Tante dan baru dikaruniai anak dua tahun yang lalu, kemarin hampir aja Tante kehilangan anak yang paling berharga dalam hidup, untung saja ada kamu yang nolongin Raihan kemarin, makasih ya Ran."

Matanya berkaca-kaca mengingat kejadian kemarin. Tanpa aku duga dia langsung bergelayut memeluk tubuh ku. Aku dapat merasakan harum parfumnya yang berasal dari lehernya.

"Iya Tante, mungkin udah jalan dari yang maha kuasa, dan jalan itu lewat Randy."

Aku kemudian membalas pelukannya sesaat sebelum kami sama-sama tersadar bahwa kami sedang ada di ruang publik. Kami pun melepaskannya.

"Kamu tau Ran, sebenarnya kehidupan pernikahan Tante gak seindah yang dilihat," celetuknya lagi.

"Kenapa Tan?" tanya ku penasaran.

"Jadi dulu Tante punya pacar, kami kenal dari SMA terus pacaran mulai kuliah, kami udah punya rencana untuk menikah setelah wisuda dan dia punya pekerjaan, orang tua Tante juga sudah merestui hubungan kami, tapi..."

Tante Dewi menahan kata-katanya, wajahnya kembali muram menampakkan kesedihan. Ada tersirat perasaan penyesalan di sana.

"Tetapi ada seseorang pria yang tiba-tiba datang dengan segala kemewahan yang ditawarkan untuk melamar Tante," lanjut Tante Dewi.

"Dia itu om Ginanjar?" tanya ku dengan nada lirih namun jelas.

Tante Dewi hanya mengangguk pelan.

"Terus gimana?"

"Awalnya Tante membantah keras orang tua Tante, tapi mereka tetep kekeh pada pendirian menerima lamaran itu."

Dia tampak menggigit bibir bawahnya sebelum melanjutkan cerita.

"Akhirnya Tante ngalah terus mutusin pacar Tante, dia menerima dengan berat hati," imbuhnya.

"Tapi waktu acara pernikahan akan berlangsung, tiba-tiba pacar Tante datang terus ngajak Tante kabur."

Aku terlonjak kaget, ternyata ada drama seperti itu di dunia ini. Aku kira itu hanya ada di dalam sinetron.

"Terus gimana Tante?"

Aku semakin tertarik dengan kisah yang Tante Dewi alami.

"Yah akhirnya Tante kabur dari pernikahan Tante, tapi waktu Tante hampir sampai di stasiun, tiba-tiba Tante dapet pesan dari kakak Tante kalau ibu pingsan setelah tau kalau anaknya kabur sama lelaki lain selain calon suaminya."

Satu butir air mata jatuh mengalir di pipinya sebelum secepatnya ia hapus dengan menggunakan telapak tangan.

"Akhirnya Tante berubah pikiran, Tante minta maaf sama pacar Tante sebelum kembali ke acara pernikahan pake taksi, sejak saat itu Tante gak pernah ketemu lagi sama pacar Tante itu," papar Tante Dewi mengakhiri ceritanya.

Dari cerita itu aku dapat menyimpulkan kalau dirinya tidak mencintai suaminya, namun tidak ada salahnya kalau aku bertanya, toh dia sudah menceritakan sampai sejauh ini.

"Kalo sekarang gimana perasaan Tante sama om Ginanjar?" ucap ku hati-hati.

"Cinta," jawabnya singkat.

Namun aku melihat Tante Dewi seperti setengah hati mengatakannya atau malah tidak ikhlas kata itu keluar dari mulutnya.

"Oh syukur deh kalo gitu, berarti sekarang Tante bahagia kan?"

Tante Dewi hanya mengangkat kedua bahunya sesaat lalu kembali menatap ku dengan tatapan dalam.

"Ran, makasih ya udah mau dengerin cerita Tante, pasti ngebosenin ya dengerin curhatan orang tua."

"Nggak kok Tan, justru Randy sen..."

Belum sempat aku menyelesaikan kata-kata ku tiba-tiba bibirnya sudah mendarat di pipi kanan ku.

Seketika aku mematung tak bergerak mendapatkan hadiah tidak terduga itu, mulut ku melongo membentuk huruf 'O'.

Wajah Tante Dewi memerah seraya bangkit dari duduknya. Tanpa menunggu aku merespon atas apa yang dia lakukan, dia pergi meninggalkan ku.

"Ayo Ran kita pulang, takut Raihan rewel di rumah," ucapnya tanpa menoleh sedikit pun kepada ku.

Aku lihat dia berlari kecil menuju ke mobil yang di parkirnya. Tanpa sadar aku menyunggingkan senyum lebar.

To Be Continue...
 
Terakhir diubah:
Siap2 ekse tante dewi nih, prospeknya udh cerah...
Pelan-pelan biar enak :hore:
Kalo dicium pipi yang kanan jangan malah bengong... Segera minta dicium pipi yang kiri.. Biar seimbangπŸ˜‚πŸ˜‚

Makasih updetannya kak...
Maklum suhu masih syok, entar di mobil minta nambah wkwkwk :cup:
kenapa kalo yg namanya Dewi (buat ane) selalu mengacu ke hal yg berbau birahi yak.. lancrottkan suhu
Ane merasakan hal yang sama :senam:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd