Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Only Sunshine - TAMAT

Bimabet
ahiya, ada 2 hal.
1. updatenya ada beberapa part, karena jadwal sidang ternyata dimajuin.
2. ada back-story antara Tama dan......
...lihat aja sendiri deh

rYBKp6G.jpg
 
Berangkaaat,, lanjut hu, nitip tenda yah,,
Semangat huu
 
setelah diberkati dosen penguji dengan gelar S.Kom

“EH?!” aku terkejut.

“Suutt.. kakak cuman perlu nikmatin aja ya.” Lala menatapku dengan tatapan sendu. Pipinya yang gembul itu bersemu merah. Ia dengan cepat menurunkan celana jeans dan boxer yang aku kenakan.

Wihh selamat suhu!! Semoga gelar S.Kom nya berkah. Doakan ane nyusul secepatnya hu hehehe :pandapeace:
 
Part 5 – Twist


“Loh, Lala?” sontak semua peserta menoleh kearah Lala, tak terkecuali panitia. Lala menatapku dengan tatapan ‘Tolong gue kak’. Jovian menoleh kearahku, lalu mendatangi Lala.

“Kagak malu lo kenal sama ketuplak tapi salah?!”

Mampus mentalnya hancur.

Lala menunduk. Kulihat airmatanya jatuh. Aku berusaha professional disini.

“Saya gak akan bilang ini semua embel-embel untuk kedisiplinan. Saya cuma mau bilang, kalo kalian akan mendapatkan hasil dari apa yang kalian pilih. Kalian memilih melanggar, maka ini hasilnya. Ini akibatnya. Saya harap, kedepannya, kalian bisa bertanggung jawab dengan apa yang kalian pilih.” Jelasku dengan nada dingin, cenderung tegas. Semua masih menunduk. Kulihat ada sekitar 10 orang yang bermasalah disini, termasuk Lala.

“Kalian siap bertanggung jawab terhadap perbuatan kalian?”

“SIAP KAK!” semua menjawab dengan kompak.

“Baiklah, silahkan bagi diri kalian menjadi dua kelompok, langsung tentukan ketua kelompok kalian masing-masing. 1 menit. Sekarang.”

Mereka semua langsung berpencar, menjadi 2 kelompok sesuai arahanku.

“Saya gapeduli ketua kelompoknya siapa. Tugas kalian sekarang, wawancara kating kalian, lalu buat tabel perbandingan ospek tahun ini dengan ospek angkatan kating yang menjadi narasumber kalian. Buat laporan di folio, sertakan foto kalian, jangan lupa beri kesan pesan kalian. Masalah absen, saya yang atur. Sekarang tulis nama kalian di satu kertas, lalu serahkan ke bagian kedisiplinan. Laporkan hasilnya paling lambat nanti sore. Masih ada waktu panjang. Gausah balik ke barisan kalian. PAHAM?!”

“PAHAM KAK!!”

“KERJAKAN!”

Semua berpencar. Setelah mereka semua keluar dan menjauh, panitia yang lain tertawa kepadaku.

“Ahelah, biasa lemah lembut tiba-tiba galak aneh banget.” Vira, teman seangkatanku, angkat suara.

“Iya, Tama biasanya cuman bilang yaudah gapapa, galak banget.” Andin, bagian kedisiplinan juga angkat suara.

“Kali kali, sebelum aku lulus hahaha.” Aku tertawa lalu melangkah keluar.

“Yok, kerja. Yang ada jadwal hari ini, kondisiin.”

“SIAP PAK BOS!”

***

“Saya harap ini yang terakhir dari kalian semua, besok hari terakhir, jangan ada yang terlambat. PAHAM?!”

“PAHAM KAK!” mereka kompak menjawab. Matahari mulai terbenam. Hari mulai malam. Setelah menerima laporan dan membubarkan mereka, aku melepas almamaterku dan berjalan menuju parkiran.

“Kak!” sebuah suara mengagetkanku. Aku berbalik.

DuJVcXaXgAElLJX.jpg


“Iya? Kenapa La?” Aku berhenti. Ia sedikit berlari kearahku, lalu berhenti tepat didepanku.

“Maaf ya.”

“Lah?”

“Iya, jadi kakak marah-marah tadi, aku jadi gaenak.” Lala tertunduk, pipinya bersemu merah. Aku mengusap pucuk kepalanya.

“Jangan diulangin ya.”

Tiada angin tiada hujan, Lala menarik tanganku ke sebuah gudang di bagian belakang halaman parkir. Sebenarnya, ini adalah ruang kontrol kelistrikan atau istilahnya adalah rumah gardu. Banyak kabel disini, namun jaraknya cukup jauh sehingga menyisakan jarak yang cukup besar. Lala menutup pintunya dan segera berjongkok di depanku.

“EH?!” aku terkejut.

“Suutt.. kakak cuman perlu nikmatin aja ya.” Lala menatapku dengan tatapan sendu. Pipinya yang gembul itu bersemu merah. Ia dengan cepat menurunkan celana jeans dan boxer yang aku kenakan.

“Hai, kak Tama Junior. Kamu gak kangen aku?” Penisku yang masih tertidur dengan tenang itu diusap dengan lembut oleh Lala. Kulitnya yang halus itu meluncur lembut di batang penisku, membuatku semakin lama semakin terbakar nafsu.

“Nah gitu dong bangun.” Ucap Lala bersamaan dengan tenggelamnya penisku didalam mulutnya. Kepala penisku menyentuh ujung tenggorokannya.

ANJING! KOK ENAK!

Kepala Lala mulai bergerak perlahan. Otot mulutnya menjepit penisku, sementara lidahnya bermain menjilati lubang kencingku.


Slurpp

Slurpp

Slurpp


Gerakan kepalanya makin cepat. Gila! Enak sekali!

“La... enghh... akuu.... akuuuu mauu....”

“ARRGHHH LALAAA..”

Crot

Crott

Crottt

Spermaku menyembur deras didalam mulut Lala. Lala bersemangat menjilati penis dan spermaku hingga tetes terakhir.

“Permintaan maaf ya kak, hehe.” Lala berdiri, lalu sedikit mengelap bibirnya. Aku segera menaikan celanaku kembali.

“Dah ya kak, terimakasih~” Lala berlalu pergi. Tanpa apa-apa, hanya berterima kasih lalu pergi begitu saja sementara aku disini masih mematung memandang Lala berjalan keluar.


Anak aneh.


Setelah Lala menutup pintu, aku mengeluarkan gawaiku, mengetikan beberapa pesan kepada Puci.

“Yhaa, balik sendiri inimah.” Aku menghela nafas lalu memasukan gawaiku kedalam saku celana.

Puci masih bertemu dengan pengisi acara kegiatan kampusku nanti. Ia juga mengatakan akan sedikit lama, dan menyarankanku mencari tempat lain untuk mengerjakan revisi agar mendapat suasana baru. Aku yang memang mulai bosan dengan pemandangan sebuah iMac berukuran 27 inch yang ada di kamarku itu menerima saran Puci, dan dengan langkah malas berjalan menuju parkiran motor lalu memacu motorku menuju sebuah mall di kawasan Senayan untuk menghilangkan penat dan mengumpulkan niat mengerjakan revisi.

--

Tanganku masih menari manja diatas keyboard, sementara minumanku masih 1/8 nya yang kuminum. Seperti biasa, Starbucks selalu ramai oleh para pengunjung sehingga pelanggan yang membutuhkan kotak kontak harus berebutan. Meja panjang ini menyisakan sebuah kursi di sebelahku yang aku gunakan untuk menaruh tas dan almamaterku.

“Sorry, kosong?” Sebuah suara mengagetkanku, membuatku mencabut sebelah penyuara telinga yang sedang kugunakan. Tanganku reflek mengambil tas dan almamaterku sebelum pemilik suara itu mengagetkanku.

“KAMU?!”

Aku terkejut. Segera kuarahkan mataku kearah suara itu, dan aku kembali terkejut.

“KATARINA?!”

Perempuan yang kupanggil Katarina itu hanya bisa melongo. Drama sekali. Ia lalu duduk di sebelahku.

18776f77fe88ed71b4a0a73caee57e8b041303bdv2_00.jpg


“Aish, aku kira kamu sudah mati.” Ucapnya. Aku menatapnya sinis, tetapi ia hanya membalas tatapanku dengan senyuman mengejeknya. Lesung pipinya terbentuk, membuatku gemas melihat tingkahnya.

“Tolong. Bisakah kamu memanggilku Tama?” Aku menatapnya.

“Lalu, kamu bisa memanggil nama lahirku sekarang.” Balas perempuan itu. Aku tersenyum simpul.

“Baiklah, Nona Muda Son Chae Young.” Aku sedikit beracting menundukan kepalaku yang dibalas tawa oleh Chaeng.

“Tidak biasanya aku melihatmu kelayapan.” Chaeng menojoskan sedotan ke minumannya, lalu mulai meminum Greentea tersebut.

“Tidak biasanya aku melihatmu di Indonesia.” Aku balas dengan nada mengejek.

“Hahaha, same old Ar..”

“Please, stop calling my real name.” ucapku sedikit kesal. Chaeng kembali tertawa.

“Iya TA-MA, iyaa.” Chaeng mengusap airmatanya yang jatuh akibat tertawa. Aku melanjutkan kegiatan revisiku, sementara Chaeng juga mengeluarkan laptopnya.

“Bagaimana bisnismu?” Tanyaku tanpa melihatnya.

“Begitulah. Tidak banyak yang berubah selain menjadi semakin sibuk.”

“Keluargamu sehat?”

“Keluargamu sehat?” Chaeng membalikan pertanyaan nya sembari menatapku. Kami berdua tertawa. Pasalnya, kami memiliki hubungan yang kurang baik dengan keluarga kami.

Pertemuan dengan ChaeYoung selalu berkesan. Meski satu angkatan denganku, tidak kusangka dia lulus lebih dulu dibanding diriku. Bucin 24 sks, katanya. Obrolan kami tidak terlalu jauh dari bisnis dan mengenang masa lalu.

--

“Nama kamu udah bagus.” Ucap Chaeng saat membaca namaku di sebuah kertas.

“Bilang ke ayahku sana!” aku mendorong Chaeng dari belakang.

“Ish, yasudah, mari bekenalan.” Chaeng menyerah, membalikan badannya kearahku. Aku tertawa.

“Tama Arnes Andhika.”

“TUHKAN KEREN YANG SEBELUMNYA!” Chaeng sedikit berteriak. Aku berpura-pura menahan sakit dari telingaku.

“Heh! Ini masih di depannya gereja, gausah teriak-teriak!” Chaeng terkekeh sedikit.

“Katarina Son Chae Young.”

“Bikin nama Indo dong.”

“Bikin nama korea dong.”

“HAHAHAHA” Kami berdua tertawa didepan gereja sampai ditegur oleh seorang pastor.

--

“Betah banget pake nama yang sekarang.” Chaeng membuyarkan lamunanku.

“Ya gimana, semua dokumenku atas nama itu.”

“Padahal sudah kubilang, namamu lebih keren yang sebelumnya.”

Kami tertawa lepas.

“Lah, masih di sbux, Kak Tam?” suara seorang perempuan mengagetkanku dan Chaeyoung. Perempuan itu berada tepat di hadapanku.

“Eh, iya nih masih betah ngurus revisi.” Balasku. Chaeng kembali tenggelam dalam kegiatannya mengetik, sementara aku memutuskan mengobrol soal kampusku dengan perempuan di hadapanku.

“Gimana? Hari kedua lancar?”

“Yagitu, ada aja sih yang telat.”

“Tapi kaget loh kata Kak Vira seorang Kak Tama Andhika marah-marah.” Gadis itu menyeruput minumannya.

pfft.” Chaeng menahan tawanya. Aku meliriknya dengan tatapan sinis.

“Maaf, maaf. Ohiya, saya Chaeyoung, panggil saja saya Chaeng.” Chaeng inisiatif berkenalan dengan gadis didepanku ini.

“Oh, saya Jinan Safira.” Jinan menyambut uluran tangan Chaeng.

20061558454_0d5551d9a5.jpg


Aku menghiraukan kedua gadis yang sedang berkenalan ini. Tanganku kembali aktif bermain diatas keyboard. Minuman milikku sudah hampir habis.

“Kak Tam.” Jinan menampakan wajahnya dari balik laptopku.

“Anterin balik mau?”

Astaga, cobaan apa ini.

Mataku melirik Chaeng, seakan berusaha mengatakan tolong gue, bu lewat tatapan mataku. Chemistry dengan Chaeng memang paling baik.

“Eh, sorry Nan, kebetulan kita baru ketemu lagi hari ini, jadi habis ini kita masih mau jalan.”

“Oh, iya kalo gitu gapapa kok, saya gak memaksa hehe.” Jinan kembali memundurkan tubuhnya.

“Em, taksi online saya udah didepan kayaknya. Saya duluan ya, Mbak Chaeng, Kak Tam.” Jinan bangkit dari duduknya, tersenyum sembari melambai kearah kami.

“HAHAHAHA MBAK CHAENG.” Aku tertawa terbahak. Chaeng meninju lenganku.

“Tapi serius, temenin aku jalan dulu ya..”

“eh?!”


--


“Apa yang berubah?” Tanya Chaeng saat kami menaiki eskalator. Aku yang berdiri di sampingnya menoleh.

“Kamu? Gaada. Masih Son Chaeyoung yang aku kenal. Meski sibuk, dia selalu bisa meluangkan waktu buat dirinya sendiri. Gak keliatan sebagai bos karena cuman pake kemeja flanen yang bagian bawahnya dimasukin sebelah dan betah pake jeans hitam yang lututnya disobek.” Jawabku sembari memperhatikan Chaeng dari atas hingga bawah. Anak ini tidak berubah, masih seperti saat sekolah dulu, ya meski kami memang berbeda sekolah.

Aku mengenal dia sejak box bayi kami bersebelahan di rumah sakit bersalin. Kami tumbuh bersama sebagai anak dan remaja yang wajar. Dan disinilah kami sekarang.

“Kamu banyak berubah.” Kata Chaeng sembari menatap kearah lain. Eskalator tiba di lantai 3, kami berjalan perlahan berdampingan.

“Kantong matamu terlihat menghitam, tubuhmu agak berisi, rambutmu jarang disisir kan? Jeans mu sama dengan punyaku, disobek di bagian lutut. Sepatu sneakers warna hitam atau abu-abu. Tas ransel. Yah, aku seperti baru bertemu denganmu lagi.” Chaeng berbicara panjang lebar sembari merentangkan tangannya di pagar pembatas.

“Jauh dari waktu kamu STM dulu hahaha.” Chaeng tertawa. Dipaksakan.

Kami berhenti. Tubuh kami bertumpu pada pagar pembatas, pandanganku kosong kedepan, sementara Chaeng sibuk memperhatikan orang-orang di lantai bawah.

“Jangan berhenti bahagia, kamu berhak bahagia kok.

Setelah apa yang menimpa keluarga kita,

Kamu berhak bahagia.”

Chaeng tersenyum kecil. Lesung pipitnya terlihat. Gmz.

“Tapi, apakah bahagiaku selalu berpihak padaku?”

“Tentu saja. Jika ia memang mencintaimu.”

“Bagaimana jika tidak?”

“Maka carilah bahagiamu yang lain.”

Senyum Chaeyoung mengembang. Ia merapatkan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya di lenganku, kebiasaannya dulu setiap kita duduk dimana saja.









“Rindu?”

“iya.”
 
“Kak Tam.” Jinan menampakan wajahnya dari balik laptopku.

“Anterin balik mau?”

Astaga, cobaan apa ini.

Sumpah kirain ntar bakal ada 'hehe' sama Jinan wkkwkkw.

Btw

Nice update kak Tam~
Lancar terus ya urusan kuliah"nya~
 
Terima kasih kak tama sudah di update :mantap:

Semoga hasil wawancaranya memuaskan :ampun:
Terimakasih kembali kak~

Wow !! JKT X Twice ??
pingin memberi warna berbeda aja mwehehehe~

Sumpah kirain ntar bakal ada 'hehe' sama Jinan wkkwkkw.

Btw

Nice update kak Tam~
Lancar terus ya urusan kuliah"nya~
belum ada, kak Dims. sans wkwkwkw.
tengkyu kak dims~

Biar Dimas bisa bebas 'hehe' sama Pucchi kan maksudnya :pandaketawa:
Ini harusnya gausah diomongin juga sih....

Eh, err.... Y-ya gitulah :pandapeace::pandapeace:
:baca::baca:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd